Langkah-langkah rencana pelaksanaan pelayanan klinis pada pasien gastroenteritis B. PERATURAN DAN KEBIJAKAN 1. PMK No. 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 2. Penerapan standar terapi di puskesmas C. DEFINISI Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lmbung dan usus halus yang ditandai dengan diare, yaitu buang air besar lembek atau cair, dapat bercampur darah atau lendir, dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam, dan disertai dengan muntah, demam, rasa tidak enak di perut dan menurunnya nafsu makan. Apabila diare > 30 hari disebut kronis. D. PENYEBAB Gastroenteritis lebih sering terjadi pada anak-anak karena daya tahan tubuh yang belum optimal. Hal ini biasanya terjadi berhubungan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah yang terkait dengan perilaku kesehatan yang kurang. Penyebab gastroenteritis antara lain infeksi, malabsorbsi, keracunan atau alergi makanan dan psikologis penderita. Infeksi yang menyebabkan GE akibat Entamoeba histolytica disebut disentri, bila disebabkan oleh Giardia lamblia disebut giardiasis, sedangkan bila disebabkan oleh Vibrio cholera disebut kolera. E. GAMBARAN KLINIS Buang air besar (BAB) lembek atau cair, dapat bercampur darah atau lendir, dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam. Dapat disertai rasa tidak nyaman di perut (nyeri atau kembung), mual dan muntah serta tenesmus. Setiap kali diare, BAB dapat menghasilkan volume yang besar (asal dari usus kecil) atau volume yang kecil (asal dari usus besar). Bila diare disertai demam maka diduga erat terjadi infeksi. F. PEMERIKSAAN FISIK Perhatikan tanda-tanda dehidrasi: turgor kulit perut menurun, akral dingin, penurunan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, tangan keriput, mata cekung/tidak, penurunan kesadaran (syok hipovolemik), nyeri tekan abdomen, kualitas bising usus hiperperistaltik. Pada anak kecil cekung ubun-ubun kepala. Pada tanda vital lain dapat ditemukan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksi), nadi dan pernapasan cepat. Pada anak-anak terlihat BAB dengan konsistensi cair pada bagian dalam dari celana atau diapers. G. DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (BAB cair lebih dari 3 kali sehari) dan pemeriksaan fisik (ditemukan tanda-tanda hipovolemik dan pemeriksaan konsistensi BAB). H. PENATALAKSANAAN Pada Umumnya diare akut bersifat ringan dan sembuh cepat dengan sendirinya melalui rehidrasi dan obat antidiare, sehingga jarang diperlukan evaluasi lebih lanjut. Terapi dapat diberikan dengan : a. Memberikan cairan dan diet adekuat 1. Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang adekuat untuk rehidrasi 2. Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi lactase transien. 3. Hindari juga minuman yang mengandung alkohol atau kafein, karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus. 4. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya yang tidak mengandung gas, dan mudah dicerna. b. Pasien diare yang belum dehidrasi dapat diberikn obat antidiare untuk mengurangi gejala dan antimikroba untuk terapi definitive. Pemberian terapi antimikroba empirik diindikasikan pada pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasive, travellers
diarrhea, dan imunosupresi. Antimikroba : pada GE akibat infeksi diberikan antibiotik
atau antiparasit, atau anti jamur tergantung penyebabnya. Obat antidiare, antara lain : a. Loperamide b. Attapulgite
Antimikroba, antara lain :
a. Golongan kuinolon yaitu ciprofloxacin 2 x 500 mg/hari selama 5-7 hari atau b. Trimetroprim/Sulfamethoxazole 160/800 2 x 1 tablet/hari c. Apabila diare diduga disebabkan oleh Giardia, metronodazole dapat digunakan dengan dosis 3 x 500 mg/hari selama 7 hari. d. Bila diketahui etiologi dari diare akut, terapi disesuaikan dengan etiologi Bila terjadi dehidrasi ditangani sesuai klasifikasi derajat dehidrasi I. DAFTAR PUSTAKA