Anda di halaman 1dari 8

2nd ACE National Conference 2015

13 Agustus 2015 Padang, Sumatra Barat

KUAT TEKAN BETON DENGAN SEMEN CAMPURAN


LIMBAH AGRO-INDUSTRI DI LINGKUNGAN ASAM
Monita Olivia
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Riau, Pekanbaru
monita1306@yahoo.com

Lita Darmayanti
Alfian Kamaldi
Zulfikar Djauhari
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Riau, Pekanbaru

Abstrak
Penggunaan material beton tanpa perancangan ketahanan/durabilitas yang memadai di lingkungan rawa
gambut mengakibatkan kerusakan prematur dan penurunan masa layan struktur dalam jangka panjang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kuat tekan beton yang dibuat menggunakan semen Ordinary Portland
Cement (OPC), Portland Composite Cement (PCC), dan campuran dengan limbah agro-industri, yakni OPC
Fly Ash (OPC-FA) dan OPC Palm Oil Fuel Ash (OPC-POFA). Sampel direndam di larutan aquades
(kontrol), asam sulfat dan air gambut selama 150 hari. Kuat tekan sampel diuji pada umur 28 hari, 91 hari
dan 150 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan beton dibuat dengan semen OPC mengalami
penurunan setelah direndam di larutan asam sulfat. Beton menggunakan semen PCC tidak mengalami
penurunan kuat tekan selama perendaman di larutan asam sulfat dan air gambut. Kuat tekan beton dengan
semen OPC-FA dan OPC-POFA cenderung meningkat hingga umur 91 hari di larutan asam sulfat dan air
gambut, lalu turun setelah direndam pada umur 150 hari. Beton menggunakan semen PCC, OPC-FA dan
OPC-POFA menunjukkan ketahanan lebih baik dari beton semen OPC, karena bahan tambah bereaksi
dengan hasil hidrasi semen melalui proses pozzolanik memberikan silikat tambahan (C-S-H) yang dapat
memperbaiki kekedapan dan kuat tekan beton.
Kata Kunci : abu sawit, abu terbang, agro-industri, asam, gambut, OPC, PCC

I. PENDAHULUAN
Rawa gambut banyak terdapat di Provinsi Riau dengan luas total lahan sekitar 4.043.600
hektar pada tahun 2008. (Agus & Subiksa, 2008). Sebanyak 57% dari luas total tersebut
telah dikonversi untuk keperluan infrastruktur, pertanian, industri dan pemukiman antara
tahun 1982 sampai 2007. Jumlah konversi lahan untuk konstruksi diprediksi akan terus
meningkat, meski pemanfaatan lahan marjinal seperti tanah gambut memiliki dua
kelemahan, yakni daya dukung lemah, dan sifat asam air gambut berpotensi menimbulkan
korosi pada beton dan baja tulangan. Kerusakan jangka panjang pada beton terjadi akibat
asam-asam organik dan non-organik, seperti asam humat dan asam sulfat yang menyerang
senyawa kalsium lalu membentuk garam hasil reaksi mudah larut dalam air, sehingga
menyebabkan leaching (lindi) produk hidrasi beton, peningkatan porositas dan
pengurangan kekuatan beton. Peningkatan porositas menjadikan beton rentan terhadap
korosi akibat serangan ion-ion asam. Untuk menjaga kestabilan dan integritas struktur
beton di lingkungan asam, maka beton seharusnya memiliki kualitas dan durabilitas tinggi.
Selain menggunakan beton pracetak atau beton dengan semen khusus untuk lingkungan
sulfat, beton tahan lingkungan asam dapat dihasilkan menggunakan binder yang dicampur
dengan limbah agro-industri, seperti abu terbang dan abu sawit. Limbah agro-industri
memiliki kadar silika dan alumina tinggi untuk memperbaiki struktur pori, meningkatkan
kekedapan beton, dan mengurangi jumlah semen dalam campuran beton.

Kuat Tekan Beton Dengan Semen Campuran Limbah Agro-Industri Di Lingkungan Asam

294

2nd ACE National Conference 2015


13 Agustus 2015 Padang, Sumatra Barat

II. STUDI PUSTAKA


Gambut merupakan tanah organik hasil akumulasi penguraian sisa-sisa tanaman lapuk
kurang sempurna dan tergenang air (Agus dan Subiksa, 2008). Kadar air gambut sangat
tinggi, yakni sekitar 100-1300% dari berat kering, sehingga gambut memiliki berat isi
rendah, lembek dan daya dukung beban rendah (Mutalib et al. 1991). Sisa pelapukan
tanaman tidak sempurna akibat kondisi jenuh air dan rendah unsur hara membentuk bahan
organik dengan ketebalan sekitar 50 cm atau lebih. Kandungan bahan organik pada gambut
terdiri dari senyawa-senyawa humat (10-20%), lignin, selulosa, hemiselulosa, lilin, tannin,
resin, suberin, protein dan lainnya (Spedding, 1998). Senyawa-senyawa organik tersebut
memiliki unsur hara rendah dan mengandung asam organik dengan derajat keasaman tinggi
(pH 3-5) terutama pada lapisan gambut tebal di daerah Sumatera dan Kalimantan. Gambut
di daerah tropis memiliki kandungan senyawa-senyawa humat lebih tinggi daripada
gambut di daerah subtropis, karena gambut tropis banyak mengandung lignin dari
pepohonan. Lignin yang terdegradasi dalam kondisi anaerob membentuk senyawa-senyawa
humat dengan tingkat agresivitas lebih tinggi daripada gambut subrtopis karena proses
pembentukannya terjadi secara parsial dalam kondisi anaerob (Kononova, 1968).
Lingkungan asam merusak beton dengan cara mengurai Ca(OH)2 pada pasta semen,
menghancurkan struktur kristal, dan menyisakan residu tidak bermanfaat pada kekuatan
beton, lalu menimbulkan penurunan kuat tekan beton sehingga masa layan struktur beton
dapat berkurang (Zivica, 2006). Jenis-jenis asam yang dapat menyerang beton adalah asam
mineral, asam humat, asam karbonat dan air lunak, serta asam karbolik (Harrison, 1987).
Asam klorida dan asam nitrat merupakan asam anorganik hasil produksi industri yang
merusak beton jika terpapar langsung. Asam sulfat dapat ditemukan di alam, seperti pada
saluran pembuangan sebagai hasil reaksi gas hydrogen sulfida (H2S) dengan oksigen lewat
perantara bakteri aerob Sulfur Oxidizing (SOB). Asam humat tergolong asam lemah dan
tidak mudah larut dalam air, dan terdiri dari beberapa jenis asam organik hasil penguraian
dan pelapukan tanaman pada tanah gambut (MacFarlane, 1965). Kalsium humat atau
garam-garam kalsium dari hasil reaksi beton dengan asam humat memiliki potensi merusak
beton meskipun senyawa itu tidak mudah larut dalam air (Eglinton, 1997). Kondisi
lingkungan gambut dengan air mengalir menjadi lebih destruktif karena kalsium humat
lebih mudah tergerus di air tergenang (Harrison, 1987). Penelitian terdahulu menunjukkan
bahwa asam humat dan lignin dapat menghalangi waktu ikat normal dan pengerasan semen
dengan agregat terkontaminasi gambut (Shirley, 1981).
Ketahanan beton di lingkungan asam dipengaruhi oleh karakteristik pori beton,
kemampuan matriks semen untuk menetralisir asam dan hasil reaksi (produk) korosi akibat
asam, jenis dan komposisi semen, nilai pH, tipe agregat dan penggunaan bahan tambah
dalam campuran semen (Shi & Stegemann, 2000, Zivica & Bajza, 2002, Beddoe & Doner,
2005). Produk hidrasi Ca(OH)2 beton lebih rentan terhadap asam karena bersifat alkalis,
sehingga meningkatkan jumlah semen dalam campuran beton tidak akan memberikan hasil
lebih baik. Sebaiknya semen dicampur dengan bahan tambah mineral seperti abu terbang
dan silica fume sehingga jumlah gel C-S-H (Calcium Silicate Hydrate) untuk memperbaiki
struktur pori, meningkatkan kekedapan dan mengurangi jumlah Ca(OH)2 dalam pasta

Kuat Tekan Beton Dengan Semen Campuran Limbah Agro-Industri Di Lingkungan Asam

295

2nd ACE National Conference 2015


13 Agustus 2015 Padang, Sumatra Barat

semen melalui reaksi pozzolanik (Roy et al. 2001, Sobolev & Yeginobali, 2005, Torii &
Kawamura, 1994, Goyal et al. 2009).

III. BAHAN DAN METODE


Abu terbang yang berasal dari Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, dan abu sawit
dari Sorek, Kabupaten Pelalawan, Riau. Kedua jenis abu dikeringkan dalam oven dan
disaring dengan saringan #100 untuk mendapatkan fraksi butiran lebih halus. Sifat kimia
kedua jenis abu telah diteliti di Laboratorium Badan Geologi Pusat SD Geologi, Bandung.
Komposisi kimia semen Ordinary Portland Cement (OPC), Portland Composite Cement
(PCC) dan limbah agro-industri (abu terbang dan abu sawit) dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Komposisi kimia semen dan limbah agro-industri
Tipe semen/limbah agro-industri
Ordinary Portland
Portland Composite
Abu terbang/
Unsur (%)
Cement/
Cement/
fly ash
OPC*
PCC*
FA**
SiO2
20.92
23.04
37.98
Al2O3
5.49
7.40
20.52
Fe2O3
3.78
3.36
2.17
MgO
23.76
CaO
65.21
57.38
2.10
Na2O
0.41
K 2O
0.58
TiO2
0.24
MnO
0.03
P 2O 5
0.18
SO3
3.54
Cu (ppm)
85
Zn (ppm)
161
H 2O
1.73
LOI
8.64
*Salain (2009), **PSD Geologi Bandung

Abu sawit/
palm oil fuel ash
POFA**
64.36
4.36
3.41
4.58
7.92
0.00
5.57
0.87
0.1
3.64
0.04
46
60
0.59
4.97

Empat campuran beton menggunakan semen OPC, PCC dan campuran OPC+abu terbang
(Fly Ash) atau OPC-FA, dan OPC+abu sawit (Palm Oil Fuel Ash) atau OPC-POFA.
Limbah agro-industri (abu terbang dan abu sawit) untuk campuran adalah sebesar 10% dari
berat semen. Agregat kasar berasal dari Danau Bingkuang, Kampar, Riau, dengan berat
jenis 2,65, sedangkan agregat halus memiliki 2,64 dan modulus kehalusan 2,93. Hasil
rancangan campuran dengan mutu beton K350 dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Rancangan campuran OPC, PCC, OPC-FA dan OPC POFA
Campuran
Semen (kg/m3)
Agregat kasar (kg/m3)
Agregat halus (kg/m3)
Air (kg/m3)
Abu terbang- FA (kg/m3)
Abu sawit- POFA (kg/m3)

OPC
507.895
987.425
684.138
194.780
-

PCC
507.895
987.425
684.138
194.780
-

Kuat Tekan Beton Dengan Semen Campuran Limbah Agro-Industri Di Lingkungan Asam

OPC-FA
457.105
987.425
684.138
194.780
50.789
-

OPC-POFA
457.105
987.425
684.138
194.780
50.789

296

2nd ACE National Conference 2015


13 Agustus 2015 Padang, Sumatra Barat

Spesimen beton dirawat dalam air selama 28 hari, sebelum direndam kembali ke dalam
media aquades (kontrol), asam sulfat dan air gambut. Air gambut diambil dari daerah
Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar, Riau dengan derajat keasaman atau pH = 4-5. Untuk
larutan pembanding digunakan aquades dengan pH = 7, dan asam sulfat dengan pH = 45. Untuk mempelajari pengaruh asam pada keempat campuran beton, maka dilakukan
pengujian kuat tekan pada umur 28, 91 dan 150 hari setelah direndam dalam aquades, asam
sulfat dan air gambut. Uji porositas dilakukan pada umur 150 hari bagi semua sampel.

IV. HASIL, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Kuat tekan beton dipengaruhi oleh tipe campuran, jenis semen, kadar air, jenis material,
bahan tambah dan jumlah agregat. Pada penelitian ini, keempat jenis campuran (OPC,
PCC, OPC-FA dan OPC-POFA) direndam dalam media aquades, asam sulfat dan air
gambut hingga umur 150 hari. Gambar 4.1 menunjukkan variasi kuat tekan bagi semua
sampel beton menggunakan empat tipe semen pada umur 28, 91 dan 150 hari yang
direndam dalam aquades. Secara umum terjadi peningkatan kuat tekan cukup signifikan
bagi benda uji OPC berumur 28 hari ke 150 hari. Beton dari semen PCC tidak
menunjukkan perubahan kuat tekan yang besar seiring bertambahnya waktu. Sedangkan
beton menggunakan semen OPC-FA dan OPC-POFA memperlihatkan trend yang sama,
yakni mengalami peningkatan kuat tekan secara bertahap hingga umur 150 hari. Semen
PCC merupakan semen campuran yang mengandung abu terbang dan bahan tambah
mineral lain dalam komposisi tertentu, sehingga penambahan kuat tekan lebih lambat dari
sampel dengan semen OPC murni. Beton dari semen OPC-FA dan OPC-POFA yang
dicampur limbah agro-industri sebesar 10%, menyebabkan pengurangan kapur dari semen
Portland, tetapi menyebabkan terjadinya reaksi pozzolanik untuk pembentukan C-S-H
dalam beton (Mehta, 2006, Ahmad et al. 2008).
45
40
Kuat tekan (MPa)

35
30
25

28 hari

20

91 hari

15

150 hari

10
5
0
OPC

PCC
OPC FA
Tipe semen

OPC POFA

Gambar 4.1 Variasi kuat tekan beton yang direndam dalam aquades.
Pada Gambar 4.2, semua benda uji direndam pada larutan asam sulfat. Hasil pengujian
kuat tekan menunjukkan pengurangan kuat tekan beton dengan semen OPC secara

Kuat Tekan Beton Dengan Semen Campuran Limbah Agro-Industri Di Lingkungan Asam

297

2nd ACE National Conference 2015


13 Agustus 2015 Padang, Sumatra Barat

bertahap dari umur 28 hari hingga 150 hari. Semen OPC adalah semen yang sangat rentan
terhadap serangan asam (Eglinton, dalam Lea, 2004). Proses hidrasi semen, menghasilkan
senyawa kalsium hidroksida (Ca(OH)2) yang angka kelarutannya tinggi. Jika terkena asam,
Ca(OH)2 akan bereaksi menghasilkan gipsum. Gipsum akan bereaksi kembali dengan CAH
yang akan menghasilkan ettringite (Goyal et al. 2008, Kasih, 2011). Ettringite memiliki
bentuk kristal memanjang seperti jarum. Ettringite ini menyebabkan pengembangan
volume hingga menimbulkan keretakan semen (Bamaga et al. 2010). Pembentukan
ettringite yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan kekuatan dari semen OPC.
Adanya pozzolan yang mengandung silika reaktif pada semen PCC, OPC-FA dan OPCPOFA, akan mereduksi kapur bebas (Ca(OH)2) hasil hidrasi, dan sekaligus menghasilkan
produk hidrasi tambahan yang bersifat perekat yaitu C-S-H. Adanya tambahan bahan
perekat ini akan mengisi rongga-rongga kapiler besar yang terbentuk pada proses hidrasi
semen portland (Ahmad et al. 2008; Oueslati et al. 2011; Zivica et al. 2012). Oleh karena
itu, beton PCC, OPC-FA dan OPC-POFA tidak menunjukkan penurunan kekuatan seiring
bertambahnya umur beton dalam rendaman asam sulfat (pH 4-5).
45
40
Kuat tekan (MPa)

35
30
25

28 hari

20

91 hari

15

150 hari

10
5
0

OPC

PCC
OPC FA
Tipe semen

OPC POFA

Gambar 4.2 Variasi kuat tekan beton yang direndam dalam asam sulfat.
Untuk benda uji yang direndam dalam air gambut, terjadi penurunan kuat tekan beton
dengan semen OPC setelah direndam selama 150 hari. Sedangkan benda uji PCC tidak
memperlihatkan perubahan kuat tekan, malah mengalami peningkatan pada umur 150 hari.
Penurunan kuat tekan kemungkinan disebabkan oleh aksi kompetisi antara asam yang
merusak produk hidrasi dengan produk hidrasi yang berusaha mengisi rongga-rongga
kapiler dalam beton. Kondisi lingkungan asam yang korosif menyebabkan pasta semen
portland mudah rusak (Caijun et al. 2000). Selain itu, CO2 yang terkandung dalam air
gambut (Eglinton, dalam Lea, 2004) akan bereaksi dengan kalsium hidroksida hasil
hidrasi semen, membentuk kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) yang larut dalam air
(Allahverdi et al. 2000). Benda uji terbuat dari OPC-FA dan OPC-POFA mengalami
kenaikan kuat tekan meskipun tidak terlalu signifikan setelah direndam pada umur 28 dan
91 hari, lalu mulai menurun pada umur 150 hari. Beton dengan semen PCC OPC-FA dan

Kuat Tekan Beton Dengan Semen Campuran Limbah Agro-Industri Di Lingkungan Asam

298

2nd ACE National Conference 2015


13 Agustus 2015 Padang, Sumatra Barat

OPC-POFA, menunjukkan ketahanan terhadap asam yang lebih baik dari beton OPC
secara umum. Pozzolan yang dikandung semen PCC, serta silika reaktif pada FA dan
POFA dapat mereduksi kapur bebas (Ca(OH)2) hasil hidrasi dan menghasilkan C-S-H,
sehingga mampu mencegah kerusakan beton lebih lanjut akibat serangan asam pada air
gambut (Goyal et al. 2008). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa untuk konstruksi di
lingkungan asam, seperti asam sulfat dan air gambut, maka lebih direkomendasikan untuk
menggunakan semen dengan campuran pozzolan atau limbah agro-industri yang
mengandung silika.
45
40
Kuat tekan (MPa)

35
30
25

28 hari

20

91 hari

15

150 hari

10
5
0
OPC

PCC
OPC FA
Tipe semen

OPC POFA

Gambar 4.3 Variasi kuat tekan beton yang direndam dalam air gambut.

V. KESIMPULAN
Lingkungan asam dapat merusak beton karena ion asam dapat mengurai senyawa Ca(OH)2
pada pasta semen, menghancurkan struktur kristal, dan menyisakan residu tidak
bermanfaat pada kekuatan beton, lalu menimbulkan penurunan kuat tekan beton sehingga
masa layan struktur beton dapat berkurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beton
dari semen OPC mengalami penurunan kuat tekan dari umur 28 hari ke umur 150 hari
cukup signifikan di lingkungan asam sulfat dan air gambut. Penguraian Ca(OH)2 oleh ion
asam menjadi hasil reaksi mudah terlarut akan mengurangi kepadatan dan kuat tekan.
Sedangkan beton menggunakan semen pozzolan (PCC), OPC-FA dan OPC-POFA,
menunjukkan ketahanan lebih baik dari beton semen OPC, karena bahan tambah bereaksi
dengan hasil hidrasi semen melalui proses pozzolanik memberikan silikat tambahan (C-SH) yang dapat memperbaiki kekedapan dan kuat tekan beton.

DAFTAR PUSTAKA
Agus, F. & Subiksa, I.G.M. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek
Lingkungan. Bogor: Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan World Agroforesty
Centre.
Ahmad, M.H., Omar, R.C., Malek, M.A., Noor, N. Md., & Thiruselvam, S. 2008.
Compressive Strength of Palm Oil Fuel Ash. Kuala Lumpur: ICCBT 2008.

Kuat Tekan Beton Dengan Semen Campuran Limbah Agro-Industri Di Lingkungan Asam

299

2nd ACE National Conference 2015


13 Agustus 2015 Padang, Sumatra Barat

Allahverdi, A. 2000. Acidic Corrosion of Hydrated Cement Based Materials. Czech


Republic: Institute of Chemical Technology.
Bamaga, S.O. 2011. Evaluation of Sulfate Resistance of Mortar Containing Palm Oil Fuel
Ash from Different Sources. Malaysia: Universiti Teknologi Malaysia
Beddoe, R.E. & Doner, H.W. 2005. Modeling acid attack on concrete: Part 1. The essential
mechanisms. Cement and Concrete Research 35: 2333-2339.
Caijun, S. & Stegemann, J.A. 2000. Acid corrosion resistance of different cementing
materials. Concrete and Cement Research 30: 803-808.
Eglinton, M. 1997. Resistance of concrete to destructuive agencies. In Hewlett, P.C. (ed).
Leas Chemistry of Cement and Concrete. Amsterdam: Elsevier Science &
Technology Books.
Goyal, S., Kumar, M., Sidhu, D.S. & Bhattacharjee, B. 2009. Resistance of mineral
admixture concrete to acid attack. Journal of Advanced Concrete Technology 7: 273283.
Harrison, W.H. 1987. Durability of concrete in acidic soils and waters. Concrete February
1987.
Kasih, R.Y. 2012. Pengaruh Penambahan Abu Sekam Padi Terhadap Kuat Tekan Mortar
Semen PCC dengan Penambahan Dalam Asam Sulfat dan Analisis Larutan
Rendaman Mortar. Padang: Universitas Negeri Padang.
Kononova, M.M., Alexandrova, I.V. & Titva, N.A. 1968. Decomposition of silicates by
soil organic matter. Soviet Soil Science: 1005-1014.
MacFarlane, I.C. 1965. The corrosiveness of muskeg waters: a review. Canadian
Geotechnical Journal 11: 327-336.
Mehta, P.K. 2006. Concrete Microstructure, Properties, and Materials. California:
University of California at Barkeley.
Mutalib, A.A., Lim, J.S., Wong, J.S. & Koonvai, L. 1994. Characterization, distribution
and utilization of peat in Malaysia. In: B.Y. Aminuddin (Ed), Tropical Peat.
Kuching: Proceedings of International Symposium on Tropical Peatland.
Ouleslati, O. 2011. The effect of scms on the corrosion of rebar emmbeded in mortars
subjected to an acetic acid attack. Canada: The University of Laval.
Shi, C. & Stegemann, J.A. 2000. Acid corrosion resistance of different cementing
materials. Cement and Concrete Research 30: 803-808.
Shirley, D.E. 1981. Impurities in concreting aggregates. Slough, UK: Cement and
Concrete Association, 1981; C & CA Construction Guide, Ref. 45016, 2nd edition.
Sobolev, K. & Yeginobali, A. 2005. The development of high strength mortars with
improved thermal and acid resistance. Cement and Concrete Research. Vol 35: 578583.
Spedding, P.J. 1988. Peat. Fuel 67: 883-900.
Torii, K. & Kawamura, M. 1994. Effect of fly ash and silica fume on the resistance of
mortar to sulphuric acid and sulfat attack. Cement and Concrete Research 24: 361370.
Zivica, V. 2006. Deterioration of cement-based materials due to the action of organic
compounds. Construction and Building Materials 20: 634-641.
Zivica, V. & Bajza, A. 2002. Acidic attack of cement-based materials- a review Part 2.
Factors of rate of acidic attack and protective measures. Construction and Building
Materials 16: 215-222.

Kuat Tekan Beton Dengan Semen Campuran Limbah Agro-Industri Di Lingkungan Asam

300

2nd ACE National Conference 2015


13 Agustus 2015 Padang, Sumatra Barat

Zivica, V., Palou, M.T., Krizma, M. & Bagel, L. 2012. Acidic attack of cement based
materials under the common action of high, ambient temperature and pressure.
Construction and Building Materials 36: 623-629.

Kuat Tekan Beton Dengan Semen Campuran Limbah Agro-Industri Di Lingkungan Asam

301

Anda mungkin juga menyukai