Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG
Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia dimana WHO
melaporkan bahwa 0,5% dari penduduk dunia terserang penyakit ini, sebagian besar
berada di negara berkembang sekitar 75%, diantaranya di Indonesia setiap tahun
ditemukan 539.000 kasus baru Tuberkulosis (TB) positif dengan kematian 101.000.
(Depkes, 2010)
Indonesia sendiri menempati peringkat ke-3 setelah India dan Cina yang
menjadi negara dengan kasus TB tertinggi. Hasil survey prevalensi TB di Indonesia
pada tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB (600 ribu diantaranya
perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya perempuan).
(Depkes, 2011)
Tuberkulosis ditularkan melalui udara (melalui percikan dahak sang
penderita). Ketika penderita TB Paru batuk, bersin, berbicara atau meludah, mereka
memercikkan kuman TB Paru atau bacillike udara. (Amin dan Asril, 2007)
B TUJUAN
1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang gambaran asuhan keperawatan dengan TB Paru dan
2

mampu mengaplikasikannya pada penderita TB Paru.


Tujuan khusus
Melaksanakan pengkajian, merumuskan diagnosa, menyusun intervensi,
melaksanakan implementasi, melakukan evaluasi

BAB 2
1

RESUME KASUS
1

IDENTITAS
Nama Inisial Klien

: Tn. J

Umur

: 52 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Alamat

: Karewon Rt 02 Rw 05 Kalegan Bamdongan

No. Rekam Medis

: 142366

DATA FOKUS
a
b

Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang

: Klien mengatakan batuk


: Keluarga klien mengatakan batuk sudah satu
bulan yang lalu disertai keringat malam, demam
sudah setengah bulan, mual muntah, tidak ada

Tanda-Tanda Vital

nafsu makan, pusing berputar dan menggigil


: Tekanan Darah: 80/60 mmHg
Nadi: 85x/menit
Suhu: 38,5C

d
e

Riwayat Penyakit Dahulu

Respirasi: 20x/menit
: Klien pernah dirawat di RSJ Kota Magelang

Activity/Rest

karena pernah menderita diare


Sebelum sakit klien dapat melakukan
aktivitas mandiri seperti makan/minum,
toiletting, berpakaian dan mobilitas

Selama

sakit

klien

merasa

batuk,

keringat malam, demam, mual muntah,


tidak ada nafsu makan, pusing berputar
dan

menggigil

memerlukan

dan

aktivitas

klien

dengan

cara

bantuan

dibantu oleh keluarganya

Nutrition

Antropometri

: BB = 42 kg
TB = 160 CM
2

IMT = 42/ 2.56 =16,4 (Underweight)

Biochemical

: RBC, MCV, RDW%, HCT, PLT, GRA%

Clinical

:Rambut hitam keputihan, Mudah rontok, turgor


kulit kering, warna kulit kecoklatan, mukosa
bibir kering, konjungtiva tidak anemis.

Diet

Energy

:Makanan yang diberikan di rumah sakit selalu


tidak dihabiskan, nafsu makan klien kurang.
:Klien tidak mampu melakukan aktivitas di
rumah sakit. Selama berada di rumah sakit klien
dibantu oleh keluarga.

Factor

:Kemampuan menelan dan mengunyah kurang.


Klien mengatakan nafsu makannya kurang dan
tidak ingin memakan makanannya.

Penilaian Status

Gizi
Pemeriksaan Fisik

:IMT

klien

16.4

masuk

dalam

kategori

underweight
o Inspeksi: Bentuk dada simetris
o Palpasi: Vokal fremitus kiri dan kanan
sama
o Perkusi: Suara sonor

Pemeriksaan Penunjang

o Auskultasi: Ronkhi +, Wheezing +


: Data Laboratorium
Jenis
Pemeriksaan
RBC
MCV
RDW%
HCT
PLT
GRA%

Analys

Hasil
3,96
77,2 Fl
18,7%
30,6%
81 g/uL
82,6%

Nilai
Normal
3.00-6.00
81.0-101.0
10.0-16.0
35.0-45.0
150-400
50.0-80.0

Method

Result

Glucase

GPO-PAP

116 mg/dl

Urea

UV.kinetic

76 mg/dl

Creatinine

Jaffe

2.6 mg/dl

Got

Mod.IFCC

133 u/l

GPT

Mod.IFCC

54 u/l

i Radiologi (Rontgen)

Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atau


dan segmen superior lobus bawah paru

Kaviti, lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan atau nodular

Bayangan bercak milier

Efusi pleura unilateral

ANALISA DATA
Tgl
18/09
-16

DS+DO

Masalah
Ketidakefektifan

Etiologi
Ketidakmampuan

Klien mengatakan batuk

bersihan jalan

mengeluarkan

sudah satu bulan, tidak

napas

sekresi pada jalan

DS:
-

bisa keluar dahak,

nafas.
4

keringat malam disertai


demam
DO:
-

TD: 80/60 mmHg

Nadi: 85x/menit

Suhu: 38,5 C

RR: 20x/menit

Klien tampak lemas dan


pucat

Klien tampak kesusahan


dalam mengeluarkan
dahaknya

18/09
-16

DS:
-

Hipertermi
Klien mengatakan demam

Proses peradangan
(inflamasi)

sudah satu bulan


DO:
-

TD: 80/60 mmHg

Nadi: 85x/menit

Suhu: 38,5 C

RR: 20x/menit

Kulit klien teraba panas

Klien tampak lemah dan


pucat

18/916

DS:
-

Klien tampak menggigil


Ketidakseimbangan Intake nutrisi yang
Klien mengatakan mual nutrisi kurang dari tidak
muntah,

tidak

nafsu kebutuhan tubuh

adekuat

(mual muntah dan

makan, pusing berputar

nafsu makan yang

dan sariawan

menurun)

DO:
-

TD: 80/60 mmHg

Nadi: 85x/menit

Suhu: 38,5 C
5

RR: 20x/menit

IMT: 16,4 (underweight)

PATHWAYS
Mycrobacterium Tuberculosis
Alveolus
Respon radang

Hipertermi
6

Hipertermia
Leukosit memfagosit bacteri

Pelepasan bahan tuberkel


dari dinding kavitas

Leukosit digantikan
oleh makrofag

Trakeobronkial
Ketidakefektifan
Bersihan jalan
bersihan jalan
nafas tidak efektif
napas

Makrofag mengadakan
Infiltrasi
Terbentuk Sel tuberkel

Batuk

Penumpukan Sekret

Anoreksia, mual

Epiteloid

Muntah

Nekrosis kaseosa

Nyeri
Nyeri

Droplet

granulasi
Risiko
tinggi
Risiko
tinggi
penyebaran
Penyebaran
infeksi
infeksi

Jaringan parut
kolagenosa

Kerusakan membran

Gangguan
keseimbangan
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
nutrisi
kurang
kebutuhan tubuh
dari kebutuhan

Sesak napas

alveolar
Gangguan
Gangguan Pertukaran
pertukaran Gas
gas Sesak napas

Gangguan
pola
Gangguan
pola
tidur
tidur

Inadekuat oksigen
untuk beraktivitas

Intoleransi
Intoleransi
aktivitas
Aktivitas

Sumber : Sylvia dan Lorraine, 2011; Amin dan Asril, 2012; NANDA, 2012;
Wilkinson, 2011; Carpenito, 2012; Doenges, 2011
5

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a

Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidakmampuan


mengeluarkan sekresi pada jalan nafas

Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan (infeksi)


7

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake nutrisi yang tidak adekuat (mual muntah dan nafsu makan yang menurun)

INTERVENSI
No

Waktu

Dx
1
20/9-16
08.00

Tujuan & kriteria

Rencana

hasil
Setelah dilakukan

Monitor respirasi dan

Penurunan bunyi

tindakan

status oksigenasi

napas dapat

keperawatan selama

menunjukkan

2x24 jam

atelektasis.

diharapkan masalah

Posisikan klien untuk

Posisi membantu

ketidakefektifan

memaksimalkan

memaksimalkan

bersihan jalan

ventilasi dengan cara

ekspansi paru dan

napas teratasi

semi fowler

menurunkan upaya

dengan KH:

Rasional

pernapasan.

Mendemonstrasika

Lakukan fisioterapi

Mengeluarkan sekret

dada

yang tertahan

batuk efektif dan

Anjurkan klien untuk

Membantu

suara napas yang

istirahat dan napas

mengeluarkan sekret

bersih

dalam

Menunjukkan jalan

Kolaborasi dalam

Untuk pemberian

napas yang paten

pemberian obat

terapi medis

20/9-16

Setelah dilakukan

dengan tim medis.


Monitor suhu

Mengidentifikasi

09.00

tindakan

lingkungan sesering

seberapa besar derajat

keperawatan selama mungkin.

demam pasien.

2x24 jam

Monitor tekanan

Mengetahui

diharapkan masalah

darah, nadi dan

umum pasien.

hipertermia teratasi

pernapasan.

Menyebabkan

dengan KH:

Berikan kompres

vasodilatasi sehingga

Suhu tubuh dalam

hangat

terjadi perpindahan

rentang normal

keadaan

panas.
Dapat
Anjurkan klien untuk
8

menyeimbangkan

minum lebih banyak

pengeluaran yang
adekuat
Untuk menurunkan

20/9-16

Kolaborasi dengan

suhu tubuh lewat

dokter dalam

terapi farmakologi

Setelah dilakukan

pemberian antipiretik
Kaji status nutrisi

Mengetahui status

tindakan

klien

nutrisi klien.

keperawatan selama Kaji frekuensi mual

Mengetahui frekuensi

2x24 jam

mual dan muntah

diharapkan masalah

Lakukan oral hygiene

ketidakseimbangan

Menjaga kebersihan
mulut

nutrisi teratasi

Anjurkan klien untuk

Mengurangi rasa mual

dengan KH:

makan sedikit tapi

dan muntah

Asupan makanan

sering.

tercukupi.

Kolaborasi dengan

Memenuhi kebutuhan

Penurunan

ahli gizi untuk

nutrisi klien

frekuensi terjadinya

menentukan jumlah

mual muntah.

kalori dan nutrisi yang


dibutuhkan pasien

IMPLEMENTASI
N

Waktu

Implementasi

Respon

o
D
x
1

20/9-16

Memposisikan klien untuk

DS: Klien mengatakan bersedia

memaksimalkan ventilasi

DO: Klien tampak lebih rileks

dengan cara semi fowler


Memonitor respirasi dan status

DS: Klien mengatakan batuk dan

oksigenasi

dahak susah keluar


DO: - TD: 80/60 mmHg
9

Nadi: 85x/menit

Suhu: 38,5 C

RR: 20x/menit

SPO2: 93%

DS: Klien mengatakan bersedia


Melakukan fisioterapi dada

DO: Klien masih belum bisa


mengeluarkan dahaknya
DS: Klien mengatakan belum ada

Menganjurkan klien untuk

perubahan pada batuknya

istirahat dan napas dalam

DO: Klien terlihat belum bisa


batuk efektif
DS: -

21/90201

Memberikan obat paratusin


Memonitor keadaan umum

DO: obat masuk melalui oral


DS: Klien mengatakan masih

klien dan status kebutuhan

batuk dan dahak masih susah

08.00

oksigen

keluar.
DO: TD : 70/50 mmHg
N: 86 x/menit
S: 39
RR : 20x/menit
DS : klien mengatakan lebih
rileks dan lebih nyaman dengan

Memposisikan klien untuk

posisi setengah duduk.

memaksimalkan ventilasi

DO : Klien tampak lebih rileks

dengan cara semi fowler

dengan posisi semifowler


DS : Klien mengatakan bersedia
untuk dilakukan fisioterapi dada.

Melakukan fisioterapi dada

DO: Setelah dilakukan fisioterapi


dada dahak hanya keluar sedikit
DS : klien bias melakukan nafas
dalam tapi batuknya masih belum

Menganjurkan klien untuk


istirahat dan napas dalam

efektif.
DO: Klien terlihat masih
batuk terus dan belum bias
batuk dengan efektif

10

DS: DO: obat masuk lewat oral


Memberikan obat paratusin
2

20-9-2016

Memonitor

keadaan

klien dan vital sign klien.

umum DS : Klien mengatakan jika tiap


malam masih sering menggigil
DO : TD: 80/60 mmHg
Nadi: 85x/menit
Suhu: 38,5 C
RR: 20x/menit

Memberikan kompres hangat DS: Klien mengatakan merasa


pada klien

lebih nyaman ketika sudah


diberikan kompres hangat
DO: klien tampak lebih nyaman,
namun suhu tubuh belum turun
sama sekali

Menganjurkan

klien

minum lebih banyak

untuk DS: klien mengatakan enggan


utuk minum lebih banyak karena
dia merasa mual
DO: klien menolak untuk minum
lebih banyak.

Memberikan

sanmol

intravena

via DS: seteah diberi obat, suhu


tubuhnya berkurang dan sudah
merasa tidak menggigil
DO: Suhu tubuh klien menjadi

21-9-2016

Memonitor

keadaan

klien dan vital sign klien.

36.5 setelah sanmol masuk


umum DS: klien mengatakan jika masih
merasa menggigil setiap malam,
menggigil

hanya

hilang

diberi obat
DO : TD : 70/50 mmHg
N: 86 x/menit
S: 39
RR : 20x/menit
11

saat

Suhu tubuh klien mengalami


peningkatan.
Memberikan kompres hangat DS: Klien mengatakan merasa
pada klien

lebih nyaman
DO : klien terlihat nyaman tetapi
suhu tubuh belum turun

Menganjurkan

klien

minum

lebih

banyak.

Dan minum tapi hanya sedikit tidak

menganjurkan

minum

dari mau

sedikit tapi sering

untuk DS:

Klien

mengatakan

minum

banyak

mau

banyak

karena mual masih terasa.


DO : Klien enggan untuk minum
dari sedikit
DS : Klien mengatakan setelah

Memberikan

sanmol

intravena

via disuntik klien sudah tidak merasa


menggigil lagi
DO : Setelah sanmol masuk via
intravena

20-9-2016

suhu

klien

turun

menjadi 36.5
Mengkaji status nutrisi klien DS: Klien mengatakan masih
frekuensi mual dan mengkaji mual, tidak nafsu makan karena
vital sgn.

mual. Klien merasa mual saat


akan

makan

dan

sesudah

memakan makanan
DO : TD: 80/60 mmHg
Nadi: 85x/menit
Suhu: 38,5 C
RR: 20x/menit
IMT : 16.4 underweight
DS : klien mengatakan setelah
Melakukan oral hygiene pada dilakukan oral hygiene, mulut
klien

klien terasa lebih segar.


DO : klien terlihat merasa lebih
nyaman
DS : klien mengatakan tidak mau
12

Anjurkan klien untuk makan makan sama sekali karena masih


sedikit tapi sering.

merasa mual, meskipun hanya


makan sedikit
DO: klien menolak makanan
yang diberikan oleh rumah sakit.
DS: klien mengatakan tidak mau
makan makanan yang diberikan

Memberikan

nutrisi

yang DO: Klien tidak mau makan

diberikan oleh rumah sakit


sesuai jumlah dan diet yang
diperlukan
Mengkaji status nutrisi klien DS: klien mengatakan masih
frekuensi mual dan mengkaji merasa mual. Makan hanya mau
vital sgn.

sedikit.
DO: TD : 70/50 mmHg
N: 86 x/menit
S: 39
RR : 20x/menit
Klien tampak lemas

Melakukan oral hygiene pada DS : klien mengatakan setelah


klien

dilakukan oral hygiene, mulut


klien terasa lebih segar.
DO : klien tampak merasa lebih
nyaman
Ds : Klien mengatakan sudah

Anjurkan klien untuk makan mau makan tapi hanya sedikit


sedikit tapi sering.

Karena masih merasa mual


DO: klien sudah mau makan
sedikit
DS : Klien mengatakan sudah

Memberikan

nutrisi

yang makan sedikit

diberikan oleh rumah sakit DO : diet yang diberikan oleh


sesuai jumlah dan diet yang rumah sakit dimakan porsi
13

diperlukan

EVALUASI
No.d
x
1

Tanggal dan

Evaluasi

jam
13.30
20-9-2016

S : Klien mengatakan masih belum bisa mengeluarkan


dahaknya dan belum bisa batuk dengan efektif
O : Klien belum bisa batuk efektif dan dahak belum keluar
sama sekali
TD: 80/60 mmHg
Nadi: 85x/menit
Suhu: 38,5 C
RR: 20x/menit
SPO2: 93%
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

13.30
21-9-2016

Monitor vital sign

Posisikan semi fowler

Lakukan fisioterapi dada

Anjurkan nafas dalam

- Kolaborasi pemberian obat


S: Klien mengatakan dahak sudah keluar tapi hanya sedikit
dan tidak bias keluar banyak
O : klien sudah bisa mengeluarkan dahaknya namun hanya
sedikit dan tidak banyak
TD : 70/50 mmHg
N: 86 x/menit
S: 39
RR : 20x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
-

Monitor vital sign

Memposisikan semi fowler


14

Lakukan fisioterapi dada

Anjurkan nafas dalam

13.30

- Kolaborasi pemberian obat


S : Klien masih merasa menggigil ketika malam hari.

20-9-2016

O : Suhu klien berkurang setelah di berikan sanmol


TD: 80/60 mmHg
Nadi: 85x/menit
Suhu: 38,5 C
RR: 20x/menit
Setelah di beri sanmol suhu klien 36.5
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
-

Monitor vital sign

kompres air hangat

Anjurkan minum leih banyak

Kolaborasi pemberian sanmol

13.30

S : Klien mengatakan setelah efek obat yang diberikan oleh

21-9-2016

rumah sakit klien kembali menggigil lagi.


O : Klien kembali naik suhu tubuhnya
TD : 70/50 mmHg
N: 86 x/menit
S: 39
RR : 20x/menit
Namun setelah diberi sanmol lagi suhunya kembali
turun menjadi 36.5
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
-

Monitor vital sign

kompres air hangat

Anjurkan minum leih banyak

Kolaborasi pemberian sanmol


15

13.30

S : Klien mengatakan masih merasa mual dan tidak mau

20-9-2016

makan makanan yang diberikan oleh rumah sakit. Dan


tidak mau makan sedikit karena ketika makan akan terasa
mual.
O : Makanan yang di berikan oleh rumah sakit belum
dimakan sama sekali.
TD: 80/60 mmHg
Nadi: 85x/menit
Suhu: 38,5 C
RR: 20x/menit
IMT : 16.4 underweight
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
-

Kaji ku, vital sign dan frekuensi mual

Lakukan oral hygiene

Anjurkan makan sedikit tapi sering

Kolaborasikan pemberian nutrisi dengan ahli gizi

13.30

S : Klien mengatakan sudah mau makan tetapi hanya mau

21-2-2016

makan sedikit karena masih merasa mual jika untuk


makan.
O : Klien sudah mau makan sedikit, diet yang diberikan
oleh rs habis setengah porsi
TD : 70/50 mmHg
N: 86 x/menit
S: 39
RR : 20x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
-

Kaji ku, vital sign dan frekuensi mual

Lakukan oral hygiene

Anjurkan makan sedikit tapi sering

Kolaborasikan pemberian nutrisi dengan ahli gizi

16

17

BAB 3
PEMBAHASAN
A Diagnosa Keperawatan yang Muncul di Kasus
1

Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d ketidakmampuan mengeluarkan sekresi


pada jalan nafas. (NANDA, 2013).
Ketidakefektifan

bersihan

jalan

napas

adalah

ketidakmampuan

untuk

membersihkan sekresi/obstruksi saluran pernafasan guna mempertahankan jalan


napas yang bersih. (Wilkinson, 2011). Batasan karakteristik antara lain: Tidak ada
batuk, suara napas tambahan, perubahan frekuensi napas, perubahan irama napas,
sianosis, kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara, penurunan bunyi napas,
dispneu, sputum dalam jumlah yang berlebihan, batuk yang tidak efektif, gelisah.
Pada pasien ditemukan data subjektif: Klien mengatakan batuk dan dahak tidak
bisa keluar. Data objektif: Klien susah mengeluarkan dahak. Penulis menegakkan
diagnosa ketidakefektifan pola napas b.d ketidakmampuan mengeluarkan sekresi
pada jalan nafas sebagai diagnosa pertama karena berdasarkan teori kebutuhan
dasar Maslow (Potter, dkk, 2009) yang menyebutkan kebutuhan fisiologis
manusia merupakan kebutuhan utama, yaitu makan, minum, bernapas, dan lainlain. Implementasi dan rasional sesuai teori NANDA (2013) yang menyebutkan
bahwa prioritas intervensi ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah:
a

Memonitor respirasi dan status oksigenasi


R/: Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis. (Doenges,
2011).

b Memposiosisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi dengan cara semi


fowler.
R/: Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan
upaya pernapasan. (Doenges, 2011).
c

Melakukan fisioterapi dada


R/: Mengeluarkan sekret yang tertahan

Anjurkan klien untuk istirahat dan napas dalam


R/: Membantu mengeluarkan sekret

Berkolaborasi dalam pemberian obat dengan tim medis.


R/: Untuk pemberian terapi medis (Doenges, 2011).
Dari hasil evaluasi, masalah ketidakefektifan pola napas berhubungan
dengan ketidakmampuan mengeluarkan sekresi pada jalan nafas
18

diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari masalah


ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat diatasi dengan kriteria hasil
mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih,
menunjukkan jalan napas yang paten. Masalah belum teratasi dikarenakan
klien masih belum bisa batuk efektif akan tetapi dahak sudah keluar
sedikit. Anjurkan keluarga untuk memberikan lingkungan yang bersih
pada klien. Faktor pendukung dalam pelaksanaan tindakan adalah keluarga
klien cukup kooperatif. Sehingga tindakan mandiri perawat dan kolaborasi
dapat di laksanakan dengan baik. Faktor penghambat yang ditemukan
adalah kurangnya kemampuan klien untuk melakukan batuk efektif
2

Hipertemia b.d proses peradangan (inflamasi) (NANDA, 2013)


Hipertermia adalah suatu keadaan dimana seseorang/individu mengalami
kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih tinggi dari 37,80C.(Wilkinson, 2011)
Batasan karakteristik pada klien dengan hipertermia menurut NANDA, 2013
meliputi: Konvulsi, kulit kemerahan, peningkatan suhu tubuh diatas kisaran
normal, kejang, takikardi, takipnea, kulit teraba hangat.
Pada pasien ditemukan data subjektif: klien mengatakan demam. Data objektif:
kulit klien teraba panas, TD: 80/60 mmHg, nadi: 85x/menit, suhu: 38,5 C, RR:
20x/menit. Penulis menegakkan diagnosa Hipertemia b.d dehidrasi karena klien
mengalami hipertermi dan secara prioritas merupakan keadaan yang harus segera
ditangani. Implementasi dan rasional sesuai teori NANDA (2013) yang
menyebutkan bahwa prioritas intervensi hipertemia b.d dehidrasi adalah:
a

Memonitor suhu lingkungan sesering mungkin.


R/: Mengidentifikasi seberapa besar derajat demam pasien.

Memonitor tekanan darah, nadi dan pernapasan.


R/: Mengetahui keadaan umum pasien.

Memberikan kompres hangat


R/: Menyebabkan vasodilatasi sehingga terjadi perpindahan panas

Memonitor warna dan suhu kulit.


R/: Untuk mengetahui suhu kulit

Berkolaborasi dengan dokter dalam memberikan cairan intravena..


R/: Dapat menyeimbangkan pengeluaran yang adekuat

19

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang
tidak adekuat akibat mual dan napsu makan yang menurun. (NANDA, 2013).
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan
individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
metabolic. (Wilkinson, 2011). Batasan karakteristik: Kram abdomen, nyeri
abdoment, menghindari makanan, berat badan 20% atau lebih dibawah berat
badan ideal, penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat. Pada klien
ditemukan data subjektif: Klien mengatakan nafsu makan anaknya menurun, serta
mual muntah saat makan, data obyektif: Klien tampak lemas, tidak menghabiskan
makanan dari porsi yang disediakan rumah sakit, IMT: 16,4 (underweight).
Penulis menegakkan diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan
napsu makan yang menurun karena menurut Perry dan Potter (2009) jika tidak
diatasi akan menimbulkan gizi buruk karena nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik. Implementasi dan rasional sesuai teori NANDA (2013)
yang menyebutkan bahwa prioritas intervensi ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh adalah:
a

Mengkaji status nutrisi klien


R/: Mengetahui status nutrisi klien.

Mengkaji frekuensi mual


R/: Mengetahui frekuensi mual dan muntah

Melakukan oral hygiene


R/: Menjaga kebersihan mulut

Menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering.


R/: Menghindari rasa mual dan muntah

Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi klien

Dari hasil evaluasi, masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan
nafsu makan yang menurun diharapkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2 hari masalah nutrisi dapat terpenuhi dan dengan kriteria hasil
yang telah dicapai adalah napsu makan klien meningkat, mulai makan sedikit
tapi sering, akan tetapi masih merasa mual. Faktor pendukung dalam
20

pelaksanaan tindakan adalah klien dan keluarga klien cukup kooperatif,


menghindarkan makanan yang merangsang mual muntah bagi pasien. Faktor
penghambat yang ditemukan adalah terkadang klien menolak makanan yang
diberikan

21

BAB 4
PENUTUP
A KESIMPULAN
Asuhan keperawatan pada Tn. J dengan TB Paru sangatlah penting diberikan
informasi kepada keluarga. Untuk menangani masalah TB Paru senantiasa untuk
menggunakan masker/alat pelindung serta pengobatan secara rutin sampai dengan 6
bulan tidak putus obat.
B SARAN
1

Pasien dan keluarga


Diharapkan keluarga selalu menggunakan masker apabila berpaparan langsung
dengan pasien TB Paru

Perawat
Diharapkan perawat berperan aktif dalam peningkatan pengobatan bagi pasien TB
Paru

Rumah sakit
Memberikan pengetahuan dan keterampilan agar mampu merawat pasien secara
komperhensif dan optimal untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit

Instansi Pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana prasarana mengembangkan
ilmu pengetahuan dalam praktik klinik dan pembuatan lapora

Penulis
Diharapkan penulis dapat memanfaatkan waktu seefektif mungkin, sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara optimal.

22

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2011. TBC Masalah Kesehatan Dunia. www.bppsdmk.depkes.o.id. diaskses: 25
September 2016.
Doenges, Marilyn, E. 2011. Nursing Diaognosis Manual Lanning, Individualizing, and
Documenting Client Care. 2nd ed. America: F. A. Davis Company.
FKUI. 2005. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan. Jakarta: Infomedika.
Menkokesra. 2011. Lembar Fakta Tuberkulosis. http://data.menkokesra.go.id. diakses: 25
September 2016.
NANDA NIC-NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jilid
2. Diterjemahkan oleh Amin Huda. N, Hardhi Kusuma.Yogyakarta: Salemba
Medika.
Potter, Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Vol. 2. Jakarta: EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai