Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Luka bakar (Combustio) merupakan penyebab kematian kedua karena kecelakaan

yang bukan oleh disebabkan kendaraa kendaraan, 30 % dari semua kematian ini menimpa
anak-anak yang usianya di bawah 15 tahun. Lebih dari kasus tersebut seharusnya yang
dirawat di Rumah Sakit dapat dicegah.
Sebagaimana diketahui, peristiwa kecelakaan luka bakar bisa terjadi kapan saja
dimana saja dan pada umumnya adalah disebabkan oleh faktor kelalaian manusia. Api :
sebagai salah satu faktor penyebab utama kecelakaan luka bakar yang sering disebut sebagai
sahabat manusia tiba-tiba saja bisa berubah menjadi sumber malapetaka. Demikian pula
halnya listrik, bahan-bahan kimia, minyak tanah, bensin, gas, dan beberapa unsur lainnya
yang begitu dekat dan akrab dengan aktivitas keseharian manusia, tanpa disadari sekaligus
juga merupakan musuh yang harus selalu diwaspadai.
`Sebagai salah satu dari permasalahan bidang kesehatan di tanah air, pada
kenyataannya begitu banyak peristiwa kecelakaan luka bakar yang dialami oleh pelbagai
lapisan warga masyarakat. Akibat yang ditimbulkan oleh kecelakaan luka bakar dipastikan
begitu dahsyat dan membutuhkan perawatan yang sangat serius. Para korban kecelakaan luka
bakar bukan hanya merasakan kesakitan yang luar biasa tetapi diantaranya juga
mengakibatkan cacat fisik dan penderitaan psikis yang berkepanjangan. Bahkan tidak sedikit
diantaranya juga menyebabkan kematian bagi para korbannya.
Dalam kaitannya dengan tingginya tingkat kecelakaan luka bakar sejatinya harus
diupayakan sosialisasi dan publikasi kepada pelbagai lapisan warga masyarakat mengenai
bahaya dan akibat yang ditimbulkan dari kecelakaan luka bakar. Hal lain yang juga menjadi
prioritas adalah upaya menanamkan kesadaran dan merubah perilaku untuk selalu waspada
dan menghindari terjadinya kecelakaan luka bakar di lingkungannya masing-masing karena
pada umumnya kecelakaan luka bakar adalah disebabkan oleh faktor kelalaian manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar tentang luka bakar?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar?
1 | Asuhan Keperawatan Luka Bakar

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan luka
bakar.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi luka bakar.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang epidemiologi dari luka bakar.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi luka bakar.
d. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi luka bakar.
e. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi dari luka bakar.
f. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi Klinis luka bakar.
g. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang luka bakar.
h. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan luka bakar.
i. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi luka bakar.
j. Mahasiwa dapat menjelaskan tentang prognosis luka bakar.
k. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pencegahan luka bakar.
l. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan luka bakar.
D. Manfaat Penulisan
Memahami konsep dan memberikan asuhan keperwatan pada klien dengan luka bakar.

BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi
2 | Asuhan Keperawatan Luka Bakar

Luka bakar adalah luka yang dapat timbul akibat kulit terpajan ke suhu tinggi,
syok listrik, atau bahan kimia (Corwin, 2001).
Luka bakar adalah luka karena kontak dengan agen bersuhu tinggi, seperti api,
air panas, listrik, bahan kimia radiasi, suhu sangat rendah. Luka bakar adalah cedera
kulit oleh karena perpindahan energi dari sumber panas ke kulit (Smeltzer & Bare,
2002).
Luka bakar adalah kerusakan jaringan permukaan tubuh disebabkan oleh panas
pada suhu tinggi yang menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme (Buku
Penuntun Diet edisi baru).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia, dan petir yang mengenai mukosa, dan jaringan yang lebih dalam( Irna
Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001 ).
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak mata dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu
renadah (frost bite). [kapita selekta jilid 2].
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi
( Moenajat, 2001).
Bentuk kerusakan/kehilangan jaringan oleh karena kontak dengan sumber
panas (FK UI 2003).
Cedera kulit oleh karena perpindahan energi dari sumber panas ke kulit
(Effendi, 1999, Smeltzer & Bare 2002).
B. Epidemiologi
Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade terakhir ini,
yang mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar. Pusat-pusat
perawatan luka bakar telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang menangani
luka bakar terdiri dari berbagai disiplin yang saling bekerja sama untuk melakukan
perawatan pada klien dan keluarganya. Di Amerika kurang lebih 2 juta penduduknya
memerlukan pertolongan medik setiap tahunnya untuk injuri yang disebabkan karena luka
bakar. 70.000 diantaranya dirawat di rumah sakit dengan injuri yang berat. Luka bakar
merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur.
Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada
orang tua atau lanjut usia ( diatas 70 th).
C. Etiologi
a. Luka Bakar Termal
3 | Asuhan Keperawatan Luka Bakar

Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan
api,cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
b. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan
asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan
yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat
terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan
untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang
industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat
menyebabkan luka bakar kimia.
c. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi
listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya
kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
d. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri
ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari
sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar
matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi.

D. KLASIFIKASI
Fase Luka Bakar
Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas),
dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau
beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan
4 | Asuhan Keperawatan Luka Bakar

akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah
penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak
sistemik.
Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan
atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
1. Proses inflamasi dan infeksi.
2. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.
Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.

Klasifikasi luka bakar


Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan,
luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka,
yakni :
1. Berdasarkan penyebab
a. Luka bakar karena api.
b. Luka bakar karena air panas.
c. Luka bakar karena bahan kimia.
d. Luka bakar karena listrik.
e. Luka bakar karena radiasi.
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis.
Tampak merah dan kering seperti luka bakar matahari.
5 | Asuhan Keperawatan Luka Bakar

Tidak dijumpai bulae.


Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi

inflamasi disertai proses eksudasi.


Dijumpai bulae.
Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi
diatas kulit normal.

Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :


A. Derajat II dangkal (superficial)

Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar


sebasea masih utuh.

Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.

B. Derajat II dalam (deep)


Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar

sebasea sebagian besar masih utuh.


Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya

penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.


C. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar

sebasea mengalami kerusakan.


Tidak dijumpai bulae.
Kulit yang terbakar berwarna putih hingga merah, coklat atau hitam.
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal

sebagai eskar.
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung

saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.


Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan
dari dasar luka.

3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka


American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor
6 | Asuhan Keperawatan Luka Bakar

Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih

dari 20% pada anak-anak.


Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan

perineum.
Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan

derajat dan luasnya luka.


Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada

anak-anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan

perineum.
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak
(1992) adalah :
Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang

dari 10 % pada anak-anak.


Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
Luka tidak sirkumfer.
Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

Luas Luka Bakar :


Dewasa : Hukum 9 (Rule Of Nine(s)) atau anak Table Lund & Bowder
1) Permukaan kepala
2) Permukaan pinggang
3) Permukaan setiap lengan
4) Permukaan paha
5) Permukaan dada
6) Permukaan betis
7) Permukaan perut
8) Perineum & genital
9) Permukaan punggung
10) Telapak tangan

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

9%
9%
9%
9%
9%
9%
9%
9%
9%
1%

Atau dengan kata lain :


1. Kepala dan leher

: 9%

7 | Asuhan Keperawatan Luka Bakar

2. Dada depan dan belakang

:18%

3. Abdomen depan dan belakang

:18%

4. Tangan kanan dan kiri

:18%

5. Paha kanan dan kiri

:18%

6. Kaki kanan dan kiri

:18%

7. Genital

:1%

Sedangkan untuk pengukuran luka bakar pada Bayi : Rumus 10


Sedangkan untuk pengukuran luka bakar pada Anak : Rumus 10-15-10

2. Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund dan
Browder sebagai berikut
8 | Asuhan Keperawatan Luka Bakar

LOKAS
I

USIA (Tahun)
0
1

DEW

ASA

KEPAL

5
1

A
LEHER
DADA

9
2
1

7
2
1

3
2
1

0
2
1

2
13

&

PERUT
PUNG

13

GUNG
PANTA

3
2

3
2

3
2

3
2

2,5

T KIRI

PANTA

5
2

5
2

5
2

5
2

KANA

N
KELA

MIN
LENG

2,5

AN
ATAS
KA.
LENG
AN
ATAS
KI.
LENG
AN
BAWA
H KA
LENG
AN
9 | Asuhan Keperawatan Luka Bakar

BAWA
H KI.
TANG

AN KA

TANG

5
2

5
2

5
2

5
2

AN KI

PAHA

5
5

5
6

5
8

5
8

KA.

PAHA

5
5

5
6

5
8

5
8

KI.

TUNG

5
5

5
5

5
5

5
6

3,5

KAI

BAWA

H KA
TUNG

KAI

BAWA

H KI
KAKI

KANA

N
KAKI

5
3

5
3

5
3

5
3

KIRI

2,5

2,5

9,5

9,5

3,5

E. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh.
Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat
dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi
akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas
merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat

10 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agens
penyebab ( burning agent ). Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya
kontak dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka bakar tersiram air panas
pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan
suhu 68,90C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis
sehingga terjadi cedera derajat- tiga ( fullthickness injury ). Pajanan selama 15 menit
dengan air panas yang suhunya sebesar 56,1 0C mengakibatkan cedera full-thickness yang
serupa. Suhu yang kurang dari 440C dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama
tanpa menyebabkan luka bakar.
Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luar dan dalamnya luka bakar,
kemudian perawatannya dilakukan melalui 3 fase luka bakar yaitu : fase
darurat/resusitasi, fase akut atau fase intermidiet, dan fase rehabilitasi.
F. MANIFESTASI KLINIS
Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman
luka:
1) Luka bakar derajat I
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah,
nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak.
Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memutih; belum terbentuk lepuhan.
2) Luka bakar derajat II
Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya tampak
merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh
warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri.
3) Luka bakar derajat III
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna
putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah
merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna
merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut/bulu di
tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya. Jika disentuh, tidak timbul rasa
nyeri karena ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan.

G. PEMERIKSAAN FISIK
11 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

1. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah
sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat
cukup berat.
2. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda
tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
3. Pemeriksaan kepala dan leher

Kepala dan rambut


Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah
terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar.

Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda
asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok
kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar.

Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung.
yang rontok.

Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake
cairan kurang.

Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan
serumen.

12 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan.

4. Pemeriksaan thorak / dada


Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal,
vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara
ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi.

5. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area
epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
6. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi
dan indikasi untuk pemasangan kateter.
7. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
8. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila
supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok
neurogenik)
9. Pemeriksaan kulit

13 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman
luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine
lund and Browder) sebagai berikut :

Bag tubuh
1 th

2 th

Dewasa

Kepala leher

18%

14%

9%

Ekstrimitas atas (kanan dan kiri)

18%

18%

18 %

Badan depan

18%

18%

18%

Badan belakang

18%

18%

18%

Ektrimitas bawah (kanan dan kiri)

27%

31%

30%

Genetalia

1%

1%

1%

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan serum : hal ini dilakukan karena ada pada pasien dengan luka bakar
mengalami kehilangan volume

Pemeriksaan elektrolit pada pasien dengan luka bakar mengalami kehilangan volume
cairan dan gangguan Na-K pump.

14 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis metabolisme dan
kehilanga protein

Faal hati dan ginjal

CBC mengidentifikasikan jumlah darah yang ke dalam cairan, penuruan HCT dan
RBC, trombositopenia lokal, leukositosis, RBC yang rusak

Elektolit terjadi penurunan calsium dan serum, peningkatan alkali phospate

Serum albumin : total protein menurun, hiponatremia

Radiologi : untuk mengetahui penumpukan cairan paru, inhalas asap dan menunjukkan
faktor yang mendasari

ECG : untuk mengetahui adanya aritmia

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan luka dapat dibagi menjadi tiga fase :
1. Fase Resusitasi (48 jam pertama):
Memerlukan penanganan yang cepat dan tpat sesuai dengan kondisi
Terapi cairan sesuai kebutuhan
Terapi ABC (Airway, Breathing, Circulation)
Pemantauan ketat
Biasanya dilakukan di UGD sampai dengan kondisi pasien stabil
2. Fase Akut (> 48 jam pertama)
Mulai adanya dieresis dimana terjadinya perpindahan cairan dari interstiil dan
diteruskan melalui daerah luka bakar.
Biasanya dilakukan operasi skin graft jika luka bakar luas dan dalam.
3. Fase Rehabilitasi
Luka membaik pengembalian fungsi tubuh yang

mengalami

defisit/kemunduran seperti kontraktur


Peranan fisioterapist sangat besar.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan luka yaitu :
penyembuhan luka, infeksi, dan penanganan luka.

1. Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka terbagi dalam 3 fase:
A. Fase Inflamasi

15 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

Adalah fase yang berentang dari terjadinya luka bakar sampai 3 atau 4 hari
pascaluka bakar. Dalam fase ini terjadi perubahan vaskular dan proliferasi selular.
Daerah luka mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotonin. Mulai
timbul epitelisasi.
B. Fase Fibroblastik
Fase ini dimulai pada hari ke 4-20 pascaluka bakar. Pada fase ini timbul sebukan
fibroblast yang membentuk kolagen yang tampak secara klinis sebagai jaringan
granulasi yang berwarna kemerahan.
C. Fase Maturasi
Terjadi proses pematangan kolagen. Terjadi pula penurunan aktivitas selular dan
vaskular, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1 tahun dan berakhir jika
sudah tidak ada tanda-tanda radang. Bentuk akhir dari fase ini berupa jaringan parut
yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.
2. Infeksi
Masalah utama yang seringkali dialami pasien luka bakar yaitu terjadinya
infeksi yang kemudian berakhir dengan sepsis. Infeksi secara klinis dapat
didefinisikan sebagai pertumbuhan organisme pada luka yang berhubungan dengan
reaksi jaringan dan tergantung pada banyaknya mikroorganisme patogen dan
meningkat dengan virulensi dan resistensi dari pasien (Rice, WFA, 1995). Seringkali
kolonisasi disalahartikan sebagai infeksi. Kolonisasi merupakan pertumbuhan
organisme pada luka tetapi tidak menimbulkan respon tertentu seperti merah,
bengkak dan nyeri dengan jumlah mikroorganisme <100.000/gram jaringan.
3. Penanganan Luka
Ada berbagai macam hal yang dapat dilakukan dalam menangani luka bakar
sesuai dengan keadaan luka yang dialami pasien:

A. Pendinginan Luka
Pendinginan luka dilakukan untuk mencegah pasien berada pada zona luka bakar
yang lebih dalam. Tindakan ini juga dapat mengurangi perluasan kerusakan fisik sel,
mencegah dehidrasi, dan membersihkan luka sekaligus mengurangi nyeri.
B. Debridement
Tindakan debridement bertujuan untuk membersihkan luka dari jaringan nekrosis
atau bahan lain yang menempel pada luka. Tindakan ini penting dilakukan untuk
mencegah terjadinya infeksi luka dan mempercepat proses penyembuhan luka.
16 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

C. Tindakan Pembedahan
1) Pada luka bakar circumferencial jaringan luka bakar yang terbentuk akan
mengeras dan menekan pmbuluh darah sehingga memerlukan tindakan
eskarotomi. Eskarotomi merupakan tindakan pembedahan utama untuk
mengatasi perfusi jaringan yang tidak adekuat karena adanya eschar yang
menekan vaskular. (Ignatavicius D, 1991 hal 385). Tindakan yang dilakukan
hanya berupa insisi bukan membuang eschar. Tindakan ini sebaiknya
dilakukan sebelum hari ke-5. Tanda-tanda klinis yang harus diperhatikan untuk
dilakukannya tindakan ini antara lain : adanya sianosis jaringan distal,
kapilarisasi yang buruk, anastesia.
2) Pada luka bakar dalam karena sengatan listrik dapat menyebabkan edema yang
hebat pada fasia yang selanjutnya dapat mengakibatkan kesemutan (penekanan
syaraf); penekanan vena; nekrose (penekanan arteri). Pada kondisi ini pasien
memerlukan tindakan fasiotomi. (Sidik, 1982).
3) Tindakan pembedahan lain yang sering dilakukan pada pasien luka bakar
adalah eksisi tangensial yaitu tindakan membuang jaringan dan jaringan di
bawahnya sampai persis di atas fasia dimana terdapat pleksus pembuluh darah
sehingga bisa langsung dilakukan operasi tandur kulit (skin graft). (Sidik,
1983).
D. Terapi Isolasi dan Manipulasi Lingkungan
Luka bakar mengakibatkan immunosupresi (penekanan system immune) tubuh
selama tahap awal cedera. Oleh karenanya pasien luka bakar memerlukan ruangan
khusus dengan suhu ruangan yang dapat diatur, udara bersih, serta terpisah dari
pasien lain yang bisa menimbulkan infeksi silang.
Alat tenun yang digunakan harus steril, perawat menggunakan masker, gaun,
dan sarung tangan steril setiap kali melakukan tindakan untuk pasien. Perawat
sebaiknya menggunakan lebih banyak alat disposibel dan menjaga kebersihan
seluruh perangkat atau perabot yang ada di ruangan. Tidak dianjurkan untuk
meletakkan tanaman atau karangan bunga di ruangan untuk mengurangi infeksi
pseudomonas

(karena

pseudomonas

menyukai

lingkungan

area

tanaman).

(Ignatavicius Donna, hal.391, 1991).


I. PROGNOSIS
Pemulihan

tergantung

kepada

kedalaman

dan

lokasi

luka

bakar.

Pada luka bakar superfisial (derajat I dan derajat II superfisial), lapisan kulit yang mati
17 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

akan mengelupas dan lapisan kulit paling luar kembali tumbuh menutupi lapisan di
bawahnya. Lapisan epidermis yang baru dapat tumbuh dengan cepat dari dasar suatu
luka bakar superfisial dengan sedikit atau tanpa jaringan parut. Luka bakar superfisial
tidak menyebabkan kerusakan pada lapisan kulit yang lebih dalam (dermis).
Luka bakar dalam menyebabkan cedera pada dermis. Lapisan epidermis yang
baru tumbuh secara lambat dari tepian daerah yang terluka dan dari sisa-sisa epidermis
di dalam daerah yang terluka. Akibatnya, pemulihan berlangsung sangat lambat dan
bisa terbentuk jaringan parut. Daerah yang terbakar juga cenderung mengalami
pengkerutan, sehingga menyebabkan perubahan pada kulit dan mengganggu
fungsinya.
Luka bakar ringan pada kerongkongan, lambung dan paru-paru biasanya akan
pulih tanpa menimbulkan masalah. Luka yang lebih berat bisa menyebabkan
pembentukan jaringan parut dan penyempitan. Jaringan parut bisa menghalangi
jalannya makanan di dalam kerongkongan dan menghalangi pemindahan oksigen yang
normal dari udara ke darah di paru-paru.
J. KOMPLIKASI
a. Syok hipovolemik
b. Kekurangan cairan dan elektrolit
c. Hypermetabolisme
d. Infeksi
e. Gagal ginjal akut
f. Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri,
edema.
g. Paru dan emboli
h. Sepsis pada luka
i. Ilius paralitik
K. PENCEGAHAN
Pakailah lotion pelindung terhadap sinar matahari jika berada di luar rumah.
Pasanglah alat anti kebakaran di rumah. Pasang juga alarm untuk asap dan aturlah

pintu darurat.
Pakailah alat pelindung dan berhati-hatilah ketika berada di daerah panas atau daerah
radiasi.

18 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

Jangan sentuh kabel listrik yang tidak terlindung.


Ajari anak-anak untuk mengetahui aturan yang aman dalam menggunakan korek api,

kompor dan alat listrik.


Membuang kabel penyambung yang ujungnya dicabangkan dan ujung yang lain

terdapat bola lampu, berbahaya.


Jika anda memiliki anak kecil, tutuplah colokan listrik agar tidak berbahaya. Buanglah
kabel yang rusak.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
a. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit;
gangguan massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan
nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri);
disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
19 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising
usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik
(syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; sementara respon pada luka bakar ketebalan derajat
kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan toraks mungkin
terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii
(obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas:
gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam
(ronkhi).
i. Keamanan:
Tanda:
1) Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area
kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan/status syok.
2) Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa
20 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar
mulut dan atau lingkar nasal.
3) Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus;
lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara umum lebih
dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut
sampai 72 jam setelah cedera.
4) Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar
(eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan
luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot
tetanik sehubungan dengan syok listrik).

j. Pemeriksaan diagnostik:
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama
penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama

karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.


Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,

khususnya pada cedera inhalasi asap.


BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan

otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.


Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka

bakar masif.
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and
documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai
berikut :
1.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema dan efek


inhalasi asap, gas CO.

2.

Kurang volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan pembeabilitas

21 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

kapiler dan kehilangan lewat evaporasi dari luka bakar.


3.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat;


kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Penekanan respons inflamasi.

4.

Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.


Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.

5.

Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler


perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena.

6.

Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status


hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada
cedera berat) atau hipermetabolisme.

7.

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,


nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.

8.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan


kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN

DAN INTERVENSI

RASIONAL

KRITERIA
DX 1

HASIL
Setelah dilakukan

Kaji

refleks

asuhan

gangguan/menelan;

keperawatan

perhatikan pengaliran

selama...24 jam

air

diharapkan

ketidakmampuan

cedera

liur,

jalan

menelan, serak, batuk

nafas

tetap

mengi.

Dugaan
inhalasi

bersihan
efektif.

Awasi

frekuensi,

Kriteria Hasil :

irama,

kedalaman

Bunyi

nafas

pernafasan

bantu, sianosis dan

RR

perhatikan

adanya

perubahan sputum

vesikuler,

Takipnea,
penggunaan

otot

dalam

batas

pucat/sianosis

normal,

bebas

sputum mengandung

terjadi

karbon

pernafasan/edema

dispnoe/cyanosis.

atau

22 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

dan
merah

menunjukkan
distress

muda.

paru

dan

kebutuhan
intervensi medik.

Auskultasi

paru,

perhatikan

stridor,

Obstruksi

jalan

nafas/distres

mengi/gemericik,

pernafasan

penurunan

terjadi

bunyi

nafas, batuk rejan.

dapat
sangat

cepat atau lambat


contoh sampai 48
jam

setelah

terbakar.

Perhatikan

adanya

Dugaan

pucat atau warna buah

hipoksemia

ceri merah pada kulit

karbon

yang cidera

monoksida.

Tinggikan

adanya
atau

kepala

tempat tidur. Hindari

Meningkatkan

penggunaan bantal di

ekspansi

paru

bawah kepala, sesuai

optimal/fungsi

indikasi

pernafasan.
Bilakepala/leher
terbakar,

bantal

dapat menghambat
pernafasan,
menyebabkan
nekrosis

pada

kartilago

telinga

yang terbakar dan


meningkatkan
konstriktur leher.

Dorong batuk/latihan

23 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

nafas

dalam

dan

perubahan

posisi

ekspansi

sering.

paru,

memobilisasi dan

Tingkatkan
suara

Meningkatkan

istirahat

tetapi

kaji

kemampuan
bicara

drainase sekret.

untuk

Peningkatan
sekret/penurunan

dan/atau

kemampuan untuk

menelan sekret oral

menelan

secara periodik.

menunjukkan
peningkatan
edema trakeal dan
dapat
mengindikasikan
kebutuhan

untuk

intubasi.

Selidiki

perubahan

perilaku/mental
contoh

gelisah,

Meskipun

sering

berhubungan

agitasi, kacau mental.

dengan

nyeri,

perubahan
kesadaran

dapat

menunjukkan
terjadinya/membur
uknya hipoksia.

Awasi

24

jam

keseimbngan

cairan,

Perpindahan

perhatikan

cairan

variasi/perubahan.

kelebihan

atau

penggantian cairan
meningkatkan
risiko edema paru.
Catatan : Cedera
inhalasi
24 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

meningkatkan
kebutuhan

cairan

sebanyak

35%

atau lebih karena

Lakukan

edema.

program

kolaborasi meliputi :

O2

memperbaiki

hipoksemia/asidos
-

Berikan pelembab

is.

O2

cara

menurunkan

yang tepat, contoh

pengeringan

masker wajah

saluran pernafasan

melalui

Pelembaban

dan
-

viskositas sputum.

Awasi/gambaran

seri GDA

menurunkan

PaO2 kurang dari


50, PaCO2 lebih
besar dari 50 dan
penurunan

pH

menunjukkan
inhalasi asap dan
terjadinya
-

Kaji

ulang

seri

rontgen.

pneumonia/SDPD.

Perubahan
menunjukkan
atelektasis/edema
paru

tak

dapat

terjadi selama 2
3
DX 2

Setelah dilakukan

hari

setelah

terbakar.
1. Awasi tanda vital, 1. Memberikan

asuhan

CVP.

Perhatikan

keperawatan

kapiler

dan

penggantian cairan

selama ...24 jam

kekuatan

nadi

dan

diharapkan pasien

perifer.

25 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

pedoman

respon

untuk
mengkaji

menunjukan

kardiovaskuler.

perbaikan

2. Awasi pengeluaran 2. Penggantian cairan

keseimbangan

urine

cairan . kriteria
hasil:

dititrasi

untuk

jenisnya. Observasi

meyakinkan

rata-2

warna urine dan

pengeluaran

urine

urine

hemates

30-50 cc/jam pada

individu adekuat,

indikasi.

Haluaran
TTV

stabil,dan

dan

berat

sesuai

orang dewasa.

3. Perkirakan

3. Peningkatan

membran mukosa

drainase luka dan

permeabilitas

lembab

kehilangan

kapiler, perpindahan

yang

tampak

protein,

proses

inflamasi

dan

kehilangan
melalui

cairan
evaporasi

mempengaruhi
volume
dan

sirkulasi
pengeluaran

urine.
4. Timbang

berat 4. Penggantian cairan

badan setiap hari.

tergantung

pada

berat badan pertama


dan

perubahan

selanjutnya.
5. Ukur

lingkar 5. Memperkirakan

ekstremitas

yang

luasnya

terbakar tiap hari

oedema/perpindaha

sesuai indikasi

cairan

yang

mempengaruhi
volume
dan

sirkulasi
pengeluaran

urine.
6. Observasi distensi 6. Stres ulkus terjadi
abdomen,hematom
26 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

pada setengah dari

esis,feces hitam.

semua pasien yang


luka bakar berat.

7. Lakukan

program

kolaborasi meliputi
:
-

Pasang

/ -

Observasi

pertahankan kateter

fungsi

urine tak menetap

mencegah

ketat

ginjal

dan
stasis

atau refleks urine.


-

Pasang/

pertahankan

Memungkinkan
infus cairan cepat.

ukuran kateter IV.


-

Berikan

Resusitasi

cairan

penggantian cairan

menggantikan

IV yang dihitung,

kehilangan

elektrolit, plasma,

cairan/elektrolit dan

albumin.

membantu
mencegah
komplikasi.

Awasi

hasil -

Mengidentifikasi

pemeriksaan

kehilangan

laboratorium ( Hb,

darah/kerusakan

elektrolit,

SDM

natrium ).

kebutuhan

dan

penggantian cairan
DX 3

Setelah dilakukan

dan elektrolit.
1. Tekankan pentingnya 1. Mencegah

asuhan

teknik

cuci

tangan

keperawatan

yang

baik

untuk

selama...24

semua individu yang

jam ,pasien bebas

datang kontak dengan

dari infeksi.
Kriteria evaluasi:
tak ada demam,

pasien.
2. Gunakan skort,sarung
tangan,masker,dan

27 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

kontaminasi silang.

2. Mencegah terpajan
pada
infeksius.

organisme

pembentukan

teknik antiseptik ketat

jaringan granulasi

selama

baik.

luka

perawatan
langsung

3. Rambut media baik

dan

untuk pertumbuhan

berikan pakaian steril.


3. Cukur
atau
ikat

bakteri.
secara

rambut disekitar area


yang
meliputi

keluarnya

inchi.

Cukur rambut wajah

bersihkan

bakteri

keluka bakar.
4. Air melembutkan

dan beri sampo pada


kepala tiap hari.
4. Ganti balutan

teratur

menurunkan

terbakar
1

Pencucian

dan

membantu

membuang balutan

dan

dan jaringan parut .

area

terbakar dalam bak


hidroterapi /pancuran
dengan

kepala

pancuran

dapat

dipegang.cuci

5. Meningaktkan

area

dengan

agent

pembersih ringan atau

penyembuhan.
mencegah

auto

kontaminasi.

sabun bedah.
5. Bersihkan
jaringan
nekrotik yang lepas
dengan gunting atau 6. Mengidentifikasi
forsep.jangan ganggu

adanya

lepuh yang utuh bila

penyembuhan

kecil dari 2-3 cm,

(granulasi jaringan)

jangan pajankan luka

dan

yang terinfeksi.
6. Periksa luka tiap hari ,

memberikan

deteksi dini infksi

perhatikan atau catat -

luka bakar.
Menurunkan risiko

perubahan

infeksi

penampilan
atau

,bau

kuantitas

drainase.
28 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

pada

insersi

sisi

dengan

kemungkinan
mengarah

pada

7. Kolaborasi :
- Tempatkan IV/garis invasif pada area yang
tak terbakar.
-

septikemia.
Biopsi

dapat

diambil

untuk

diagnosa infeksi.
Antibotik lokal dan
sistemik
untuk

Bantu biopsi eksisi


bila infeksi dicurigai.

diberikan
mengontrol

patogenyang
terinfeksi

oleh

kultur /sensitivitas.
-

Berikan obat dengan


tepat,seperti
suberchar
slysis/antibiotik
sistemik,tetanus

DX 4

toksoid.
Setelah dilakukan 1. Tutup luka

sesegera 1) Suhu berubah dan

asuhan

mungkin

kecuali

keperawatan

perawatan luka metode

menyebabkan

selama ...x24 jam

pemajanan pada udara

nyerihebat

pada

terjadi

terbuka.

pemajanan

ujung

saraf.
2) Pengaturan

suhu

pengendalian
terhadapanyeri.

2. Pertahankan

suhu

Krteria hasil:

lingkungan

Nyeri

nyaman,penutup tubuh

berkurang atau

hangat.

terkontrol.
Menunjukan
rileks
Berpartisipasi
dalam
aktivitas

keluhan

nyeri,perhatikan lokasi,
karakter dan intensitas

dan

dengan tepat.

luka bakar mayor


sumber

panas

eksternal

perlu
mencegah

menggigil.
3) Perubahan
lokasi,karakter
dapat

(skala 0-10)

istirahat

dapat hilang karena

untuk

ekspresi wajah 3. Kaji


-

tidak

gerakan udara dapat

mengindikasikan
4. Berikan

tindakan

kenyamanan

29 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

terjadinya
komplikasi.
4) Meningkatkan

dasar,contoh

pijatan

relaksasi.

pada area yang tidak


sakit,perubahan posisi
dengan sering.
5. Dorong
penggunaan
teknik

manajemen

sterss ,seperti relaksasii


progresif, nafas dalam.
6. Kolaborasi : berikan
analgesik

sesuai

5) Memfokuskan
kembali
perhatian,meningkat
kan relaksasi.
6) Membantu proses

indikasi.

DX 5

Setelah dilakukan
asuhan

gerakan nadi perifer

edema dapat cecara

keperawatan

dan pengisian kapiler

cepat

selama...x24 jam

pada ekstremitas luka

pembuluh

terjadi

bakar melingkar.

sehingga

perfusi

jaringan

yang

menekan
darah,

mempengaruhi

adekuat.

sirkulasi

Kriteria hasil:

meningkatkan statis

Pengisian
kapiler baik

penyembuhan.
1. Kaji warna, sensasi, 1) Pembentukan

Warna

2. Tinggikan ekstremitas
kulit

yang

sakit,

normal pada area

tepat.

yang cedera

memplester

dengan
Hindari
sekitar

dan

vena/edema.
2) Meningkatkan
sirkulasi
sistemik/aliran balik
vena.

ekstermitas /jari yang


terbakar.
3. Dorong

latihan 3) Meningkatkan

rentang gerak aktif

sirkulasi lokal dan

pada

sistemik.

bagian

tubuh

yang tidak sakit.


4) Distritmia jantung
4. Selidiki nadi secara
terjadi
segagai
teratur.
akibat perpindahan
elektrolit.
5) Kehilangan
5. Kolaborasi

30 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

awasi

atau

elektrolit ,khususnya

perpindahan

natrium, kalium, dan

elektrolit

kalsium.

mempengaruhi

Berikan

terapi

penggantian

sesuai indikasi.

ini

potensial membran
mukosa

sehingga

menurunkan
jantung
Dx 6

curah
/perfusi

jaringan.
bising 1) Ileus

Setelah dilakukan 1. Auskultsi

sering

asuhan

usus,perhatikan

berhubungan

keperawatan

hipoaktif/tak ada bunyi.

dengan

periode

selama...24 jam

pasca

diharapkan pasien

tetapi

menunjukan

dalam 36-48 jam

pemasukan nutrisi

dimana

yang

adekuat

untuk memenuhi 2. Pertahankan

jumlah

kebutuhan

kalori ketat. Timbang

metabolisme

tiap

dengan

persen area permukaan

kriteria

hasil :
-

Berat badan
otot terukur
Keseimbang
an

ulang

tubuh terbuka/ luka tiap

stabil/massa
-

hari.kaji

minggu.
3. Berikan

makan

dan

makanan kecil sedikit

bakar

biasanya
makanan

oral dapat dimulai,


2) Pedoman
tepat
untuk

pemasukan

kalori tepat.

3) Membantu mecegah
distensi
gaster/ketidaknyam
anan

dan sering.

dan

meningkatkan

nitrogen

pemasukan.
4) Kalori dan protein

positif,dan
regenerasi
jaringan.

luka

diperlukan
4. Dorong pasien untuk
memandang

diet

sebagai pengobatan dan

mempertahankan
berat
badan,meningkatka

untuk membuat pilihan


makanan

untuk

n penyembuhan.
/minuman 5) Mulit/palatum

tinggi kalori/prptein.
31 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

bersih

5. Berikan kebersihan oral

meningkatkan rasa

sebelum makan.

dan

membantu

nafsu makan yang


baik.
6) Kolaborasi :
berguna
dalam

6. Kolaborasi:
- Rujuk ke ahli diet.

membuat kebutuhan
-

Berikan

diet

5000/hari),protein,d

tinggi

kalori/protein

nutrisi individu.
Kalori
(3000an

dengan

vitamin

yang

dibutukan

tambahan vitamin.

untuk

memenuhi
peningkatan
-

Awasi pemeriksaan lab.


Contoh

albumin

keb.metabolik.
Indikator keb nutrisi
dan

keadekuatan

diet.

serum,kreatinin,
transferin,
Dx 7

Setelah dilakukan

nitrogen

urea urin.
1. Pertahankan

posisi 1) Meningkatkan

asuhan

tubuh tepat dengan

pungsi

keperawatan

dukungan ,khususnya

pada

ekstermitas

selama...x24 jam

untuk luka bakar di

dan

mencegah

terjadi

atas sendi.

kontraktur,yang

mobilitas

fisik

yang

lebih mungkin di

optimal.
Kriteria hasil:
-

2. Lakukan

latihan

Turut

rentang gerak secara

berpartisipasi

konsisten

dalam

dengan

aktivitas

sehari-hari
.

fungsional

diawali
pasif

32 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

secara

progresif
mengencangkan
jaringan parut dan
kontraktur.
3) Meningkatkan

kemuadian aktif.
3. Jadwalkan
pengobatan

atas sendi.
2) Mencegah

dan

kekuatan

dan

aktifitas
untuk

perawatan
memberikan

toleransi

pasien

terhadap aktivitas.

periode istirahat tak


terganggu.
4. Dorong
dukungan
keluarga

/orang

terdekat pada latihan


rentang gerak.

dengan

rehabilitasi,

kluarga atau orang


terdekat untuk aktif
dalam

5. Kolaborasi :
Konsul

4) Memampukan

fisikal

dan

perawatan

pasien.
5) memberikan
aktivitas/program
latihan terintregrasi

terapis kejuruan.

dan

alat

bantu

khusus berdasarkan
DX 8

Setelah dilakukan
askep

selama

..24

jam

diharapakn terjadi
integritas
yang

kulit
tampak

kebutuhan.pasien.
Praoperasi
1. Memeberikan

Praoperasi
1. Kaji,catat
ukuran,warna,kedalama

informasi

tentang

luka.

Perhatikan

jaringan nekrotik dan

keb.penanaman

kondisi sekitar luka.

kulit dan petunjuk


tentang

membaik.
Kriteria hasil:
-

Kulit
umum

secara
tampak

utuh dan bebas

2. Berikan perawatan luka


bakar yang tepat dan
tindkan kontrol infeksi.

Luka

terbuka

berwarna merah
muda,
repitelisasi

Pasca operasi
1. Pertahankan balutan
di atas area balutan
graf baru dan sisi

memperlihatkan
dan

pada area graf.


2. Menyiapkan
jar.untuk
penanaman

dan

infeki/kegagalan

tekanan

dan trauma
-

sirkulasi

menurunkan risiko

dari tanda-tanda
infeksi,

dasar

donor
indikasi,contoh

33 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

sesuai

graf.
Pasca operasi
1. Area
mungkin
ditutupi
bahan

oleh
dengan

permukaan tembus
pandang

tak

bebas dari infeksi

berlubang,

reaktif

Luka yang baru

petroleum,tak

menghilangkan

sembuh

berperekat.

robekan dari epitel

teraba

lunak dan licin


Kulit

2. Aspirasi bled dibawah

terlumasi

kulit

dan elastis

graf

jarum

dengan

steril

atau

gulungan dengan lidi


kapas steril.

baru.
2. Bleb berisi cairan
mencegah

graf

melekat

pada

jar.dibawahnya
meningkatkan
resiko

3. Kolaborasi

siapkan

/bantu

bedah/balutan

yang tak cedera.


,contoh

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasikan disesuaikan intervensi yang telah dibuat.
E. EVALUASI
DX 1
:
- Bersihan jalan nafas kembali efektif
- Bunyi nafas vesikuler,
- RR dalam batas normal,
- Bebas dispnoe/cyanosis.

DX 3
DX 4
DX 5

graf.
3. Kulit graf diambil
dari

autografi.

kegagalan

prosedur
biologis

DX 2

untuk

:
Haluaran urine individu adekuat,
TTV stabil dan
membran mukosa lembab
:
tak ada demam,
pembentukan jaringan granulasi baik.
:
Nyeri berkurang atau terkontrol.
Menunjukan ekspresi wajah rileks
Berpartisipasi dalam aktivitas dan istirahat dengan tepat.
:

34 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

bagian

px

Pengisian kapiler baik


-

Warna kulit normal pada area yang cedera

DX 6

- Berat badan stabil/massa otot terukur


- Keseimbangan nitrogen positif,dan regenerasi jaringan
DX 7
:
- Turut berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari
DX 8
-

:
Kulit secara umum tampak utuh dan bebas dari tanda-tanda infeksi, tekanan dan
trauma

Luka terbuka berwarna merah muda, memperlihatkan repitelisasi dan bebas dari
infeksi

Luka yang baru sembuh teraba lunak dan licin

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Luka bakar adalah luka karena kontak dengan agen bersuhu tinggi, seperti api, air
panas, listrik, bahan kimia radiasi, suhu sangat rendah. Luka bakar adalah cedera
kulit oleh karena perpindahan energi dari sumber panas ke kulit.
-

Penatalaksanaan luka dapat dibagi menjadi tiga fase :


Fase Resusitasi (48 jam pertama):
Fase Akut (> 48 jam pertama)
Fase Rehabilitasi

Komplikasi pada luka bakar


-

Syok hipovolemik

35 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

Kekurangan cairan dan elektrolit

Hypermetabolisme

Infeksi

Gagal ginjal akut

Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri,


edema.

B. SARAN
Sebagai seorang perawat diharapkan lebih memperdalam pengetahuan serta
keterampilannya agar menjadi seorang perawat yang profesional. Dan sebagai
seorang mahasiswa diharapkan agar lebih memperdalam ilmu agar menjadi seorang
perawat yang profesional.
Dan sebagai seorang tenaga kesehetan agar dapatbekerja sama dengan baik
sehingga tercipta pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan berkesinambungan
demi terciptanya pelayanan kesehatan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedoketran
EGC. Jakarta
Mansjoer, Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta:Media Aesculapis
Price &Wilson,2006. Patofisiologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

36 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

37 | A s u h a n K e p e r a w a t a n L u k a B a k a r

Anda mungkin juga menyukai