Bab 2 Pemeriksaan Jenazah Forensik Medikolegal PDF
Bab 2 Pemeriksaan Jenazah Forensik Medikolegal PDF
BAB II
PEMERIKSAAN JENAZAH
FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
A. Tujuan pembelajaran
Setelah menyelesaikan stase di Bagian Kedokteran Forensik dan
Medikolegal, mahasiswa diharapkan mampu:
Melakukan pemeriksaan terhadap jenazah Forensik dan Medikolegal
Menemukan dan menilai perubahan-perubahan postmortem
Menemukan kelainan pada jenazah yang berkaitan dengan kematian
Menganalisa hasil pemeriksaan jenazah Forensik dan Medikolegal
Menentukan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan
Menyusun hasil pemeriksaan dalam suatu Visum et Repertum
12
eran F
k & Me
C. Algoritme kasus
PERIKSA DALAM
JENAZAH FORENSIK
PERIKSA LUAR:
- Periksa pakaian, perhiasan,
dokumen korban
Periksa tubuh jenazah
SEKSI+BUKA+PERIKSA RONGGA
q
AMBIL ORGAN
q
q
q
ANALISIS HASIL
q
VISUM ET REPERTUM
13
D . Penjabaran prosedur
Pemeriksaan Luar (PL)
Pelaksanaan otopsi didahului dengan pemeriksaan luar jenazah.
Pemeriksaan ini dilakukan mulai dari ujung rambut kepala sampai ujung
kuku kaki seteliti mungkin. Periksa identitas jenazah, memastikan keamanan
pengelolaan jenazah (ada/tidaknya label), memeriksa benda-benda di
sekitar jenazah (baik yang menutupi, melekat ataupun yang dikenakan
korban), menilai keadaan umum jenazah (utuh atau tercerai-berai),
memeriksa ukuran jenazah (tinggi badan-berat badan), memeriksa tandatanda kematian sekunder untuk memperkirakan saat kematian, dan mencari
tanda-tanda kekerasan serta kelainan-kelainan yang mungkin berhubungan
dengan peristiwa kematian korban.
Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam perlu diperhatikan peralatan dan kelengkapannya. Pada prinsipnya di Rumah Sakit tersedia otopsi set, terutama pada
Rumah Sakit pendidikan. Tetapi secara sederhana dapat digunakan minor
set ditambah fasilitas air yang cukup, gergaji serta elevator untuk membuka
tulang atap kepala.
I.
Pengirisan Kulit
14
eran F
k & Me
15
jari tengah tangan kiri dimasukkan ke dalam lubang tersebut dan ditekuk
hingga posisi tengadah. Kemudian pisau diiriskan diantara kedua jari
mengikuti linea mediana sesuai irisan kulit yang sudah ada ke arah bawah
dengan kedua jari tersebut mengiringi hingga mencapai simphisis pubis
Fungsi kedua jari tersebut adalah agar viscera di belakang dinding perut
tidak teriris. Selanjutnya pada bagian dalam dinding perut (sedikit di bawah
umbilikus) muskulus rektus abdominis dipotong horisontal tegak lurus
dengan arah serabut otot (pemotongan ini jangan sampai menembus/
mengiris kulit perut). Pemotongan ini bertujuan untuk memperluas medan
pandangan ke dalam rongga perut. Perhatikan, jika di dalam rongga perut
ada cairan harus langsung diperiksa (diukur) tanpa membuka rongga dada
terlebih dahulu agar apabila di dalam rongga dada juga ada cairan
keduanya tidak tercampur sehingga pemeriksaan tidak menjadi kacau.
Adanya 400 ml cairan dalam rongga perut dapat menyebabkan kematian.
Perhatikan juga kedudukan alat-alat rongga perut serta keadaan diafragma.
II.2. Pembukaan Dinding Dada.
Pertama-tama dilakukan penyiangan kulit dan otot dinding dada.
Dimulai dari arkus kostarum, dengan cara tangan kiri memegang kulit dan
tangan kanan memegang pisau. Kulit dipegang sedemikian rupa sehingga
posisi ibu jari di bagian dalam sedangkan 4 jari lainnya di bagian luar kulit
dada. Kulit kemudian ditarik dan dipuntir dengan kuat ke arah luar sehingga
punggung tangan kiri menyentuh kulit dada. Kemudian pisau diiriskan di
sebelah dalam puntiran kulit diantara otot dan tulang dengan posisi miring 45o dari bidang datar dada sedemikian rupa sehingga kulit dan otot
beserta origonya terpotong hingga bersih dari perlekatannya dengan tulang
iga dan tulang dada. Penyiangan dilakukan ke arah kranial sampai klavikula
dan jakun, dan ke lateral sampai linea aksilaris anterior. Perhatikan, adakah
16
eran F
k & Me
hematom (catat ukuran dan lokasinya), patah tulang (catat lokasinya) serta
kelainan lainnya ?
Kemudian tulang dada (sternum) dilepas dengan cara :
Pisau dipegang dengan tangan kanan, mata pisau diletakkan pada
rawan iga ke-2 kira-kira 1 cm (1 jari) dari persambungan rawan iga dengan
tulang iga dengan kemiringan 30o antara mata pisau dengan bidang datar
dada. Telapak tangan kiri menekan punggung pisau ke arah belakang
(dorsal) dengan kuat. Kemudian tarik pisau dengan cepat ke arah bawah
lateral (caudo-latera), maka terpotonglah iga-iga tersebut. Lakukan hal
serupa pada sisi dada sebelahnya. Setelah itu siangi jaringan pada sisi
bagian dalam sternum dengan irisan yang mepet dengan sternum
sedemikian rupa sehingga sternum lepas dan bersih dari jaringan di
belakangnya. Dengan demikian sternum tinggal melekat pada iga ke-1
dan klavikula kanan dan kiri.
Sternum kemudian dipegang dengan tangan kiri, diangkat ke depan
(ventral ) sambil digoyang-goyang, maka akan tampak artikulasio manubriocostalis I dan manubrio-clavicularis. Kemudian sternum dilepaskan dari
artikulasio-artikulasio tersebut dengan cara: Pisau dipegang dengan tangan
kanan, tempelkan mata pisau pada artikulasio manubrio-costalis I dengan
posisi tangkai pisau masuk ke rongga dada ( tangkai pisau dipegang dengan
tangan kanan). Lalu iris dan dorong ke arah cranio-lateral (mengikuti
lengkung artikulasio manubrio-costalis I), maka terlepaslah iga ke-1.
Kemudian teruskan irisan dan dorongan ke arah cranio-medial ( mengikuti
lengkung artikulasio manubrio-clavicularis) sambil sternum terus
digoyangkan, maka terlepaslah klavikula. Lakukan hal serupa pada sisi
dada sebelahnya. Maka terbukalah dinding dada. Perhatikan, keadaan sisi
dalam sternum apakah ada hematom, retak tulang, bagaimana gambaran
17
18
eran F
k & Me
19
20
eran F
k & Me
21
Lalu periksa paru-paru, berat normal antara 350 gr-450 gr, dengan
ukuran rata-rata 20 cm x 15 cm x 5 cm, warna merah kecoklatan dengan
bintik-bintik hitam pigmen karbon, konsistensi seperti spon. Kalau terdapat
abses konsistensi hanya lunak saja. Pada keadaan kongesti, paru akan
teraba kenyal, demikian juga pada pada keadaan fibrosis. Periksa juga
apakah ada perlekatan antar lobus, kalau ada mudah atau sukar dilepas.
Pada paru yang mengalami radang kronis biasanya perlekatan tersebut
sukar dilepas. Tepi paru tajam, tidak berbenjol, sedangkan pada keadaan
kongesti tepi paru tumpul.
Kemudian paru dibuka dengan pengirisan dari tepi paru ke arah hilus,
caranya: Letakkan paru pada bidang datar. Telapak tangan kiri menekan
permukaan paru dengan mantap, kemudian dengan tangan kanan pangkal
mata pisau diletakkan pada bagian tepi paru. Pisau ditarik kearah belakang
dengan sekali irisan, maka terbukalah paru. Penampang normal berwarna
merah, jika dipijat keluar darah dan buih. Pada penderita TBC akan
ditemukan kaverna yang ditandai dengan keluarnya nanah ketika paru
dipijat. Kemudian hilus diiris hingga ke cabang bronkhiolus. Pada kasus
tenggelam di sini sering ditemukan benda-benda air sesuai tempat dimana
korban tenggelam. Pada korban tenggelam di sungai sering ditemukan
butir-butir pasir dan ganggang pada bronkhiolus. Khusus untuk kasus
tenggelam sebagian jaringan paru diambil untuk pemeriksaan diatome
baik dengan cara swab jaringan paru maupun dengan metode destruksi
memakai larutan asam.
III.2. Pengeluaran Isi Rongga Perut
Isi rongga perut yang akan diperiksa adalah lambung, usus, hepar,
pankreas, lien, dan ginjal.
22
eran F
k & Me
23
duktus ini, jika tidak keluar empedu berarti ada sumbatan), adakah tumor?
Peradangan ? Bagian-bagian yang dicurigai diambil untuk pemeriksaan
patologi anatomi.
Hepar diambil secara hati-hati, jangan sampai melukai hepar lebihlebih jika ada kecurigaan kematian korban karena perdarahan perut.
Caranya: Potong ligamentum teres hepatis pars umbilikalis dan pars
diafragmatika lalu siangi peritoneumnya. Kemudian jari telunjuk dan jari
tengah tangan kiri mencari foramen epiploicum Winslowi pada hilus hepar
untuk selanjutnya mengait hilus tersebut serta perlekatan pankreas yang
ada di sebelah hepar. Kemudian potong vasa-vasa yang menuju dan keluar
dari hepar. Dengan demikian lepaslah hepar (duodenum juga terangkat
kalau belum diambil). Perhatikan warnanya (normal merah cokelat),
hematom, permukaannya (normal licin), tepinya (normal tajam),
konsistensinya (normal kenyal), beratnya rata-rata 1000 gr 1250 gr, dengan
ukuran 23 cm x 16 cm x 12 cm. Periksa juga apakah ada ruptur, luka.
Kemudian hepar dibuka, caranya : Letakkan hepar pada bidang datar
(papan), letakkan tangan kiri dengan mantap pada permukaan hepar
kemudian dengan tangan kanan lakukan pengirisan dari tepi hepar ke
arah hilus dengan sekali iris, maka terbukalah hepar. Periksa warna
jaringannya, keadaan vena sentralis, adakah hematom, kiste, abses.
Kemudian dipijit, jika keluar darah berarti ada kongesti.
Pankreas dikeluarkan dengan cara : perhatikan kaput, korpus dan
kaudanya serta bagian-bagian yang intra-peritoneal maupun yang retroperitoneal. Letaknya antara hepar dan duodenum sehingga bila duodenum ditarik akan tampak pankreas dengan jelas, lalu tangkainya diangkat
bersama-sama dengan mesenterium dan dipotong. Maka lepaslah pankreas.
Perhatikan warnanya (normal merah muda) pada pankreatitis merah tua,
konsistensinya (normal kenyal) pada tumor keras dan rapuh. Kemudian
24
eran F
k & Me
iris pankreas pada salah satu sisinya, maka terbukalah pankreas, perhatikan
jika ada bagian yang mengeras dan agak keputih-putihan berarti ada proses
pengapuran.
Lien bila tak terlalu besar akan mudah untuk diangkat. Lakukan dengan
hati-hati agar tak melukai lien, lepaskan dari fiksasi sekitarnya. Maka lepaslah
lien, perhatikan warnanya (coklat tua keabu-abuan), konsistensinya kenyal
(tumor lien sifatnya rapuh), tepinya (normal tumpul), permukaannya (normal berkerut-kerut), berat rata-rata 100 gr-150 gr, ukurannya 10 cm x 7 cm
x 2 cm. Pada penderita malaria dan dekompensasi kordis lien tampak
membesar dan penuh serta permukaannya licin. Kemudian lien dibuka
dengan sekali iris dari tepi ke arah hilus. Perhatikan jaringan lien yang
menempel pada mata pisau, aliri dengan air yang mengalir pelan. Bila
jaringan yang menempel tersebut mudah lepas berarti normal, tetapi bila
sukar lepas berarti ada jaringan fibrosis akibat proses peradangan akut
yang menyangkut fungsi sistem retikulo endotelial pada tubuh.
Ren dan Glandula Supra Renalis diambil bersama-sama. Organ-organ
ini letaknya retro peritoneal. Glandula supra renalis berbentuk segi tiga
terletak supra renal berimpit dengan ren. Ren sendiri kedudukannya setinggi
V.T.XII V.L.III. Biasanya ren kanan lebih rendah dari ren kiri. Setelah
kedudukan ini teridentifikasi, peritoneum disiangi dan ren dilepaskan dari
jaringan sekitarnya. Kemudian ureter dipotong sejauh mungkin. Lebih baik
lagi jika ren diangkat bersama-sama ureter dan vesika urinaria sehingga
kedua ren + kedua ureter + vesika urinaria terangkat bersama-sama.
Setelah ditimbang lalu periksa. Ren tertutup corpus adiposa sebagai
bantalan dan salah satu alat fiksasi. Ren yang tidak memiliki corpus adiposa
tidak akan terfiksasi dengan baik sehingga dapat berpindah tempat seiring
dengan gerakan tubuh, sehingga disebut ren mobilis. Ukuran ren rata-rata
10 cm x 6 cm x 2 cm, berat ren kanan rata-rata 125 gr, ren kiri rata-rata
25
120 gr. Kemudian kapsula renalis dibuka secara tumpul, caranya: fiksasi
bagian hilus ren dengan tangan kiri sedemikian rupa sehingga kapsula
menjadi tegang, kemudian toreh sedikit kapsula di bagian margo
anatomikum dengan ujung mata pisau yang dibalik sehingga kapsula
terbuka sedikit (kira-kira ibu jari dapat masuk) tanpa melukai jaringan ren.
Kemudian ibu jari tangan kanan dimasukkan dalam lubang tersebut untuk
melepaskan kapsula pada sisi ren sementara fiksasi tangan kiri dikendurkan,
kemudian diikuti memasukkan ibu jari tangan kiri ke lubang kapsula untuk
melepaskan kapsula pada sisi sebelahnya. Maka lepaslah kapsula renalis.
Pada keadaan normal kapsula mudah dilepas. Kapsula sulit dilepas terutama
bila terdapat radang atau hematom akibat trauma. Periksa warnanya (normal merah kecoklatan), konsistensi kenyal, permukaan licin. Kemudian
ren dibuka dengan mengiris mulai dari tepi ren (margo anatomikum ) ke
arah hilus, perhatikan : korteks, medula, pelvis renis ( pada pelvis renis ini
sering dijumpai batu atau pasir/kristal ), pyelum, adakah kiste, kemudian
ditekan, normal hanya keluar sekret kecoklatan. Kemudian ureter dibuka,
perhatikan adakah batu, pasir ? Ren akan tampak membesar pada
hidronefrosis, tumor serta oleh adanya kiste. Ren termasuk jaringan yang
mudah membusuk. Kemudian glandula supra renalis diiris, perhatikan
korteks ( kuning ) dan medulanya (coklat).
Vesika urinaria diambil dengan cara: Urethra diikat di dua tempat,
lalu potong diantara dua ikatan tersebut, lepaskan dari perlekatan dengan
sekitarnya. Maka lepaslah vesika urinaria. Pada kasus keracunan urin
diambil untuk pemeriksaan toksikologis. Pada korban wanita jika akan
dilakukan tes kehamilan dari urin harus segera dikerjakan sebab urin akan
segera rusak jika terlalu lama dan sudah ada pembusukan. Kemudian vesika
urinaria dibuka, perhatikan, adakah batu ? Bagaimana mukosanya ? plikaplikanya? Adakah tumor ?
26
eran F
k & Me
27
28
eran F
k & Me
30
eran F
k & Me
31
I. Pemeriksaan Tanatologi
Tujuan pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu :
Mengetahui tanda-tanda kematian dan saat kematian.
Menentukan saat kematian berdasarkan tanda-tanda kematian.
Pertanyaan dan persiapan dokter muda
Bagaimana menilai saat kematian berdasarkan tanda-tanda kematian
sekunder (misal lebam, kaku mayat dan pembusukan) ?
Kapan saat kematiannya jika lebam ditemukan sudah menetap, kaku
mayat belum semua maksimal dan belum ada pembusukan ?
Sebutkan halhal yang bisa digunakan untuk menilai saat kematian
selain dari lebam, kaku mayat dan pembusukan serta beri penjelasan!
32
eran F
k & Me
Algoritme kasus
Penjabaran prosedur
Perkiraan saat kematian dengan metode menilai tanda-tanda kematian
sekunder yaitu lebam, kaku mayat, dan pembusukan.
Yang dinilai pada lebam mayat adalah ada atau tidak ada, lokasinya
dimana, kemudian ditekan hilang atau tidak hilang dengan penekanan.
Bila ditekan hilang dengan penekanan artinya saat kematian kurang
dari 6 jam, dan bila tidak hilang atau menetap artinya saat kematian
sudah 6-8 jam dari saat pemeriksaan.
33
Yang dinilai pada kaku mayat adalah ada dimana, ada yang masih
mudah atau semua sudah sukar digerakkan. Jika ada yang masih mudah
digerakkan berarti saat kematian kurang 12 jam, jika semua kaku sudah
sukar digerakkan berarti saat kematian 12 -24 jam dari saat
pemeriksaan.
Yang dinilai pada pembusukan, jika ada warna kehijauan pada perut
kanan bawah berarti saat kematian lebih atau sama dengan 24 jam,
jika warna kehijauan seluruh tubuh dan sudah bau berarti saat kematian
lebih dari 72 jam.
34
eran F
k & Me
Algoritme kasus
35
Penjabaran prosedur
Pemeriksaan dilakukan dengan inspeksi dan palpasi, dilakukan secara
cermat dan sistematis dari kranial hingga kaudal jenazah, diukur jarak
pusat luka ke titik anatomis terdekat untuk menentukan koordinat luka.
Periksa tanda intravital dengan melihat warna yang lebih gelap, serta
meraba adanya bengkak di sekitar luka.
LUKA AKIBAT KEKERASAN TUMPUL
LUKA MEMAR
Amati warnanya, lokasinya, tentukan koordinat luka dengan mengukur
jarak pusat luka dari titik-titik anatomis terdekat. Kemudian ukur luas luka,
serta diraba dan dirasakan adanya bengkak.
LUKA LECET GESER
Lakukan prinsip pemeriksaan luka. Perhatikan tepi luka, maka akan
terdapat pengumpulan kulit yang rusak pada salah satu sisi yang
menunjukkan lawan dari arah datangnya kekerasan. Nilailah warna bagian
tengah luka, kemerahan dan agak kotor oleh darah dengan tepi yang
bengkak atau pucat.
LUKA LECET TEKAN
Lakukan prinsip pemeriksaan luka. Amati dan raba bagian tengah luka
dan tepi luka apakah berwarna coklat gelap serta licin di tengah dan
menonjol bengkak di tepi?
LUKA ROBEK
Lakukan prinsip pemeriksaan luka. Perhatikan robekan yang terjadi
dengan menilai ketidakteraturan tepi-tepi luka, memar di sekitar luka.
36
eran F
k & Me
Kemudian raba dan buka luka, amati adanya jembatan jaringan. Ukur
dimensi luka, arah dan periksa keadaannya.
LUKA AKIBAT KEKERASAN TAJAM
LUKA IRIS
Lakukan prinsip pemeriksaan luka. Perhatikan sudut-sudut luka yang
tajam dan teratur, adanya ketidakteraturan sering dijumpai pada goresan
benda berujung runcing yang disebut sebagai luka gores. Kemudian buka
dan raba luka dan perhatikan keteraturan tepi luka serta ketiadaan jembatan
jaringan. Raba tepi luka yang terasa lebih tinggi dari sekitarnya. Ukur dalam
luka, pada luka iris secara umum tidaklah terlalu dalam, namun jika cukup
dalam menunjukkan arah kekerasan tegak lurus yang sering dijumpai pada
pembacokan.
LUKA TUSUK
Lakukan prinsip pemeriksaan luka iris. Perhatikan adakah sudut luka?
Teraturkah? Jika ya itu dapat merupakan proyeksi benda penyebabnya
dengan sisi-sisi tajamnya, jika tidak ada sudut luka berarti penyebabnya
benda runcing dengan sisi teratur misalnya batang besi pasak. Dalam luka
diukur dengan sonde dan harus jauh lebih besar dibandingkan dengan
lebar luka.
FRAKTUR
TULANG PIPIH
Pada tulang-tulang penyusun tengkorak adanya fraktur kebanyakan
akibat kekeran tumpul. Jika terjadi ante-mortem ditandai dengan adanya
hematom atau bahkan robekan scalp di atas lokasi fraktur. Amati daerah
37
38
eran F
k & Me
tegak lurus dengan bagian tubuh ini. Jika luka lecet cenderung melebar
pada salah satu sisi lubang inti berarti tembakan berasal dari sisi luka lecet
yang lebih lebar. Periksa ada/tidaknya tatoase berupa bintik-bintik hitam
(kelim tato) di seputar luka, juga ada/tidaknya jelaga (kelim jelaga), luka
bakar (kelim api) serta jejas laras untuk memperkirakan jarak tembaknya.
Kemudian ambil plester transparan (selotipe) yang lebar, lalu rekatkan ke
permukaan luka secara merata sehingga tercetak gambar luka pada selotipe
tersebut. Kemudian tempelkan selotipe pada kaca lalu dengan latar putih
periksa dengan teliti komponen yang terikut pada selotipe dan ukur diameter lubang inti luka. Pada tulang temporal tengkorak luka tembak (tempel)
sering meninggalkan bentuk luka stelata pada permukaan dan arah serpihan
seperti konus yang makin lebar ke arah tabula interna.
LUKA TEMBAK KELUAR
Amati bentuk lubang luka, pada daerah kepala ukurannya lebih besar
dari luka tembak masuknya dengan bentuk corong keluar yang tak teratur
tanpa ada kelim. Pada daerah lunak misalnya tembakan di perut tembus
ke pinggang bagian lateral sesisi, maka perhatikan bentuknya mirip luka
tembak masuk tapi tanpa hadirnya semua kelim. Jika ditemukan lubang
luka tembak keluar lebih kecil daripada lubang tembak masuk, maka raba
dan eksplorasi luka dengan sonde non-logam dan temukan jika ada
proyektil/sisa proyektil atau pecahan tulang yang biasanya saat kejadian
gagal keluar sempurna.
LUKA AKIBAT SUHU (THERMIS)
LUKA BAKAR
Periksa luas luka, jika belum mengarang perhatikan adanya bula yang
penuh berisi cairan serous lalu pecahkan bula bila tampak dasar luka
kemerahan berarti luka terjadi saat korban hidup. Pada luka bakar pos39
mortem bula tampak pucat dan teraba sangat lunak dengan sedikit cairan
dan dasar luka pucat kekuningan. Kemudian hitung luas luka bakar tersebut.
LUKA AKIBAT AIR PANAS
Perhatikan pola luka yang terbentuk menurut arah aliran air panas
tersebut, selanjutnya lakukan pemeriksaan seperti luka bakar.
LUKA AKIBAT SUHU RENDAH
Luka fisik mirip luka bakar, perhatikan distribusi kulit yang mengalami
hiperemi, edema dengan vesikel, serta bagian yang nekrosis karena
pembekuan. Bagian kulit tubuh yang kontak langsung dengan benda
bersuhu sangat rendah (mis. dry ice) akan lebih rusak.
LUKA AKIBAT LISTRIK
EFEK PANAS LISTRIK
Perhatikan dan rabalah adanya luka kontak masuk benda beraliran
listrik pada tubuh sebagai jejas listrik berupa luka bakar dengan bagian
nekrosis yang makin parah ke arah tepi dikelilingi tepi pucat yang agak
menonjol (halo) dan di luar halo di kelilingi hiperemi kulit. Temukan
gambaran metalisasi ( tak selalu ada ) pada jejas listrik tersebut yang berasal
dari logam beraliran listrik tersebut. Luka daerah grounding tidaklah khas.
Bedakan jejas kontak listrik dengan luka kontak masuk akibat benda pijar,
dimana kerusakan parah akibat benda pijar terjadi pada tengah bagian
yang hangus dari luka (sesuai titik panas).
EFEK TERSAMBAR PETIR
Perhatikan efek panas atau ledakan gas panas akibat petir. Pada pakaian
tampak robekan compang-camping terbakar. Pada tubuh sering menimbulkan
gambaran luka bakar. Temukan gambaran khas aborescent mark berupa jejas
40
eran F
k & Me
41
"
#$%
&
#
! ' ('$))*+
"
#$&
& %
! ' ('$))*+
"
#$&
% $
.)
/ "
0
1
+
'
"
2!
3
2!
2!
4
2!
'
5
6
.)
1
"
'
8
*
+
' :
0
0'
'
'
'
'
42
9
0
;
;
:
<
0 0
9
9
9
'