Anda di halaman 1dari 15

Materi Kuliah Etika Profesi Akuntan

Kasus Enron
Fenny Suryani Azmar
M. Ikhsanudin
Syarifah Rochmaniyyah

S1 Akuntansi Reguler 2012

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam beberapa tahun terakhir, Wajah dunia seakan mendapatkan pukulan berat dari
banyaknya tragedi-tragedi kemanusiaan, bisnis dan politik yang akhirnya bermuara pada derita
krisis global saat ini. Banyaknya kejadian memilukan didunia ini cenderung disebabkan oleh
banyaknya pengabaian etika dalam berbagai lini kehidupan masyarakat dunia. Salah satu lini
kehidupan masyarakat dunia ini adalah kegiatan Bisnis. Kebutuhan hidup masyarakat dunia tidak
mungkin terpenuhi tanpa adanya Kegiatan bisnis. Dalam sepuluh tahun terakhir, cukup banyak
tragedy kehancuran bisnis yang terjadi di dunia, tragedy ini memberi dampak penderitaan yang
cukup signifikan pada kehidupan masyarakat luas dan tak sedikit korban yang berjatuhan
karenanya. Sebagian besar Tragedy ini dipicu oleh adanya pengabaian etika dalam setiap
kegiatan bisnis. Secara singkat, Pengabaian etika adalah dilakukannya suatu kegiatan yang
dianggap benar oleh para pengambil keputusan, namun membawa dampak merugikan atau
dianggap salah oleh pihak lain . Contoh pengabaian etika itu sendiri antara lain adalah, praktek

kecurangan dalam pembuatan laporan keuangan, penyuapan, window dressing, dan lain
sebagainya.
Dinamika pengabaian etika yang seperti inilah yang akhirnya memunculkan skandal
korporasi Enron dan Arthur Andersen, WorldCom, Tragedi Lumpur Lapindo, Kematian bayi-bayi
di China akibat dicampurnya melamin dalam susu bayi,kasus obat nyamuk HIT dan lain
sebagainya.
Berkaca dari beberapa kejadian yang memilukan tesebut, para praktisi bisnis dan
keuangan dunia mulai memperluas area manajemen resiko mereka. Dari yang awalnya hanya
berfokus pada area manajemen resiko bisnis, mereka mulai menyadari bahwa mereka perlu
menerapkan manajemen dalam lingkup etika. Dalam literature, manajemen di lingkup etika ini
disebut manajemen resiko etika. Dalam Brooks (2004) dinyatakan, Para praktisi bisnis kini mulai
menyadari bahwa meskipun manajemen risiko cenderung berfokus kepada masalah-masalah
non-etis, bukti yang ada menunjukkan bahwa penghindaran bencana dan kegagalan juga
memerlukan perhatian kepada masalah risiko etika. Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia
bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin
meningkat. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak
memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir
contoh pengabdian para pengusaha terhadap etika bisnis.
Dan masalah penyimpangan dalam dunia bisnis pun tak jarang dilakukan oleh salah satu
pemegang peranan penting dalam dunia bisnis, yaitu akuntan publik, dan penyimpangan ini
terjadi di berbagai negara. Amerika Serikat yang selama ini dianggap sebagai negara super power
dan juga kiblat ilmu pengetahuan termasuk displin ilmu akuntansi harus menelan kepahitan.
Skandal bisnis yang terjadi seakan menghilangkan kepercayaan oleh para pelaku bisnis dunia
tentang praktik Good Corporate Governance di Amerika Serikat. Banyak perusahaan yang
melakukan kecurangan diantaranya adalah TYCO yang diketahui melakukan manipulasi data
keuangan (tidak mencantumkan penurunan aset), disamping melakukan penyelundupan pajak.
Global Crossing termasuk salah satu perusahaan terbesar telekomunikasi di Amerika Serikat
dinyatakan bangkrut setelah melakukan sejumlah investasi penuh resiko. Enron yang hancur
berkeping terdapat beberapa skandal bisnis yang menimpa perusahaan-perusahaan besar di
Amerika Serikat. Worldcom juga merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di
Amerika Serikat melakukan manipulasi keuangan dengan menutupi pengeluaran US$3.8 milyar

untuk mengesankan pihaknya menuai keuntungan, padahal kenyataannya rugi. Xerox Corp.
diketahui memanipulasi laporan keuangan dengan menerapkan standar akunting secara keliru
sehingga pembukuan perusahaan mencatat laba US $ 1.4 milyar selama 5 tahun dan masih
banyak lagi. Namun dalam makalah ini akan dibahas mengenai kasus manipulasi data Enron
yang terjadi di Negara Amerika Serikat.
Kasus Enron yang melibatkan akuntansi publik Arthur Andersen, manajemen Enron telah
melakukan window dressing dengan cara menaikkan pendapatannya senilai US $ 600 juta dan
menyembunyikan utangnya sebesar US $ 1,2 miliar dengan teknik off-balance sheet.. Auditor
Enron, Arthur Andersen kantor Huston dipersalahkan karena ikut membantu proses rekayasa
laporan keuangan selama bertahun-tahun. Akhirnya pada waktu yang singkat, Enron melaporkan
kebangkrutannya kepada otoritas pasar modal. Arthur Andersen juga dipersalahkan karena telah
melakukan pemusnahan ribuan surat elektronik dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan
audit Enron. Perbuatan yang dilakukan oleh Arthur Andersen tidak sesuai dengan Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) dan Generally Accepted Auditing Standard (GAAS).
Seharusnya Arthur Andersen bekerja dengan penuh kehati-hatian sehingga informasi keuangan
yang telah diauditnya dapat dipercaya tidak mengandung keragu-raguan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. STUDI KASUS
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam
melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985.
Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang
sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi.
Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading commodity non
energy dan kegiatan bisnis keuangan. Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun
2001 dan terus menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar
keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa
efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia. Enron, suatu perusahaan yang
menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan
merupakan perusahaan energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir
sebesar US $ 31.2 milyar.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi
laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan
mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap
diminati investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih,
termasuk wakil presiden Amerika Serikat. Kronologis, fakta, data dan informasi dari berbagai
sumber yang berkaitan dengan hancurnya Enron (debacle), dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif) membiarkan
kegitan-kegitan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan dan mengijinkan
terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses oleh Pihak dalam
perusahaan (insider trading), termasuk praktek akuntansi dan bisnis tidak sehat sebelum hal
tersebut terungkap kepada publik.
2. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing secara total
atas fungsi internal audit perusahaan.
a. Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah partner KAP
Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.

b. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.


c. Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.
3. Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap kemungkinan
mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien perusahaan, mengingat resiko yang
sangat tinggi berkaitan dengan praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di
putuskan untuk tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.
4. Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek akunting perusahaan
yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal tersebut kepada
CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron menugaskan penasehat
hukum perusahaan untuk melakukan investigasi atas kekhawatiran tersebut tetapi tidak
memperkenankan

penasehat

hukum

untuk

mempertanyakan

pertimbangan

yang

melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan. Hasil investigasi oleh penasehat hukum tersebut
menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu diperhatikan.
5.

Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga. Dalam
laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100
juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron
secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak menjelaskan
secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting charge/expense)
sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi
rugi $644 juta. Para analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1
miliar tersebut, dan ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan

yang didirikan oleh CFO Enron.


6. Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke pengadilan dan
memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak di
laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan pengungkapan ini nilai investasi dan laba
7.

yang di tahan (retained earning) berkurang dalam jumlah yang sama.


Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran
dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron (penghambatan terhadap

prosesperadilan.
8. Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron. Sementara itu
harga saham Enron terus menurun sampai hampir tidak ada nilainya.

9. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002. sementara KAP
Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh Enron telah berakhir pada saat Enron
mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
10. CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan tetapi masih
dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada tanggal 4 Pebruari Mr. Lay
mengundurkan diri dari dewan direktur perusahaan.
11. Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar untuk
menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen.
12. Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang Enron dan KAP
Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan lembaga pemerintahan di Amerika.
13. Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP Andersen bersalah atas
tuduhan melakukan penghambatan dalam proses peradilan karena telah menghancurkan
dokumen-dokumen yang sedang di selidiki.
14. KAP Andersen terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron berupa kehilangan klien,
pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain dan pengungkapan yang meningkat
mengenai keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.
15. Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang direkrut untuk
melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan kembali citra KAP Andersen
mengusulkan agar manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk suatu
komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.
16. Tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri dari jabatannya.
17. Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang bertindak sebagai
penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas tuduhan melakukan hambatan proses
peradilan dan setuju untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi kasus KAP Andersen dan
Enron.
18. Tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri sebagai presiden dan
Chief Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1 Juni 2002.
19. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen bersalah telah
melakukan hambatan terhadap proses peradilan.
Dan ada beberapa indikator utama atas kronologis kasus Enron diatas akan diuraikan
sebagai berikut :
Special Purpose Vehicle (SPV/SPE)& Laporan Konsolidasi
Suatu perusahaan harus menentukan apakah mengerjakan suatu pekerjaan sendiri atau
menyewa pihak lain (outsourcing). Asset yang digunakan dengan cara menyewa tidak perlu

dimasukkan ke dalam neraca. Akibatnya, hal ini sering disebut off-balance-sheet financing atau
pendanaan diluar neraca. Contoh transaksi yang paling umum digunakan adalah sewa guna
usaha.
Perusahaan dapat mendirikan perusahaan kecil yang terpisah, yang bertugas melayani
kebutuhan outsourcing ini. Perusahaan kecil ini yang disebut sebagai SPE. Untuk keperluan
akuntansi, SPE dapat merupakan perusahaan yang terpisah dan independen, sehingga tidak perlu
dikonsolidasi dengan perusahaan induknya. Berkaitan dengan Enron, beberapa SPE yang
dibentuknya tidak independen, karena dimiliki dan dikelola oleh CFO Enron. Selain itu, ada
beberapa transaksi yang tidak mungkin dilakukan antara Enron dengan pihak independen, seperti
menjual dan membeli aktiva saat melaporkan posisi keuangan.
Conflict of Interest
KAP Arthur Andersen telah mengaudit Enron sejak 1985 dan selalu memberikan opini
wajar tanpa syarat sampai tahun 2000. Arthur Andersen juga memberikan jasa konsultasi
mengenai pembentukan SPE-SPE tersebut diatas. Dengan berperan sebagai auditor merangkap
konsultan management, Andersen menerima fee dobel, yaitu dari konsultasi menerima US$ 27
juta dan dari jasa audit mendapat US$ 25 juta.
Ethical Issue
KAP Arthur Andersen memiliki kebijakan pemusnahan dokumen yang tidak menjadi
bagian dari kertas kerja audit formal. Selain itu, jika Arthur Andersen sedang memenuhi
panggilan pengadilan berkaitan dengan perjanjian audit tertentu, tidak boleh ada dokumen yang
dimusnahkan. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai
mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun
penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap
melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur.
Berdasarkan pemaparan kasus Enron diatas, maka ternyata terdapat beberapa pihak luar
perusahaan yang ikut bertanggung jawab atas kasus ini, diantaranya :
1. Auditor. Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) adalah kantor akuntan
Enron. Tugas dari Andersen adalah melakukan pemeriksaan dan memberikan kesaksian apakah
laporan keuangan Enron memenuhi GAAP (generally accepted accounting practices). Andersen,
disewa dan dibayar oleh Enron. Andersen juga menyediakan konsultasi untuk Enron, dimana hal
ini melebihi wewenang dari akuntan publik umumnya. Selain itu Andersen mengalami konflik

kepentingan akibat pembayaran yang begitu besar dari Enron, $5 juta untuk biaya audit dan $50
juta untuk biaya konsultasi.
2.

Konsultan hukum. Konsultan hukum Enron, khususnya Vinson & Elkins juga disewa oleh
Enron. Konsultan hukum ini bertanggungjawab untuk menyediakan opini hukum atas strategi,
struktur, dan legalitas umum atas semua yang dilakukan oleh Enron. Sama dengan Andersen,
saat ditanyakan mengapa tidak ikut menghalangi ide dan aktivitas ilegal Enron, konsultan hukum
ini menjelaskan bahwa Enron tidak memberikan informasi yang lengkap, khususnya tentang
kepemilikan di SPEs.

3. Regulator. Enron sebagai perusahaan yang melakukan perdagangan di pasar energi diawasi oleh
Federal Energy Regulatory Commission (FERC), akan tetapi FERC tidak melakukan
pengawasan secara mendalam. Hal ini dikarenakan Enron melakukan aktivitasnya dalam
perdagangan listrik tidak di satu negara, yaitu antar negara.
4.

Pasar ekuitas. Sebagai perusahaan publik, Enron diharuskan mengikuti peraturan dari SEC.
Akan tetapi dalam pengawasannya SEC, tidak melakukan investigasi secara mendalam atau
melakukan konfirmasi ulang terhadap Enron. SEC hanya mengandalkan pada testimoni yang
dibuat oleh lembaga lain seperti auditor perusahaan (Arthur Andersen). Sedangkan NYSE
mengharuskan Enron memenuhi peraturan perdagangan di NYSE. Berbeda dengan SEC, NYSE
tidak hanya melakukan verifikasi firsthand.

5.

Pasar hutang. Enron, seperti perusahaan lainnya menginginkan dan membutuhkan sebuah nilai
rating. Sehingga Enron membayar Standard & Poors serta Moodys untuk memberikan nilai
rating. Rating ini dibutuhkan untuk sekuritas hutang perusahaan yang diterbitkan dan
diperdagangkan di pasar. Yang menjadi masalah, perusahaan rating tersebut hanya melakukan
analisis sebatas pada data yang diberikan kepada mereka oleh Enron, operasional dan aktivitas
keuangan Enron. Terjadi perdebatan apakah perusahaan rating harus memeriksa total hutang
perusahaan atau tidak. Khususnya yang berkaitan dengan SPEs.
C. PEMBAHASAN MASALAH
Kasus Worldcom Terhadap Etika Bisnis dan Profesi Akuntansi
Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang melakukan
kecurangan, menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis), yaitu opportunity;
pressure; dan rationalization, Ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari melalui meningkatkan

moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena kita meyakini bahwa tindakan yang
bermoral akan memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik (public trust). Praktik bisnis
Enron yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif bagi banyak pihak.
Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya investor Enron saja, tetapi terutama karyawan
Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di pasar
modal pada umumnya (social impact). Milyaran dolar kekayaan investor terhapus seketika
dengan meluncurnya harga saham berbagai perusahaaan di bursa efek. Jika dilihat dari Agency
Theory, Andersen sebagai KAP telah menciderai kepercayaan dari pihak stock holder atau
principal untuk memberikan suatu fairrness information mengenai pertanggungjawaban dari
pihak agent dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent dalam hal ini manajemen
Enron telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya (self interest oriented) dengan
melupakan norma dan etika bisnis yang sehat. Lalu apa yang dituai oleh Enron dan KAP
Andersen dari sebuah ketidak jujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis adalah
hutang dan sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping
proses peradilan dan tuntutan hukum.
Dari kasus tersebut secara kasat mata kasus tersebut terlihat pelanggaran terhadap 5
Prinsip Etika Profesi, yaitu :

Adanya pelanggaran prinsip tanggung jawab. Yaitu pihak Arthue Andersen sebagai sebuah
kantor akuntan public tidak dapat memelihara kepercayaan masyarakat terhadap jasa profesional
seorang akuntan dikarenakan mudah tergiur oleh bayaran yang besar dari Enron untuk bersikap

menilai secara baik perusahaan Enron yang ternyata dalam kondisi buruk.
Adanya pelanggaran pada prinsip kepentingan public. Yaitu perusahaaan kurang memegang
teguh kepercayaan masyarakat, perusahaan hanya semata-mata bertanggungjawab pada

kepentingan klien dan tidak menitikberatkan pada kepentingan public.


Adanya pelanggaran pada prinsip Obyektivitas. Seharusnya setiap anggota harus menjaga
obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban
profesionalnya. Namun dalam kasus ini terlihat bahwa beberapa elemen perusahaan memiliki
doublejob di perusahaan Enron dan di kantor akuntan public Arthur sehingga banyak terjadi
konflik kepentingan. Pun para pemimpin perusahaan CEO, CFO, bendahara dan beberapa pihak
lagi dalam perusahaan menggunakan jabatannya untuk mendapatkaan manfaat demi kepentingan
pribadinya.

Adanya pelanggaran pada prinsip Integirtas. Prinsip Integritas mengharuskan anggotanya


untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasisa penerima jasa.
Dalam kasus ini Enron pernah menerbitkan laporan keuangan yang bukan hasil actual yang
terjadi namun laporan keuangan dibuat dan menunjukkan laba yang besar agar terlihat bagus

oleh klien dan pasar.


Adanya pelanggaran prinsip professional. Yaitu pihak perusahaan yang seharusnya
berprilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
menjatuhkan perusahaan. Namun dalam kasus ini bahkan CEO dan CFO perusahaan
membiarkan kegitan-kegitan bisnis tertentu terjadi yang didalamnya jelas melanggar etika dan
mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses oleh
Pihak dalam perusahaan (insider trading),

Worldcom Case Regard to Theories of Ethics


A.

Deontology Theory
The concept of ethical theory of deontology suggests that the obligation to act in good

man, an act that is not assessed and justified by either the effect or purpose of the act, but by the
action itself as a good in itself and should be a moral value because it is based on an obligation
that had to be implemented regardless of the purpose or result of the action. Deontological ethics
strongly emphasizes motivation, good will and good character of the offender.
Jika menekankan pada motivasi sebagai implementasi dari teori ini maka pada kasus
Enron para Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif)
yang seharusnya menjal;ankan perusahaannya sesuai dengan kode etik dan prinsip-prinsip social
yang baik namun dalam pelaksanaannya mereka tergiur oleh keuntungan sehingga mereka
termotivasi bertindak apapun yang dapat membuat mereka mendapat keuntungan yang besar.
Sama halnya dengan pihak akuntan public, Arthur Andersen, dimana mereka juga tergiur
keuntungan dari pihak Enron sehingga dengan mudahnya memberikan keterangan wajar tanpa
pengecualian atas laporan keuangan yang jelas memiliki keganjilan. Dengan ini jelaslah bahwa
kasus ini tidak etis.
B.

Teleology/Justice Theory
In contrast to deontological ethics, ethical teleology precisely measure the merits of an

action based on the objectives to be achieved by the action, or by the impact by the action.

In this case, The negative or harmful effects of hostile takeovers might be neglected.
Karena jelas, manipulasi keuntungan yang dilakukan oleh perusahaan Enron hanya dilakukan
untuk tetap menarik investor namun tidak memikirkan efek apa yang akan terjadi setelahnya.
Dan benar saja setelahnya yang terjadi adalah kerugian di semua pihak. Karyawan yang
pensiunnya sebagian besar berupa saham tak mendapat uangnya kembali karena saham Enron
merosot tajam hingga akhirnya tak bernilai sama sekali. Akhirnya dapat disimpulkan Enron tidak
etis pada teori ini
C.

Utilitarianism Theory
Utilitarianis theory is the ethical theory which assesses an act ethical if it useful for as

many people. In this case, Integration of all stakeholders at the end of a hostile takeover might
be overlooked.
Prinsip Utilitarianisme menyatakan bahwa pembuat keputusan harus mempertimbangkan
kepentingan kolektif bukan kepentingan individu. Dalam kasus Enron teori ini dilanggar, dapat
terlihat dengan terjadinya insider trading, dimana Board of Director (dewan direktur, direktur
eksekutif dan direktur non eksekutif) mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan
informasi yang hanya bisa di akses oleh Pihak dalam perusahaan, yang artinya hanya
menguntungkan pihak perusahaan.
Kasus Enron Terhadap Prinsip Tata Kelola Perusahaan
Kegagalan Enron, dan KAP Arthur-Andersen merupakan pemicu tentang harapan baru
dalam tata kelola dan akuntabilitas di Amerika. Para politisi Amerika menciptakan kerangka tata
kelola dan akuntabilitas baru yang dikenal dengan Sarbanes-Oxley Act untuk memulihkan
kembali kepercayaan masyarakat dan memfokuskan kembali tata kelola perusahaan pada
tanggung jawab direksi terhadap kewajiban fidusia mereka terhadap kepentingan shareholders
dan masyarakat.
Pelanggaran pada Good Corporate Government di kasus Enron terlihat jelas, seperti berikut ini :
1. Enron melanggar prinsip Keterbukaan. Secara sederhana bisa diartikan sebagai keterbukaan
informasi. Dalam mewujudkan prinsip ini, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi
yang cukup, akurat, tepat waktu kepada segenap stakeholders-nya. Informasi yang diungkapkan
antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan.
Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan perusahaan
sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan. Pada kasus Enron ini terdapat data yang

menyebutkan laporan keuangan Enron memiliki laba bersih yang meningkat naik $100 juta
dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, tidak menjelaskan secara rinci
tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting charge/expense) sebesar $1
miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644
2.

juta.
Enron juga melanggar prinsip Pertanggungjawaban. Bentuk pertanggung jawaban
perusahaan adalah kepatuhan perusahaan terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya; masalah
pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup,
memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dalam cerita
ini Enron seakan sengaja memberikan dana pensiun yang sebagian besar diinvestasikan dalam
bentuk saham. Dan dengan adanya kasus ini harga saham Enron terus menurun sampai hampir

tidak ada nilainya, pegawaipun ikut menanggung kerugiannya.


3. Adanya pelanggaran prinsip kemandirian. Prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola
secara profesional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Namun jelas pada kasus ini
Enron melakukan out sourcing secara total atas fungsi internal audit perusahaan sehingga dengan
mudahnya konflik kepentingan terjadi. Dimana audit yang seharusnya dilakukan dengan
professional dan obyektif namun demi keuntungan semata maka audit dilakukan tanpa
memfokuskan pada prinsip yang berlaku.
4. Adanya pelanggaran pada prinsip kewajaran. Prinsip ini seharusnya memberikan perlakuan
yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian
serta peraturan perundangan yang berlaku. Pada kasus Enron, perusahaan mengijinkan terjadinya
transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses oleh Pihak dalam perusahaan
(insider trading), yang termasuk dalam kecurangan yang tidak memberikan perlakuan yang adil
pada stakeholder perusahaan.
Bukti bahwa budaya perusahaan Andersen berkontribusi terhadap kejatuhan perusahaan.
Ada beberapa poin yang membuktikan bahwa budaya perusahaan berkontribusi terhadap
kejatuhan perusahaan, diantaranya:

Pertumbuhan perusahaan dijadikan prioritas utama dan menekankan pada perekrutran dan

mempertahankan klien-klien besar, namun mutu dan independensi audit dikorbankan.


Standar-standar profesi akuntansi dan integritas yang menjadi contoh perusahaan-perusahaan
lainnya luntur seiring motivasi meraup keuntungan yang lebih besar.

Perusahaan terlalu fokus terhadap pertumbuhan, sehingga tanpa sadar menghasilkan perubahan
mendasar dalam budaya perusahaan. Perubahan sikap lebih memprioritaskan mendapatkan bisnis
konsultasi yang memiliki pertumbuhan keuntungan lebih besar lebih tinggi dibanding
menyediakan layanan auditing yang obyektif yang merupakan dasar dari awal mula berdirinya
Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen. Pada akhirnya ini menggiring pada kehancuran

perusahaan.
Andersen menjadi membatasi pengawasan terhadap tim audit akibat kurangnya check and

balances yang bisa terlihat ketika tim audit telah menyimpang dari kebijakan semula.
Sikap Arthur Andersen yang memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai
mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun
penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap
melanggar hokum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Akibatnya, banyak
klien Andersen yang memutuskan hubungan dan Arthur Andersen pun ditutup.

BAB III
KESIMPULAN dan SARAN
A. KESIMPULAN
Dari kasus tersebut dapat kami simpulkan bahwa Enron dan KAP Arthur Andersen sudah
melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan
bukan untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan keuntungan
bagi Enron, tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan
KAP Arthur Andersen. Dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap independen tidak
dilakukan oleh KAP Arthur Andersen. Karena perbuatan mereka inilah, kedua-duanya menuai

kehancuran dimana Enron bangkrut dengan meninggalkan hutang milyaran dolar sedangakn
KAP Arthur Andersen sendiri kehilangan keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat
terhadap KAP tersebut, juga berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP Arthur Andersen
dimana mereka menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini.
Dalam kasus ini juga diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi
laporan keuangan dengan mencatat keuntungan padahal perusahaan mengalami kerugian.
Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor. Ini
merupakan salah satu contoh kasus pelanggaran etika profesi Auditor yang terjadi di Amerika
Serikat, sebuah negara yang memiliki perangkat Undang-undang bisnis dan pasar modal yang
lebih lengkap. Hal ini terjadi akibat keegoisan satu pihak terhadap pihak lain, dalam hal ini
pihak-pihak yang selama ini diuntungkan atas penipuan laporan keuangan terhadap pihak yang
telah tertipu. Hal ini buah dari sebuah ketidakjujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis yang
tidak etis yang berakibat hutang dan sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi
banyak pihak disamping proses peradilan dan tuntutan hukum.
B. SARAN
Untuk itulah kode etik profesi harus dibuat untuk menopang praktik yang sehat bebas
dari kecurangan. Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan hal apa yang baik dan tidak
baik dan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota profesi baik dalam
berhubungan dengan kolega, klien, publik dan karyawan sendiri. Yang harus menjadi sebuah
pelajaran bahwa sesungguhnya suatu praktik atau perilaku yang dilandasi dengan ketidakbaikan
maka akhirnya akan menuai ketidakbaikan pula termasuk kemadharatan bagi banyak pihak.

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

http://asdarmunandar.blogspot.com/2012/03/tata-kelola-etis-dan-akuntabilitas.html
http://heidysweet88.blogspot.com/2009/11/etika-profesi-akuntansi-kasus-enron.html
http://amaliamel2.blogspot.com/2012/10/kasus-enron.html
http://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-andersen/
http://www.scribd.com/doc/29073146/Kasus-Enron-Corporation
http://nielam-tugas.blogspot.com/2012/10/kasus-enron.html
http://cescbergas.blogspot.com/2012/11/8-prinsip-etika-profesi-dalam-akuntansi.html
http://web.bryant.edu/~gpae/Vol3/Enron%20and%20Aurhur%20Andersen.pdf
http://anastasiamonita.blogspot.com/2012/10/skandal-perusahaan-enron.html
http://mikhaanitaria.blogspot.com/2010/11/good-corporate-governance-gcg_8760.html
http://asnamaulida.wordpress.com/2013/02/19/enron-and-worldcom/

Anda mungkin juga menyukai