Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ANSIETAS
A. Definisi :
Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan terjadi
sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut
merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya, sementara ansietas
adalah respons emosional terhadap penilaian tersebut
B. Klasifikasi Ansietas Adalah :
1. Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas
2. Ansietas sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal penting dan
mengesampingkan

yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang

selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah


3. Ansietas berat
Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
untuk memusatkan perhatian pada hal kecil saja dan mengabaikan hal lain.
Individu

tidak

mampu

berfikir

berat

lagi

dan

membutuhkan

banyak

pengarahan/tuntutan
4. Panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Lahan persepsi sudah
terganggu sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntutan.
C. Proses Terjadinya Masalah
Faktor Predisposisi :
1. Biologis
a. Latar belakang genetik :

Riwayat ansietas dalam keluarga (ada komponen

genetik yang sedang dan dihubungkan dengan fobia sosial dan depresi mayor),

sensitivitas laktat, kembar monozigot 5 x > dizigot, dan indrom kromosom 13


terkait dengan gangguan panik, sakit kepala berat, hipotiroid.
b. Status nutrisi : BB kurang (terlalu kurus) atau lebih dari BB ideal (overweight)
c. Kondisi kesehatan secara umum : memiliki riwayat penyakit fisik
1) Riwayat penyakit kanker (semua jenis kanker)
2) Riwayat gangguan pada paru-paru (seperti ada pada penyakit paru
obstruksif kronik, oedema paru, sumbatan jalan nafas, asma, embolus)
3) Riwayat gangguan jantung (Penyakit jantung bawaan atau demam rhematik,
riwayat serangan jantung, dan hipertensi, kondisi arteriosclerosis)
4) Riwayat

penyakit

endokrin

(Hipertiroid,

hipoglikemi,

hipotiroid,

premenstrual sindrom, menopause)


5) Riwayat penyakit neurologis (Epilepsi, Huntingtons disease, Multiple
Sclerosis, Organic Brain Syndrome)
6) Riwayat penyakit gastrointestinal : Gastritis, Ulkus Peptik, CH
7) Riwayat penyakit integumen : Herpes, Varisela, Eskoriasis
8) Riwayat penyakit muskuloskletal : Fraktur dengan Amputasi,
9) Riwayat penyakit reproduksi : Impoten, Frigid, Infertil,
10) Riwayat penyakit kelamin : Gonorhoe, Sipilis
11) Riwayat penyakit imunologi : HIV/AIDS, Sindrom Steven Johnson
d. Riwayat penggunaan zat : Intoksikasi (obat antikolinergik, aspirin, kafein,
kokain, halusinogen termasuk phenchiclidine, steroid dan simpatomimetik).
e. Riwayat putus zat : alkohol, narkotik, sedatif-hipnotik
f. Sensitivitas biologi : Secara anatomi (gangguan pada sistem limbik, talamus,
korteks frontal) dan sistem neurokimia (GABA/Gama Amino Butiric Acid
defisiensi relatif atau ketidakseimbangan GABA, Norepinephrin : terlalu aktif
atau kurang aktif di bagian otak yang berkaitan dengan ansietas, Serotonin :
kekurangan atau ketidakseimbangan), dan
g. Paparan terhadap racun
2. Psikologis
a. Intelegensia : Retardasi mental ringan IQ 50-70, retardasi mental sedang IQ
35-50, kadang-kadang tidak mampu membuat penilaian dan keputusan dan
kadang-kadang tidak mampu berkonsentrasi.

b. Kemampuan verbal : Adanya gangguan sensori penglihatan dan pendengaran :


buta-tuli, adanya kerusakan

area motorik bicara : pelo-gagap, adanya

pembatasan kontak sosial dengan keluarga dan teman : perbedaan budayalokasi tempat tinggal yang terisolasi, dan proses pengobatan yang
menyebabkan gangguan bicara : ICU, NGT, ETT, trakeostomi
c. Kepribadian : Ambang, histrionik, narsisistik, menghindar, dependen, obsesif
kompulsif/ kepribadian pencemas
d. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Dikeluarga (masa kecil
yang kacau, berpisah dengan orang tua pada usia awal/dini, proses imitasi dan
identifikasi diri terhadap kedua orang

tua), di tempat kerja (mutasi, PHK,

pensiun, turun jabatan, konflik di tempat kerja), disekolah (tinggal kelas, tidak
lulus, sering pindah sekolah), dan di masyarakat (Riwayat pasca trauma yang
buruk (pengalaman berperang, perkosaan, kecelakaan yang serius, deprivasi
atau penyiksaan yang buruk)
e. Konsep diri
1) Gambaran diri : tidak menyukai tubuhnya, merasa tidak sempurna,
ketidak puasan terhadap ukuran tubuh, fungsi, penampilan dan potensi
yang dimiliki
2) Identitas diri : kerancuan identitas
3) Peran : konflik peran, peran ganda, ketidak mampuan menjalankan peran
tuntutan peran tidak sesuai usia
4) Ideal diri : ideal diri tidak realistis, ideal diri terlalu rendah, ambisius
5) Harga diri : harga diri rendah situasional
f. Motivasi : motivasi rendah
g. Pertahanan psikologis
1) Self kontrol (kadang tidak mampu menahan diri terhadap dorongan yang
kurang positif)
2) Menurut pandangan Psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan super ego
3.

Sosial Budaya
a. Usia : remaja, dewasa awal
b. Gender : wanita : pria = 2 : 1
c. Pendidikan : Kurang/ rendah

d. Pendapatan : Kurang/ rendah


e. Pekerjaan : Tidak tetap, tidak punya pekerjan, tidak mandiri dalam ekonomi,
beban kerja yang terlalu tinggi
f. Status sosial : Belum bisa memisahkan diri dari autokritas keluarga
g. Latar belakang budaya : Budaya yang individualis, nilai budaya yang
bertentangan dengan nilai kesehatan dan nilai dirinya
h. Agama dan keyakinan : Semua agama, kurang mengamalkan ajaran agama dan
keyakinannya/mempunyai religi dan nilai agama yang buruk
i. Keikutsertaan dalam politik : Pengurus partai politik, post power syndrome
j. Pengalaman sosial : Adanya perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan
dan penolakan interpersonal, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan
orang yang dicintai, lingkungan sosial yang rawan bencana, kriminalitas,
kadang tidak mampu berhubungan secara intim dengan lawan jenis
k. Peran sosial : Gagal melaksanakan peran sosial
l. Keluarga : Proses imitasi dan identifikasi diri terhadap kedua orang tua
Faktor Presipitasi
1. Nature
a. Faktor-faktor biologis : Status nutrisi : BB kurang (terlalu kurus) atau lebih
dari BB ideal (overweight); Kondisi kesehatan secara umum : memiliki sakit
fisik (kehilangan salah satu bgn tubuh, kehilangan fungsi tubuh) , Sensitivitas
biologi : Secara anatomi (gangguan pada sistem limbik, talamus, korteks
frontal), sistem

neurokimia : GABA (Gama Amino Butiric Acid),

norepinephrIn, serotonin; dan paparan terhadap racun.


b. Faktor-faktor psikologis : Intelegensia (retardasi mental ringan IQ 50-70,
etardasi mental sedang IQ 35-50, kadang kadang tidak mampu membuat
penilaian dan keputusan dan kadang-kadang tidak mampu berkonsentrasi);
Kemampuan verbal (adanya gangguan sensori penglihatan dan pendengaran:
buta-tuli, adanya kerusakan

area motorik bicara : pelo-gagap, adanya

pembatasan kontak sosial dengan keluarga dan teman: perbedaan budaya,


lokasi tempat tinggal yang terisolasi, proses pengobatan : ICU, NGT, ETT,
Trakeostomi; Moral (Konflik dengan norma atau peraturan di masyarakat,
tempat kerja Pelanggaran norma dan nilai di masyarakat; terlibat masalah

hukum); Kepribadian (ambang, histrionik, narsisistik, menghindar, dependen,


obsesif

kompulsif/kepribadian

pencemas);

Pengalaman

yang

tidak

menyenangkan: (korban perkosaan, kehilangan pekerjaan/pensiun, kehilangan


sesuatu/orang yang dicintai, saksi kejadian traumatis, ketegangan peran,
kekerasan, penculikan, perampokan, kehamilan di luar nikah, perselingkuhan);
Konsep diri (Gambaran diri: tidak menyukai tubuhnya, merasa tidak
sempurna, ketidak puasan terhadap ukuran tubuh, fungsi, penampilan dan
potensi yang dimiliki; Identitas diri : kerancuan identitas; Peran : konflik peran,
peran ganda, ketidak mampuan menjalankan peran, tuntutan peran tidak sesuai
usia; Ideal diri : ideal diri tidak realistis, ideal diri terlalu rendah, ambisius;
Harga diri : harga diri rendah situasional); Motivasi : motivasi rendah dan
Pertahanan psikologis : self kontrol.
c. Faktor sosial budaya : Usia (remaja, dewasa awal), Gender (wanita : pria =
2 : 1); pendidikan (kurang/ rendah); pendapatan (kurang/ rendah); pekerjaan
(tidak tetap, tidak punya pekerjan, beban kerja yang terlalu tinggi), status
sosial (menengah ke bawah); Latar belakang budaya (budaya yang
individualis); agama dan keyakinan (semua agama, kurang mengamalkan
ajaran agama dan keyakinannya); keikutsertaan dalam politik (pengurus
partai politik, post power syndrome); pengalaman sosial (berpisah dengan
orang yang dicintai, kehilangan orang yang dicintai, lingkungan sosial yang
rawan kriminalitas, bencana alam, peperangan/ konflik, kecelakaan); Peran
sosial : gagal melaksanakan peran sosial, gagal membentuk keluarga baru,
belum menikah.
2. Origin : Internal (Persepsi Individu yang buruk tentang dirinya dan orang lain)
dan Eksternal (Kurang dukungan kelompok per group, kurang dukungan keluarga,
kurang dukungan masyarakat).
3. Timing : Stres terjadi dalam waktu dekat, stres terjadi dalam waktu yang cukup
lama dan stres terjadi secara berulang-ulang/terus menerus.
4. Number : Sumber stres lebih dari satu (semua stressor yang ada selama usia
tumbang) dan stres dirasakan sebagai masalah yang sangat berat.

D. Penilaian Terhadap Stresor


1. Kognitif : Kerusakan perhatian, kurang konsentrasi, pelupa, kesalahan dalam
menilai, preokupasi, bloking, penurunan lapangan pandang, berkurangnya
kreativitas, produktivitas menurun, bingung, sangat waspadai, berkurangnya
objektivitas, takut kehilangan kontrol, takut bayangan visual, takut akan terluka
atau kematian, kesadaran diri meningkat dan mimpi buruk.
2. Afektif : Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervous, takut, alarm,
frustasi, teror, gugup, gelisah, merasa bersalah, pemalu dan frustasi
3. Fisiologis
a. Cardiovaskuler : Palpitasi, Jantung berdebar, TD meningkat, Rasa mau
pingsan, Pingsan, TD menurun dan Denyut nadi menurun.
b. Pernapasan : Nafas cepat, Nafas pendek, Tekanan pada dada, Nafas dangkal,
Pembengkakan pada tenggorok, Sensasi tercekik, dan Terengah-engah.
c. Neuromuskular : Refleks meningkat, Reaksi kejutan, Mata berkedip-kedip,
Insomnia, Tremor, Rigiditas, Gelisah, Wajah tegang
d. Integumen : Wajah kemerahan, Berkeringat setempat (telapak tangan), Gatal,
Rasa panas dan dingin pada kulit, Wajah pucat, Berkeringat seluruh tubuh.
e. Gastrointestinal : Kehilangan nafsu

makan, Menolak makanan, Rasa tidak

nyaman pada abdomen, Mual, Rasa terbakar di perut, Diare dan Perut melilit.
f. Traktus Urinarius : Tidak dapat menahan kencing dan Sering berkemih.
g. Reproduksi : Tidak datang bulan

(amenore), Darah haid berlebihan, Darah

haid amat sedikit, Masa haid berkepanjangan, Masa haid amat pendek, Haid
beberapa kali dalam sebulan, Menjadi dingin, Ejakulasi dini.
4. Perilaku : Gelisah, Ketegangan fisik, Tremor, Gugup, Bicara cepat, Kurang
koordinasi, Cenderung

mendapat cedera, Menarik diri dari

interpersonal, Menghalangi, Melarikan diri

hubungan

dari masalah, Menghindar dan

Hiperventilasi.
5. Sosial : Kadang - kadang menghindari kontak sosial/ aktivitas sosial menurun,
Kadang-kadang menunjukkan sikap bermusuhan.
E. Sumber Koping

1. Personal Ability : Kurang komunikatif, hubungan interpersonal yang kurang


baik, kurang memiliki kecerdasan dan bakat tertentu, mengalami gangguan fisik,
perawatan diri yang kurang baik dan tidak kreatif.
2. Social Support : Hubungan yang kurang baik antar : individu, keluarga , kelp
dan masyarakat, kurang terlibat dalam organisasi sosial/ kelompok sebaya dan
ada konflik nIlai budaya .
3. Material Asset : Kurang memilki penghasilan secara individu, Sulit mendapat
pelayanan kesehatan, Tidak memiliki pekerjaan/ vokasi/ posisi.
4. Positif Beliefe : Tidak mempunyai keyakinan dan nilai yang positif, Kurang
memiliki motivasi, Kurang berorientasi kesehatan pada

pencegahan (lebih

senang melakukan pengobatan )


F. Rencana Tindakan Pada Klien Ansietas
Intervensi Generalis
Individu
Tujuan :
1. Pasien mampu mengenal ansietas
2. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
3. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas
Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi.
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya
adalah :
a.

Mengucapkan salam terapeutik

b.

Berjabat tangan

c.

Menjelaskan tujuan interaksi

d.

Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

2. Bantu pasien mengenal ansietas


a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
b. Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
c. Bantu pasien mengenal penyebab ansietas

d. Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas


3. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri
a.

Pengalihan situasi

b.

Latihan relaksasi
1) Tarik nafas dalam
2) Mengerutkan dan mengendurkan otot-otot
c. Teknik 5 jari
4. Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul
Keluarga
Tujuan :
1. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya
2. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas
4. Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien dengan ansietas
5. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas
Tindakan keperawatan Pada Keluarga :
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
(Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam merawat klien dam menjelaskan
pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya ansietas).
2. Mendikusikan tentang akibat yang mungkin terjadi pada klien ansietas
3. Menjelaskan dan melatih keluarga klien ansietas cara : teknik relaksasi fisik,
distraksi, hipnotis 5 jari dan spiritual.
4. Menjelaskan lingkungan yang teraupetik untuk klien.
a. Mendiskusikan anggota keluarga yang dapat berperan dalam merawat klien
b. Mendiskusikan setting lingkungan rumah yang mendukung dalam
perawatan klien
c. Melibatkan pasien dalam aktivitas keluarga
5. Melatih, memotivasi, membimbing dan memberikan pujian pada klien ansietas
6. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk follow-up dan
mencegah kekambuhan pasien.
a. Menjelaskan
dimasyarakat
b. Follow up

cara

memanfaatkan

fasilitas

kesehatan

yang

tersedia

c. Menjelaskan kemungkinan pasien relaps dan menegah kekambuhan


d. Menidentifikasi tanda-tanda relaps dan rujukan.

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH
A. Pengertian
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap perubahan bentuk,
struktur dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan (Stuart-Laraia,
2005).
Gangguan Citra tubuh adalah kebingungan diri dalam cara memandang dan
menerima gambaran tubuh (Nanda, 2005).
Gangguan Citra tubuh adalah kebingungan secara mental dalam memandang
fisik diri sendiri (Nanda, 2008).
B. Proses Terjadinya
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis :
Penyakit genetik dalam keluarga, Pertumbuhan dan perkembangan masa bayi,
anak dan remaja, Anoreksia, bulimia, atau berat badan kurang atau berlebih dari
berat badan ideal, perubahan fisiologi pada kehamilan dan penuaan, pembedahan
elektif dan operasi, trauma, penyakit atau gangguan organ dan fungsi tubuh lain ;
Stroke, Kusta, Asthma dan lain-lain, pengobatan atau kemoterapi, penyalahgunaan
obat atau zat ; coccaine, Amphetamine, Halusinogen dan lain-lain.
b.

Psikologis :
Gangguan kemampuan verbal, konflik dengan nilai masyarakat, pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan, ideal diri tidak realistis.
c. Sosial budaya :
Pendidikan masih rendah, masalah dalam pekerjaan, nilai budaya bertentangan
dengan nilai individu, pengalaman sosial yang tidak menyenangkan, kegagalan
peran sosial.
Faktor Presipitasi
a.

Trauma

b.

Penyakit, kelainan hormonal

c.

Operasi atau pembedahahan

d.

Perubahan masa pertumbuhan dan perkembangan ;


maturasi

e.

Perubahan fisiologis tubuh ; kehamilan, penuaan.


f.

Prosedur medis dan keperawatan ; efek pengobatan ;


radioterapi, kemoterapi.

3.Penilaian Stresor
a. Kognitif
1) Kerusakan /gangguan perhatian.
2) Kurang konsentrasi
3) Kesalahan dalam menilai.
4) Preokupasi.
5) Kreativitas berkurang
6) Produktivitas menuruan.
7) Bingung.
8) Sangat waspada
9) Berkurangnya objektivitas
10) Takut kehilangan control
11) takut bayangan visual (tidak sempurna).
12) Takut akan terluka atau kematian.
13) Kesadaran diri menurun
14) Mimpi buruk
b.

Afektif
1) Mudah terganggu
2) Tidak sabar
3) Gelisah
4) Tegang
5) Gugup / Nervous
6) Takut
7) Alarm
8) Frustasi
9) Teror
10) Merasa bersalah
11) Pemalu.

12) Pemarah

c. Physiological

Kardiovaskuler:
1) Palpitasi
2) Rasa mau pingsan
3) Pingsan
4) TD menurun (hipotensi)
5) Denyut nadi menurun (bradicardi).
6) Hipotermi.
7) Ekstremitas dingin.
8) Vasokonstriksi perifer.
9) Pusing.
10) Denyut nadi Irreguler, aritmia.
11) Nyeri dada.

1)
2)
3)
4)
5)
6)

Pernafasan
Nafas cepat
Nafas pendek
Tekanan pada dada
Nafas dangkal
Sensasi tercekik
Pembengkakan pada tenggorok.
Neuromuskuler:

1) Iritabel, refleks meningkat.


2) Apatis.
3) Kelemahan otot.
4) Nyeri tulang/ sendi pada saat aktivitas.
5) Hambatan pertumbuhan tulang.
6) Osteoporosis.
7) Kerusakan otot.

Gastrointestinal

1) Kehilangan nafsu makan.

2) Menolak makanan
3) Rasa tidak nyaman pada abdomen (nyeri, kembung).
4) Mual.
5) Muntah.
6) Nyeri ulu hati (Gastritis).
7) Esofagitis.
8) Buang air besar tidak teratur.
9) Konstipasi
10) Diare
11) Pembesaran kelenjar saliva (Parotis).
12) Kerusakan gigi.

Traktus Urinarius:

1) Kencing sedikit (jarang kencing)


2) Penurunan GFR (Filtrasi glomerulus)

Integumen

1) Wajah kemerahan
2) Wajah pucat
3) Adanya lanugo pada tubuh
4) Adanya callus pada punggung tangan (Russells Sign)
5) Berkeringat setempat (telapak tangan)
6) Berkeringat seluruh tubuh
Reproduksi
1) Amenorhoe.
2) Menstruasi tidak teratur.
3) Penurunan libido
4) Komplikasi pada kehamilan
5) Disfungsi seksual (Impoten, Frigid, Ejakulasi premature, Nyeri coitus)
6) Terhambatnya pertumbuhan sek sekunder.
Hematologi
1) Anemia
2) Neutropenia / Leukopenia
3) Thrombositopenia
d. Behavioral
1) Gelisah
2) Ketegangan fisik
3) Tremor
4) Gugup
5) Bicara cepat
6) Kurang koordinasi.

7) Cenderung mendapat cedera.


8) Menarik diri dari hubungan interpersonal.
9) Melarikan diri dari masalah.
10) Menghindar.
11) Hiperventilasi.
12) Sering muntah.
13) Penggunaan laxative / diuretik.
14) Aktivitas berlebihan.
e.

Respon Sosial
1) Kadang-kadang menghindari kontak / aktivtas sosial
2) Kadang-kadang mudah tersinggung / marah.
4.Sumber Koping :
a.

Hubungan interpersonal dengan orang lain.

b.

Support dari keluarga, teman dan masyarakat dan jaringan sosial.

c.

Bakat tertentu

d.

Pekerjaan, penghasilan.

e.

Keyakinan diri yang positif.


5.Mekanisme Koping :
a. Konstruktif
Berfokus pada masalah :
negosiasi, konfrontasi dan meminta nasehat/saran.
2) Berfokus pada kognitif :
perbandingan yang positif, penggantian rewards, antisipasi.

b.

Destruktif
Berfokus pada emosi :
Denial, Proyeksi, Represi, Kompensasi, Isolasi.

C. Pohon diagnosa
Akibat

Gangguan harga diri ;


harga diri rendah

Masalah utama
Gangguan Citra tubuh

Penyebab

Penyakit, trauma, pembedahan, efek


pengobatan, proses tumbuh kembang,
perubahan hormonal

D. Terapi Generalis
1. INTERVENSI GENERALIS
a. Tindakan Keperawatan pada Individu
1) Tujuan
a) Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya
b) Paien dapat meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuhnya
c) Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya
d) Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
e) Pasien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
f) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu.
2) Tindakan Keperawatan
a) Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya ; dulu dan saat ini,
perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan terhadap citra tubuhnya saat
ini
b) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap, bantu
pasien menyentuh bagian tersebut
c) Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain
d) Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu
e) Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara :
i. Gunakan protesa, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera
ii.

mungkin, gunakan pakaian yang baru


Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah pada

iii.

pembentukan tubuh yang ideal


Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :
i) Susun jadwal kegiatan sehari-hari.
ii) Dorong melakukan aktifitas sehari-hari dan terlibat dalam
aktifitas keluarga dan sosial.
iii) Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang
berarti/mempunyai peran penting baginya.
iv) Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi.

b. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


a) Tujuan
:
1) Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra tubuh
2) Keluarga mengetahui cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh
3) Keluarga mampu merawat pasien gangguan citra tubuh
4) Keluarga mampu mengevaluasi kemampuan pasien dan memberikan
pujian atas keberhasilannya.
b) Tindakan Keperawatan :
1) Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi pada
pasien
2) Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh
3) Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien :
a) Menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien di rumah.
b) Memfasilitasi interaksi di rumah.
c) Melaksanakan kegiatan di rumah dan sosial.
d) Memberikan pujian atas kegiatan yang telah dilakukan pasien.
4) Bersama keluarga susun tindakan yang akan dilakukan keluarga
dalam
gangguan citra tubuh.
5) Beri pujian yang realistis terhadap keberhasilan keluarga.
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL
A. Pengertian
Harga diri rendah (HDR) situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespons terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan) (Carpenito, 2003). Sedangkan
menurut Wilkinson (2007) perasaan diri/evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai
respon terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya
mempunyai evaluasi diri positif.
B. Penyebab
HDR situasional dapat disebabkan karena gangguan pada struktur, fungsi, dan
penampilan tubuhnya; penolakan orang lain atau orangtua atas dirinya; kenyataan yang
tidak sesuai dengan harapan atau ideal dirinya (kegagalan); transisi peran sosial; trauma
seperti penganiayaan seksual atau psikologis atau melihat kejadian yang mengancam
nyawa (Stuart & Sundeen, 1991; Stuart, 2009).
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala harga diri rendah situasional adalah sebagai berikut:
Subjektif:

1. Mengungkapkan rasa malu/bersalah


2. Mengungkapkan menjelek-jelekan diri
3. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya ketidakberdayaan dan
ketidakbergunaan)
Objektif :
1. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalah hidup yang
sebelmunya mempunyai evaluasi diri positif
2. Kesulitan dalam membuat keputusan
D. Proses terjadinya
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
1) Adanya riwayat anggota keluarga menderita penyakit genetik (gangguanm
jiwa).
2) Ada riwayat gangguan status nutrisi (kurus, obesitas) atau anoreksia dan tidak
ada perbaikan nutrisi, BB tidak ideal
3) Paparan terhadap racun, sindrom alkhohol saat janin dalam kandungan.
4) Riwayat kesehatan secara umum, misalnya kanker, epilepsi, trauma kepala,
riwayat gangguan penyakit jantung, penyakit neurologis
5) Menderita penyakit fisik (penyakit kronis, defek kongenital dan kehamilan)
6) Mengalami perubahan kognitif atau persepsi akibat nyeri kronis
7) Adanya masalah psikososial yang menyebabkan gangguan makan, BB
obesitas atau terlalu kurus
8) Penanganan medik jangka panjang (kemoterapi dan radiasi)
9) Maturasi normal: pertumbuhan dan perkembangan masa bayi, anak dan remaja
10) Perubahan fisiologis pada kehamilan dan penuaan
11) Adanya riwayat prosedur pembedahan elektif: prosedur bedah plastik, wajah,
bibir, perbaikan jariangan parut, prosedur pembedahan transeksual, aborsi
12) Riwayat menderita penyakit kronis dan mengalami nyeri kronis.
b. Psikologis

1) Mempunyai intelegensi RM sedang sampai normal dan kemampuan


melakukan komunikasi verbal gagap atau tidak mampu mengungakkan apa
yang dipikikan, berinteraksi dengan orang lain
2) Adanya pembatasan kontak sosial akibat perbedaan budaya maupun akibat
proses pengobatan yang lama (di ICU, NGT atau ETT, trakeostomi)
3) Mengalami gangguan psikologis
4) Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: perpisahan traumatik dengan
orang yang berarti, penolakan dari keluarga, perceraian, kekerasan dalam
rumah tangga. Diturunkan dari jabatannya, konflik dengan rekan kerja,
penganiayaan seksual, seringkali mengalami kegagalan.

5) Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain pada masa perkembangan


yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan sosial dan dari dukungan
diri sendiri.
6) Mempunyai konsep diri negatif: gambaran diri negatif, ideal diri tidak
realistis, gangguan pelaksanaan peran
7) Self kontrol rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika
mengalami kegagalan maupun keberhasilan (terlalu sedih atau terlalu senang
yang berlebihan)
8) Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan mudah
cemas
9) Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu berkonsentrasi
c. Sosial budaya
1) Usia: Pada usia tersebut individu tidak dapat mencapai tugas perkembangan
yang seharusnya sehingga mudah mengalami penelian negatif tentang dirinya.
Teori yang diungkapkan oleh Erikson (1963) mengemukakan jika tugas
perkambangan sebelumnya tidak perpenuhi dapat menjadi predisposisi
terhadap gangguan ansietas. Sebagai respon terhadap stres, tampak perilaku
yang berhubungan dengan tahap perkembangan sebelumnya karena individu
mengalami regresi ke atau tetap berada pada tahap perkembangan sebelumnya.
2) Gender/jenis kelamin: pelaksanaan peran individu sesuai dengan jenis kelamin
yang tidak optimal akan mempermudah munculnya harga diri yang negatif
secara situasional dan lebih banyak mengalami harga diri rendah situasional
berjenis kelamin perempuan
3) Kurangnya pendapatan/penghasilan yang dapat mengancam pemenuhan
kebutuhan dasar sehari-hari
4) Mengalami perubahan status atau prestise
5) Pengalaman berpisah dari orang terdekat, misalnya karena perceraian,
kematian, tekanan budaya, perpindahan dan perpisahan sementara atau
permaenen
6) Perubahan status sosial dan ekonomi akibat pensiun
7) Tinggal di lingkungan yang terdapat bahaya keamanan maupun polutan
lingkungan
8) Kondisi pasien yang tidak mempunyai pekerjaan, pengangguran, ada
pekerjaan baru maupun promosi)
9) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi
lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal
dengan orang lain:
10) Agama dan keyakinan: kurang menjalankan kegiatan keagamaan sesuai
dengan agama dan kepercayaan atau ada nilai budaya dan norma yang
mengharuskan melakukan pembatasan kontak sosial dengan orang lain
(misalnya laki-laki dengan perempuan).
2. Faktor Presipitasi

a) Nature

1) Biologis
a) Adanya kehilangan bagian tubuh, struktur tubuh, fungsi tubuh
b) Adanya penyakit akut yang mempengaruhi fungsi tubuh
c) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi
d) Status gizi, misalnya obesitas atau terlalu kurus. (BB tidak ideal)
e) Adanya kelainan kongenital
f) Sensitifitas biologio: ketidakseimbangan elektrolit, gangguan pada sistem
limbik, thalamus, kortek frontal, GABA, norefrinefrin dan serotonin
2) Psikologis
a) Mempunyai pemahaman yang baik terhadap stimulus yang ada .
Kemampuan komunikasi verbal terganggu akibat adanya gangguan sensori
penglihatan dan pendengaran serta kerusakan area motorik bicara (gagap,
pelo dan bisu)
b) Adanya gangguan gambaran diri akibat terapi penyakit: misalnya
pemasangan infus, NGT, Trakheostomi, infus
c) Gangguan konsep diri karena perubahan peran akibat sakit yang mendadak
akut
d) Adanya harapan yang tidak terpenuhi (misalnya: terhadap anak, kelahiran
anak, kehamilan)
e) Adanya gambaran diri yang negatif akibat adanya perubahan bentuk,
struktur, fungsi dan penampilan tubuhnya
f) Kepribadian: mudah cemas dan introvet atau menutup diri
g) Moral: tidak menerima reward dari masyarakat, penilaian diri yang rendah
(self defrifation) dan takut tentang definisi diri sendiiri)
h) Mengalami penganiayaan seksual atau pemerkosaan dalam enam bulan
terakhir
i) Motivasi : kurangnya dukungan sosial orang sekitar dan tidak pernah
mendapatkan penghargaan dari luar
j) Self kontrol: klien kurang dapat mengendalikan dorongan yang kurang
positift
k) Adanya pembatasan kontak sosial dengan keluarga & teman akibat
perbedaan budaya, lokasi tempat tinggal yang terisolasi, proses pengobatan
yang menyebabkan gangguan bicara
3) Sosial budaya
a) Krisis maturasi atau individu tidak mampu mencapai tugas perkembangan
yang seharusnya
b) Pembatasan yang dilakukan oleh rumah sakit akibat hospitalisasi
c) Gender: jenis kelamin perempuan lebih berisiko mengalami kegagalan
menjalankan peran
d) Pendapatan rendah atau kurang dari UMR
e) Pekerjaan: tidak tetap, penggangguran

f) Status sosial : aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat (pengurus)


g) Latar belakang budaya: nilai budaya keyakinan yang kuat, misalnya
seorang laki-laki harus menjadi tulang punggung keluarga atau pelindung
keluarga
h) Keikutsertaan partai politik dan organisasi: aktif megikuti kegiatan politik
dan organisasi
i) Pengalaman sosial: belum pernah mengalami kehilangan, penolakan
hubungan interpersonal, berpisah dengan orang yang dicintai, tidak ada
masalah dengan pelaksanaan hubungan intim dan tiba-tiba mengalami
pengalaman sosial yang kurang baik akibat penyakitnya/perubahan
fisiknya
j) Peran sosial:
tidak dapat menjalankan peran sosialnya lagi akibat
perubahan fisik yang sebelumnya dapat dilakukan.
b) Origin
1) Internal: Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungannya
2) Eksternal: Kurangnya dukungan keluarga dan orang sekitar/masyarakat serta
peer group
c) Timing: Stres dapat terjadi dalam waktu yang berdekatan, stress dapat
berlangsung lama atau stres dapat berlangsung secara berulang-ulang
d) Number: Sumber stres dapat lebih dari satu dan terjado selama usia perkembangan
dan pertumbuhan dan biasanya stressor dinilai sebagai masalah yang sangat berat
3. Penilaian Terhadap Stressor
a. Kognitif
1) Mengungkapkan perasaan malu atau bersalah
2) Mengungkapkan menjelek-jelekan diri
3) Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya: ketidakberdayaan
dan ketidakbergunaan)
4) Mengungkapkan penyalahan diri yang episodik sebagai respons terhadap
permasalahan hidup seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri
yang positif
5) Mengungkapkan mengevaluasi diri seperti tidak mampu untuk mengatasi
permasalahan/situasi
6) Kesulitan dalam pengambilan keputusan
7) Mengungkapkan meniadakan diri
8) Mengungkapkan secara verbal melaporkan tantangan situasional saat ini
terhadap harga diri
9) Kurang konsentrasi
10) Fokus menyempit/preokupasi
11) Bloking
12) Mudah lupa
13) Mimpi buruk

14) Pandangan suram dan pesimistik


b. Afektif
1) Perasaan negatif tentang dirinya (ketidakberdayaan, kegunaan)
2) Merasa malu dan bersalah
3) Merasa sedih
4) Merasa putus asa dan frustasi
5) Perasaan tidak mampu
6) Perasaan tidak berguna
7) Mudah tersinggung
c. Fisiologis
1) Perubahan aktual pada fungsi
2) Perubahan aktual pada struktur
3) Peningkatan tekanan darah
4) Pusing atau sakit kepala
5) Kelelahan atau keletihan
6) Tampak lesu
7) Kurang nafsu makan
8) Penurunan berat badan
9) Makan atau minum secara berlebihan
10) Konstipasi/diare
11) Insomnia/gangguan tidur
12) Mual dan muntah
13) Perubahan siklus haid
d. Perilaku
1) Kurangnya kemampuan untuk mengikuti sesuatu
2) Tidak mau bekerja sama dalam terapi
3) Perilaku bimbang
4) Perilaku tidak asertif
5) Mengkritik diri sendiri
6) Penurunan produktivitas
7) Berkurangnya kreativitas
8) Pengurangan diri
9) Penyalahgunaan rokok, obat, alkhoho;l
10) Penolakan terhadap realitas
e. Sosial
1) Kurangnya kontak mata
2) Pengabaian diri
3) Isolasi sosial
4) Misintepretasi
5) Kurangnya pratisipasi sosial
4. Sumber Koping
a. Personal ability

1)
2)
3)
4)

Kemampuan dalam berkomunikasi secara verbal dan non verbal


Kemampuan dalam memecahkan masalah
Hubungan interpersonal dengan orang lain
Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan, yaitu harga diri rendah
situasional
5) Adanya gangguan fisik (kesehatan secara umum) yang menghambat upaya
mengatasi harga diri rendah situasional yang dialami.
6) Aspek positif diri yang dimiliki klien (misalnya: olah raga, hobi)
7) Keterampilan seni yang dimiliki
b. Sosial support
1) Hubungan yang baik atau kurang baik antar individu, keluarga kelompok dan
masyarakat.
2) keterlibatan dalam organisasi social/kelompok sebaya
3) Ada atau tidak ada konflik budaya di lingkungan tempat tinggal klien
c. Material asset
1) Penghasilan sesara individu : cukup atau tidak
2) Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah,
rumah, tabungan)
3) Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
4) Pekerjaan/vokasi/posisi : memiliki atau tidak
5) Akses pelayanan kesehatan terdekat
d. Positive belief
1) Kenyakinan dan nilai positif tentang dirinya sendiri
2) Memiliki motivasi atau tidak dalam mengatasi penilaian negatif tentang
dirinya sendiri
3) Orientasi klien terhadap kesehatan terutama dalam hal pencegahan terjadinya
harga diri rendah situasional
5. Mekanisme Koping
a. Konstruktif

1) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri


2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
3) Aktivitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu
4) Membangun kepercayaan diri dan optimis
5) Memanfaatkan dukungan keluarga/orang terdekat
6) Komunikasi terbuka
7) Pemenuhan peran yang signifikan
8) Mengungkapkan penerimaan diri
9) Menerima kritikan dari orang lain
10) Mengidentifikasi alternatif dan kemungkinan yang akan timbul

11) Mengidentifikasi sumber-sumber yang diperlukan untuk mendukung setiap


alternatif
b. Destruktif
1) Penggunaan fantasi
2) Regresi
3) Proyeksi
4) Disosiasi
5) Kompensasi
6) Rasionalisasi /intelektualisasi
7) Displacement
8) Isolasi sosial
9) Identitas negatif
10) Amuk
11) Penyalahgunaan obat
12) Berbalik marah/benci terhadap diri sendiri

E. Pohon Diagnosa
Resiko isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri


rendah situasional

Berduka Disfungsional

Efek

Core Problem

Etiologi

F. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah situasional
G. Tindakan keperawatan
1. Ditujukan pada Klien:
Tujuan: klien mampu
a.
Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, proses terjadinya dan akibat harga
diri rendah situasional
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
e. Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan

f.

Melakuakn kegiatan yang sudah dilatih

Tindakan keperawatan:
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien
1) Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien seperti kegiatan pasien dirumah sakit, dirumah, dalam keluarga dan
lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien
2) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien
penilaian yang negatif
b. Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
1) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini
2) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan
diri yang diuangkapkan pasien
3) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
c. Membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
1) Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari
2) Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan
kegiatan apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan
terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan
pasien susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari pasien.
d. Melatih kemampuan yang dipilih klien
1) Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan pertama yang dipilih
2) Melatih kemampuan pertama yang dipilih
3) Berikan dukungan dan pujian pada klien dengan latihan yang dilakukan
2. Ditujukan pada keluarga
Tujuan: Keluarga mampu
a. Mengenal masalah harga diri rendah situasional
b. Mengambil keputusan dalam merawat harga diri rendah situasional
c. Merawat klien dengan harga diri rendah situasional
d. Menciptakan lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri klien
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up dan mencegah
kekambuhan
Tindakan keperawatan
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga diri rendah dan
mengambil keputusan merawat pasien.
c. Mendiskusikan kemampuan atau aspek positif pasien yang pernah dimiliki sebelum
dan setelah sakit
d. Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah dan berikan pujian
e. Melatih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan pertama yang dipilih pasien serta
membimbing keluarga merawat harga diri rendah dan beri pujian

Anda mungkin juga menyukai