Anda di halaman 1dari 10

A.

Penyimpanan Alat di Laboratorium


Dalam penyimpanan alat perlu diketahui sifat-sifat dasar alat, antara lain:
a. Zat atau bahan dasar pembuatan.
Bahan dasar alat harus diketahui agar penyimpanan dan penggunaannya
dapat dikontrol. Misalnya alat gelas yang akan dipakai untuk pemanasan harus
dipilih dari bahan yang tahan panas.
b.

Berat alat.
Di laboratorium terdapat alat yang ringan dan berat. Untuk alat-alat berat
jangan disimpan di tempat yang tinggi, sehingga pada saat dibutuhkan tidak
sulit diangkat atau dipindahkan.

c. Pengaruh bahan kimia.


Dalam laboratorium terdapat zat-zat kimia seperti zat yang bersifat korosif
sehingga zat tersebut di simpan berjauhan dengan alat alat lain terutama alatalat yang terbuat dari logam.
d. Pengaruh alat yang satu dengan yang lain.
Dalam penyimpanan alat perlu diperhatikan bahwa alat yang terbuat dari
logam harus dipisahkan dari alat yang terbuat dari gelas. Beberapa alat yang
diset dan terdiri dari alat logam dan kaca, misalnya Respirator Ganong,
Kalorimeter.
e. Nilai/harga dari alat
Nilai atau harga alat harus diketahui oleh petugas laboratorium, Ditinjau
dari segi harganya alat-alat berharga harus disimpan pada tempat yang aman.
Barang yang nilainya tidak begitu mahal dapat disimpan pada rak. Akan tetapi
bila ada tempat/lemari tertutup sebaiknya semua alat disimpan dalam lemari
tersebut.
f. Bentuk dalam set
Jenis alat

dalam

bentuk

set

misalnya

set

electromagnet,

semimicroapparatus. Untuk menjaga keawetan alat, bila telah selesai


digunakan hendaknya disusun kembali pada tempat semula dengan susunan
aturan yang telah ditentukan. Penyusunan magnet dalam set electromagnet
harus diperhatikan, tidak boleh disimpan sembarangan tanpa aturan karena
dapat kehilangan sifat kemagnetannya.

B. Penyimpanan bahan dan Pelabelan Bahan Berbahaya


Mengingat bahwa sering terjadi kebakaran, ledakan, atau bocornya bahanbahan kimia beracun dalam gudang perlu diperhatikan yaitu: Interaksi bahan
kimia dengan dan interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan, kebakaran,
atau timbulnya gas beracun.
Simbol bahaya adalah piktogram dengan tanda hitam pada latar belakang
orange, kategori bahaya untuk bahan dan formulasi ditandai dengan simbol
bahaya, yang terbagi dalam Resiko kebakaran dan ledakan (sifat fisikakimia),Resiko

kesehatan

(sifat

toksikologi)

atau

Kombinasi

dari

keduanya.Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas , beberapa syarat


penyimpanan bahan secara singkat adalah sebagai berikut:
a. Bahan beracun
Banyak bahan-bahan kimia yang beracun. Contohnya sianida,
arsen, gas karbon monoksida (CO) dari aliran gas. Syarat
penyimpanan ruangan dingin dan berventilasi, jauh dari
bahaya

kebakaran,dipisahkan

dari

bahan-bahan

yang

mungkin

bereaksi,disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung


tangan.
b. Bahan korosif
Contoh bahan korosif, misalnya asam-asam, anhidrida asam,
dan alkali. Bahan ini dapat merusak wadah dan bereaksi
dengan zat-zat beracun. Syarat penyimpanan: ruangan dingin
dan berventilasi,wadah tertutup dan dipisahkan dari zat-zat beracun.
c. Bahan mudah terbakar

Contoh Fosfor (P) putih, boran (BH3) misalnya akan terbakar


sendiri jika kena udara. Syarat penyimpanan:temperatur dingin
dan berventilasi, jauhkan dari sumber api atau panas.
d.

Bahan mudah meledak

Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium


nitrat dan TNT.Syarat penyimpanan:,jauhkan dari panas dan
api,hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis.
e. Bahan Oksidator
Contoh: perklorat, permanganat, peroksida organik.Syarat
penyimpanan:temperatur ruangan dingin dan berventilasi,
jauhkan dari sumber api,jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar.
f. Bahan reaktif terhadap air. Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida.Syarat
penyimpanan:bangunan kedap air ,disediakan pemadam kebakaran tanpa air.
g.
Bahan reaktif terhadap asam,contoh: natrium, hidrida, sianida.Syarat
penyimpanan: ruangan dingin dan berventilasi ,jauhkan dari sumber api dan
asam.
C. Upaya Pencegahan Kcelakaan di Laboratorium
Ada dua hal besar yang dapat dilakukan dalam pencegahan kecelakaan di
laboraturium. Pertama adalah memberikan penyadaran akan upaya pencegahan
kecelakaan di laboratorium terhadap siswa. Kedua adalah penyediaan fasilitas
yang memadai.
A. Penyadaran akan upaya pencegahan kecelakaan di laboratorium
Hal-hal yang seharusnya kita lakukan ketika sebelum dan setelah praktikum
dalam rangka pencegahan keelakaan di laboraturim antara lain:
1. Tahap persiapan
a. Mengetahui secara pasti (tepat dan akurat) apa yang akan dikerjakan pada
acara praktikum, dengan mambaca petunjuk praktikum, mengetahui tujuan
dan cara kerja serta bagaimana data percobaan akan diperoleh, mengetahui
hal-hal atau tindakan yang harus dihindarkan.
b. Mengetahui sifat-sifat bahan yang akan digunakan apakah bersifat mudah
terbakar, bersifat racun, karsinogenik atau membahayakan dan sebagainya,
sehingga dapat terhindar dari potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari
bahan kimia yang digunakan.
c. Mengetahui alat dan bagaimana merangkai alat serta cara kerja alat yang akan
digunakan.

d. Mempersiapkan peralatan pelindung tubuh seperti, jas laboratorium berwarna


putih lengan panjang, kacamata gogle, sarung tangan karet, sepatu, masker,
2.
a.
b.
c.

dan sebagainya sesuai kebutuhan praktikum.


Tahap pelaksanaan
Mengenakan peralatan pelindung tubuh dengan baik dan tepat.
Mengambil dan memeriksa peralatan dan bahan yang akan digunakan.
Merangkai alat yang digunakan dengan tepat, dan mengambil bahan kimia
secukupnya.

Penggunaan

bahan

kimia JANGAN

SAMPAI

BERLEBIHAN karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.


d. Membuang sisa percobaan pada tempatnya sesuai dengan sifat sisa bahan
e.
3.
a.
b.

yang digunakan.
Bekerja dengan tertib, tenang dan tekun, catat data-data yang diperlukan.
Tahap paska pelaksanaan
Kembalikan peralatan dan bahan yang digunakan sesuai posisi semula.
Hindarkan bahaya yang mungkin terjadi dengan mematikan peralatan listrik,
kran air, menutup tempat bahan kimia dengan rapat (dengan tutupnya

semula).
c. Bersihkan tempat atau meja dimana kalian bekerja.
d. Keluarlah dari laboratorium dengan tertib.
Setiap orang harus mengetahui bagaimana menggunakan semua
perlengkapan keselamatan. Ketika peralatan darurat diperlukan. Alat-alat
darurat terdiri dari : Alarm Kebakaran, Alat dan bahan pemadam kebakaran,
Pancuran Keselamatan, Botol pencuci mata, Pintu Darurat, Selimut Kebakaran
B. Penyediaan Fasilitas Keamanan dan Keselamatan di Laboraturium
1. Desain laboratorium harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai dengan
sirkulasi udara yang adekuat serta punya pemadam api yang tepat.
2. Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi
tempat yang aman dari bahaya kebakaran dapat disediakan bendung-bendung
talam.
3. Dua buah jalan keluar harus disediakan untuk keluar dari kebakaran dan
terpisah sejauh mungkin.
4. Tempat penyimpanan didesain untuk mengurangi sekecil mungkin risiko oleh
bahan-bahan berbahaya dalam jumlah besar.
5. Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaam (P3K)
Keselamatan Kerja di Laboratorium

D. Upaya Apabila Terjadi Kecelakaan di Laboratorium


Banyak sekali kecelakaan yang terjadi dilaboratorium akibat terkena bahan bahan
kimia yang berbahaya. Adapun upaya pencegahannya jika terjadi kecelakaan
sebagai berikut:
1. Luka bakar
a.Luka bakar karena benda panas
Luka bakar karena panas dapat terjadi akibat kontak dengan gelas/logam
panas. Jika kulit hanya memerah, olesi dengan salep minyak ikan. Jika luka bakar
diakibatkan terkena api dan si penderita merasa nyeri, tindakan yang dapat
dilakukan adalah mencelupkan bagian yang terbakar ke dalam air es atau
dikompres agar rasa nyeri berkurang. Jika luka terlalu besar, hindarkan
kontaminasi terhaadap luka dan jangan memberikan obat apa-apa. Tutup luka

dengan kain/steril yang bersih, kemudian bawa si penderita ke dokter.


b. Luka bakar karena zat kimia
Luka karena asam
Asam yang mengenai kulit hendaknya segera dihapus dengan kapas atau
lap halus, kemudian dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya. Selanjutnya
cuci dengan larutan 1% Na2CO3, kemudian cuci lagi dengan air. Keringkan dan
olesi dengan salep levertran.
Luka akibat basa
Kulit hendaknya segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya, kemudian bilas
dengan larutan asam asetat 1%, cuci dengan air, kemudian keringkan dan olesi
dengan salep boor.
Luka bakar karena terkena percikan natrium/kalium
Ambil logam yang menempel dengan pinset secara hati-hati, kemudian cuci kulit
yang terkena zat tersebut dengan air mengalir selama kira-kira 15-20 menit.
Netralkan dengan larutan asam asetat 1%, kemudian keringkan dan olesi dengan
salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril atau kapas yang telah
dibasahi dengan asam pikrat.
2.Luka pada mata
Luka pada mata dapat terjadi bila terkena percikan asam atau basa, percikan zat
lainnya ataupun benda asing/pecahan kaca.
5

a. Luka karena terkena percikan asam


Jika terkena percikan asam encer, mata dapat dicuci dengan air bersih.
Pencuciaan kira-kira 15 menit terus-menerus. Jika terkena asam pekat tindakan
yang dapat dilakukan sama jika terkena asam pekat pada umumnya. Kemudian
mata dicuci dengan larutan Na2CO3 1%. Jika si penderita masih kesakitan bawa ke
dokter.
b. Luka karena terkena percikan basa
Cucilah mata yang terkena percikan dengan air banyak-banyak kemudian bilas
dengan larutan asam borat 1%. Gunakan gelas pencuci mata.
c.

Luka karena benda asing/pecahan kaca


Jika mata terkena kaca, ambil benda yang menempel pada mata dengan ati-hati

tetapi jika menancap kuat, jangan sekali-kali mengambilnya, hanya dokter yang
dapat mengambilnya.
1. Keracunan
Keracunan dapat terjadi di laboratoriun diantaranya:
a. Keracunan zat melalui pernapasan
Keracunan akibat zat kimia seperti menghirup gas Cl 2, HCl, SO2, formaldehid,
NH3, dan gas lainnya atau debu terjadi melalui saluran pernapasan. Tindakan
pertama-tama yang sebaiknya dilakukan adalah menghindarkan korban dari
lingkungan zat tersebut kemudian pindahkan korban ke tempat yang berudara
segar. Jika korban tidak bernapas, segera berikan pernapasan buatan berupa
menekan bagian dada atau pemberian pernapasan dari mulut penolong ke mulut
korban. Tindakan selanjutnya segera hubungi dokter.
b. Keracunan melalui mulut (tertelan)
Jika ada zat tertelan segera panggil dokter dan informasikan zat yang tertelan
oleh penderita. Jika penderita muntah-muntah, beri minum air hangat agar muntah
terus dan mengencerkan racun dalam perut. Jika korban tidak berhasil masukkan
jari ke dalam tenggorokan korban agar muntah. Jika korban pingsan, pemberian
sesuatu lewat mulut dihindarkan. Segera bawa korban ke dokter/rumah sakit.
Beberapa upaya pencegahaan terhadap keracunan sebagai akibat dari
kegiatan di laboratorioum kimia:

1. Pipet digunakan untuk mengambil atau memindahkan bahan dengan jumlah


tepat. Bahan-bahan yang tidak boleh dipipet dengan mulut ialah zat yang
bersifat radioaktif, asam kuat dan pekat. Zat-zat tersebut harus dipipet dengan
cara khusus, yaitu dengan menggunakan karet filler.
2.
Jangan mencoba mencium senyawa-senyawa yang beracun dan harus
diperhatikan bahwa senyawa-senyawa beracun dapat memasuki tubuh lewat
pernapasan, mulut, kulit, dan luka.
3. Jika bekerja dengan senyawa-senyawa beracun hendaknya dilakukan di lemari
uap dan jika perlu gunakanlah sarung tangan.
4. Percikan Zat
Percikan zat yang mengenai badan atau pakaian hendaknya mendapat
perhatian yang khusus karena banyak zat-zat kimia yang dapat merusak kulit
maupun pakaian. Pakailah selalu jas laboratorium dan kancingkan semua buah
kancing ketika bekerja di laboratorium untuk mencegah percikan zat mengenai
badan. Gunakanlah pelindung mata atau muka, terutama dalam melakukan
percobaan-percobaan yang memungkinkan timbulnya percikan zat. Upaya
pencegahan percikan zat adalah sebagai berikut.
1.

sewaktu memasukkan suatu larutan dalam tabung reaksi, arahkan mulut


tabung reaksi tersebut ke arah yang tidak ada orang, dan jangan sekali-kali

2.

menengok dari mulut tabung reaksi.


pada saat mengisi buret, disamping harus menggunakan corong kecil, juga

buret harus diturunkan sehingga mulut buret berada setinggi mata.


3.
Jika mengencerkan asam pekat, tambahkan sedikit demi sedikit asam pada
air, jangan sebaliknya dan lakukanlah dengan hati-hati, jika perlu gunakan
kacamata laboratorium.
5. Tumpahan zat
Dalam kegiatan percobaan di laboratorium dapat terjadi tumpahan zat
kimia atau harus membuang zat kimia sisa pakai. Mengingat bahwa pada dasarnya
kebanyakan zat kimia dapat menimbulkan bahaya, dipahami beberapa
penanganannya agar kecelakaan tidak terjadi. Misalnya menangani tumpahan
araksa. Apabila raksa tumpah dari botolnya segera tutup dengan belerang atau
larutan iodida. Tumpahan yang sudah tertutup dengan belerang, bersihkan dengan
lap basah, buang dan tempatkan ditempat khusus dengan lapnya.
7

6.

Kebakaran
Di laboratorium sangat mungkin terjadi kebakaran. Kebakaran di laboratorium

dapat disebabkan oleh arus pendek, pemanasan zat yang mudah terbakar atau
kertas yang berserakan di atas meja pada saat ada api.
Untuk menghindari hal tersebut: Hindari penggunaan kabel yang bertumpuk pada
satu stop kontak, Bila hendak bekerja dengan menggunakan pembakaran (api)
jauhkan alat/bahan yang mudah terbakar (misal kertas,alkohol)
E. Standar PLP yang Profesional
Pranata Laboratorium Pendidikan adalah jabatan yang mempunyai ruang
lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengelolaan
laboratorium pendidikan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak
dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang.
PNS yang diangkat pertama kali dalam jabatan Pranata Laboratorium Pendidikan
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Pranata Laboratorium Pendidikan Terampil
1)Berijazah Diploma III sesuai kualifikasi akademik yang relevan dengan
laboratorium yang bersangkutan;
2)Pangkat paling rendah Pengatur golongan ruang II/c; dan
3)Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP3 sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
b. Pranata Laboratorium Pendidikan Ahli
1) Berijazah paling rendah S.1/Diploma IV sesuai kualifikasi akademik yang
relevan dengan laboratorium yang bersangkutan;
2) Pangkat paling rendah Penata Muda golongan ruang III/a; dan
3) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP3 sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
Pembebasan Sementara
Pranata Laboratorium Pendidikan dibebaskan sementara dari jabatannya apabila:

a. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diangkat dalam jabatan/pangkat


terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk
kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi.
b. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak diangkat dalam pangkat/jabatan
terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit sekurang-kurangnya:
1) 10 (sepuluh) bagi Pranata Laboratorium Pendidikan Penyelia, pangkat
Penata Tk.I golongan ruang III/d;
2) 20 (dua puluh) bagi Pranata Laboratorium Pendidikan Madya, pangkat
Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c.
c. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat berupa penurunan
pangkat;
d. Diberhentikan sementara sebagai PNS;
e. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan Pranata Laboratorium Pendidikan;
f. Menjalani cuti di luar tanggungan negara; atau
g. Tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan.
2. Pengangkatan Kembali
a. PNS yang telah selesai menjalani pembebasan sementara, dapat diangkat
kembali dalam jabatan Pranata Laboratorium Pendidikan;
b. PLP yang dibebaskan sementara karena ditugaskan secara penuh di luar jabatan
Pranata Laboratorium Pendidikan dapat diangkat kembali apabila berusia
paling tinggi 54 (lima puluh empat) tahun;
c. Pengangkatan kembali dalam jabatan Pranata Laboratorium Pendidikan dapat
menggunakan angka kredit terakhir yang dimiliki dan dari prestasi di bidang
pengelolaan laboratorium pendidikan yang diperoleh selama pembebasan
sementara.
3. Pemberhentian
Pranata Laboratorium Pendidikan diberhentikan dari jabatan fungsionalnya
apabila:

a. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatannya
karena tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untuk
kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi;
b. Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara dari jabatannya
karena tidak dapat mengumpulkan angka kredit bagi Pranata Laboratorium
Pendidikan Penyelia, pangkat Penata Tk.I golongan ruang III/d dan Pranata
Laboratorium Pendidikan Madya, pangkat Pembina Utama Muda golongan
ruang IV/c; atau
c. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dan telah mempunyai kekuatan hukum
yang tetap, kecuali hukuman disiplin penurunan pangkat.

10

Anda mungkin juga menyukai