Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran
lingkungan yang sangat potensial. Oleh karena itu air limbah tersebut perlu diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran umum. Masalah yang sering muncul
dalam hal pengelolaan limbah rumah sakit adalah terbatasnya dana yang ada
untuk membangun fasilitas pengolahan limbah serta operasinya, khususnya untuk
rumah sakit tipe kecil dan menengah. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu
dikembangkan teknologi pengolahan air limbah rumah sakit yang murah, mudah
operasinya serta harganya terjangkau, khususnya untuk rumah sakit dengan
kapasitas kecil sampai sedang. Selain itu perlu menyebar-luaskan informasi
teknologi khususnya untuk pengolahan air limbah rumah sakit, sehingga dalam
memilih teknologi pihak pengelola rumah sakit mendapatkan hasil yang optimal.
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah setiap limbah yang
mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau membahayakan
kesehatan manusia.
Sumber limbah B3 adalah, setiap orang atau Badan Usaha yang
menghasilkan Limbah B3 dan menyimpannya untuk sementara waktu di dalam
lokasi kegiatan sebelum Limbah B3 tersebut diserahkan kepada pihak yang
bertanggungjawab untuk dikumpulkan dan diolah. Sumber penghasil limbah B3
cukup beragam, diantaranya berasal dari rumah sakit, PLTN, Laboratorium
Pengujian dan Laboratorium Penelitian.
1.2. Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, tujuan kegiatan


kuliah lapangan di Rumah Sakit Mitra MedikaKota Pontianak adalah:
1) Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai tahapan proses instalasi
pengolahan air limbah(IPAL) yang ada di RSMitra Medika Pontianak.
2) Mengetahui fungsi dari instalasi pengolahan air limbah di RS.Mitra Medika
Pontianak
3) Mengenal alat-alat yang ada dan digunakan pada pengolahan air limbah(IPAL)
yang ada di RS. Mitra Medika Pontianak
4) .Mengetahui proses kerja dari insinerator alat alat apa saja yang di gunakan
untuk proses penanganan sampah rumah sakit.
1.3. Manfaat

Dari penulisan laporan mengenai kuliah lapangan di RS. Mitra Medika


Pontianak ini semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa
tentang proses pengolahan air limbah yang ada di RS. Mitra Medika. Selain itu
mengetahuui proses pembakaran sampah dengan menggunakan insenerator dan
cara-cara penanganannya.

BAB II
GAMBARAN UMUM LAPANGAN

Rumah sakit mitra medika beralamat di jalan sultan syarif abdurrahman no


25 pontianak. Rumah sakit dibangun atas kerjasama antara Bank Ekonomi dan PT
Hexa. Rumah sakit ini terdiri dari bangunan 8 lantai dan dilengkapi dengan
instalasi pengolahan air limbah(IPAL) dan insenerator untuk membakar limbah B3
yang dapat menjadi sumber pencemar bagi lingkungan. Bank Ekonomi memberi
pinjaman sekitar Rp75 miliar kepada PT Hexa Daya Medika untuk membiayai
pembangunan Rumah Sakit Mitra Medika, pembelian alat-alat kesehatan termasuk
sebagai modal kerja masa pra-operasional dan post-opersional rumah sakit yang
akan menjadi salah satu rumah sakit terbesar di kawasan Kalimantan Barat
tersebut. saat ini standar rumah sakit di kota Pontianak sudah memenuhi
kebutuhan kesehatan masyarakat di kota Pontianak, namun dari segi jumlah masih
harus ditambah karena kapasitas dari 11 rumah sakit yang ada belum
memadai.termasuk sebagian rumah sakit belum memiliki alat-alat untuk
penanganan limbah b3 yang brasal bari rumah sakit.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian limbah rumah sakit

Pengertian limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang
dapat mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius, bahan kimia
beracun, dan sebagian bersifat radioaktif (Depkes, 2006).

Limbah rumah sakit cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun yang
dapat mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan
hidup apabila tidak dikelola dengan baik.

Untuk mengoptimalkan upaya penyehatan lingkungan Rumah Sakit dari


pencemaran limbah yang dihasilkannya maka Rumah Sakit harus mempunyai
fasilitas pengelolaan limbah sendiri yang ditetapkan KepMenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit yaitu:

1. Fasilitas Pengelolaan Limbah padat

Setiap Rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber
dan harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya,
beracun dan setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis
mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi
dari pihak yang berwenang.

2. Fasilitas Pengolahan Limbah Cair

Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang sesuai dengan


karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan
penyimpanannya. Rumah sakit harus memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah
sendiri.

3.2. Installasi Pengelolaan Air Limbah Mitra Medika


Air limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran
lingkungan yang sangat potensial. Oleh karena itu air limbah tersebut perlu diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran umum. Akan tetapi air limbah yang
dibuang ke saluran umum harus tidak boleh melebihi baku mutu yang telah di
atur oleh pemerintah. Khususnya untuk rumah sakit mitra medika pontianak
sistem pengolahannya menggunakan biodetox system.

3.3. Sistem FBK-Bioreaktor (biodetox)

Merupakan reaktor biologis yang bekerja secara aerobik dengan


menggunakan sitem fixed bed cascade yaitu cara pengaturan aliran air dan
pengudaraan unik untuk menghasilkan efesien yang sangat tinggi. Sistem ini
terdiri dari sebuah reactor dan di dalamnya terdapat elemen fixed bed atau media
film yang berfungsi sebagai tempat berkembang biaknya mikroorganisme.
Kapasitas maksimal air limbah 180 m3/hari

Alur proses pengolahan air limbah Rumah Sakit Mitra Medika Pontianak

Air limbh dari


domestik
karyawan

Air limbh dari Bak


Grease trap
gizi, pengendap IPA
L
Air limbh dari
loundry

Air limbah
lab Pre treatment

Air limbh dari


kamar mandi
pasien

Air limbh dari


proses lain lain

3.4. Tahapan - tahapan proses pengolahan limbah RS Mitra Medika


Pontianak
Sistem pengolahan Air Limbah (IPAL) sistem Biodetox ini terdiri dari
tahapan tahapan proses sebagai berikut :
Inlet
Penyaringan sampah air limbah masuk
Equalisasi
Pengendapan padatan tersuspensi secara sedimentasi
Penguraian polutan secara biologi dengan unit FBK Bioreaktor
Pengendapan akhir padatan tersuspensi secara sedimentasi
Desinfeksi dengan khlorinasi.
1. Inlet

Inlet air limbah dari sumber meliputi kamar mandi pasien, wastafel, lab,
khusus limbah dari instalasi gizi dan loundry terlebih dahulu dilakukan
pengolahan kemudian baru masuk ke IPAL. Untuk limbah dari instalasi gizi air
limbah diolah menggunakan sistem grase trabe setelah itu di alirkan ke bak
pengendap kemudian di pompa ke Ipal. Limbah dari loundry masuk ke dalam bak
pengendap dan kemudian di pompa ke ipal menggunakan mesin pompa otomatis.

2. Basket screen/penyaring sampah

Basket screen(saringan) terbuat dari bahan stainless steel dengan jarak


kerenggangan saringan 1cm dan terdiri dari 2 screen, screen kasar dan screen
halus yang dilapisi oleh kain kasa. Berfungsi untuk menyaring sampah yang
terbawa ke dalam IPAL. Sampah- sampah yang akan tersaring dalam hal ini
adalah sisa sisa, kotoran, plastik, sisa makanan, kertas, dan tisue,dll. Setiap hari
sampah padatan ini harus di ambil supaya tidak menyumbat saringan.

3. Bak Grease Trap/bak pemisalh lemak dan flok - flok

Bak grease trap berfungsi untuk proteksi kedua limbah yang berasal dari
kitchen, restoran, dan food court dari kandungan minyak dan lemak yang masuk
kedalam unit IPAL.

4. Bak Primary/pengendap awal/pengolahan utama

Sebagai bak pengendap awal, sebelum masuk kedalam bak equalisasi.


Sampah, kotoran ataupun lemak yang terapung di bak pengendap awal harus
diangkat dengan jaring ikan dan langsung dimasukan ke dalam plastik sampah
dan dibawa ke TPS.
5. Bak Ekualisasi
Bak Equalisasi berfungsi sebagai :
o Penampung fluktuasi debit air limbah yang masuk
o Penampung macam- macam karakteristik air limbah yang berbeda.
Didalam bak equalisasi terdapat pompa equalisasi yang berfungsi memindahkan
air limbah ke bak clarifier dan coarse buble aeration yang berfungsi memberi
udara agar tidak terjadi kondisi anaerob.
Pompa equalisasi didesign dengan kapasitas yang lebih besar dari
kapasitas air limbah yang masuk, maka sebagian air limbah yang disirkulasikan
kembali kedalam bak equalisasi. Ada 2 pompa equalisasi akan bekerja secara
bergantian pada kondisi operasi normal dan bekerja sama- sama dalam kondisi
puncak. Sedangkan coarse buble aeration bekerja dari udara yang dihasilkan oleh
blower dan beroperasi secara bergantian yang diatur dengan timer.

6. Bak Clarifier

Pipa penyedot lumpur


Untuk dipompa ke bak
sludge/penampung lumpur
Tube settler

Clarifier berfungsi sebagai unit pemisah antara partikel-partikel atau


padatan dengan air. Padatan yang terkumpul dalam bentuk lumpur akan terus ke
dasar clarifier yang berbentuk kerucut. Clarifier dilengkapi dengan Tube Settler
yang berguna untuk mempercepat proses endapan. Lumpur yang terkumpul secara
kontinyu dipompa dengan sistem Automatic sludge cleaning system ke Bak
Sludge.

6. Biodetox

Penyedot
udara
dari luar

Sprayer
pump/froth
pump

Biodetox ini terdiri dari sebuah reaktor dan di dalamnya terdapat elemen
fixed bed yang berfungsi sebagai tempat berkembang biaknya mikroorganisme.
Mikroorganisme pembentuk film akan melekat, tumbuh dan berkembang pada
permukaan elementersebut. Kemudian dari sisa bawah elemen fixed bed tersebut
diaerasi dengan menggunakan blower menciptakan suasana aerobik.
7. Bak Polishing

Pipa penyedot
lumpur
Untuk dipompa ke
bak sludge

Pompa spray
pump/froth
pump

Pada dilakukan proses penyempurnaan dengan pengendapan lanjutan


untuk mengurangi jumlah padatan berupa partikel pada air limbah keluaran
sehingga tampak lebih jernih. Dari bak polishing padatan yang berbentuk lumpur
yang mengendap dikumpulkan di bak sludge dengan menggunakan sitim lift. Dari
bak polishing ini, air overflow masuk kedalam bak chhlorin. Bak polishing
berfungsi sebagai bak pengendap terakhir sebelum masuk ke clorinisasi dan bak
effluen, selain itu berfungsi juga sebagai unit pemisah antara partikel-partikel atau
padatan dengan air. Padatan yang terkumpul dalam bentuk lumpur akan turun
kedasar bak polishing yang berbentuk kerucut. Lumpur yang terkumpul secara
kontinyu dipompa dengan sitem Automatic sludge cleaning system ke Bak
Sludge

8. Bak Clorinasi/desinfektan

Bak pengenceran
kaporit

Dari biodetox , air limbah secara overflow mengalir ke bak cholorination


yang untuk proses desinfeksi dengan kaporit/klorin. Berfungsi untuk menginjeksi
kaporit setelah proses pengendap kedua untuk mematikan bakteri-bakteri yang ada
sehingga pada saluran keluar air limbah yang keluar tidak mengandung
mikroorganisme patogen hidup.

9. Bak Effluent

Adalah tempat penampungan air limbah yang sudah diproses. Didalam bak
ini sudah lebih bagus dari pada air saat masuk pertama kedalam IPAL dan
seharusnya parameter air didalam bak effluent ini sudah masuk pada baku mutu
aturan yang berlaku pada pemerintah setempat. Air akan dibuang ke saluran
umum dengan menggunakan pompa effluen yang akan bekerja secara automatic
berdasarkan float switch yang ada didalam baknya. Dan didalam bak effluent
terpasang flow meter untuk mengetahui kuantitas atau volume air limbah yang
dibuang.

Tempat pengambilan sampel air limbah sudah tersedia kran buka tutup dan
aliran air ke saluran pembuangan umum.

Kran untuk
pengambilan sampel

3.5. Limbah Padat Medis Dan Non Medis Rumah Sakit Mitra Medika
Pontianak
RUMAH SAKIT MITRA MEDIKA PONTIANAK

1. Kamar pasien
2. Ruang perinatologi
3. Poli praktek
4. Ruang persalinan
5. UGD Sampah
6. Lab infeksius
7. Apotik
8. Ruangan OK
9. ICU
10.Radiologi
SAMPAH 11.Endoscopy
12.

1. Ruang admin & kantor Pemilaha


2. Dapur Sampa
3. Ruang h non
tunggu infeksiu
4. Ruang IPSRS
5. Logistik
6. Gudang Pembakar
an ke
incinerat

Pembuangan ke Pemilaha Pengangkut

Pembuangan

Metode Pembuangan sampah di Rumah Sakit Mitra Medika Pontianak


dimulai dari sumber sampah dari setiap ruangan kamar pasien, ruang
laboratorium, ruang apotik, ruang Vk, ruang perinatologi, kantin dan ruang
administrasi. Sampah dapat digolongkan menjadi samph infeksius dan non
infeksius. Untuk sampah non infeksius dibuang ke tong sampah yang dilapisi
kantong plastik selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan sampah sementara
(TPS) yang dilakukan setiap hari pagi dan sore hari. Dan untuk sampah infeksius
seperti jarum suntik, kasa berdarah, handskun, kantong darah, underpat, infuset
dan cateter dimusnahkan dengan cara dibakar di incinerator.

1. Gedung incinerator dan limbah B3


Lokasi pemusnahan limbah medis yang terpisah gedungnya dengan
gedung Rumah Sakit.

2. Ruangan incinerator dan aktivitas pembakaran

Terlihat seorang petugas incinerator yang membersihkan sampah yang ada


dalam mesin incinerator, sebelum melakukan pembakaran limbah.

3. Tempat benda tajam


Safety book khusus digunakan untuk limbah benda tajam seperti spuit,
ampul, pisau dan jarum suntik yang diletakkan disetiap lantai.

4. Kontainer sampah non medis

Untuk pengelolaan sampah non medis, Rumah Sakit Mitra Medika


Pontianak yang bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Kota Pontianak. Dari
Dinas Kebersihan menyediakan kontainer dan diangkut setiap 3 hari sekali.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Simpulan
Tahapan pengolahan air limbah di RS. Mitra Medika adalah sebagai
berikut:
1. Inlet
2. Penyaringan sampah air limbah masuk
3. Equalisasi
4. Pengendapan padatan tersuspensi secara sedimentasi
5. Penguraian polutan secara biologi dengan unit FBK Bioreaktor
6. Pengendapan akhir padatan tersuspensi secara sedimentasi
7. Desinfeksi dengan khlorinasi.
Di RS Mitra Medika Pontianak sampah non infeksius dibuang ke tong
sampah yang dilapisi kantong plastik selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan
sampah sementara (TPS) yang dilakukan setiap hari pagi dan sore hari. Dan untuk
sampah infeksius seperti jarum suntik, kasa berdarah, handskun, kantong darah,
underpat, infuset dan cateter dimusnahkan dengan cara dibakar di incinerator.

4.2. Saran

Sebaiknya kuliah lapangan lebih sering dilakukan agar pemahaman


mahasiswa tentang ruang lingkup lingkungan yang menjadi topik pembhasan
kuliah menjadi luas. Tidak hanya memahami teori yang didapat di bangku
perkuliahan tetapi juga terampil di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai