BAB I
PENDAHULUAN
Meningkatnya kegiatan pembangunan di Indonesia dapat mendorong peningkatan
penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di berbagai sektor seperti industri,
pertambangan, pertaniaan dan kesehatan. B3 tersebut dapat berasal dari dalam negeri maupun
dari luar negeri (impor). B3 yang dihasilkan dari dalam negeri, juga ada yang diekpor ke
suatu negara tertentu. Proses impor dan ekpor ini semakin mudah untuk dilakukan dengan
masuknya era globalisasi.
Selama tiga dekade terakhir, penggunaan dan jumlah B3 di Indonesia semakin meningkat.
Penggunaan B3 yang terus meningkat dan tersebar luas di semua sektor, apabila
pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik, maka akan dapat menimbulkan kmanusia,
kerugian terhadap kesehatan manusia, makluk hidup lainnya dan lingkungan hidup, seperti
pencemaran udara, pencemaran tanah, pencemaran air, dan pencemaran laut.
Agar pengelolaan B3 tidak mencemari lingkungan hidup dan untuk mencapai derajat
keamanaan yang tinggi, dengan berpijak pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
dan peningkatan kualitas hidup manusia, maka diperlukan peningkatan upaya pengelolaannya
dengan lebih baik dan terpadu.
Kebijakan pengelolaan B3 yang ada saat ini masih diselenggarakan secara parsial oleh
berbagai instansi terkait, sehingga dalam penerapannya masih banyak menemukan kendala.
Oleh karena itu, maka semakin disadari perlunya Peraturan pemerintah tentang Pengelolaan
B3 secara terpadu yang meliputi kegiatan produksi, penyimpanan, pengemasan, pemberian
simbol dan label, pengangkutan, penggunaan, impor, ekspor dan pembuangannya. Pentingnya
penyusunan Peraturan pemerintah ini secara tegas juga disebutkan dalam Agenda 21
Indonesia, strategi Nasional untuk pembangunan berkelanjutan dan sebagai pelaksanaan dari
pasal 17 ayat (3) Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan
hidup.
Dasar Hukum
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
BAB III
TATA LAKSANA
1. Setiap jenis Bahan Berbahaya (B3) wajib diregistrasikan oleh penghasil dan atau pengimpor
pada direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan.
2. Kewajiban registrasi B3 berlaku 1 (satu) kali untuk B3 yang dihasilkan dan atau diimpor
untuk pertama kali.
3. Adanya bukti pendaftaran.
4. Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label serta dilengkapi dengan Lembar data
Keselamatan bahan (Material safety Data Sheet).
Lembar Data Keselamatan Bahan berisi :
- Merek dagang
- Rumus kimia B3
- Jenis B3
- Klasifikasi B3
- Teknik Penyimpanan, dan
- Tata cara pengamanan bila terjadi kecelakaan
Lembar data pengamanan ini harus diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dan dibaca
untuk memudahkan tindakan pengamanan bila diperlukan.
5. Setiap bahan berbahaya yang diedarkan harus diberi wadah dan kemasan dengan baik serta
aman.
Penandaan ini harus mudah dilihat, dibaca, dimengerti, tidak mudah lepas dan luntur baik
karena pengaruh sinar maupun cuaca ( bila mengalami kerusakan wajib diberikan simbol dan
label yang baru).
6. Pengangkutan B3 wajib menggunakan sarana pengangkutan yang laik operasi serta
pelaksanaanya sesuai dengan tata cara pengagkutan yang diatur dalam perundang-undangan
yang berlaku.
7. Tempat penyimpanan B3 harus ditempatkan pada lokasi yang aman dan baik dan dilengkapi
dengan sistim tanggap darurat dan prosedur penangannan B3.
BAB IV
DOKUMENTASI
1. Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label serta dilengkapi dengan Lembar data
Keselamatan bahan (Material safety Data Sheet).