Comparison of Fibrin Glue and Suture Technique in Pterygium Surgery Perform With Limbal Autograft
Comparison of Fibrin Glue and Suture Technique in Pterygium Surgery Perform With Limbal Autograft
JOURNAL READING
Comparison of Fibrin Glue and Suture Technique in Pterygium
Surgery Perform with Limbal Autograft
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Diajukan Kepada :
Pembimbing : Dr. Retno Wahyuningsih, Sp.M
Disusun Oleh :
Anita Mayasari
H2A010006
A. PENDAHULUAN
Pterigium merupakan suatu pertumbuhan jaringan fibrovaskular abnormal
yang meluas ke arah kornea. Akhir akhir ini pterigium diduga disebabkan oleh
paparan sinar ultraviolet yang menyebabkan gangguan pada limbal stem cell.
Rekurensi pterigium itu sendiri merupakan masalah yang paling sering terjadi
setelah operasi. Banyak penelitian tentang patogenesis dan tatalaksana pterigium
telah dilakukan dalam dekade terakhir. Mulai dari bare sclera technique,
antimitotic agent, amniotic membrane transplantation, autologous conjunctival
transplantation.
Pada autologous limbal conjunctival autograft technique, konjungtiva bulbar
termasuk jaringan limbal difiksasi pada sklera setelah eksisi pterigium baik
dengan penjahitan atau dengan fibrin glue. Kejadian rekurensi dengan teknik ini
dilaporkan sebanyak 2%-39% dalam literatur. Fibrin merupakan lem biologis,
mudah diserap dan mudah digunakan. Fibrin merupakan produk turunan darah
yang menyerupai tahap akhir proses koagulasi. Penyimpanannya dapat di suhu
ruangan maupun di lemari pendingin.
Jaringan yang digunakan pada teknik ini (amniotic membrane, conjungtival flap,
lamellar cornela graft) harus dipersiapkan sebelumnya. Permukaan area yang akan
direkatkan di keringkan dengan cellulose sponge, kemudian diberi fibrin glue dan
jaringan yang sudah dipersiapkan direkatkan. Fibrin glue yang keluar melelui tepi
jaringan dihilangkan dengan alat berujung tumpul atau cellulose sponge. Pada
penelitian prospekti, acak dan terkontrol secara klinis ini, autologous limbal
conjunctival autograft technique dilakukan pada pasien dengan pterigium primer
baik dengan penjahitan atau dengan fibrin glue. Dua teknik dibandingkan
berdasarkan kenyamanan pasien, penemuan objektif pada periode awal post
operasi, durasi dan biaya operasi, serta kejadian rekurensi pada 6 bulan setelah
operasi.
B. MATERIAL DAN METODE
MATERIAL
58 mata pasien dengan pterigium primer yang dioperasi antara bulan Januari
hingga April 2009 dimasukkan dalam penelitian. Informed consents didapatkan
dari seluruh subjek penelitian sebelum operasi. Peneliti mematuhi aturan dalam
Deklarasi Helsinki selama penelitian. Setelah dilakukan pemeriksaan umum
oftalmologi, pasien secara acak dimasukkan dalam grup 1 yaitu operasi dengan
fibrin glue dan dalam grup 2 yaitu operasi dengan penjahitan. Jika terdapat
minimal 5 pasien yang akan dioperasi dalam hari yang sama, dipilih operasi
dengan fibrin glue. Jika pasien yang akan dioperasi kurang dari 5 maka dipilih
operasi dengan penjahitan. Durasi operasi dicatat dari insisi pertama hingga lid
speculum dilepas.
METODE
Pada hari dimana fibrin glue akan digunakan, fibrin glue (Beriplast P/ Combiset Aventis 1 mL, CSL Behring, PA,USA) diambil dari bagian farmasi rumah sakit
minimal setengah jam sebelum operasi. Setelah disimpan dalam suhu ruangan
selama 30 menit, fibrin glue dibuka dan dipersiapkan secara steril. Satu fibrin glue
digunakan rata-rata untuk 5 pasien. Semua operasi dilakukan dengan anestesi
lokal. Lokasi operasi dan bulu mata dibersihkan dengan 50g/L povidone iodine
dan kemudian di pasang duk steril. Setelah dimasukkan spekulum, Lidokain
20g/L dengan adrenaline di suntikkan pada badan pterigium. Kepala pterigium di
diseksi dari kornea dengan pisau bedah. Jaringan fibrovaskular patologis yang
berlokasi dibawah konjungtiva di diseksi dengan hati-hati dan diangkat dengan
gunting tenotomy. Dimensi sklera yang terbuka dihitung dengan caliper. Free
conjunctival limbal autograft dengan ukuran sesuai diambil dari konjungtiv
superotemporal. Perlu diperhatikan supaya gratf benar-benar bebas tenon. Sisi
limbal dari graft diletakkan pada limbus dari sklera pasien. Dalam grup 1, fibrin
glue digunakan untuk menjaga graft. Sklera dengan hati-hati dikeringkan
menggunakan cellulose sponge, satu tetes fibrin glue diletakkan pada bagian
bawah graft dan satu tetes lagi pada sklera yang akan di pasang graft. Limbal graft
diletakkan pada sklera dan didiamkan selama 30 menit hingga kering.
Pada grup 2, 8/0 virgin silk (Surgisilk, Suture Ltd, Wrexam wales, UK)
penjahitan digunakan untuk memfiksasi graft pada tempatnya. Setelah melalui
episklera dan konjungtiva jahitan diikat dan dipotong pendek. Area donor di
superotemporal dibiarkan terbuka pada kedua grup.
Tidak ada komplikasi yang terjadi pada kedua grup. Pada postoperatif
lomefloxacin topikal dan dexamatason tetes diberikan pada pasien 4 kali sehari.
Bebat tekan satu malam dilakukan pada pasien grup 1 dan terapi topikal diberikan
hari berikutnya. Visit pasien dijadwalkan pada hari ke 3, hari ke 10, bulan ke 1,
bulan ke 3 dan bulan ke 6 post operasi. Foto seluruh pasien diambil sebelum dan
setelah operasi. Tanda objektif seperti hiperemis dan edema pada graft di nilai
dengan slit lamp. Keluhan pasien seperti nyeri, rasa seperti tersengat, mata berair
di tanyakan pada hari ke 3 dan ke 10 post operasi dan di klasifikasikan
berdasarkan tingkatannya.
Klasifikasi keluhan pasien berdasarkan gejalanya:
a. Nyeri
1 : pasien tanpa keluhan
2 : ringan, pasien dengan keluhan yang dapat ditoleransi
3 :sedang, beberapa keluhan dan ketidaknyamanan
4
namun
tidak
signifikan lebih pendek pada kelompok lem fibrin. Dihitung biaya rata-rata dari
kedua jenis operasi ditemukan sama.
Pada penelitian Bahar
mitomycin C dengan menggunakan 7/0 vicryl dan lem fibrin di studi mereka.
Kepuasan pasien pasca operasi ditemukan lebih baik dan waktu operasi lebih
pendek pada kelompok lem fibrin. Pada penelitian farid yang membandingkan
lem fibrin
mereka semua melaporkan hasil yang sama. Keluhan pasca operasi dan hiperemia
ditemukan sedikit dalam kelompok fibrin secara paralel untuk hasil ini.
Namun,ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara dua kelompok dalam
hal edema pada hari ke 3 atau hari ke 10 pasca operasi.
Semua keluhan dan tanda-tanda patologis ditemukan pada akhir bulan
pertama di kedua kelompok pasien. Keuntungan lain dari lem fibrin mudah
difiksasi dan memerlukan waktu operasi yang lebih pendek. Jadi, waktu operasi
ditemukan lebih pendek dalam kelompok lem fibrin. Dalam penelitian kami, 1
lem fibrin digunakan untuk rata-rata 5 pasien. 1mL dari lem fibrin memiliki
volume yang cukup untuk 9-10 pasien. Rata-rata biaya operasi cenderung
menurun dengan meningkatnya jumlah pasien yang dijadwalkan untuk operasi.
Ditemukan 34,90 13.12 TL dalam kelompok fibrin dan 14.48 5,06 TL dalam
kelompok jahitan.
Jika lem fibrin telah digunakan untuk pasien pada hari yang sama, maka
biaya operasi akan menjadi lebih murah daripada jahitan. Namun, dalam
praktiknya, untuk mengoperasikan pasien pterigium di hari yang sama dan untuk
mencapai jumlah pasien tertentu mungkin meningkatkan waktu tunggu pasien
untuk operasi. Oleh karena itu, tidak selalu mungkin untuk mencapai jumlah
pasien yang diinginkan. Penelitian Koranyi melaporkan biaya 0.5ml dari lem
fibrin adalah sama dengan harga lima 7/0 jahitan vicryl. Demikian juga, Bahar
melaporkan 2mL lem fibrin adalah sama dengan
Penelitian Uy menggunakan 1mL lem untuk 5-10 pasien pada hari yang sama dan
menurunkan biaya operasi sampai 20 USD . Penelitian jiang menyimpulkan
2.5ml lem fibrin sama dengan empat 10/0 nilon jahitan dan cukup untuk 10 pasien
di hari yang sama. Mereka juga menyatakan bahwa; jika 10 pasien bisa dioperasi
di hari yang sama, maka biaya operasi pada hari yang sama akan menjadi lebih
murah daripada jahitan.
Tingkat kekambuhan pterigium setelah autografting limbal dengan jahitan
dilaporkan 0% sampai 40% dalam literatur . Penelitian Koranyi melaporkan
tingkat kekambuhan 8% dalam kelompok fibrin dan 20% dalam kelompok jahitan
pada akhir enam bulan. Penelitian Uy melaporkan tidak ada kekambuhan pada
kedua kelompok dalam dua bulan tindak lanjut. Tetapi mereka sepakat periode itu
sangat pendek untuk mendefinisikan tingkat kekambuhan. Pada penelitian Zdamar
juga tidak terdapat kekambuhan pada akhir 6 bulan. Hal tersebut dikaitkan dengan
keberhasilan untuk limbal konjungtiva autografting. Pada penelitian jiang tingkat
F. KESIMPULAN
Fibrin glue aman dan efektif digunakan dalam operasi pterigium dengan
conjunctival limbal autografting. Keuntungan penting penggunaan fibrin glue
adalah durasi operasi lebih pendek dan rasa ketidaknyamanan yang lebih rendah.
Namun karena biayanya mahal maka sebaiknya banyak pasien dioperasi dalam
satu hari sehingga dapat menurunkan biaya operasi.
10