Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

MATA KULIAH MARINE CULTURE

HAMDUN NAJA
Ilmu Kelautan
26020113140106

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

KERAMBA JARING APUNG


Indonesia sebagai Negara kepualauan yang mempunyai garis pantai kurang
lebih 81.000 km dengan luas perairan pantai 5,8 juta km2 merupakan potensi yang
sangat besar bagi pengembangan budidaya laut. Kondisi seperti ini merupakan modal
untuk pengembangan perekonomian, khususnya bagi sub sector perikanan. Selama ini
pemanfaatan sumber daya perikanan laut sebagian besar masih terbatas psda usaha
penangkapan atau pengumpulan dari alam. Usaha yang sepenuhnya mengantungkan
kepada hasil penangkapan atau pengumpulan dari alam tersebut akan membawa
pengaruh terhadap kontinuitas produksi. Kegiatan penangkapan atau pengumpulan
hasil laut yang tidak bijaksana atau penangkapan lebih (Over Fishing) dapat berakibat
menurunnya populasi dan kelestarian sumber itu sendiri.
Meskipun beberapa sumber hayati laut mempunyai sifat dapat pulih kembali
(renewable). Oleh sebab itu upaya peningkatan produksi melalui pemanfaatan sumber
daya laut, tidak hanya dilakukan melalui usaha penangkapan tetapi juga perlu
dikembangkan melalui usaha budidaya. Salah satunya adalah budidaya perikanan
dengan teknik keramba jaring apung.
Kegiatan budidaya merupakan kegiatan perikanan yang bersifat dapat memilih
tempat yang sesuai dan memilih metode yang tepat serta komoditas yang diperlukan,
sehingga dengan sifatnya yang luwes ini maka pendistribusian produk dapat
disesuaikan dengan permintaan yang ada ataupun pemanfaatannya. Kegiatan
budidaya laut makin mendapatkan perhatian karena dari kegiatan penangkapan tidak
lagi dapat diandalkan untuk memenuhi permintaan pasar yang membutuhkan pasok
semakin besar dan menginginkan standar kualitas yang lebih pasti.
Meningkatnya kemakmuran dunia juga menuntut adanya variasi baru dari makanan
laut, sehingga budaya untuk membeli hasil laut yang segar bahkan dalam keadaan
hidup semakin besar. Oleh karena itu selama PJPT I strukuktur produksi perikanan
nasional mulai bergeser dari kegiatan penangkapan kearah budidaya.
Produksi ikan melalui usaha budidaya dimulai sejak tahun 1960, namun
penerapan kolam dan keramba jaring apung sebgai sarana produksi untuk tujuan

komersil baru dimulai pada tahun 1970 (Parker dan Brousard,1997). Selanjutnya
usaha budidaya ikan laut di Indonesia pertama kali dirintis oleh nelayan Kepulauan
Riau pada tahun 1978 yakni dengan sistem karamba taneap (pen cage culture) dengan
pasaran pasar Singapura, sedangkan komoditas yang dibudidayakan adalah ikan
Kerapu Lumpur (Epinephelus Tauvina). Usaha budidaya ikan laut terus berkembang
sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar baik domestik maupun internasional.
Untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat, beberapa pengusaha
petani ikan di Kepulauan Seribu, karimun jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Barat telah melakukan
budidaya ikan laut terutama dari jenis ikan Kerapu, Kakap Merah, Baronang dan Ikan
Lemak/Siomay atau lebih dikenal dengan Napoleon Fish.
Budidaya laut yang juga dikenal sebagai Marine Aquaculture atau Mariculture,
secara lebih luas juga disebut Sea Farming, terdiri dari beberapa kegiatan
pemeliharaan berbagai species organisme laut secara terkendali, disimak dari tingkat
pengendalian pada budidaya laut dikenal teknologi pameliharaan intensif, semi
intensif, dan ekstensif. Kata keramba jaring apung (kejapung) bisa digunakan untuk
menamai wadah pemeliharaan ikan terbuat dari jaring yang di bentuk segi empat atau
silindris adan diapungkan dalam air permukaan menggunakan pelampung dan
kerangka kayu, bambu, atau besi, serta sistem penjangkaran. Lokasi yang dipilih bagi
usaha pemeliharaan ikan dalam kejapung relative tenang, terhindar dari badai dan
mudah dijangkau. Ikan yang dipelihara bervariasi mulai dari berbagai jenis kakap,
sampai baronang, bahkan tebster. Keberhasilan teknologi keramba jaring apung atau
KJA (Floating net cage) membuka peluang untuk budidaya perikanan laut
(mariculture). KJA ini juga merupakan proses yang luwes untuk mengubah nelayan
kecil tradisional menjadi pengusaha agribisnis perikanan.
Nelayan kecil yang setiap hari berusaha menangkap beberapa kilogram ikan secara
untung-untungan, dapat mengubah nasibnya dengan memiliki KJA.
Peluang usaha KJA ini tidak saja bermanfaat untuk pengusaha perikanan besar, tetapi
juga sangat strategis untuk pengusaha perikanan kecil, sebab selain murah juga

mudah dalam pengelolaanya. Keramba jaring apung dapat dibangun dengan cepat,
serta dapat dipindahkan apabila ternyata perairannya sudah tidak cocok lagi untuk
diusahakan. Teknologi KJA jauh lebih mudah untuk dikuasi oleh nelayan dari pada
teknologi permesinan pada perahu bermotor atau alat-alat pendingan. KJA selain
memberikan kepastian hasil produksi, juga meningkatkan posisi tawar menawar yang
lebih baik karena tidak perlu lagi tergesa-gesa menjualnya. Ikannya dapat terus
disimpan dan dipelihara didalam KJA sampai mendapat harga yang baik.
Gambaran umum keramba jaring apung
Keramba jarring apung merupakan salah satu metode pemeliharan ikan
dalam kurungan yang terdiri atas 4 pola dasar pemeliharan ikan, yaitu :
1

Kurung tancap ; bentuk kurungan ikan yang peletakannya


menggunakan tiang-tiang pancang yang ditancapkan ke dasar perairan.

Kurungan terendam ; bentuk kurungan ikan yang secara keseluruhan


terendam didalam air dan bergantung kepada pelampung / rangka apung.

Kurungan lepas dasar ; biasanya terbuat dari kotak kayu / bambu dan
diletakan pada dasar air yang beraliran deras, dan diberi pemberat /
jangkar.

Keramba jarring apung ; jaring kurung apung ini terikat pada suatu
rangka dengan disukung oleh pengapung-pengapung.
Keramba jarring apung merupakan bentuk /sistem kurungan yang banyak

sekali di pakai dan bentuk serta ukurannya bervariasi sesuai dengan tujuan
penggunaannya, (Beveridge 1987, Christensen, 1989) dikarenakan sistem
keramba ini memiliki nilai yang ekonomis (murah) dan merupakan cara yang
sangat baik untuk menyimpan berbagai organisme air, maka banyak sekali
kegunaannya yaitu :
-

Sebagai sarana penyimpanan sementara

Sebagai tempat pemeliharaan pembesaran ikan - ikan konsumsi

Tempat penyimpanan dan transportasi ikan umpan

Wadah organisme air untuk memonitor kualitas lingkungan

Sarana pemeliharaan untuk tujuan Re Stocking


Sejauh ini keramba jarring apung merupakan yang paling baik untuk

budidaya ikan secara intensif dibandingkan cara lain seperti kurung tancap
(Pens), Tambak (pond), kolam (tank), ataupun kolam arus, ditinjau dari segi- segi
;

Teknologi yang diperlukan untuk konstruksi


-

Pengelolaan mudah diterapkan

Tingkat kualitas ikan peliharaan


Pemanfaatan sumber daya maupun nilai ekonomisnya
Konstruksi Keramba Jaring Apung
Konstruksi yang dibahas mencakup wadah pemeliharaan dalam bentuk
keramba jaring apung. Bahan, rancangan, tata letak, harus diperhitungkan untuk
keamanan dan kemudahan kerja, perpanjangan umum keramba jaring apung, dan
optimasi produksi. Secara garis besar keramba jaring apung terdiri dari jaring
kurung-kurung (cages), keramba atau rakit (frame), dan pengapung (flotter), dan
bahan yang diperlukan juga dapat bervariasi.
Dalam pembuatan keramba jaring apung banyak faktor yang perlu
menjadi perhatian seperti kondisi lingkungan, metode pemeliharaan, ketersediaan
pakan, jenis ikan, pembiayaan maupun tenaga terampil dilokasi (Beveridge 1987,
Christensen, 1989). Disamping itu bahan yang diperlukan untuk suatu konstruksi
keramba jaring apung sebaiknya memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut :
-

Kuat, ringan, tidak mudah lapuk / keropos / karatan

Mempunyai ketahanan terhadap organisme penggangu

Mudah kerjakan dan diperbaiki

Tidak merupaan hambatan, lentur dan tidak melukai ikan

Murah ( dan mudah didapat )

a.

Jaring kurung
Bahan utama untuk pembuatan kurung-kurung adalah jaring ( netting).
Jaring yang digunakan sebaiknya yang tanpa simpul serta tahan terhadap
sinar matahari. Jenis-jenis serat sintetis yang banyak digunakan sebagai
bahan jaring adalah polymide (PA), Polyester (PES), maupun Polyethylene
(PE). Kantong atau kurung-kurung berfungsi untuk menyimpan /
menampung ikan dan tidak menghambat pertukaran air. Bentuk kurungkurung keramba jaring apung umumnya berbentuk bujur sangkar / kubus.

b.

Kerangka rakit
Untuk penopang atau tempat bergantung dari kantong/ kurung kurung
dupoerlukan suatu kerangka rakit dengan bentuk khusus yang dilengkapi
dengan sarana pengapung, disamping itu juga berfungsi sebagai lantai kerja,
penyiompanan barang dan saran kerja. Secara umum kerangka rakit
merupakan rangkaian dari tiang / batang yang diikat satu sama lain menjadi
bentuk yang diinginkan dalam penentuan bentuk konstruksi harus
diperhitungkan dari kondisi fisik perairan terutama tinggi gelombang atau
ombak, dimana konstruksi rakit harus mampu bertahan dan meredamnya
untuk keamanan dan kenyamanan aktivitas pemeliharaan biota laut. Bahan
untuk pembuatan cukup bervariasi, mulai dari bambu, tiang, balok kayu,
besi, maupun batang-batang plastik PVC.

c.

Sarana pengapung
Pelampung sebagai sarana pengapung merupakan salah satu peralatan yang
penting pada satu sisitem keramba jaring apung. Cukup banyak pilihan
bahan yang dapat digunakan sebagai pelampung, yaitu : drum besi, drum
plastic, blok Sterofoam, kayu gelondong, bambu, maupun tangki fiberglass,

yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan baik dalam hal


daya terpakai, daya apung, daya tahan maupun nilai ekonomisnya.
Pengelompokan Dan Penyambungan Keramba Jaring Apung
Dalam suatu unit usaha budidaya keramba jaring, pengelompokan serta
cara penyambungan tiap unit jaring apung tergantung atau dipengaruhi beberapa
faktor, yaitu :
Skala usaha budidaya
Ukuran dan bentuk unit rakit keramba jaring apung
Kondisi perairan lokasi budidaya
Sistem penambat / jangkar
Pertimbangan kondisi lingkungan
Pada usaha skala kecil hal ini tidak begitu penting, tetapi pada unit usaha
budidaya dengan skala besar, masalah pengelompokan dan penyambungan
penting terutama dalam perencanaan masa produksi ( panen ) serta menjaga agar
kualitas perairan tetap dalam keadaan optimal. Pengelompokan dan tata letak
juga akan menetukan pasok air bersih secara merata pada setiap unit kurungan,
hal ini dapat diupayakan dengan penempatan setiap unit keramba jaring apung
tegak lurus arah arus yang dominan. Jumlah baris dari unit keramba jaring apung
tegak lurus arah arus dominan sebaiknya tidak lebih dari sepuluh.
Pengaruh arus, gelombang, dan pasang surut terhadap tata letak rangkaian
unit keramba jaring apung dapat dikurangi dengan pengaturan sistem tambat atau
penjangkaran yang benar. Kebutuhan tipe penambatan ditentukan oleh jenis
kurung-kurung yang digunakan, pola konstruksi rakit yang dipakai serta sifat dan
kondisi perairan dari lokasi.
Secara umum unit keramba jaring apung akan mengalami dua jenis
tekanan yaitu tekanan dinamis horizontal maupun tekanan statis vertical.
Tekanan dinamis horizontal merupakan kumulasi tekanan-tekanan yang

disebabkan oleh arus pada dinding jaring maupun rakit, pengaruh tiupan angina
pada unit keramba yang berada diatas permukaan air, serta tekanan yang berasal
dari hempasan ombak, sedangkan tekanan statis vertical lebih banyak disebabkan
oleh beban keramba yang turun naik kerena gelombang.
Jenis-Jenis Ikan Yang Dipelihara Dalam KJA
Komoditas yang dapat dipelihara dalam keramba jaring apung terutama
berbagai spesies ikan Kerapu seperti Kerapu Lumpur, Kerapu Macan, Kerapu
Sunu, Kerapu Tikus, dan Kerapu Lemak, serta beberapa spesies lain seperti
Beronang (Siganus Spp), Lobster (Panulirus Spp), Kakap Merah (Lutjanus Spp),
Kakap Putih ( Later Calcalifer), Bandeng (Chanos-Chanos) dan Nila Merah.
Prospek Budidaya Dalam Keramba Jaring Apung
Permintaan dunia akan ikan berdaging putih (white meat ) mengalami
kenaikan dari tahun ketahun. Hal ini menjadi dasar pemikiran dalam upaya
pengembangan budidaya perikanan. Menurut beberapa peneliti, perhitungan
ekonomi KJA adalah usaha agribisnis yang menguntungkan. Penerapan keramba
jaring apung mini investasinya tidak terlalu besar sehingga diharapkan mampu
dipraktekkan oleh petani dan pengusaha kecil. (Anggawati, 1991, Krismono, 1991
dan Nikijuluw et al, 1991 )
Meskipun demikian pengembangan KJA masih menghadapi masalah
antara lain :
1).

pemilihan lokasi budidaya yang setidaknya dapat berjalan sepenjang tahun,


bebas dari pengaruh gelombang besar, sehingga menjamin penggunan
keramba jaring apung secara optimal

2).

Ketersediaan benih sampai saat ini masih mengandalkan dari alam dan
sedikit jumlahnya karena sangat dipengaruhi oleh musim. Penyediaan pakan
berupa ikan rucah masih terbatas dan penyediaannya bersaing dengan
kebutuhan konsumsi manusia

3).

Pengenalan kepada petani ikan dan nelayan yang mungkin saja masih
dihadapkan pada kendala-kendala social budidaya karena sudah terpaku
anggapan bahwa laut adalah tangkap menangkap bukan tempat budidaya

Teknik Budidaya Dengan Keramba Jaring Apung


Teknik Budidaya Laut dengan Keramba Jaring Apung oleh Dr. Taufi
Akhmad, Dr. Akhmad Rukyani dan Ir. Artaty Wijono, mengutarakan antara lain:
-

Lingkungan bagi kegiatan budidaya laut harus dipilih dengan


memperhatikan fakor kondisi fisik dan biologis;

kondisi lingkungan fisik dibagi dalam 3 kategori:

Kategori 1 : suhu air, salinitas, pencemaran (kondisi daratan


penyangganya-hinterland), padatan terlarut, perkembangan algae
organisme penyakir, pergantian kulit.

Kategori 2 : arus (4-8 meter/menit), pasang surut (pasut) da


gelombang (kurang dari 2 meter), kedalaman (lebih dari 5 meter
dengan kecerahan lebih dari 3 meter), substrat, naungan dan
biofouling (terhindar dari umbalan - up welling dan badai).

Kategori 3 : aspek legal, aksesibiliras, keamanan, kedekatan


dengan pasar.

kondisi biologi: jenis ikan, ketersediaan benih, pakan, gangguan hama


dan penyakit;

masalah utama budidaya laut adalah kekurangan benih, khususnya


kesulitan untuk memperoleh induk;

produksi benih komersial yang ada: bandeng, kakap putih, nila merah;

produksi skala lab : kerapu jenis macan, lumpur, sunu, rikus;

sedang diteliti upaya pembenihan: kerapu alis, kuwe, kakap merah dan
lobster;

waktu pembenihan di hatchery sampai pendederan (10 g) membutuhkan


waktu 3-4 bulan;

waktu pendederan sampai siap tebar (100 g) membutuhkan 3-5 bulan;

waktu pembesaran di dalam KJA sampai ukuran komersial (800-1000 g)


antara 5-7 bulan;

konstruksi KJA tergantung pada kondisi lingkungan, sifat dan biaya


keterampilan, dan jenis ikan yang akan dipelihara: silindris untuk bandeng
dan kuwe, perenang cepat; banyak sudut untuk kerapu, cenderung
bersembunyi; segi empat untuk beronang, kakap putih, kakap merah,
lobster;

dikenal ada 3 jenis pakan:

ikan rucah segar umuk kerapu sunu, tikus dan macan, serta
ikan lainnya kecuali bandeng dan beronang ;

pelet basah - ikan rucah yang diramu dengan bahan pengikat,


vitamin, mineral dan protein tambahan ;

pelet kering untuk beronang dan kerapu alis

pemilihan dan pemberian pakan perlu dilakukan dengan hati-hati dan


efisien karena dapat menimbulkan pencemaran;

penurunan mutu lingkungan dapat merangsang pertllmbuhan berbagai


patogen yang menyebabkan kematian total ;

penggunaan teknologi yang modern dan imensif dapat mengurangi


dampak pencemaran;

penyakit yang sering ditemui: penyakit parasitik, bakterial dan viral,


serta gangguan nutrisi dan lingkungan;

Pakan Untuk Budidaya Jaring Apung

Pakan untuk Budidaya Keramba Jaring Apung oleh Dr. I Putu Kompiang,
menuliskan:
-

pertumbuhan ikan di dalam KJA sangat tergantung pada kualitas dan


kuantitas pakannya;

kualitas pakan adalah komposisi kandungan nutrisinya yang sesuai


dengan stadia/umur ikan, dimana ratio protein, enersi, mineral dan
vitamin seimbang dengan kebutuhan ikan ;

kuantitas pakan adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ikan, bukan
jumlah yang diberikan. Kuantitas ini tergantung pada bentuk fisik,
ukuran, keambaan, daya tarik dsb ;

pola makan dari ikan (feeding behaviour) sangat penting untuK


diketahui sebelum dapat ditentukan jenis pakan yang sesuai ;

mengingat masih langkanya informasi mengenai kebutuhan nutrisi dan


pola makan dari berbagai ikan laut yang dapat dibudidayakan di dalam
KJA ;

pakan alami berupa ikan rucah dapat membawa penyakit


ketersediaannya berfluktuasi dan sukar disimpan dalam jumlah banyak
dan lama, harganya tidak stabil-tergantung persediaan dan musim,
pemanfaatan bahan pakan tidak ekonomis ;

pakan buatan yang aman atau sudah cukup dikuasai adalah untuk
beronang yang herbivora, mujair merah ;

Pengelolaan Dan Perawatan Keramba Jaring Apung (KJA)


Pengawasan dan perawatan rutin setiap hari merupakan faktor
keberhasilan dari upaya pembesaran ikan dengan KJA. Pengotoran jaring
(kurungan) baik yang disebabkan oleh sampah, pelumpuran maupun jasad

pengganggu yang menempel pada jaring akan menjadi penyebab turunnya derajat
pergantian air dalam kurungan.
Terhambatnya pertukaran massa air didalam kurungan akan membawa
akibat menurunnya mutu air (low oxygen) yang dapat menyebabkan timbulnya
stress pada ikan peliharaan yang pada gilirannya akan mudah terserang penyakit.
Pergantian kerusakan jaring juga dapat diakibatkan organisme
pengganggu (teritip) mallpun biota laut seperti kepiting, ikan buntal hingga hewan
air yang ingin memangsa ikan didalam kurungan.
Pergantian dan pembersihan secara berkala akan menjamin keamanan ikan
peliharaan, karena kualitas air yang selalu optimal dan kondisi jaring yang kuat
terpelihara. Pergantian sebaiknya setiap 1-2 bulan dan kemudian dibersihkan
dengan semprotan air dengan tekanan tinggi.
Faktor keamanan unit KJA beserta ikannya merupakan hal yang perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan sejak awal usaha, dan setiap kegiatan perlu
dicatat. Catatan yang lengkap dan baik akan merupakan dokumen berharga untuk
mengevaluasi dan melacak suatu kegagalan.

Keramba Jaring Apung Modern


Dapat kita temukan KJA modem berbahan Polyethylene (PE). Bahan ini
dipilih karena sifatnya yang tahan Utraviolet (UV) sehingga tahan lama dan
tingkat daur ulangnya yang tinggi. Menurut laporan Reuters yang dimuat di
KOMPAS 4 Maret 2009, High Density Polyethylene (HDPE) merupakan bahan
yang paling didaur wang dari seluruh jenis bahan hasil olahan Polyolefin.
Masih belum banyak KJA berbahan PE di Indonesia Ini dikarenakan
oleh:
-

Harga yang mahal karena besamya KJA

Biaya transportasi yang tinggi karena besamya volume KJA

Pemasangan yang lama dan rumit karena membutuhkan aIaf dan teknisi
khusus

Biaya merangkai yang tinggi karena arus menyewa alat dan membayar
teknisi terampil untuk merangkainya

Keramba jaring apung Aqua Tech


Untuk mengatasi permasalahan diatas, dibuatlah KJA dengan metode
bongkar pasang (knockdown). KJA AquaTech terbuat dari 2 (dua) komponen
utama, yaitu pipa SSP dan Kubus Serba Guna (KSG).
Komponen utama dari KTS adalah pipa HDPE untuk air minum yang oleh
produsen pipa diclaim bertahan 50 tahun dalam tekanan 5 bar. Pipa yang kami
gunakan adalah pipa berketebalan dinding pipa dari 10 s/d 14 mm yang sudah
anti UV. Ujung pipa dipasang baut stainless steel (SS) dengan metode SSP yang
telah mendapatkan paten, pipa tersebut selanjutnya disebut Pipa SSP.
Komponen penting kedua dalam KTS adalah KSG (hak paten) yaitu sebuah alat
penghubung pipa berbentuk kubus. Beberapa Pipa, SSP dapat digabungkan
menggunakan alat ini. KSG bias menghubungkan sampai dengan 4 Pipa SSP dari
ke 4 sisi dengan mengencangkan.
Sistem pengikatan jaring ikan yang unik dari KTS
PipaHDPE 75mm masuk melalui lubang di KSG kedalam air sedalam
kurang lebih 150cm, diikatkan dengan tali ke jaring bagian tengah, sedangkan
pemberat diikat ke ujung bawah pipa, ujung jaring lantas diikatkan ke tali
pemberat sehingga tidak membebani jaring. Bila terjadi arus cukup kencang,
maka jaring tidak akan mengalami perubahan volume/bentuk yang berarti,
sehingga ikan dalam jaring tidak terganggu. Pipa pengikat jaring dapat dinaik
turunkan untuk memudahkan penggantian jaring.

kecuali kemudahan tersebut diatas, KTS juga menyajikan alat kaitan Net yang
otomatis terkunci bila tali dari Net dimasukan (option). Sebuah komponen yang
unik yang telah kami patenkan, alat tersebut mengirit waktu
pemasangan/penggantian jaring.
Keunggulan KJA AquaTech
Berbagai keunggulan dalam KJA bersystem KTS:
1.

KTS dapat dlpasang/dibongkar kembali oleh siapa pun yang memiliki


keterampilan teknis standar, pemasangan/pembongkaran bisa dilakukan di
darat bahkan dipermukaan laut dengan hanya mengandalkan peralatan
sederhana seperti kunci pas.

2.

KTS bisa di ekspansi kapan saja sesuai perkembangan usaha dengan


membeli beberapa komponen tanpa harus membeli seluruh KTS lengkap

3.

Memiliki ketahanan sampai dengan 15 tahun

4.

Kuat, fleksibel, sehingga lebih bisa bertahan dalam cuaca buruk

5.

Menggunakan bahan baku ramah lingkungan (HDPE) dan Stainless steel

6.

Menggunakan pipa HDPE berstandar air minum, dengan ketebelan dinding


10 s/d 14mm

7.

Komponen KTS adalah bagian-bagian yang siap pasang sehingga


deliverynya sangat cepat

8.

Kecepatan pemasangan di lapangan berkat pipa SSP dan KSG

9.

System KTS bisa menerima order berikut jaring ikan, juga penutup jaring
ikan

10. Memiliki mekanisme pipa pengikatan jaring yang unik sehingga lebih tahan
arus
11. KTS sudah dilengkapi track untuk pembudidaya berjalan diatasnya
12. KTS sudah berikut perangkat kaitan Net yang diperlukan

13. Irit biaya pemasangan berkat system knockdown yang sangat simpel
14. Kualitas tinggi dengan ketahanan yang luar biasa namun harga ekonomis
Salah satu potensi kekayaan yang belum tergarap dengan baik adalah sector
budidaya perikanan karena masih menggunakan meode tradisional. Metode
tradisional ini masih menggunakan cara-cara yang mengakibatkan biaya yang tinggi,
baik bagi sipembudidaya maupun terhadap lingkungan, karena penggunaan material
yang tidak tahan terhadap tantangan alam yang sangat ganas dan bahan-bahan yang
sangat merusak lingkungan.
Penggunaan material seperti bambu, kayu, plastic yang tidak dapat didaur
ulang, besi-besi dan jala dari bahan nylon yang mudah rusak, membutuhkan biaya
perawatan yang tinggi dan berumur sangat singkat sehingga harus dibikin kembali
dan menyisakan sampah yang merusak sumberdaya alam. Dibutuhkan suatu solusi
yang tepat guna dan tidak membutuhkan biaya yang sangat tinggi untuk
permasalahan budidaya perikanan tersebut. Suatu solusi yang juga dapat
memudahkan para pembudidaya, mengembangkan usaha dan mata pencaharian bagi
masyarakkat pesisir pantai.
Penggunaan HDPE (High Density Polyethylene) sebagai bahan baku utama
dari produk ini menjamin bahwa komponen-komponen produk Renovasea merupakan
komponen yang ramah lingkungan. Bahan ramah lingkungan tersebut di desain dan
direkayasa dengan menggunakan teknologi tinggi terkini serta diproduksi dengan
fasilitas produksi yang modern sehingga memudahkan para pembudidaya dalam hal
pelaksanaan pengadaan, pemasangan, pengerjaan, dan pemeliharaannya.
Dengan menimbang beragam aspek dalam kehidupan pembudidaya dan
masyarakat pesisir pantai serta lingkungan alam serta ketersediaan infrastruktur di
Indonesia, Renovasea diyakini marupakan produk yang paling tepat untuk diterapkan
dalam usaha budidaya perikanan di Indonesia.
Dengan adanya Renovasea sebagai produk yang sepenuhnya merupakan hasil
anak bangsa Indonesia telah membuktikan bahwa Indonesia tidak ketinggalan dalam

riset yang mendalam, penguasaan teknologi ramah lingkungan yang tinggi, dan
produktivitas kerja yang baik.

Kesimpulan
Kegiatan budidaya merupakan kegiatan perikanan yang bersifat dapat
memilih tempat yang sesuai dan memilih metode yang tepat serta komoditas yang
diperlukan, sehingga dengan sifatnya yang luwes ini maka pendistribusian produk
dapat disesuaikan dengan permintaan yang ada ataupun pemanfaatannya.
Keramba jarring apung merupakan salah satu metoda pemeliharaan
ikan dalam kurungan yang terdiri dari 4 pola dasar pemeliharaan, yaitu :
1.

Kurung tuncap

2.

Kurungan terendam

3.

Kurungan lepas dasar

4.

Keramba jaring apung

Referensi
Ahmad et al, 1991. Operasional Pembesaran Ikan Kerapu dalam Keramba Jaring
Apung. Balai Penelitiaan Perikanan Budidaya Pantai, Macros.
Anggawati, 1991. Budidaya Laut dengan Keramba Jaring Apung Mini. Penas VII.
Pertasi Kencana 13-20 juli, Magelang
Hanafi A. et al. 1990. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Prospek Pengembangan.
Laporan Akhir. Balitkandita Macros
Nikijuluw V.P.H, 1992. Tinjauan Ekonomi Budidaya Ikan di Keramba Jaring Apung
Ismael W, Bambang Priono Mubarak. 1994. Penelitian Factor-faktor Yang
Berpengaruh Terhdap Tingkat Adopsi Teknologi KJA Mini.
Nontji, A, 1993. Laut Nusantara. Penerbit Jambatan, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai