HAMDUN NAJA
Ilmu Kelautan
26020113140106
komersil baru dimulai pada tahun 1970 (Parker dan Brousard,1997). Selanjutnya
usaha budidaya ikan laut di Indonesia pertama kali dirintis oleh nelayan Kepulauan
Riau pada tahun 1978 yakni dengan sistem karamba taneap (pen cage culture) dengan
pasaran pasar Singapura, sedangkan komoditas yang dibudidayakan adalah ikan
Kerapu Lumpur (Epinephelus Tauvina). Usaha budidaya ikan laut terus berkembang
sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar baik domestik maupun internasional.
Untuk memenuhi permintaan konsumen yang terus meningkat, beberapa pengusaha
petani ikan di Kepulauan Seribu, karimun jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Barat telah melakukan
budidaya ikan laut terutama dari jenis ikan Kerapu, Kakap Merah, Baronang dan Ikan
Lemak/Siomay atau lebih dikenal dengan Napoleon Fish.
Budidaya laut yang juga dikenal sebagai Marine Aquaculture atau Mariculture,
secara lebih luas juga disebut Sea Farming, terdiri dari beberapa kegiatan
pemeliharaan berbagai species organisme laut secara terkendali, disimak dari tingkat
pengendalian pada budidaya laut dikenal teknologi pameliharaan intensif, semi
intensif, dan ekstensif. Kata keramba jaring apung (kejapung) bisa digunakan untuk
menamai wadah pemeliharaan ikan terbuat dari jaring yang di bentuk segi empat atau
silindris adan diapungkan dalam air permukaan menggunakan pelampung dan
kerangka kayu, bambu, atau besi, serta sistem penjangkaran. Lokasi yang dipilih bagi
usaha pemeliharaan ikan dalam kejapung relative tenang, terhindar dari badai dan
mudah dijangkau. Ikan yang dipelihara bervariasi mulai dari berbagai jenis kakap,
sampai baronang, bahkan tebster. Keberhasilan teknologi keramba jaring apung atau
KJA (Floating net cage) membuka peluang untuk budidaya perikanan laut
(mariculture). KJA ini juga merupakan proses yang luwes untuk mengubah nelayan
kecil tradisional menjadi pengusaha agribisnis perikanan.
Nelayan kecil yang setiap hari berusaha menangkap beberapa kilogram ikan secara
untung-untungan, dapat mengubah nasibnya dengan memiliki KJA.
Peluang usaha KJA ini tidak saja bermanfaat untuk pengusaha perikanan besar, tetapi
juga sangat strategis untuk pengusaha perikanan kecil, sebab selain murah juga
mudah dalam pengelolaanya. Keramba jaring apung dapat dibangun dengan cepat,
serta dapat dipindahkan apabila ternyata perairannya sudah tidak cocok lagi untuk
diusahakan. Teknologi KJA jauh lebih mudah untuk dikuasi oleh nelayan dari pada
teknologi permesinan pada perahu bermotor atau alat-alat pendingan. KJA selain
memberikan kepastian hasil produksi, juga meningkatkan posisi tawar menawar yang
lebih baik karena tidak perlu lagi tergesa-gesa menjualnya. Ikannya dapat terus
disimpan dan dipelihara didalam KJA sampai mendapat harga yang baik.
Gambaran umum keramba jaring apung
Keramba jarring apung merupakan salah satu metode pemeliharan ikan
dalam kurungan yang terdiri atas 4 pola dasar pemeliharan ikan, yaitu :
1
Kurungan lepas dasar ; biasanya terbuat dari kotak kayu / bambu dan
diletakan pada dasar air yang beraliran deras, dan diberi pemberat /
jangkar.
Keramba jarring apung ; jaring kurung apung ini terikat pada suatu
rangka dengan disukung oleh pengapung-pengapung.
Keramba jarring apung merupakan bentuk /sistem kurungan yang banyak
sekali di pakai dan bentuk serta ukurannya bervariasi sesuai dengan tujuan
penggunaannya, (Beveridge 1987, Christensen, 1989) dikarenakan sistem
keramba ini memiliki nilai yang ekonomis (murah) dan merupakan cara yang
sangat baik untuk menyimpan berbagai organisme air, maka banyak sekali
kegunaannya yaitu :
-
budidaya ikan secara intensif dibandingkan cara lain seperti kurung tancap
(Pens), Tambak (pond), kolam (tank), ataupun kolam arus, ditinjau dari segi- segi
;
a.
Jaring kurung
Bahan utama untuk pembuatan kurung-kurung adalah jaring ( netting).
Jaring yang digunakan sebaiknya yang tanpa simpul serta tahan terhadap
sinar matahari. Jenis-jenis serat sintetis yang banyak digunakan sebagai
bahan jaring adalah polymide (PA), Polyester (PES), maupun Polyethylene
(PE). Kantong atau kurung-kurung berfungsi untuk menyimpan /
menampung ikan dan tidak menghambat pertukaran air. Bentuk kurungkurung keramba jaring apung umumnya berbentuk bujur sangkar / kubus.
b.
Kerangka rakit
Untuk penopang atau tempat bergantung dari kantong/ kurung kurung
dupoerlukan suatu kerangka rakit dengan bentuk khusus yang dilengkapi
dengan sarana pengapung, disamping itu juga berfungsi sebagai lantai kerja,
penyiompanan barang dan saran kerja. Secara umum kerangka rakit
merupakan rangkaian dari tiang / batang yang diikat satu sama lain menjadi
bentuk yang diinginkan dalam penentuan bentuk konstruksi harus
diperhitungkan dari kondisi fisik perairan terutama tinggi gelombang atau
ombak, dimana konstruksi rakit harus mampu bertahan dan meredamnya
untuk keamanan dan kenyamanan aktivitas pemeliharaan biota laut. Bahan
untuk pembuatan cukup bervariasi, mulai dari bambu, tiang, balok kayu,
besi, maupun batang-batang plastik PVC.
c.
Sarana pengapung
Pelampung sebagai sarana pengapung merupakan salah satu peralatan yang
penting pada satu sisitem keramba jaring apung. Cukup banyak pilihan
bahan yang dapat digunakan sebagai pelampung, yaitu : drum besi, drum
plastic, blok Sterofoam, kayu gelondong, bambu, maupun tangki fiberglass,
disebabkan oleh arus pada dinding jaring maupun rakit, pengaruh tiupan angina
pada unit keramba yang berada diatas permukaan air, serta tekanan yang berasal
dari hempasan ombak, sedangkan tekanan statis vertical lebih banyak disebabkan
oleh beban keramba yang turun naik kerena gelombang.
Jenis-Jenis Ikan Yang Dipelihara Dalam KJA
Komoditas yang dapat dipelihara dalam keramba jaring apung terutama
berbagai spesies ikan Kerapu seperti Kerapu Lumpur, Kerapu Macan, Kerapu
Sunu, Kerapu Tikus, dan Kerapu Lemak, serta beberapa spesies lain seperti
Beronang (Siganus Spp), Lobster (Panulirus Spp), Kakap Merah (Lutjanus Spp),
Kakap Putih ( Later Calcalifer), Bandeng (Chanos-Chanos) dan Nila Merah.
Prospek Budidaya Dalam Keramba Jaring Apung
Permintaan dunia akan ikan berdaging putih (white meat ) mengalami
kenaikan dari tahun ketahun. Hal ini menjadi dasar pemikiran dalam upaya
pengembangan budidaya perikanan. Menurut beberapa peneliti, perhitungan
ekonomi KJA adalah usaha agribisnis yang menguntungkan. Penerapan keramba
jaring apung mini investasinya tidak terlalu besar sehingga diharapkan mampu
dipraktekkan oleh petani dan pengusaha kecil. (Anggawati, 1991, Krismono, 1991
dan Nikijuluw et al, 1991 )
Meskipun demikian pengembangan KJA masih menghadapi masalah
antara lain :
1).
2).
Ketersediaan benih sampai saat ini masih mengandalkan dari alam dan
sedikit jumlahnya karena sangat dipengaruhi oleh musim. Penyediaan pakan
berupa ikan rucah masih terbatas dan penyediaannya bersaing dengan
kebutuhan konsumsi manusia
3).
Pengenalan kepada petani ikan dan nelayan yang mungkin saja masih
dihadapkan pada kendala-kendala social budidaya karena sudah terpaku
anggapan bahwa laut adalah tangkap menangkap bukan tempat budidaya
produksi benih komersial yang ada: bandeng, kakap putih, nila merah;
sedang diteliti upaya pembenihan: kerapu alis, kuwe, kakap merah dan
lobster;
ikan rucah segar umuk kerapu sunu, tikus dan macan, serta
ikan lainnya kecuali bandeng dan beronang ;
Pakan untuk Budidaya Keramba Jaring Apung oleh Dr. I Putu Kompiang,
menuliskan:
-
kuantitas pakan adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ikan, bukan
jumlah yang diberikan. Kuantitas ini tergantung pada bentuk fisik,
ukuran, keambaan, daya tarik dsb ;
pakan buatan yang aman atau sudah cukup dikuasai adalah untuk
beronang yang herbivora, mujair merah ;
pengganggu yang menempel pada jaring akan menjadi penyebab turunnya derajat
pergantian air dalam kurungan.
Terhambatnya pertukaran massa air didalam kurungan akan membawa
akibat menurunnya mutu air (low oxygen) yang dapat menyebabkan timbulnya
stress pada ikan peliharaan yang pada gilirannya akan mudah terserang penyakit.
Pergantian kerusakan jaring juga dapat diakibatkan organisme
pengganggu (teritip) mallpun biota laut seperti kepiting, ikan buntal hingga hewan
air yang ingin memangsa ikan didalam kurungan.
Pergantian dan pembersihan secara berkala akan menjamin keamanan ikan
peliharaan, karena kualitas air yang selalu optimal dan kondisi jaring yang kuat
terpelihara. Pergantian sebaiknya setiap 1-2 bulan dan kemudian dibersihkan
dengan semprotan air dengan tekanan tinggi.
Faktor keamanan unit KJA beserta ikannya merupakan hal yang perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan sejak awal usaha, dan setiap kegiatan perlu
dicatat. Catatan yang lengkap dan baik akan merupakan dokumen berharga untuk
mengevaluasi dan melacak suatu kegagalan.
Pemasangan yang lama dan rumit karena membutuhkan aIaf dan teknisi
khusus
Biaya merangkai yang tinggi karena arus menyewa alat dan membayar
teknisi terampil untuk merangkainya
kecuali kemudahan tersebut diatas, KTS juga menyajikan alat kaitan Net yang
otomatis terkunci bila tali dari Net dimasukan (option). Sebuah komponen yang
unik yang telah kami patenkan, alat tersebut mengirit waktu
pemasangan/penggantian jaring.
Keunggulan KJA AquaTech
Berbagai keunggulan dalam KJA bersystem KTS:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
System KTS bisa menerima order berikut jaring ikan, juga penutup jaring
ikan
10. Memiliki mekanisme pipa pengikatan jaring yang unik sehingga lebih tahan
arus
11. KTS sudah dilengkapi track untuk pembudidaya berjalan diatasnya
12. KTS sudah berikut perangkat kaitan Net yang diperlukan
13. Irit biaya pemasangan berkat system knockdown yang sangat simpel
14. Kualitas tinggi dengan ketahanan yang luar biasa namun harga ekonomis
Salah satu potensi kekayaan yang belum tergarap dengan baik adalah sector
budidaya perikanan karena masih menggunakan meode tradisional. Metode
tradisional ini masih menggunakan cara-cara yang mengakibatkan biaya yang tinggi,
baik bagi sipembudidaya maupun terhadap lingkungan, karena penggunaan material
yang tidak tahan terhadap tantangan alam yang sangat ganas dan bahan-bahan yang
sangat merusak lingkungan.
Penggunaan material seperti bambu, kayu, plastic yang tidak dapat didaur
ulang, besi-besi dan jala dari bahan nylon yang mudah rusak, membutuhkan biaya
perawatan yang tinggi dan berumur sangat singkat sehingga harus dibikin kembali
dan menyisakan sampah yang merusak sumberdaya alam. Dibutuhkan suatu solusi
yang tepat guna dan tidak membutuhkan biaya yang sangat tinggi untuk
permasalahan budidaya perikanan tersebut. Suatu solusi yang juga dapat
memudahkan para pembudidaya, mengembangkan usaha dan mata pencaharian bagi
masyarakkat pesisir pantai.
Penggunaan HDPE (High Density Polyethylene) sebagai bahan baku utama
dari produk ini menjamin bahwa komponen-komponen produk Renovasea merupakan
komponen yang ramah lingkungan. Bahan ramah lingkungan tersebut di desain dan
direkayasa dengan menggunakan teknologi tinggi terkini serta diproduksi dengan
fasilitas produksi yang modern sehingga memudahkan para pembudidaya dalam hal
pelaksanaan pengadaan, pemasangan, pengerjaan, dan pemeliharaannya.
Dengan menimbang beragam aspek dalam kehidupan pembudidaya dan
masyarakat pesisir pantai serta lingkungan alam serta ketersediaan infrastruktur di
Indonesia, Renovasea diyakini marupakan produk yang paling tepat untuk diterapkan
dalam usaha budidaya perikanan di Indonesia.
Dengan adanya Renovasea sebagai produk yang sepenuhnya merupakan hasil
anak bangsa Indonesia telah membuktikan bahwa Indonesia tidak ketinggalan dalam
riset yang mendalam, penguasaan teknologi ramah lingkungan yang tinggi, dan
produktivitas kerja yang baik.
Kesimpulan
Kegiatan budidaya merupakan kegiatan perikanan yang bersifat dapat
memilih tempat yang sesuai dan memilih metode yang tepat serta komoditas yang
diperlukan, sehingga dengan sifatnya yang luwes ini maka pendistribusian produk
dapat disesuaikan dengan permintaan yang ada ataupun pemanfaatannya.
Keramba jarring apung merupakan salah satu metoda pemeliharaan
ikan dalam kurungan yang terdiri dari 4 pola dasar pemeliharaan, yaitu :
1.
Kurung tuncap
2.
Kurungan terendam
3.
4.
Referensi
Ahmad et al, 1991. Operasional Pembesaran Ikan Kerapu dalam Keramba Jaring
Apung. Balai Penelitiaan Perikanan Budidaya Pantai, Macros.
Anggawati, 1991. Budidaya Laut dengan Keramba Jaring Apung Mini. Penas VII.
Pertasi Kencana 13-20 juli, Magelang
Hanafi A. et al. 1990. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Prospek Pengembangan.
Laporan Akhir. Balitkandita Macros
Nikijuluw V.P.H, 1992. Tinjauan Ekonomi Budidaya Ikan di Keramba Jaring Apung
Ismael W, Bambang Priono Mubarak. 1994. Penelitian Factor-faktor Yang
Berpengaruh Terhdap Tingkat Adopsi Teknologi KJA Mini.
Nontji, A, 1993. Laut Nusantara. Penerbit Jambatan, Jakarta