Anda di halaman 1dari 9

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOPITUITARISME


Seorang laki-laki usia 49 tahun datang ke poli klinik RS dengan keluhan mudah lelah,
lemas, pucat, berat badan dirasakan turun drastis dan pengurangan masa otot, rambut rontok
sudah 2 minggu, sulit konsentrasi, mudah lupa, sensitive terhadap dingin dan penglihatan mulai
kabur dan pasien juga mengeluh mengalami penurunan nafsu sek (libido) sejak 2 minggu ini
2.1 Pengkajian
1. Keluhan utama
Keluhan-keluhan yang dirasakan klien, antara lain:
1. Mudah lelah.
2. Lemas.
3. Pucat.
4. Berat badan dirasakan turun drastis dan pengurangan massa otot.
5. Rambut rontok sudah 2 minggu.
6. Sulit konsentrasi dan mudah lupa.
7. Sensitive terhadap dingin.
8. Penglihatan mulai kabur
9. Nafsu seks (libido) menurun sejak 2 minggu ini.
2. Data yang harus dilengkapi
Data yang harus ditambahkan dalam kasus ini untuk memastikan masalah yang
sedang dihadapi oleh klien tersebut, antara lain:
1. Riwayat penyakit dahulu klien
Klien mengatakan bahwa ia memiliki tumor otak sejak 1 thaun yang lalu.
2. Apakah keluhan terjadi sejak lahir
Klien mengatakan bahwa tubuhnya kecil dan kerdil sudah sejak lahir.
a. Data pengkajian TTV klien
TD
: 100/70 mmHg
RR
: 16x/menit
N
: 120x/menit
S
: 36,5o C
b. Berat badan dan tinggi badan klien
BB
: 30kg (menurun drastis dari keadaan sebelumnya)
TB
: 150 cm
c. Kondisi kulit klien
Kulit klien terlihat kering dan terasa kasar.
1. Pola managemen koping stress
Klien mengatakan bahwa ia jarang bergaul dengan orang Sekitarnya kecuali
keluarganya sendiri dan pasien selalu terlihat murung.
2.
Kondisi spiritual klien

Klien selama sakit tidak pernah melaksanakan ibadah karena klien tidak terima atas
3.
4.

penyakit yang diberikan Tuhan padanya saat ini.


Interaksi sosial klien dengan lingkungan
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya.
Pola Peran Hubungan
Komunikasi: Dalam berkomunikasi klien berkomunikasi baik dengan keluarganya.
Hubungan dengan orang lain: Sosialisasi klien dengan orang lain selain keluarganya

buruk.
Kemampuan keuangan: Keluarga pasien dapat digolongkan dalam kelompok social
kelas menengah
3. Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan
a. Pemeriksaan radiologi atau Rontgenologis Sella Tursika
1.
Foto polos kepala
Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga
atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan
kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.
2. Poliomografi berbagai arah (multi direksional)
3. CT scan
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atau
hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan khusus, namun diperlukan
penjelasan agar klien dapat diam tidak bergerak selama prosedur.
4. Pemeriksaan Lapang Pandang
Kelainan lapang pandang mencurigakan adanya tumor hipofisis yang
menekan kiasma optic.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan kortisol, T3 dan T4 serta esterogen atau testosterone. Hasil normal:
1. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl
2. T3 dan T4 serum:
Specimen yang dibutuhkan adalah darah vena sebanyak 5-10 cc.
3. Nilai normal pada orang dewasa:
Iodium bebas: 0,1-0,6 mg/dl
T3: 0,2-0,3 mg/dl
T4: 6-12 mg/dl
4. Nilai normal pada bayi/anak: T3: 180-240 mg/dl
5. Pemeriksaan ACTH, TSH dan LH. Hasil normal:
ACTH menurun kadarnya dalam darah.
TSH normal 6-10 mikrogram/Ml
LH normal 6-10 mikrogram/ml
2.2. Analisa Data

No. Data

Etiologi

1. DS:

Masalah

Defisiensi gonadotropi Gangguan pola seksual.

Istri

klien

mengatakan

suaminya

tidak

Libido menurun

menanggapi ajakan istri


untuk berhubungan.
DO:

Jumlah testosteron serum


menurun

2. DS:

Klien

mengatakan

pandangannya kabur.

Tumor Nervus optikus


tertekan lapang pandangGangguan

persepsi

sensori (penglihatan)

menurun

DO:

Hasil pemeriksaan visus;


OD: 2/6, OS: 2/6

3. DS:

Defisit Growth

Klien mengeluh bahwa ia


malu untuk bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar
karena

tubuhnya

yang

kerdil dan tidak adanya


rambut

pada

tubuhnya

karena rontok.
DO:

Tubuh klien terlihat kerdil.


Klien
jarang
terlihat
berinteraksi

dengan

lingkungan sekitar.
Tubuh klien terihat botak
(tidak ada rambut)

Hormone,

defisit

perawatan diri
Gangguan citra tubuh

2.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang dijumpai pada klien ini, antara lain:
1. Gangguan pola seksualitas berhubungan dengan defisiensi hormon.
2. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.
3. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan
fungsi tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot.
5. Resiko gangguan integritas kulit (kekeringan) berhubungan dengan menurunnya
kadar hormonal.
2.4. Intervensi dan Rasional
Diagnosa Keperawatan: Gangguan pola seksual berhubungan dengan defisit
hormon gonadotropin.
Tujuan:
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola seksual kembali normal.
Kriteria Hasil:
1. Mengungkapkan dan mendiskusikan perasaan terkait seksualitas
bersama pasangan.
2. Mengungkapkan pemahaman tentang efek diagnosis pada pola seksual.
3. Menerima rujukan untuk melakukan konseling.
Intervensi

Rasional

Menggali informasi tentang diagnosa


1. Pertahankan

privasi

dan

pasien.

kerahasiaan.
Klien

mampu

mengaktualisasikan

2. Galih Keperawatan:
bersama pasienGangguan
dan/atau dirinya.
Diagnosa
persepsi
sensori
(penglihatan)
orang dengan
terdekat gangguan
pola seksualitas
berhubungan
transmisi impuls sebagai akibat penekanan
yangnervus
biasa
dilakukan dan Pasien merasa lebih nyaman.
tumor pada
optikus.
bagaimana diagnosis saat ini
Tujuan:
dapat
mempengaruhi
pola
tersebut.dilakukan tindakan keperawatan penglihatan berangsur angsur
1. Setelah
membaik.
3. Dorong pasien dan/atau orang
Kriteriaterdekat
Hasil: untuk mencari pola
alternatif
yang
1. Menunjukkan
tanda adanya penurunan gejala yang menimbulkan
mempertimbangkan

gangguan
persepsi
sensori.
keterbatasan
penyakit.
2.
dan menghilangkan
faktor resiko jika mungkin.
4. Mengidentifikasi
Gali bersama pasien
dan/atau

orang

terdekat

tentang

3. Menggunakan rasionalisasi dalam tindakan penanganan.

alternative lain untuk menjadi

orang tua, jika tepat.


Intervensi

Rasional

5. Membangaun
kepercayaan Meningkatkan kepekaan indera
1. Kurangi
penglihatan
yang
penglihatan melalui stimulus indera
dengan pasien.
berlebih.
khususnya penglihatan.
2. Orientasikan
terhadap
keseluruhan 3 bidang (orang,Mempertahankan normalitas melalui
tempat, waktu).
waktu lebih muda bila tidak mampu
3. Sediakan waktu untuk istirahat
menggunakan penglihatan.
Diagnosa
Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan
bagiKeperawatan:
klien tanpa gangguan.
4. Gunakan
berbagai
untuk
perubahan
struktur
tubuh metode
dan fungsi
tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan
menstimulasi
indera.
defisiensi
hormon pertumbuhan.
5. Mengurangi tingkat ketegangan
Tujuan:
otot

mata,

meningkatkan

relaksasi mata.
mengetahui

6. Untuk

faktor

penyebab melalui tes sensori


indera penglihatan

1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki kembali citra


tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.
Kriteria Hasil:
1. Melakukan kegiatan penerimaan, penampilan misalnya: kerapian,
pakaian, postur tubuh, pola makan, kehadiran diri.
2. Penampilan dalam perawatan diri/tanggung jawab peran.
Intervensi

Rasional
Perilaku menilai, perasaan jijik, marah

1. Dorong

individu

untuk

dan
aneh dapat
mempengaruhi
mengekspresikan perasaan.
perawatan /ditransmisikan pada klien,
2. Dorong individu untuk bertanya
menguatkan harga negatif / gambaran.
mengenai masalah, penanganan,
perkembangan,

prognosa

kesehatan.
3. Tingkatkan komunikasi terbuka,
menghindari kritik / penilaian
tentang perilaku klien.
4. Berikan kesempatan
rasa

dengan

individu

berbagi
yang

mengalami pengalaman yang


sama.
5. Bantu staf mewaspadai dan
menerima perasaan sendiri bila
merawat pasien lain.
6. Kita dapat mengkaji sejauh
mana
terhadap

tingkat

kenyataan

kondisi
tubuh,

penolakan
akan
fisik

untuk

mempercepat

teknik
penyembuhan/penanganan.
7. Dengan mengetahui proses
perjalanan penyakit tersebut
maka klien secara bertahap akan
Diagnosa
Defisit perawatan
mulaiKeperawatan:
menerima kenyataan.
8. Membantu
untuk
menurunnya
kekuatan
otot.tiap individu

diri

berhubungan

dengan

untuk memahami area dalam


Tujuan:
program
sehingga
salah
pemahaman
1. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan klien dapat aktif dalam aktifitas
tidak terjadi.
perawatan
diri.
Kriteria Hasil:
1. Mengidentifikasi kemampuan aktifitas perawatan diri.

Diagnosa Keperawatan: Resiko gangguan integritas kulit (kekeringan)


2. Melakukan kebersihan optimal setelah bantuan dalam perawatan
berhubungan dengan menurunnya kadar hormonal.
diberikan.
Tujuan:
3. Berpartisipasi

secara fisik/verbal dalam aktifitas, perawatan


1. Setelah dilakukan keperawatan integritas kulit dalam kondisi normal.
diri/pemenuhan kebutuhan dasar.

Kriteria Hasil:
Intervensi

Rasional

Partisipasi
optimal
dapat
1. Mengidentifikasi faktor penyebab.
faktor
penyebab
memaksimalkan perawatan diri.
2. menurunnya
Berpartisipasi defisit
dalam perawatan
rencana pengobatan yang dilanjutkan untuk
Dapat menumbuhkan rasa percaya diri
diri.
meningkatkan penyembuhan luka.
2. Tingkatkan partisipasi optimal. klien.
3. Evaluasi kemampuan untuk
3. Menggambarkan etiologi dan tindakan pencegahan.
berpartisipasi dalam setiap Dapat memberikan kesempatan pada
1. Kaji

perawatan.
klien untuk
melakukan
4. aktivitas
Memperlihatkan
integritas kulit bebas
dari luka
tekan. perawatan diri.
dorongan
untuk

4. Beri

mengekspresikan
Intervensi

perasaan Rasional

tentang kurang perawatan diri.


5. Menghambat faktor penyebab

dapat meningkatkan perawatan


diri.

Meningkatkan pemeliharaan fungsi otot


1. Pertahankan

kecukupan

/ sendi.

masukan cairan untuk hidrasi


yang adekuat.
2. Berikan
dorongan

Meningkatkan posisi fungsional pada


latihan ekstrimitas.

rentang gerak dan mobilisasi.


3. Ubah posisi atau mobilisasi.
Kelemahan dan kehilangan pengaturan
4. Tingkatkan
masukan
metabolisme terhadap makanan dapat
karbohidrat dan protein untuk
mengakibatkan
mempertahankan keseimbangan
malnutrisi.
nitrogen positif.
5. Pertahankan
tempat
tidur
Posisi datar menjaga keseimbangan
sedatar mungkin
6. Mengurangi ketidaknyamanan tubuh dan mencegah retensi cairan
yang dihubungkan dengan pada daerah tertentu sehingga tidak
membran mukosa yang kering terjadi edema lokal.
dan untuk rehidrasi.

2.5. Evaluasi
1. Hormon gonadotropin berfungsi dengan baik sehingga tidak mengalami gangguan pola
2.
3.
4.
5.

seksual.
Penglihatan klien membaik.
Pasien kembali merasa percaya diri.
Pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.
Kebutuhan nutrisi akan kulit

DAFTAR PUSTAKA
http://saputraaguseko.wordpress.com/keperawatan/askep/askep- hipopituitari/
C. Long, Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah Edisi 3. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan.
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: ECG.
.

Anda mungkin juga menyukai