Anda di halaman 1dari 21

Laporan Pendahuluan

CKD ( Chronic Kidney Disease )/ Gagal Ginjal Kronik


I. Konsep Dasar Teori
A. Pengertian
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi
penumpukan sisa metabolit ( toksik uremik ) di dalam darah. (Arif
Muttaqin,2011; 166).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal tahap akhir dimana ginjal
tidak mampu mempertahankan komposisi kimiawi cairan tubuh dalam
batas normal. (Wong, 2004)
B. Etiologi
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal
ginjal kronis. Akan tetapi apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah
penurunan

fungsi

ginjal

secara

progresif.

Kondisi

klinis

yang

memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal


sendiri dan dari luar ginjal.
1.

Penyakit dari ginjal


a. Penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis
b. Infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis
c. Batu ginjal : nefrolitiasis
d. Kista di ginjal : polcystis kidney
e. Trauma langsung pada ginjal
f. Keganasan pada ginjal
g. Sumbatan : tumor, batu, penyempitan/striktur

2.

Penyakit umum di luar ginjal


a. Penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi
b.
c.
d.
e.

dyslipidemia
Infeksi di badan : tbc paru, sifilis, malaria, hepatitis
Preeklamsi
Cobat-obatan
Kehilangan banyak cairan yang mendadak ( luka bakar )

C. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
D. Pathway
Etiologi
Jumlah nefron fungsional
Nefron yang terserang hancur

nefron yang masih utuh

90 % nefron hancur

75% nefron hancur

Tidak dapat mengkompensasi

GFR

(ketidakseimbangan cairan & elektrolit)


GFR

Adaptasi

(BUN & kreatini

10% dari normal

nefron hipertropi
)

Adaptasi

kecepatan filtrasi,
Reabsorbsi

Urine isoosmosis

kecepatan filtrasi & beban


Solut

keseimbangan cairan

Kegagalan proses filtrasi

elektrolit dipertahankan
Ketidakseimbangan dlm glomerolus

Oliguri
Uremia

& tubulus

fungsi ginjal rendah

Poliuri, nokturi, azotemia

Penumpukan urea di kulit

insufisiensi ginjal

cadangan energi
angiotensin meningkat

Eritropoiten di ginjal

Retensi Na

Gangguan integritas kulit


SDM

Kelebihan volume cairan

Pucat, fatigue, malaise, anemia


Gangguan Nutrisi

Intoleransi aktifitas

kurang dari kebutuhan

E. Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 5 stadium menurut Laju Filtration Glomerolus:
-

Stadium 1 : kerusakan pada ginjal, tetapi laju filtration Glomerolus


masih dalam batas normal > 90 ml/menit

Stadium 2 : kerusakan ginjal dengan penurunan ringan LFG (LFG


> 60-89 ml/menit

Stadium 3 : penurunan sedang LFG (LFG 30-59 ml/menit)

Stadium 4 : penurunan berat LFG (LFG 15-29)

Stadium 5 : stadium akhir/terminal, gagal ginjal < 15 ml/menit

Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance


Creatinin Test ) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatinin serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
F.

Manifestasi Klinis
1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat
badan berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas
dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem
yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin
juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :
hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem
renin - angiotensin aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem
pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi
pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah,
dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler

Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi


perikardiac dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan
irama jantung dan edema.
b. Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak,
suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan
metabolisme protein dalam usus, perdarahan pada saluran
gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu
digerakan), burning feet syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar,
terutama ditelapak kaki), tremor, miopati (kelemahan dan
hipertropi otot otot ekstremitas.
e. Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning kuningan
akibat penimbunan urokrom, gatal gatal akibat toksik, kuku tipis
dan rapuh.
f. Gangguan endokrin
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan
metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan
natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia,
hipokalsemia.
h. System hematologi

anemia

yang

disebabkan

karena

berkurangnya

produksi

eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum sum


tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup
eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan
fungsi trombosis dan trombositopeni.
G. Pemeriksaan Penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka
perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun
kolaborasi antara lain :
1. Laboratorium :
a. Laju Endap Darah
Meninggi yang diperberat

oleh

adanya

anemia,

dan

hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah


retikulosit yang rendah.
b. Ureum dan kreatini
Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin
kurang lebih 20 : 1. Perbandingan meninggi akibat pendarahan
saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang ketika ureum
lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens
Kreatinin yang menurun.
c. Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan.
Hiperkalemia: biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama
dengan menurunya dieresis
d. Hipokalemia dan hiperfosfatemia
Terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3 pada GGK.
e. Phosphate alkaline
Meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama isoenzim
fosfatase lindi tulang.
f. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
Umumnya disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah
protein.

g. GDS meningkat, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada


gagal ginjal ( resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan
perifer).
h. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph
yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun,
PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam
organic pada gagal ginjal.
2. Radiology
Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal ( adanya
batu atau adanya suatu obstruksi ). Dehidrasi karena proses diagnostic
akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan
tidak puasa.
3. Intra Vena Pielografi (IVP)
Untuk menilai system pelviokalisis dan ureter.
4. USG
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih dan prostat.
5. EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga
yaitu :
a) Konservatif
-

Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin

Observasi balance cairan

Observasi adanya odema

Batasi cairan yang masuk

b) Dialysis
-

Peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus kasus emergency, Sedangkan
dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat
akut

adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial

Dialysis)
-

Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis
dilakukan

melalui

daerah

femoralis

namun

untuk

mempermudah maka dilakukan :


-

AV fistule : menggabungkan vena dan arteri

Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi


ke jantung )

c) Operasi
-

Pengambilan batu

transplantasi ginjal
Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka
seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.

II. Konsep Dasar asuhan Keperawatan GGK( Gagal Ginjal Kronik)


A. Pengkajian
1.

Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia
muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.

2.

Keluhan utama

Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan


(anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau
(ureum), gatal pada kulit.
3.

Riwayat penyakit
a.

Riwayat penyakit Sekarang: Diare, muntah, perdarahan, luka


bakar, reaksi anafilaksis, renjatan kardiogenik.

b.

Riwayat penyakit Dahulu : Riwayat penyakit gagal ginjal akut,


infeksi saluran kemih, payah jantung, hipertensi, penggunaan obatobat nefrotoksik, Benign Prostatic Hyperplasia, prostatektomi.

c.

Riwayat penyakit Keluarga: Adanya penyakit keturunan Diabetes


Mellitus (DM).

4.

Pemeriksaan fisik
a.

Tanda vital:

Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah,


hipertensi, nafas cepat dan dalam (Kussmaul),
dyspnea.

Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat


Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana
dapat mempengaruhi system saraf pusat
b.

Pemeriksan head to toe :


a) Kepala: Edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas
ureum.
b) Dada: Pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada.
c) Perut: Adanya edema anasarka (ascites).
d) Ekstrimitas: Edema pada tungkai, spatisitas otot.
e) Kulit: Sianosis, akaral dingin, turgor kulit menurun.

c.

Pemeriksaan B1-B6
a) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Gejala : Nafas pendek, dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk
dengan/tanpa sputum, kental dan banyak,

Tanda : Takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, Batuk


produktif dengan / tanpa sputum.
b) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri
dada atau angina dan sesak nafas, gangguan irama
jantung, edema.
Tanda : Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting
pada kaki, telapak tangan, Disritmia jantung, nadi
lemah halus, hipotensi ortostatik, friction rub
perikardial,

pucat,

kulit

coklat

kehijauan,

kuning.kecendrungan perdarahan.
c) Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran : Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent
sampai koma.
d) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning
tua dan pekat, tidak dapat kencing.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal
tahap

lanjut)

abdomen

kembung,

diare

atau

konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan)
oliguria atau anuria.
e) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup,
gastritis erosiva dan Diare
f)

Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki,
(memburuk

saat

malam

hari),

kulit

gatal,

ada/berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area
ekimoosis pada kulit, fraktur tulang, defosit fosfat

10

kalsium,pada

kulit,

jaringan

lunak,

sendi

keterbatasan gerak sendi.


5.

Pola aktivitas sehari-hari


a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi
dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang
dampak gagal ginjal kronik sehingga menimbulkan persepsi yang
negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi
prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu
adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
b. Pola nutrisi dan metabolisme : Anoreksi, mual, muntah dan rasa
pahit pada rongga mulut, intake minum yang kurang. dan mudah
lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan
klien.
Gejala ; Peningkatan berat badan cepat (oedema) penurunan berat
badan (malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah,
bau mulut (amonia)
Tanda : Gangguan status mental, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran,
kejang, rambut tipis, kuku rapuh.
c. Pola Eliminasi
Eliminasi uri : Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine
kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap
lanjut) abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan)
oliguria atau anuria.
Eliminasi alvi : Diare.
d. Pola tidur dan Istirahat : Gelisah, cemas, gangguan tidur.
e. Pola Aktivitas dan latihan : Klien mudah mengalami kelelahan dan

11

lemas menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktivitas


sehari-hari secara maksimal.
Gejala : kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise,.
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
f. Pola hubungan dan peran.
Gejala : kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran).
g. Pola sensori dan kognitif.
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati /
mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik/tidak, klien
mengalami disorientasi/ tidak.
h. Pola persepsi dan konsep diri.
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya
perawatan,

banyaknya

biaya

perawatan

dan

pengobatan

menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran


pada keluarga (self esteem).
i. Pola seksual dan reproduksi.
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual,
gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada
proses ejakulasi serta orgasme.
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas.
j. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping.
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor
stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,
karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain lain, dapat
menyebabkan klien tidak mampu menggunakan mekanisme koping
yang konstruktif / adaptif.

12

Gejala : faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekuatan,
Tanda: menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
serta

gagal

ginjal

kronik

dapat

menghambat

klien

dalam

melaksanakan ibadah maupun mempengaruhi pola ibadah klien.


B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan
cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama konduksi jantung,
akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi jaringan lunak.
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
penurunan volume urine, retensi cairan dan natrium.
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia, mual muntah
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder:
kompensasi melalui alkalosis respiratorik
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang
tidak adekuat, keletihan
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan tindakan medis
(hemodialisa) b.d salah interpretasi informasi

NO
1

Tujuan & Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan selama
3x24 jam diharapkan Tidak

Intervensi

1. Auskultasi suara
jantung dan
terjadi penurunan curah jantung,
paru. Evaluasi
dengan Kriteria hasil: tekanan
adanya edema,
darah sistole antara 100 140
perifer, kongesti
dan diastole antara 70 90
vaskuler dan
mmHg, frekuensi nadi antara 60

13

Rasional

1. Adanya edema
paru, kongesti
vaskuler, dan
keluhan dispnea
manunjukan
adanya
renal

- 100, nadi perifer yang kuat,


capilary refill time yang baik.

keluhan dispnoe.
failure.
2. Monitor tekanan 2. Hipertensi yang
darah, nadi, catat
signifikan
bila ada
merupakan
perubahan
akibat
dari
tekanan darah
gangguan renin
akibat perubahan
angiotensin dan
posisi.
aldosteron.
Tetapi ortostatik
hipotensi juga
dapat
terjadi
akibat
dari
defisit
intravaskular
fluid.
3. Hipertensi dan
3. Kaji adanya
Chronic renal
keluhan nyeri
failure
dapat
dada, lokasi dan
menyebabkan
skala keparahan.
terjadinya
myocardial
infarct.
4. Kelemahan
4. Kaji tingkat
dapat
terjadi
kemampuan
akibat dari tidak
klien
lancarnya
beraktivitas.
sirkulasi darah.

C. Rencana keperawatan
2. Gangguan keseimbangan volume cairan berhubungan dengan penurunan
volume urine, retensi cairan dan natrium.
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi kelebihan volme cairan
sistemik
Kriteria : klien tidak sesak nafas edema ekstremitas berkurang, piting
edema(-), produks urine > 600 ml/hr
Intervensi
1. Kaji adanya edema ekstremitas

rasional
1. Curiga

gagal

kongestif/kelebihan volume

14

2. Istirahatkan klien untuk tirah barig


pada saat edema masih terjadi

cairan.
2. Menjaga

klien

dalam

keadaan tirah baring selama


beberapa

hari

mungkin

diperlukan

untuk

meningkatkan diuresis yang


bertujuan
3. Kaji tekanan dara

udeme.
3. Sebagai

mengurangi
salah

untuk

satu

cara

mengetahui

peningkatan jumlah cairan


yang dapat diketahui dengan
meningkatkan beban kerja
jantung

yang

dapat

di

ketahui dari meningkatnya


tekanan darah.
4. Penurunan curah jantung,

4. Ukur intake dan output

mengakibatkan
ferfungsi

gangguan

ginjal,

retensi

natrium air dan penurunan


urine out put.
5. Prubahan tiba-tiba dari berat

5. Timbang berat badan

6. Berikan oksigen tambahan dengan


kanula

nasal/

masker

sesuai

badan

menunjukkan

gangguan

keseimbangan

cairan.
6. Meningkatkan
oksigen

untuk

sediaan
kebutuhan

miokard untuk melawan efek

dengan indikasi

hipoksia/ iskemia.
7. Natium
meningkatkan
7. Kolaborasi:
Berika diet tanfa garam

retensi

cairan

meningkatkan

Berikan diet rendah protein

15

plasma.

dan
volume

tinggi kalori

Diet rendah protein untuk


menurunkan

insufisiensi

renal dan retensi nitrogen

Berikan

diuretik,

furosemide

yang

contoh:

akan

meningkatan

BUN. Diet tinggi kalori

spironolakton,

untuk cadangan energi dan

hidronolakton.

mengurangi

katabolismeprotein.
Diuretikberyujuan

Adenokortikosteroid,

menurunkan volume plasma

golongan prednison.

untuk

dan

menurunkan

cairan

Lakukan dialisis

jaringan

retensi
sehingga

menurunkan

resiko

terjadinya edema paru.


Adenokortikoseroid,
golongan
prednison,digunakan

untuk

menurunkan proteinuri.
Dialisis akan menurunkan
volume cairan yang berlebih.
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan
kriteria hasil: menunjukan BB stabil
Intervensi:
a. Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
b. Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat
mengubah

atau

menurunkan

intervensi

16

pemasukan

dan

memerlukan

c. Beikan makanan sedikit tapi sering


R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
d. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
e. Berikan perawatan mulut sering
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak
disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder:
kompensasi melalui alkalosis respiratorik
Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam
R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
c. Atur posisi senyaman mungkin
R: Mencegah terjadinya sesak nafas
d. Batasi untuk beraktivitas
R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau
hipoksia
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil :
-

Mempertahankan kulit utuh

Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit

Intervensi:
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler,
perhatikan kadanya kemerahan
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat
menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.

17

b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa


R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
c. Inspeksi area tergantung terhadap udem
R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
d. Ubah posisi sesering mungkin
R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi
buruk untuk menurunkan iskemia
e. Berikan perawatan kulit
R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit
f. Pertahankan linen kering
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk
memberikan tekanan pada area pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko
cedera
h. Anjurkan memakai pakaian katun longgar
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi
lembab pada kulit
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang
tidak adekuat, keletihan
Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Intervensi:
a. Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
b. Kaji fektor yang menyebabkan keletihan
c. Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
d. Pertahankan status nutrisi yang adekuat
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan tindakan medis
(hemodialisa) b.d salah interpretasi informasi.

18

a.

Kaji ulang penyakit/prognosis dan kemungkinan yang


akan dialami.

b.

Beri pendidikan kesehatan mengenai pengertian,


penyebab, tanda dan gejala CKD serta penatalaksanaannya
(tindakan hemodialisa ).

c.

Libatkan keluarga dalam memberikan tindakan.

d.

Anjurkan keluarga untuk memberikan support system.

e.

Evaluasi pasien dan keluarga setelah diberikan penkes.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan

19

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Sistem Perkemihan. Jakarta:


EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G xBare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI.

20

21

Anda mungkin juga menyukai