Anda di halaman 1dari 9

ABSTRAK Hubungan Teknik Menyusui dengan Terjadinya Lecet Puting Susu pada Ibu Nifas

Nikke Yulitama Menyusui adalah proses memberikan makanan pada bayi dengan menggunakan
air susu ibu langsung dari payudara ibu. ASI juga memberikan keuntungan dalam melindungi
bayi terhadap penyakit seperti diare, pneumonia, diabetes dan kanker. Dan tujuan penelitian ini
untuk mengetahui adanya hubungan teknik menyusui dengan terjadinya lecet puting susu pada
ibu nifas Jenis penelitian adalah survei analitik, dengan pendekatan cross sectional. Sampel
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang menyusui di Polindes Melati sebanyak 27
responden. Pada penelitian ini sampling yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan
tipe sampling jenuh / total sampling. Penelitian ini dilakukan selama 5 hari. Hasil penelitian yang
didapat dari 27 responden adalah sebagian besar ibu menyusui yang melaksanakan teknik
menyusuinya kurang sebanyak 12 responden (44,4%), dan sebagian besar yang mengalami lecet
puting susu sebanyak 19 responden (70,4%). Dari hasil chi sequare maka H1 diterima pada x2
hitung = 8,74 > x2 tabel = 5,99 artinya terdapat hubungan teknik menyusui dengan terjadinya
lecet puting susu pada ibu nifas. Responden yang mengalami lecet puting susu dikarenakan
sebelumnya responden tidak pernah mendapatkan informasi tentang masalah dalam menyusui.
Sedangkan responden yang tidak mengalami lecet puting susu, disebabkan karena responden
pernah melihat pengalaman dari teman, saudaranya atau bahkan petugas kesehatan yang
memberikan informasi dalam bentuk penyuluhan. Diharapkan responden lebih aktif mencari
informasi tentang teknik menyusui dan masalah dalam menyusui. Untuk profesi kebidanan hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam memotivasi ibu hamil dan ibu menyusui,
sehingga dapat melakukan teknik menyusui dengan baik dan benar tanpa mengalami masalah
pada saat menyusui secara ekslusif. Kata Kuncinya adalah teknik menyusui dan masalah
menyusui ABSTRACT Relationship Suckle Technique with Busters Arise Nipples Milk to
Mothers Nifas Nikke Yulitama Suckle is a proces give food to baby with using breast milk
mother live from the breast mother. ASI only given luch to saving baby against diseasa such as
diare, pneumonia, diabetes and cancer. And direction this experiments there is knowing
relationship suckle technique with busters arise nipples milk to mothers nifas. Kind of this
experiments is analitick survey, with approach cross sectional. Sample in this experiments are all
nifas mother wich suckle in Polindes Melati most 27 respondent. In this experiments using
sampling is nonprobability sampling with tipe satiated sampling/ total sampling. This
experiments during 5 days. The result from this experiments from 27 respondents are mostly

suckle mother doing the less suckle technique most 12 respondents (44,4%), and mostly wich
have busters arise nipples milk as 19 respondents (70,4%). From the result chi sequare si H1
accept to x2 count = 8,74 > x2 table = 5,99 means that have relationship suckle technique with
busters arise nipples milk to mothers nifas. Respondents wich have busters arise nipples milk
because before that respondents never get information about problem from suckle. While
respondent wich havent busters arise nipples milk, because respondent ever see experience from
friend, family or duty healthy wich give information by counseling. So its hope respondent more
active looking for information about suckle technique and the problem of suckle. For obstetric
this result from this experiments can made in the input on motivation pregnant woman and
suckle mother, so can do the suckle technique well and true without have problem when suckle
by exclusive. Key word are suckle technique and problem suckle. BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Menyusui adalah proses memberikan makanan pada bayi dengan
menggunakan air susu ibu langsung dari payudara ibu (Depkes, 2006). Air susu ibu (ASI)
memiliki semua nutrisi yang dibutuhkan bayi. ASI juga memberikan keuntungan dalam
melindungi bayi terhadap penyakit seperti diare, pneumonia, diabetes dan kanker. Dengan
menghisap ASI, bayi menjadi lebih dekat dengan ibu, membantunya merasa aman dan dilindungi
(Thompson, 2008). Masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui adalah teknik menyusui yang
tidak benar sehingga mengakibatkan lecet puting susu, dimana bayi tidak menyusu sampai ke
areola (Kristiyansari, 2009 : 54). Berdasarkan survei UNICEF, ibu yang menyusui bayinya
dengan ASI eksklusif 38%, di Amerika sekitar 75%, jumlah di Indonesia yaitu sekitar 7,8%,
sedangkan di Jawa Timur wilayah perkotaan 4 - 12%, sedangkan dipedesaan 4 25%
(www.blogspot.com, 2011), di Kabupaten Mojokerto (28,55%), di Kecamatan Sooko 25,32%
(Subdinkesga, 2008). Setelah dilakukan studi pendahuluan di Polindes Melati Desa Sooko
Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto pada bulan April 2011 menunjukkan bahwa dari 17 ibu
yang menyusui bayinya secara eksklusif, terdapat 15 ibu yang teknik menyusui salah, 12 ibu
mengalami masalah lecet puting susu dan 3 ibu lainnya tidak mengalami masalah. Dan dari 17
ibu yang menyusui, terdapat 2 ibu yang teknik menyusui yang benar, dan 5 ibu lainnya tidak
mengalami masalah lecet puting susu. Teknik menyusui yang baik dan benar adalah apabila
areola sedapat mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin
dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk ini, maka sudah cukup bila rahang
bayi supaya menekan tempat penampungan air susu (sinus laktiferus) yang terletak dipuncak

areola di belakang puting susu. Teknik salah, yaitu apabila bayi menghisap pada puting saja,
karena bayi hanya dapat menghisap susu sedikit dan pihak ibu akan timbul lecet-lecet pada
puting susu (Kristiyanasari, 2009 : 44). Puting susu yang lecet juga disebabkan oleh moniliasis
(infeksi yang disebabkan oleh monilia yang disebut candida) pada mulut bayi yang menular pada
puting susu, iritasi akibat membersihkan puting dengan sabun, lotion, krim, alkohol, bayi dengan
tali lidah pendek (frenulum lingue) sehingga sulit menghisap sampai areola dan hanya sampai
puting, dan cara menghentikan menyusu kurang hati-hati (Mansjoer, 2001 : 324). Teknik
menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar
optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk itu,
seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam
menyusui. Orang yang dapat membantunya adalah orang yang berpengaruh besar dalam
kehidupannya atau yang disegani, seperti suami, keluarga/kerabat terdekat dan perlu dibina
kelompok pendukung ASI di lingkungan masyarakat yang dapat menjadi sarana pendukung ibu
agar dapat menyusui bayinya dengan baik dan di bantu oleh tenaga kesehatan, serta diperlukan
pengetahuan mengenai teknik-teknik yang benar (Mansjoer, 2001 : 323). Dalam menyusui
usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada dibawah
langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang
terletak di bawah areola (Kristiyansari, 2009 : 44). Oleh karena itu, agar laktasi berjalan baik
diperlukan manajemen yang baik dalam laktasi, meliputi parawatan payudara, praktek menyusui
yang benar, serta dikenalinya masalah dalam laktasi dan penatalaksanaannya (Mansjoer, 2001 :
320). Berdasarkan uraian di atas maka perlu diadakan penelitian dengan judul

hubungan

teknik menyusui dengan terjadinya lecet puting susu pada ibu nifas di Polindes Melati Desa
Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada hubungan
teknik menyusui dengan terjadinya lecet puting susu pada ibu nifas di Polindes Melati Desa
Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto ? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1

Tujuan umum

Mengetahui adanya hubungan teknik menyusui dengan terjadinya lecet puting susu pada ibu
nifas di Polindes Melati Desa Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. 1.3.2
khusus 1.

Tujuan

Mengidentifikasi teknik menyusui pada ibu nifas di Polindes Melati Desa Sooko

Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. 2.

Mengidentifikasi terjadinya lecet puting susu

pada ibu nifas di Polindes Melati Desa Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. 3.
Menganalisis hubungan teknik menyusui dengan terjadinya lecet puting susu pada ibu nifas di

Polindes Melati Desa Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. 1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1

Bagi responden Sebagai informasi dan wawasan bagi ibu nifas yang menyusui,

sehingga ibu nifas dalam menyusui dapat melakukan teknik menyusui secara benar dan tanpa
masalah. 1.4.2

Bagi peneliti Menambah pengalaman penelitian dan mengetahui hubungan

teknik menyusui dengan terjadinya lecet puting susu pada ibu nifas di Polindes Melati Desa
Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. 1.4.3

Bagi profesi kebidanan Informasi

yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi profesi
kebidanan sehingga klien dapat mendapatkan pelayanan khususnya mengenai teknik menyusui
dan masalah-masalah menyusui seperti puting susu lecet, sehingga kinerja pelayanan yang di
berikan oleh tenaga kesehatan lebih berkualitas. 1.4.4

Bagi penelitian selanjutnya Sebagai

bahan perbandingan dan masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang pelaksanaan
teknik menyusui dengan terjadinya lecet puting susu pada ibu nifas yang menyusui, dengan jenis
penelitian lain atau penambahan variabel penelitian yang lebih lengkap dengan metode penelitian
yang berbeda misalnya, hubungan antara pengetahuan teknik menyusui dengan kejadian lecet
puting susu pada ibu primipara. 1.5 Batasan Penelitian Peneliti hanya meneliti tentang hubungan
teknik menyusui dengan terjadinya lecet puting susu pada ibu nifas di Polindes Melati Desa
Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto, sedangkan faktor-faktor lain yang menyebabkan
terjadinya lecet pada puting susu tidak dilakukan penelitian. BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN 4.1

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian yang dilakukan di

Desa Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Barat

: Desa Kedungmaling Sebelah Utara

: Desa Brangkal Sebelah Selatan

: Desa Jambuwok Sebelah Timur

: Desa Watesumpak Fasilitas dan sarana yang ada di Polindes

Melati Desa Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto sebagai berikut: a.

Satu ruang

tunggu pasien dengan fasilitas 2 kursi panjang, satu timbangan badan, satu meja dan kursi untuk
pengkajian data pasien. b.

Satu ruang tindakan medis dengan fasilitas tempat tidur pasien,

wastafel, meja konsultasi, almari tempat obat-obatan, kulkas penyimpan vaksin, timbangan bayi.
c.

Satu ruang nifas dengan fasilitas tiga tempat tidur pasien, tiga meja, dua bok bayi dan tiga

tempat duduk. d.

Satu ruang bersalin dengan fasilitas dua brankart, wastafel, satu almari oven

untuk penyeterilan alat bekas pakai, satu almari untuk menyimpan kain tenun, infuse, meja
almari untuk tempat bahan-bahan yang sudah di sterilkan. e.

Satu kamar mandi wastafel,

empat timba untuk larutan klorin dan sampah medis dan non medis, satu bak mandi dengan

ukuran persegi, satu bak untuk memandikan bayi, dan WC jongkok. 4.2
4.2.1

Hasil Penelitian

Data umum Pada data umum disajikan tentang data demografi yang meliputi umur,

pendidikan, pekerjaan dan jumlah persalinan. a.

Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu di Polindes Melati Desa Sooko Kecamatan
Sooko Kabupaten Mojokerto pada Tanggal 21 - 25 Juli 2011 . No Umur (tahun) Frekuensi
Persentase (%) 1 < 20 Tahun 3 11,1 2 20-35 tahun 18 66,7 3 > 35 Tahun 6 22,2 Jumlah 27 100
Sumber : Data Primer, 2011 Berdasarkan dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berumur 20-35 tahun sebanyak 18 responden (66,7%). b. Karakteristik responden
berdasarkan pendidikan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu di Polindes
Melati Desa Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto pada Tanggal 21 - 25 Juli 2011. No
Pendidikan Frekuensi Persentase (%) 1 SD 3 11,1 2 SLTP 11 40,7 3 SLTA 9 33.3 4 PT 4 14,8
Jumlah 27 100 Sumber : Data Primer, 2011 Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian
besar responden mempunyai latar belakang pendidikan SLTP sebanyak 11 responden (40,7%).
c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pekerjaan Ibu di Polindes Melati Desa

Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto pada

Tanggal 21 - 25 Juli 2011. No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) 1 Ibu Rumah Tangga 12 44,4
2 Swasta 8 29,6 3 Wiraswasta 5 18,5 4 PNS 2 7,4 Jumlah 27 100 Sumber : Data Primer, 2011
Berdasarkan dari Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar respoden bekerja ibu
rumah tangga sebanyak 12 responden (44,4%). d. Karakteristik responden berdasarkan
persalinan Tabel : 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Persalinan di Polindes Melati Desa
Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto pada Tanggal 21 - 25 Juli 2011. No Persalinan
Frekuensi Persentase (%) 1 Primipara 21 77,8 2 Multipara 6 22,2 Jumlah 27 100 Sumber : Data
Primer, 2011

Berdasarkan dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

primipara sebanyak 21 responden ( 77,8% ). Data khusus a. Teknik menyusui Tabel

4.5

Distribusi Frekuensi Teknik Menyusui di Polindes Melati Desa Sooko Kecamatan Sooko
Kabupaten Mojokerto pada Tanggal 21 - 25 Juli 2011. No Teknik Menyusui Frekuensi Persentase
(%) 1 Kurang 12 44,4 2 Cukup 5 18,5 3 Baik 10 37,1 Jumlah 27 100 Sumber : Data Primer, 2011
Berdasarkan dari Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
melaksanakan teknik menyusui kurang sebanyak 12 responden (44,4%). b. Lecet puting susu
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Lecet Puting Susu di Polindes Melati Desa Sooko Kecamatan
Sooko Kabupaten Mojokerto pada Tanggal 21 - 25 Juli 2011. No Lecet puting susu Frekuensi

Persentase (%) 1 Lecet 19 70,4 2 Tidak Lecet 8 29,6 Jumlah 27 100 Sumber : Data Primer, 2011
Berdasarkan dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
mengalami lecet puting susu sebanyak 19 responden (70,4%). c. Hubungan teknik menyusui
dengan terjadinya lecet puting susu pada ibu nifas Tabel 4.7 Tabulasi Silang Hubungan Teknik
Menyusui dengan Terjadinya Lecet Puting Susu pada Ibu Nifas di Polindes Melati Desa Sooko
Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto pada Tanggal 21 - 25 Juli 2011. No Teknik Menyusui
Lecet Puting Susu Total Lecet Tidak Lecet F % F % F % 1 Kurang 12 100 0 0 12 100 2 Cukup 2
40 3 60 5 100 3 Baik 5 50 5 50 10 100 Total 19 70,4 8 29,6 27 100 Sumber : Data Primer, 2011
Berdasarkan dari Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 19 responden (70,4%) yang
mengalami lecet puting susu terdapat 12 responden (100%) yang melaksanakan teknik menyusui
kurang, 2 reponden (40%) yang melaksanakan teknik menyusui cukup, dan 5 responden (50%)
yang melaksanakan teknik menyusui yang baik. Sedangkan 8 responden (29,6%) yang tidak
mengalami lecet puting susu terdapat 0 responden (0%) yang melaksanakan teknik menyusui
kurang, 3 responden (60%) yang melaksanakan teknik menyusui cukup, dan 5 responden (50%)
yang melaksanakan teknik menyusui dengan baik. 4.3
menyusui

Pembahasan 4.3.1

Teknik

Berdasarkan dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang

melaksanakan teknik menyusui kurang sebanyak 12 responden (44,4%), cukup sebanyak 5


responden (18,5%), dan baik sebanyak 10 responden (37,1%). Teknik menyusui yang kurang,
tampak pada hasil penelitian dimana responden melakukan teknik menyusui < 5 parameter, dari
penelitian ini kebanyakan responden hanya melakukan 4 dari 10 parameter teknik menyusui
1,4,6, dan 8 yaitu parameter ke-1 mengatur posisi berbaring miring atau duduk dengan posisi
santai, ke-4 tangan kanan menyangga payudara kiri dan menekan areola, ke-6 mendekatkan
kepala bayi kepayudara, dan ke-8 menyusu pada payudara yang belum terkosongkan. Teknik
menyusui yang baik dan benar adalah apabila areola sedapat mungkin semuanya masuk ke dalam
mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang areolanya besar. Untuk ini,
maka sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan tempat penampungan air susu (sinus
laktiferus) yang terletak dipuncak areola di belakang puting susu. Teknik salah, yaitu apabila
bayi menghisap pada puting saja, karena bayi hanya dapat menghisap susu sedikit dan pihak ibu
akan timbul lecet-lecet pada puting susu (Kristiyansari, 2009 : 44). Responden yang dapat
melakukan teknik menyusui yang benar didasarkan pada taraf pendidikan dan pengetahuan yang
baik. Terlihat pada tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar responden mempunyai latar belakang

pendidikan SLTP yaitu sebanyak 11 responden (40,7%). Jadi, dari penelitian ini masih banyak
responden yang masih belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang teknik menyusui
yang benar dan juga pengalaman dalam menyusui bayinya, sehingga responden belum mampu
untuk malaksanakan teknik menyusui yang benar. Karena dari pengalaman dan penelitian,
ternyata pendidikan merupakan dasar pengetahuan yang harus dimiliki seseorang, hal ini berarti
jika semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima dan mengakses
informasi baru.

Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu

menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau
bayi enggan menyusu. Maka dari itu, seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya
dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat membantunya adalah orang
yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau yang disegani, seperti suami, keluarga/kerabat
terdekat dan perlu dibina kelompok pendukung ASI di lingkungan masyarakat yang dapat
menjadi sarana pendukung ibu agar dapat menyusui bayinya dengan baik. Dapat juga dibantu
oleh tenaga kesehatan dengan cara memberikan penyuluhan tentang teknik menyusui yang benar.
4.3.2

Terjadinya lecet puting susu pada ibu nifas Berdasarkan dari tabel 4.6 menunjukkan

bahwa sebagian besar responden yang mengalami lecet puting susu sebanyak 19 responden
(70,4%) dan 8 responden (29,6%) yang tidak mengalami lecet puting susu. Ibu yang mengalami
lecet puting susu disebabkan karena teknik menyusui yang salah, tapi dapat juga disebabkan oleh
thrush (candidates) atau dermatitis. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sebagian
besar areola dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan
lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola.
Apabila bayi hanya menghisap pada puting saja, maka akan mengakibatkan puting lecet
(Kristiyansari, 2009 : 44) Responden yang sebagian besar mengalami lecet puting susu, mungkin
karena sebelumnya responden tidak pernah mendapatkan informasi tentang masalah-masalah
dalam menyusui, sehingga responden mengalami masalah tersebut. Sedangkan responden yang
tidak mengalami lecet puting susu, hal ini mungkin disebabkan karena responden pernah melihat
pengalaman dari teman atau saudaranya atau bahkan dari petugas kesehatan yang memberikan
informasi dalam bentuk penyuluhan. Terjadinya lecet puting susu pada responden
dilatarbelakangi oleh pengalaman dan informasi yang pernah didapatkannya. Lingkungan
memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal
yang baik juga dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada pada sifat kelompoknya. Maka dari

itu responden harus memiliki kemampuan untuk mengolah informasi yang diberikan oleh
petugas kesehatan melalui penyuluhan-penyuluhan masalah menyusui. 4.3.3
teknik menyusui dengan terjadinya lecet puting susu pada ibu nifas

Hubungan

Berdasarkan dari tabel

4.7 menunjukkan bahwa dari 19 responden (70,4%) yang mengalami lecet puting susu terdapat
12 responden (100%) yang melaksanakan teknik menyusui kurang, 2 reponden (40%) yang
melaksanakan teknik menyusui cukup, dan 5 responden (50%) yang melaksanakan teknik
menyusui yang baik. Sedangkan 8 responden (29,6%) yang tidak mengalami lecet puting susu
terdapat 0 responden (0%) yang melaksanakan teknik menyusui kurang, 3 responden (60%) yang
melaksanakan teknik menyusui cukup, dan 5 responden (50%) yang melaksanakan teknik
menyusui dengan baik.

Dari hasil uji chi square didapatkan nilai signifikansi = 8,74 pada

df = 2. Tingkat kemaknaan yang ditetapkan adalah pada = 0,05. Ketentuan yang ditetapkan
adalah jika x2 hitung > x2 tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima. Karena x2 hitung = 8,74 > x2
tabel = 5,99 maka H1 diterima yang artinya terdapat hubungan teknik menyusui dengan
terjadinya lecet puting susu pada ibu nifas di Polindes Melati Desa Sooko Kecamatan Sooko
Kabupaten Mojokerto. Keadaan diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan teknik menyusui yang
salah dapat mengakibatkan terjadinya lecet puting susu atau masalah lain dalam menyusui, tetapi
lecet puting susu dapat juga disebabkan oleh perawatan payudara yang salah misalnya
membasuh payudara terutama putting susu dengan menggunakan sabun, thrush (candidates), dan
dermatitis. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kristiyansari (2009) bahwa
sebagian besar areola mamme harus sedapat mungkin masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu
berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan
ASI yang terletak dibawah areola. Apabila bayi hanya menghisap pada puting saja, maka akan
mengakibatkan lecet puting susu. Jadi, dari penelitian ini masih banyak responden yang belum
melaksanakan teknik menyusui yang benar, maka sebagian besar masih mengalami lecet puting
susu, mungkin karena sebelumnya responden tidak pernah mendapatkan informasi tentang teknik
menyusui yang benar dan masalah-masalah dalam menyusui, sehingga responden mengalami
masalah tersebut. Sedangkan responden yang tidak mengalami lecet puting susu, hal ini mungkin
disebabkan karena responden pernah melihat pengalaman dari teman atau saudaranya atau
bahkan petugas kesehatan yang memberikan informasi dalam bentuk penyuluhan.

Upaya

yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan teknik menyusui yang baik adalah
dengan pemberian pendidikan/ penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh peneliti dan petugas

kesehatan terutama tentang teknik menyusui yang benar dan masalah yang terjadi jika teknik
menyusui ibu nifas kurang. Agar ibu nifas juga lebih memperhatikan masalah dalam menyusui,
dan dimana mereka akhirnya akan berupaya untuk dapat melaksanakan teknik menyusui yang
baik. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1.

Pelaksanaan teknik menyusui

di Polindes Melati Desa Sooko Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto menunjukkan data
bahwa sebagian besar responden melakukan teknik menyusui yang kurang sebanyak 12
responden (44,4%). 2.

Terjadinya lecet puting susu di Polindes Melati Desa Sooko Kecamatan

Sooko Kabupaten Mojokerto menunjukkan data bahwa sebagian besar responden yang
mengalami lecet puting susu sebanyak 19 responden (70,4%). 3.

Terdapat hubungan teknik

menyusui dengan terjadinya lecet puting susu pada ibu nifas di Polindes Melati Desa Sooko
Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. 5.2

Saran 5.2.1

Bagi responden Diharapkan

dari hasil penelitian ini responden dapat melaksanakan teknik menyusui yang benar yang telah
di ajarkan oleh peneliti. Dan datang ke posyandu untuk mendapatkan informasi tentang teknik
menyusui yang benar, terutama dari tenaga kesehatan sehingga dapat memotivasi responden
untuk lebih dapat melakukan teknik menyusui yang benar tanpa mengalami masalah-masalah
dalam menyusui. 5.2.2

Bagi peneliti Diharapkan dari hasil penelitian ini peneliti dapat lebih

meningkatkan aktivitas peneliti dalam pembelajaran. Dan memberikan motivasi kepada


responden untuk lebih memperhatikan cara menyusui yang baik agar tidak terjadi masalah dalam
menyusui seperti lecet putting susu. 5.2.3

Bagi profesi kebidanan Diharapkan dari hasil

penelitian ini tenaga kesehatan (bidan) tetap aktif dalam memberikan penyuluhan dan bimbingan
serta motivasi pada ibu hamil dan ibu menyusui, sehingga dapat melakukan teknik menyusui
dengan baik dan benar pada saat menyusui secara ekslusif, sehingga meminimalkan terjadinya
lecet puting susu. 5.2.4

Bagi penelitian selanjutnya Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat

dikembangkan bagi perkembangan ilmu kebidanan pada khususnya dan ilmu pengetahuan pada
umumnya. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi masukan dalam bentuk karya tulis ilmiah yang
dapat

dijadikan

referensi

bagi

para

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

penelitian

selanjutnya.

Kirimkan

In

Anda mungkin juga menyukai