Anda di halaman 1dari 8

The Case Study of The Organization of The

Firm:
Methodes of procuring Inputs, and
Managerial Compensation and The
principal-Agent Problem
Wahyu S, Adib Aprilianur, Mohamad Hidayat Rifai,Ira Iryani, Dhea
Alifia
Master of Management Gajah Mada University
Abstrak: Dalam studi kasus ini pembahasan akan difokuskan
pada bagaimana menganalisis dan membuat keputusan untuk
menentukan pilihan ekonomi terkait masukan melaui pasar spot,
kontrak,

atau

integrasi

vertikal.

direpresentasikan dalam kasus

Permaslahan

perusahaan Dhea

itu

Catering.

Selanjutnya, kasus itu akan berkaitan juga dengan masalah


investasi khusus serta bagaimana hal itu menyebabkan biaya
tawar menwar yang mahal, kurang investasi atau masalah hold
up. Selain itu, paper ini menawarkan kasus yang berbeda untuk
masalah stake holder perusahaan; pekerja, manajer dan pemilik
perusahaan.

Untuk

kasus

kedua

ini

membahas

masalah

perushaan PT. ABS. Dari kasus ini kita dapat mengkaji bagaimana
perusahaan dapat memastikan masukan tenaga kerja, termasuk
manajer dan juga pekerja, memberikan usaha maksimum yang
konsiten dengan kemampuannya.
Abstract: This case will focus on how to anlyse and make a
dicision

to

determine

economic

choises

related

to

spot

exchange, acquire inputs under a contract and produce the


inputs internally. This is represented by the problem of Dhea

Catering. Then, the Case will also be related to

types of

specialized invesments, and how it causes costly bergaining,


Underinvestment dan the hold-up problem. On other hand, the
paper offers the different case of the stake-holder of the
company; workers, managers, and owners. For the second case,
it will discuss company problems in PT. ABS. This can learn about
how the firm can snsure that labor inputs, including managers
and workers, put forth the maximum effort consistent with their
capabilities.
Key Words: economic choises; Procuring inputs; labor input;
dicipline managers.
A. Pendahuluan
Seorang
diperlukan

manajer
dalam

dalam

memperoleh

produksi

harus

masukan

yang

mempertimbangkan

penggunaan metode biaya terkecil. Dalam hal ini manajer harus


dapat menganalsis situasi dan kondisi untuk menentukan apakah
perusahaan membeli masukan dengan menggunakan pasar spot,
melalui sebuah kontrak atau menghasilkan masukan secara
internal. Dalam penentuan kebijakan ini acuannya adalah fungsi
biaya, yaitu biaya seminimum mungkin untuk memproduksi
setiap keluaran (output). Seperti yang tergambar dalam kurva di
bawah ini:

Biaya

Fungsi Biaya Minimum


A

100
B

80

Keluaran

10

Selain itu, dalam organisasi perusahaan perlu diperhatikan pula


mengenai masalah input dalam sumberdaya manusia dari mulai
manajer dan para pekerja. Untuk mengoptimalkan pendapatan
perusahaan maka tenaga kerja di perusahaan tersebut harus
memberikan usaha yang optimal. Sedangkan untuk membuat
sumberdaya manusia memberikan usahanya yang maksimal
untuk

perusahaan,

dibutuhkan

metode

bagaimana

supaya

pekerja bekerja seoptimal mungkin. Maka dari pada itu, untuk


memahami lebih lanjut mengenai masukan sumberdaya manusia
ini akan disajikan pula dalam study kasus. Penyajian study kasus
kami

bagi

dua

bagian,

kasus

pertama

difokuskan

pada

permasalahan yang berkaitan dengan pengadaan masukan dan


yang kedua difokuskan dalam masalah kompensasi manajerial
dan masalah keagenan.

B. Studi Kasus I
Dalam hal ini Dhea Cathering merupakan perusahaan
Cathering terbesar di Jogja. Setiap harinya menyediakan catering
untuk kebutuhan makan siang karyawan perusahaan-perusahaan
3

yang ada di Jogja total yang harus disediakan 5000 porsi. Untuk
memenuhi produksi 5000 porsi itu, Dhea Catering membutuhkan
Satu ton daging ayam dan satu ton sayuran yang harus
diantarkan setiap harinya pada maksimal pada pukul 05.00 pagi.
Permasalahannya, sebagai seorang manajer bagaimanakah
metode pengadaan masukan untuk memnuhi kebutuha catering
tersebut

yang

paling

menguntungkan

untuk

perusahaan?

Bagaimana analisis pengambilan keputusan mengenai metode


masukan tersebut?
Analasis:
Meskipun
merupakan

daging

produk

ayam

yang

untuk

relatif

Dhea

Cathering

terstandarisasi,

ini

namun

pengantaran bahan baku daging ayam dan sayuran sebanyak


satu ton itu melibatkan investasi khusus (dalam bentuk aset
yang didedikasikan) baik bagi Dhea Cathering maupun bagi
pemasok. Secara khusus, Dhea Cathering akan menghadapi
masalah hold up jika pemasok tiba pukul 05.00 pagi dan
mengancam tidak menurunkan daging jika Dhea Catering tidak
membayar dengan harga yang dilebihkan dari biasanya, akan
sulit menemukan pemasok lain yang dapat memasok kuantitas
daging dan sayuran yang diinginkan dalam waku singkat.
Pemasok itu bahkan bisa saja memberikan daging dan sayuran
dengan kualitas inferior. Oleh karena itu Dhea Cathering tidak
terproteksi dari oportunisme, tawar menawar, dan kurangnya
investasi dalam kualitas ketika ia menggunakan pasar spot untuk
memperoleh kuantitas daging ayam dengan kuantitas yang
besar. Dan sebenarnya, hal itu juga bakal bisa terjadi hold up
bagi pemasok jika, pada saat pemasok itu tiba dan ternyata
Dhea Cathering berprilaku oportunis dengan meminta lebih dari

satu pemasok untuk memenuhi kebutuhan hariannya maka


pemasok akan memberikannya dengan harga rendah daripada
membiarkannya busuk.
Lalu bagaimana jika perusahaan membuat investasi khusus
dengan membuat divisi yang khusus menghasilkan daging ayam
satu ton perhari. Namun kodisi ini tidak memungkinkan dan
tentunya oportunity cost lebih tinggi untuk melakukan input
dengan metode dan akan membutuhkan sumberdaya yang jauh
lebih besar. Oleh karena itu, metode yang paling tepat untuk
kasus ini adalah dengan mebuat kontrak. Kedua belah pihak
membuat

kesepakatan

dalam

hal

speksipikasi

tertentu.

Sehingga, kedua belah pihak tidak akan dirugikan. Untuk


masalah pemilihan pemasok yang paling murah maka Dhea
Catering dapat melakukan tender dengan memilih pemassok
yang lebih siap dalam memenuhi kebutuhan Dhea Catering dan
menawarkan harga lebih rendah. Kita dapat menghitung biaya
kontrak dari perjanjian itu, Dhea Cathering memperkirakan
bahwa banyaknya waktu yang diperkukan oleh para pengacara,
L, mempunyai hubungan dengan jumlah tahun pada kontrak,
sedemikan rupa sehingga L=Y2 yang mana Y adalah jumlah tahun
untuk kontrak .
C. Studi Kasus 2
Kasus kedua terjadi pada perusahaan Rental, PT. Syarifudin Car. Pada perusahaan
ini terdapat 100 mobil Toyota Alphard, 200 Mitsubishi Pajero Sport, dan 500
Mobil kijang Inova dan 1000 mobil Toyota All New Avanza. Market share dari
perusahaan ini adalah masyarakat di Bandung Jawa Barat. Setiap bulannya mobil
yang keluar (dirental) tentunya membutuhkan perwatan berupa servis dan lainnya.
Anda adalah seorang manajer yang harus menentukan apakah servis untuk mobil
rental ini menggunakan pasar spot dengan memilih jasa servis dari bengkelbengkel yang ada. Dengan menggunakan pasar spot akan ada banyak kendala
5

yang dihadapi contohnya, kualitas servis tidak sesuai dengan harapan, harga yang
terlalu tinggi karena bengkel berlaku oportunis dengan kebutuhan perusahaan
yang mendesak, jangka waktu yang tidak bisa sesuai dengan keinginan
perusahaan, maka dalam kasus ini pasar spot tidak tepat untuk jadi pillihan
manajer dalam melakukan perawatan mobil perusahaan.
Selanjutnya, analisis ditujukan untuk pembuatan kontrak dengan bengkel
tertentu yang sesuai spesipikasi dari perusahaan. Termasuk jarak dari perusahaan
ke bengkel. Dengan kontrak akan terjamin dari hold up dan oportunis satu sama
lain. Biaya pembuatan kontrak tentu saja akan berkaitan erat dengan panjangnya
waktu kontrak yang akan dibuat. Namun dalam kasus ini, ketika servis dilakukan
menggunakan perusahaan lain dengan kontrak masih akan ada peluang terjadinya
prilaku oportunis dari bengkel tersebut. Adanya celah untuk melakukan banding
the rule ketika kontrak yang dibuat tidak spesipik dan tidak lengkap. Selain itu,
biaya perawatan tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan, contohnya ketika mobil
hanya membutuhkan perawatan sederhana saja mungkin bengkel akan
mengkategorikan sebagai servis biasa sehingga biaya servis akan tetap sama. Oleh
karena itu, menurut kelompok kami, untuk perusahaan rental dengan jumlah
mobil yang sebanyak itu lebih tepat ketika manajer membuat keputusan dengan
integrasi vertikal. Perusahaan membuat divisi baru yang khusus menangani servis
mobil. Perusahaan merekrut montir dan menyediakan kebutuhan servis bisa sesuai
kebutuhan perusahaan. Dengan metode integrasi vertikal ini, perusahaan akan
dapat menghemat berbagai biaya servis mobil. Selain itu, perusahaan dapat
mengendalikan waktu dan kebutuhan dari servis mobil renta itu, sehingga biaya
produksi bisa lebih murah dan keuntungnan perusahaan meningkat.
D. Studi Kasus 3
Pada studi kasus 3 disini terkait beberapa hal yang mendisiplinkan manajer
salah satunya adalah insentif eksternal yaitu reputasi. Reputasi adalah suatu nilai
yang diberikan kepada individu, institusi atau negara. Reputasi tidak bisa
diperoleh dalam waktu singkat karena harus dibangun bertahun-tahun untuk
menghasilkan sesuatu yang bisa dinilai oleh publik. Reputasi pada dasarnya

adalah nama baik yang dinilai dari pihak eksternal dan internal. Menurut Gaotsi
dan Wilson (2001), reputasi adalah evaluasi semua stakeholder terhadap
organisasi sepanjang waktu yang didasarkan atas pengalaman stakeholder tersebut
dengan organisasi.
Untuk membentuk reputasi yang baik seorang manajer memerlukan waktu yang
cukup lama dalam menjalankan kinerjanya dalam membangun perusahaan. Dalam
hal ini reputasi dianggap menjadi kekuatan yang mendisiplinkan manajer,
dikarenakan seorang manajer berpikir bahwa reputasi akan dianggap lebih baik
dari pada hal lain. Sebagai contoh Josh adalah seorang manajer di sebuah
perusahaan PT. ABS, selama kurun waktu 10 tahun Josh bekerja secara maksimal
dan dianggap perusahaan menjadi seorang yang berperan penting dalam
keberlangsungan perusahaan tersebut. Usaha yang dilakukan Josh tersebut juga
membuat perusahaan PT. ABS memiliki citra yang baik dimata perusahaan
lainnya yang sejenis.
Keberhasilan Josh membuat citra PT. ABS yang baik dalam jangka reputasi ini
dapat dijual premium di pasar manajer, yang mana perusahaan-perusahaan lain
bersaing atas hak merekrut manajer terbaik. Dari kasus Josh ini jika dia resign dan
dia menginginkan untuk masuk ke perusahaan yang baru maka akan memiliki
kemudahan dalam hal tersebut dikarenakan dengan adanya reputasi yang dimiliki
oleh Josh.

E. Studi Kasus 4
Pada studi kasus 4 ini yang akan dibahas adalah terkait solusi untuk masalah keagenan
untuk para pekerja. Kasus yang diangkat adalah jam waktu dan cek spot. Hal ini juga
menjadi salah satu cara yang cukup baik untuk solusi keagenan yang terjadi. Secara lanjut
kasus akan dibahas sebagai berikut.
Dubai - Betapa kagetnya Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum saat dirinya
melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke salah satu kantor pemerintah dan tidak
menemui satupun pegawai yang bertugas. Al Maktoum adalah Wakil Presiden dan

Perdana Menteri Uni Emirat Arab dan Emir Dubai. Pemimpin berusia 67 tahun tersebut
melakukan sidak ke Kantor Departemen Pertanahan dan Departemen Pembangunan
Ekonomi pada hari pertama kerja, yaitu hari Minggu (28/8) pagi. Di kantor yang
seharusnya sibuk tersebut, Al Maktoum hanya menemukan meja-meja kosong.
"Dia ingin mengirimkan pesan bahwa disiplin waktu dimulai dari atasan. Kami
tidak akan mengejar karyawan kalau atasannya saja tidak ada di tempat," kata Mona AlMarri, Dirjen Kantor Urusan Media Pemerintah Dubai. Sidak Al-Maktoum tersebut
diunggah ke akun Twitter Kantor Urusan Media Pemerintah Dubai. Al-Maktoum adalah
seorang pemimpin yang sering melakukan sidak dalam rangka memperbaiki layanan
pemerintahan.

Referensi
Njururi, Edwin,

Determenants of Employee Productivity in

Kenyas Private Limited Companies in Manufacturing Sector.


International journal of economics, comerce and management.
Vol iv, issu 10, 2016
Michael R. Baye, Managerial Economics and Business Strategy,
3e. The McGraw-Hill Companies, Inc. , 1999

Anda mungkin juga menyukai