PREEKLAMSIA BERAT
Disusun Oleh:
dr. Shorea Sylviana Puteri
Pembimbing:
dr. I Putu Abdi Wirakusuma, SpOG
Dokter Internsip
Periode 17 Februari 2015 16 Februari 2016
Puskesmas Negara RSUD Brigjend H. Hasan Basry
Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Kalimantan Selatan
BORANG PORTOFOLIO
No. ID dan Nama Peserta : dr. Shorea Sylviana Puteri
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Brigjend H. Hassan Basry
Kandangan HSS
Topik
: Preeklamsia Berat
Tanggal Masuk RS
2016
: 4 Januari
Presenter
: dr. Shorea
Syviana Puteri
Tanggal Pemeriksaan : 4
Januari 2016
Tanggal presentasi :
Tempat presentasi :
Obyektif presentasi :
Keilmuan
Pustaka
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bumil
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Deskripsi
: Seorang wanita hamil G1P0A0 berusia 20 tahun datang ke
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Brigjend H. Hasan Basry rujukan dari
puskesmas Negara dengan mules, lender darah (+), ketuban merembes berwarna
hijau, pusing, dengan tekanan darah 180/120
Tujuan
Bahan
bahasan :
Tinjauan
Pustaka
Riset
Kasus
Audit
Cara
membahas :
Diskusi
Presentasi dan
diskusi
Pos
Data Pasien:
Nama
: Ny. S
Umur
: 20 tahun
Jenis Kelamin: Wanita
Alamat
: Desa Sungai Mandala rt.4
Rekam Medis: 139263
Data Utama untuk bahan diskusi: Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan
pada tanggal 4 Januari 2016. Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada
pasien.
1. Diagnosis / gambaran klinis : Pasien hamil G1P0A0 hamil lewat bulan, datang
dengan mules, lendir darah (+), merembes cairan berwarna hijau, pusing,
pasien memiiki tekanan darah tinggi saat kehamilan
2. Riwayat Kontrol : Pasien biasa control kehmilan di puskesmas, tekana darah
terakhir 180/120
3. Riwayat Persalinan : Pasien hamil anak pertama, abortus (-)
4. Riwayat Penyakit dahulu : Hipertensi (-), asma (-), alergi (-), penyakit jantung
(-)
Daftar Pustaka:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Objektif:
pemeriksaan
fisik
dilakukan
pada
tanggal
KU: lemah
Suhu: 36,60 C
b. Pemeriksaan sistemik
Kulit:
Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis.
Kepala:
Mesosefal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
Mata:
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
diameter 2 mm, refleks cahaya +/+ normal, mata cekung (-/-)
THT:
Tidak ada kelainan.
Mulut:
Mukosa mulut dan bibir tidak kering.
Leher :
Tidak ada kelainan.
KGB:
Tidak teraba pembesaran KGB pada leher, axilla, dan inguinal.
Thoraks:
Jantung :
I: ictus cordis tak tampak
Pa: ictus cordis teraba di SIC IV linea midclav sinistra
Pe: konfigurasi jantung dalam batas normal
A: BJ I-II murni, bising (-), gallop (-)
Paru :
I: simetris statis = dinamis
Pa: stem frenitus kanan = kiri
Pe: sonor seluruh lap. paru
A: SDV (+/+), ST (-)
Abdomen:
Ekstremitas:
Ekstremitas
Akral hangat
Edema
Sianosis
Superior
+/+
-/-/-
Inferior
+/+
-/-/-
Pemeriksaan Obstetri :
Tinggi badan : 148 cm
Berat badan : 49 kg
Perkiraan lahir : 25/12/2015
TFU : 22, pungung kiri, presentasi kepala
Djj : 150x/menit, HIS (+) kuat
Vagina toucher : pembukaan 2-3 cm, potio edema, ketuban (-), kepala di
hodge 3
CTG : dd : 150x/menit
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap: pada tanggal 4 Januari 2016
HASIL
NILAI
RUJUKAN
SATUAN
Hemoglobin
12,2
14.0 18.0
g/dl
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Tombosit
MCV, MCH, MCHC
MCV
MCH
MCHC
HITUNG JENIS
Gran%
Limfosit%
MID%
Gran#
Limfosit#
MID#
KIMIA
GULA DARAH
Glukosa Darah
Sewaktu
HATI
SGOT
SGPT
GINJAL
Ureum
Creatinin
hbsag
CT
BT
13,5
4,27
37,7
303
4.0 10.5
4,50 6,00
40-50
150 450
Ribu/ul
Juta/ul
Vol%
Ribu/ul
88,2
28,6
324
80.0 97.0
27.0 32.0
32.0 38.0
Fl
Pg
%
67,9
21,3
10.8
9,2
21,3
1,5
50.0-70.0
25.0-40.0
4.0-11.0
2.50-7.00
1.25-4.0
%
%
%
ribu/ul
ribu/ul
ribu/ul
90
<200
mg/dl
10
5
0-46
0-45
U/l
U/l
3,2
0,62
10-50
0.7-1.4
mg/dl
mg/dl
620
20
4-7
1-3
Menit
Menit
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
URINALISA (SEDIMEN)
Leukosit
Eritrosit
protein
Epithel
Bakteri
Kristal
Lain-lain
Blood 3
+3
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
1+
Negatif
Negatif
Negatif
PENDAHULUAN
Indonesia saat ini sedang menghadapi krisis tantangan global yang tidak ringan,
maka dari itu Indonesia berkomitmen mencapai Millenium Development Goals
(MDGs) dengan maksud manusia sebagai fokus utama program pembangunan. Dari
semua target yang ingin dicapai MDGs, khususnya tentang kinerja penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) secara global
masih rendah, sehingga perlu target pada tahun 2015 dimana AKI sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup. Diharapkan
dengan mengetahui sedini mungkin faktor-faktor risiko untuk terjadinya komplikasi
selama kehamilan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Hal ini
masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus untuk
mewujudkan MDGs.1
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tentang angka
kematian ibu di seluruh dunia, ternyata terdapat 5 keadaan obsetrik yang menjadi
penyebab kematian ibu, yaitu perdarahan post partum, sepsis, preeklampsiaeklampsia, jalan lahir sempit dan aborsi. Angka kejadian terjadinya preeklampsia
diperkirakan 3,2% dari di setiap angka kelahiran. Angka ini memberikan total sekitar
lebih dari 4 miliar kasus per tahunnya di seluruh dunia. Berdasarkan studi yang
dilakukan oleh WHO tahun 2011, dengan peserta wanita yang hamil atau wanita
hamil yang mengakhiri kehamilannya di periode antara tahun 1997-2002, terdapat
sekitar 14,9% wanita meninggal dengan preeklampsia. Selain itu preeklampsia
merupakan pembunuh nomor satu penyebab kematian ibu di Amerika Latin sebanyak
25,7%, disusul oleh Afrika dan Asia sebanyak 9,1%. Penelitian ini menjadi salah satu
bukti bahwa preeklampsia merupakan penyebab kematian ibu yang paling serius,
selain perdarahan di seluruh negara, terutama negara yang sedang berkembang.2,3,4
Di Indonesia sendiri tingginya angka kematian ibu menjadi agenda kesehatan
yang paling utama. Berdasarkan Maternal Mortality Ratio, perkiraan terjadi 300400
kematian ibu per 100,000 kelahiran, ini artinya wanita Indonesia meninggal setiap
jamnya karena kehamilan. Hal ini juga diperkuat menurut Survei Demografi dan
kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan target yang ingin dicapai oleh pemerintah
pada tahun 2015 dimana AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, angka
tersebut masih tergolong tinggi.3,5
Beragam pendapat telah diutarakan dalam pemahaman preeklampsia secara
mendasar dan telah dilakukan pula berbagai penelitian untuk memperoleh
penatalaksanaan yang dapat dipakai sebagai dasar pengobatan untuk preeklampsia.
Namun demikian, preeklampsia tetap menjadi satu di antara banyak penyebab
morbiditas dan mortalitas ibu dan janin di Indonesia, sehingga masih menjadi kendala
dalam penanganannya. Oleh karena itu diagnosis dini preeklampsia yang merupakan
tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan anak. Perlu ditekankan bahwa sindrom
preeklampsia ringan dengan hipertensi, edema, dan proteinuri sering tidak diketahui
atau tidak diperhatikan; pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari
tanda preeklampsia sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan
eklampsia, di samping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain.6,7
Untuk menurunkan angka kematian karena eklampsia ini, maka ketersediaan
akses untuk memperoleh Antenatal Care (ANC) minimal secara rutin dilakukan 4
kali selama periode masa kehamilan sangat penting. Karena hal ini dapat memberikan
pengaruh
positif
pencegahan, pengamatan dini, dan terapi sangat penting untuk mencegah angka
kematian pada ganguan ini.8
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Preeklampsia ialah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan / atau
edema akibat dari kehamilan setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan.9, 10,11
Sebelumnya, edema termasuk ke dalam salah satu kriteria diagnosis
preeklampsia, namun sekarang tidak lagi dimasukkan ke dalam kriteria
diagnosis, kecuali edema anasarka yang bisa ditandai dengan kenaikan berat
badan >500 gr/minggu.12
Hipertensi umumnya timbul terlebih dahulu dari pada tanda-tanda lain.
Kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik 140/90 mmHg dapat membantu
ditegakkannya diagnosis hipertensi. Penentuan tekanan darah dilakukan
minimal 2 kali dengan jarak waktu 4 jam pada keadaan istirahat.12,13
Proteinuria ditandai dengan ditemukannya protein dalam urin 24 jam
yang kadarnya melebihi 0.3 gram/liter atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan
1+ atau 2+ atau 1 gram/liter atau lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan
kateter atau midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.
Umumnya proteinuria timbul lebih lambat, sehingga harus dianggap sebagai
tanda yang serius.10,11
Walaupun edema tidak lagi menjadi bagian kriteria diagnosis preeklampsia, namun adanya penumpukan cairan secara umum dan berlebihan di
jaringan tubuh seperti pretibia, dinding perut, lumbosakral, wajah dan tangan
harus tetap diwaspadai. Edema dapat menyebabkan kenaikan berat badan
tubuh. Normalnya, wanita hamil mengalami kenaikan berat badan sekitar 500
gr per minggu, 2000 gr per bulan, atau 13 kg selama kehamilan. Apabila
kenaikan berat badannya lebih dari normal, perlu dicurigai timbulnya preeklampsia.10,11,13
Preeklampsia pada perkembangannya dapat berkembang menjadi
eklampsia, yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma. Eklampsia dapat
1. Faktor Trofoblast
Semakin banyak jumlah trofoblast semakin besar kemungkinan terjadinya
Preeklampsia. Ini terlihat pada kehamilan Gemeli dan Molahidatidosa. Teori
ini didukung pula dengan adanya kenyataan bahwa keadaan preeklampsia
membaik setelah plasenta lahir.
2. Faktor Imunologik
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul lagi
pada kehamilan berikutnya. Secara Imunologik dan diterangkan bahwa pada
kehamilan pertama pembentukan Blocking Antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna, sehingga timbul respons imun yang tidak
menguntungkan terhadap Histikompatibilitas Plasenta. Pada kehamilan
berikutnya, pembentukan Blocking Antibodies akan lebih banyak akibat
respon imunitas pada kehamilan sebelumnya, seperti respons imunisasi.
3. Faktor Hormonal
Penurunan hormon Progesteron menyebabkan penurunan Aldosteron
antagonis, sehingga menimbulkan kenaikan relative Aldoteron yang
menyebabkan retensi air dan natrium, sehingga terjadi Hipertensi dan
Edema.
4. Faktor Genetik
Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Preeklampsia / eklampsia
bersifat diturunkan melalui gen resesif tunggal. 2 Beberapa bukti yang
menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian Preeklampsia-Eklampsia
antara lain:
a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.
b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi PreeklampsiaEklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita PreeklampsiaEklampsia.
c. Kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-Eklampsia pada
anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat Preeklampsia-Eklampsia dan
bukan pada ipar mereka.
5. Faktor Gizi
Menurut Chesley (1978) bahwa faktor nutrisi yang kurang mengandung
asam lemak essensial terutama asam Arachidonat sebagai precursor sintesis
Prostaglandin akan menyebabkan Loss Angiotensin Refraktoriness yang
memicu terjadinya preeklampsia.
6. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
F. Diagnosis
Dikatakan preeklampsia berat bila dijumpai satu atau lebih tanda/gejala
berikut :10,11,18
1. TD 160 / 110 mmHg
2. Proteinuria > 5 gr / 24 jamatau kualitatif 3+ / 4+
3. Oliguria 500 ml / 24 jam disertai kenaikan kadar kreatinin darah
4. Peningkatan kadar enzim hati dan / atau ikterus
5. Gangguan visus dan cerebral
6. Nyeri epigastrium
7. Edema paru atau sianosis
8. Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat (IUFGR)
9. HELLP Syndrom (H = Hemolysis, E = Elevated, L = Liver enzyme, LP =
Low Platelet Counts)
Impending eklampsia bila dijumpai tanda/ gejala berikut :10,11
K. Diagnosis Banding
Diagnosis banding preeklampsia berat , yaitu :6,16
1. Kehamilan dengan sindrom nefrotik
2. Kehamilan dengan payah jantung,
3. Hipertensi Kronis
4. Penyakit Ginjal
5. Edema Kehamilan
6. Proteinuria Kehamilan,
L. Penatalaksanaan
1. Penanganan di Puskesmas
Mengingat terbatasnya fasilitas yang tersedia di puskesmas, maka secara
prinsip, kasus-kasus preeklampsia berat dan eklampsia harus dirujuk ke tempat
pelayanan kesehatan dengan fasilitas yang lebih lengkap. Persiapan-persiapan yang
dilakukan dalam merujuk penderita adalah sebagai berikut :7
1. Menyiapkan surat rujukan yang berisikan riwayat penderita.
2. Menyiapkan partus set dan tongue spatel (sudip lidah).
3. Menyiapkan obat-obatan antara lain: valium injeksi, antihipertensi, oksigen,
cairan infus dextrose/ringer laktat.
4. Pada penderita terpasang infus dengan blood set.
5. Pada penderita eklampsia, sebelum berangkat diinjeksi valium 20 mg/iv, dalam
perjalanan diinfus drip valium 10 mg/500 cc dextrose dalam maintenance
drops. Selain itu diberikan oksigen, terutama saat kejang, dan terpasang tongue
spatel.
2. Penanganan di Rumah Sakit
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia
berat selama perawatan, maka perawatan dibagi menjadi:10,11,19
Keadaan Ibu:
Keadaan Janin
b. Pengobatan Medisinal
-
Segera MRS.
Antasida.
Obat-obatan :
Anti kejang:
i.
Diazepam
Digunakan bila MgSO4 tidak tersedia, atau syarat pemberian MgSO4
tidak dipenuhi. Cara pemberian: Drip 10 mg dalam 500 ml, max. 120
mg/24 jam. Jika dalam dosis 100 mg/24 jam tidak ada perbaikan, rawat
di ruang ICU.
iii.
Diuretika
Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru,
payah jantung kongestif atau edema anasarka, serta kelainan fungsi
ginjal. Diberikan furosemid injeksi (Lasix 40mg/im).
iv.
Anti hipertensi
Indikasi pemberian antihipertensi bila TD sistolik >160 mmHg
diastolik > 110 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis <
105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi
plasenta. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada
umumnya.
-
v.
Kardiotonika
Lain-lain :
-
c. Pengobatan obstetrik
Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu :
i.
Induksi persalinan :
-
amniotomi
tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 atau lebih dan dengan
fetal heart monitoring.
ii.
Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari 5) atau
adanya kontraindikasi tetesan oksitosin.
Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria.
ii.
Fase aktif :
-
Amniotomi saja
Kala II
Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus
buatan vakum ekstraksi/forcep ekstraksi. Amniotomi dan tetesan oksitosin
dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan
medisinal. Pada kehamilan <37 minggu; bila keadaan memungkinkan,
terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk maturasi paru janin dengan memberikan
kortikosteroid.
2. Perawatan Konservatif
a. Indikasi perawatan konservatif
-
b. Pengobatan medisinal :
-
c. Pengobatan obstetri :
-
Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dahulu
MgSO4 20% 2 gram intravenous.
Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia ringan :
penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklampsia ringan
(diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).
3. Penatalaksanaan Eklampsia
Eklampsia merupakan kelanjutan dari preeklampsia berat disertai semakin
tingginya angka kematian maternal dan perinatal. Tambahan gejala eklampsia
adalah menurunnya kesadaran sampai dengan koma dan terjadi konvulsi. Terapi
eklampsia dengan konvulsi bertujuan untuk mencegah terjadi konvulsi terlalu
lama, mencegah agar konvulsi berkurang, menyelamatkan jiwa maternal dengan
pengobatan Magnesium sulfat.10,11,18
a. Prinsip pengobatan :
-
Mencegah komplikasi
i.
Mg SO4
Fiksasi badan di tempat tidur harus cukup longgar agar jangan fraktur
Monitor kesadaran dan dalamnya koma dan tentukan skor tanda vital
Pada koma yang lama bila nutrisi parenteral tidak mungkin maka
berikan dalam bentuk NGT
ii.
iii.
Infus D5%
Pemberian kalori
Mencegah komplikasi
Obat-obat antihipertensi
Diberikan
pada
penderita
TD
160/110
mmHG
atau
lebih
(nifedipine,catapres)
-
Diuretika : hanya diberikan atas indikasi edema paru dan kelainan fungsi
ginjal
iv.
v.
Kortikosteroid
Oksigen
Morfin
Furosemid
Terminasi kehamilan
Stabilisasi : 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan di bawah ini
-
2. Mencari
pada
setiap
pemeriksaan
tanda-tanda
preeklampsia
dan
Antioksidan primer
Antioksidan primer berperan untuk mencegah pembentukan radikal bebas
baru dengan memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk
yang lebih stabil. Contoh antioksidan primer, ialah enzim superoksida
dimustase (SOD), katalase, dan glutation dimustase.
Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder berfungsi menangkap senyawa radikal serta
mencegah terjadinya reaksi berantai. Contoh antioksidan sekunder
diantaranya yaitu vitamin E, Vitamin C, dan -karoten.
Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan jaringan
yang disebabkan oleh radikal bebas. Contohnya yaitu enzim yang
memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksida reduktase.13,21
KESIMPULAN
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Penyebab preeklampsia sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti,
sehingga penyakit ini disebut dengan The Diseases of Theories. Beberapa faktor
yang berkaitan dengan terjadinya preeklampsia adalah : Faktor Trofoblast, Faktor
Imunologik, Faktor Gizi, Faktor Genetik, Faktor Hormonal, Peran Prostasiklin dan
Tromboksan. Jumlah Kematian ibu antara 9.8%-25.5%, kematian bayi 42.2% -48.9%.
Dikatakan preeklampsia berat bila dijumpai satu atau lebih tanda/gejala
berikut : TD 160 / 110 mmHg, proteinuria > 5 gr / 24 jamatau kualitatif 3+ / 4+,
Oliguria 500 ml / 24 jam, peningkatan kadar enzim hati dan / atau ikterus, nyeri
kepala frontal atau gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, edema paru atau
sianosis, pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat (IUFGR), HELLP Syndrom
(H = Hemolysis, E = Elevated, L = Liver enzyme, LP = Low Platelet Counts) dan
Koma.
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia
berat selama perawatan, maka perawatan dibagi menjadi : (1) Perawatan aktif yaitu
kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medicinal (segera
rawat di ruangan yang terang dan tenang, terpasang infus Dx/RL, tirah baring miring
ke satu sisi, diet cukup protein, rendah KH-lemak dan garam, berikan anti kejang, anti
hipertensi, dll) (2) Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan
ditambah pengobatan medicinal.