TINJAUAN TEORI
dengan
adanya
bercak-bercak
infiltrat
yang
disebabkan
oleh
sokus alveolaris. Bila ditinjau dari traktus respiratorius, maka yang berfungsi sebagai
konduksi adalah trakea, bronkus utama, bronkus lobaris, bronkus segmental, bronkus
subsegmental, bronkus terminalis, bronkiolus, dan bronkiolus nonrespiratorius.
Organ yang bertindak sebagai respirasi adalah bronkiolus respiratorius, bronkiolus
terminalis, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveoli. Percabangan trakea sampai
kepada sakus alveolaris dapat diklasifikasikan sebagai berikut : bronkus utama
sebagai percabangan utama, bronkus lobaris sebagai percabangan kedua, bronkus
segmental sebagai percabangan ketiga, bronkus subsegmental sebagai percabangan
keempat, hingga sampai bagian yang keenam belas sebagai bagian yang berperan
sebagai konduksi, sedangkan bagian percabangan yang ketujuh belas sampai ke
sembilan belas yang merupakan percabangan bronkiolus respiratorius dan
percabangan yang kedua puluh sampai kedua puluh dua yang merupakan
percabangan duktus alveolaris dan sakus alveolaris adalah percabangan terakhir yang
seluruhnya merupakan bagian respirasi.
3. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.
Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa.
b. Virus
kultur
sensifitas
dilakukan
untuk
mengidentifikasikan
organisme perusak.
5. Patofisiologi
Umumnya bakteri penyebab terhisap keparu perifer melalui saluran nafas.
Mula-mula terjadi edema karena reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan
penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami
konsolidasi yaitu terjadi serbukan sel polimorfonuklear, fibrin, eritrosit, cairan udema
dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah.
Selanjutnya terjadi deposisi fibrin ke permukaan pleura, terdapatnya fibrin dan
leukosit polimorfonuklear di alveoli dan terjadinya proses fagositosis yang cepat.
Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Akhirnya jumlah sel makrofag di
alveoli meningkat, sel akan berdegenerasi dan fibrin menipis, kuman dan debris
menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi.
Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.
Antiobiotik yang diberikan sedini mungkin dapat memotong perjalanan penyakit
hingga stadium khas yang diuraikan di atas tidak terlihat lagi. Beberapa bakteri
tertentu lebih sering menimbulkan gejala tertentu bila dibandingkan dengan bakteri
lain. Demikian pula bakteri tertentu lebih sering ditemukan pada kelompok umur
tertentu. Misalnya Streptococus Pnemoniae biasanya bermanifestasi sebagai bercakbercak konsolidasi merata diseluruh lapangan paru, namun pada anak besar atau
remaja dapat berupa konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris).
Pneumatokel atau abses-abses kecil sering disebabkan oleh streptokokus
aureus pada neonatus atau bayi kecil karena streptokokus aureus menghasilkan
berbagai toksin dan enzim seperti hemolizin, leukosidin, stafilokinase, dan
koagulase. Toksin dan enxim ini menyebabkan nekrosis, perdarahan dan kavitasi,
koagulase berinteraksi dengan faktor plasma dan menghasilkan bahan aktif yang
mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin hingga terjadi eksudat fibrinopurulen.
Terdapat korelasi antara produksi koagulase dan virulensi kuman stafilokokus yang
tidak menghasilkan koagulase jarang menimbulkan penyakit yang serius.
Pneumatokel dapat menetap sampai ber bulan-bulan tetapi biasanya tidak
memerlukan terapi lebih lanjut.
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV (7 12 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorbsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
6. Manifestasi Klinis
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
1) Nyeri pleuritik
2) Nafas dangkal dan mendengkur
3) Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1) Mengecil, kemudian menjadi hilang
2) Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif
i. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat 4
j. Gelisah
k. Sianosis
1) Area sirkumoral
2) Dasar kuku kebiruan
7. Komplikasi
a. Otitis media akut (OMA) terjadi jika tidak diobati maka sputum yang berlebihan
akan masuk kedalam tuba eusthacii sehingga menghalangi masuknya udara
saluran
udara
pada
bronkus
terpajan pada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya
rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun,
serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.
2) Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untuk bernafas, penggunaan
otot bantu pernafasan ( misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra klatikula,
melebarkan hidung)
3) Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk
barel), gerakan difragma minimal.
4) Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan
dasar kuku abu- abu keseluruhan.
b. Sistem kardiovaskuler
1) Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
2) Tanda : Peningkatan tekanan darah Peningkatan frekuensi jantung / takikardi
Berat, disritmia Distensi vena leher (penyakit berat) edema dependen, tidak
berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung redup ( yang
berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada).
c. Sistem pencernaan
1) Gejala : Mual / muntah Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema)
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
2) Tanda : Turgor kulit buruk Berkeringat Palpitasi abdominal dapat
menyebabkan hepatomegali.
d. Sistem persarafan
1) Gejala : sakit kepala dengan frontal
2) Tanda : perubahan mental
e. Sistem muskuloskeletal
1) Gejala: Kelelahan, malaise, aktivitas menurun, ketidakmampuan untuk tidur,
dispnea.
2) Tanda: Keletihan, gelisah, kelemahan.
f. Sistem imun dan hematologi
Gejala: Riwayat alergi atau sensitif terhadap zat / faktor lingkungan, adanya
infeksi berulang.
g. Sistem integumen
Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer. Pucat
dapat menunjukan anemia.
3. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Obstruksi jalan nafas :
spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas
buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan
nafas.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler
aveolar
Perencanaan
Intervensi
Rasional
1. Kaji frekuensi 1. Takipneau,
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Bersihan jalan nafas tidak Setalah
efektif
dengan
berhubungan dilakukan
Obstruksi
jalan tindakan
kedalaman
pernafasan
pernafasan
dangkal,
dan
pergerakan dada
sekresi
dada
gerakan
tidak
dan
simetris
sering
karena
ketidaknyamana
alveolus,
adanya
benda bersihan
jalan
nafas
Kriteria hasil :
Menunjukan
jalan nafas paten
dengan
bunyi
nafas
bersih,
tidak
ada
dispenia
terjadi
gerakan
dinding
2. Auskultasi
area
paru,
catat
area
penurunan
aliran
udara
dan
bunyi
nafas
adventius.
krekels
2. Krekels,
ronki,
mengi terdengar
inspirasi dan /
Misalnya
dada
:
atau
ekspirasi
pada
respon terhadap
pengumpulan
cairan,
secret
kental,
dan
spasme
jalan
nafas/ obstruksi.
mengi.
3. Bantu pasien
latihan nafas
sering. Bantu
pasien
mempelajari
melakukan
batuk efektik
3. Nafas
dalam
memudahkan
ekspansi
maksimum
paru-
paru
Batuk
adalah
mekanisme
pembersihan
jalan
nafas
alami,
membantu silia
untuk
mempertahanka
4. Berikan
sesuai
indikasi
mukolitik,
ekspektoran,
bronkodilator,
analgesic
jalan
nafas
pasien.
4. Alat
untuk
menurunkan
spasme bronkus
dengan
mobilisasi
secret.
Analgesik
diberikan untuk
memperbaiki
batuk
dengan
menurunkan
ketidaknyamana
n tetapi harus
digunakan
secara hati- hati,
karena
dapat
menurukan
upaya batuk /
5. Berikan
cairan
sedikitnya
1000 ml/ hari
menekan
pernafasan.
5. Cairan
(khususnya
(kecuali
hangat)
kontraindikasi
memobilisasi
).
dan
Tawarkan
air
hangat
daripada
2.
perubahan
kapiler aveolar
sekret.
dingin
1. Kaji frekuensi, 1. Manifestasi
mengeluarkan
dengan dilakukan
membran tindakan
2x24
jam
pasien
kedalaman, dan
distress
kemudahan
pernafasan
bernafas
tergantung pada
Menunjukan
indikasi derajat
perbaikan
keterlibatan
ventilasi
dan
oksigen jaringan
dengan
dalam
kesehatan
GDA
umum
2. Sianosis
rentang 2. Observasi
normal
dan
warna
kulit,
menunjukan
vasokonstriksi
membrane
distress
mukosa,
pernafasan
kuku.
Kriteria Hasil :
adanya sianosis
Berpartisipasi
perifer
pada
sirkulasi sentral
tindakan
kuku
dan
Catat
atau
atau
tubuh
respon
terhadap
demam
menggigil.
Namun, sianosis
daun
untuk
telinga,
membrane
memaksimalkan
mukosa,
oksigenasi
kulit
dan
sekitar
mulut
menunjukan
hipoksemia
sistemik.
3. Takikardia
3. Awasi
frekuensi
jantung / irama.
biasanya
ada
karena demam/
dehidrasi. Tetapi
juga
dapat
merupakan
respon terhadap
hipoksemia.
4. tindakan
ini
4. Tinggikan
kepala
dan
dorong
untuk
mengingatkan
inspirasi
maksimal,
sering
meningkatkan
mengubah
posisi,
nafas
dalam
dan
batuk efektif
5. Pertahankan
istirahat
tidur.
pengeluaran
secret
untuk
perbaikan
ventilasi.
5. Mencegah
terlalu lelah dan
Dorong
menurunkan
menggunakan
kebutuhan/
teknik relaksasi
konsumsi
dan
oksigen
aktifitas
senggang
untuk
memudahkan
perbaikan
3.
infeksi.
1. Kecepatan
1. Kaji
dengan dilakukan
frekuensi,
biasanya
tindakan
kedalaman
meningkat.
keperawatan
pernafasan
Dispnea
dan ekspansi
terjadi
Menunjukan
dada.
peningkatan
upaya
kerja
efektif
pernafasan,
Kedalaman
termasuk
pernfasan
kedalaman
penggunaan
bervariasi
rentang normal
otot
tergantung
dengan
frekuensi
dan
Catat
bantu/
dan
nafas.
pelebaran
nasal
2. Auskultasi
derajat
gagal
nafas
2. Bunyi
nafas
bunyi
nafas
menurun / tidak
dan
catat
adanya bunyi
nafas obstruksi
nafas
sekunder
adventius
terhadap
seperti
perdarahan,
krekels
atau
mengi
bekuan
atau
kolaps
jalan
nafas
kecil
atelektasis).
Ronki
dan
mengi
menyertai
obstruksi
nafas.
3. Duduk
3. Tinggikan
kepala
jalan
dan
tinggi
memungkinkan
ekspansi
bantu
mengubah
paru
dan
memudahkan
posisi
pernafasan
4. Kongesti
4. Observasi
pola
batuk
dan
karakteristik
sekret.
alveolar
mengakibatkan
batuk
kering/
iritasi.
Sputum
berdarah
dapat
diakibatkan oleh
kerusakan
jaringan ( infark
paru) atau anti
koagulan
berlebihan.
5. Memaksimalkan
bernafas
5. Berikan
menurunkan
oksigen
4.
Intoleransi
berhubungan
kerja nafas.
tambahan
1. Evaluasi
aktifitas Setelah
dengan dilakukan
respon
dan
1. Menetapkan
pasien
kebutuhan
terhadap
kemampuan
suplai
aktifitas. Catat
pasien
laporan
memudahkan
menunjukan
dispneu,
dalam
Peningkatan
peningkatan
pemilihan
toleransi
kelemahan, dan
intervensi.
terhadap
perubahan
aktivitas Kriteria
tanda
selama
oksigen
kebutuhan.
dengan keperawatan
dispneau,
berlebihan, dan
tanda
vital
dalam
rentang
normal
vital
dan
setelah aktifitas
2. Berikan
kelemahan
dan
lingkungan
2. Menurunkan
stress
tenang
dan
batasi
dan
rangsangan
berlebih
pengunjung
selama
akut
fase
sesuai
indikasi.
Dorong
penggunaaan
manajemen
stress
dan
pengalihan
yang tepat
3. Bantu pasien
memilih posisi
nyaman untuk
3. Pasien mungkin
nyaman dengan
kepala
tinggi
istirahat / tidur
4. Bantu aktivitas
perawatan diri
yang
atau
tidur
di
kursi
4. Menurunkan
keletihan
dan
membantu
diperlukan.
keseimbangan
Berikan
suplai
kemajuan
dan
kebutuhan
peningkatan
oksigen.
aktivitas
selama
fase
penyembuhan
5. Jelaskan
pentingnya
istirahat dalam
rencana
pengobatan
dan pentingnya
keseimbangan
antara aktivitas
dan istirahat.
5. Tirah
baring
dipertahankan
selama fase akut
untuk
menurunkan
kebutuhan
metabolik,
menghemat
energy
untuk
penyembuhan.
Pembatasan
aktivitas dengan
respon
individual
pasien terhadap
aktifitas
perbaikan
kegagalan
pernafasan.
dan