Anda di halaman 1dari 14

ABSTRAK

Terjadi di saat curah hujan cukup tinggi membasahi Kabupaten Lahat. Berulang
kali, areal pertambangan di Lahat menghadirkan banjir disertai dengan lumpur.
Sementara itu, konflik antar warga dengan perusahaan pertambangan di
Kabupaten Lahat juga bukanlah hal yang aneh. Naskah kebijakan pun dielitkan
untuk mengenai masalah banjir yang menghadang di Lahat ini dengan solusi
yaitu penghentian pemanfaatan batubara di Kabupaten Lahat, Penutupan
tambang batubara, dan pemulihan lingkungan hidup akibat pertambangan
batubara serta kegiatan pemulihan lingkungan hidup merupakan tanggung jawab
mutlak perusahaan tambang batubara, pada wilayah perizinannya. Kegiatan
pemulihan dipantau secara berkala oleh tim independen yang terdiri dari
pemerintah kota (Instansi Teknis) perwakilan warga, dan akademisi. Hasil
pemantauan dilaporkan kepada publik melalui media online dan media cetak
yang terjangkau oleh warga. Perusahaan pertambangan yang tidak melakukan
upaya dan kegiatan pemulihan lingkungan hidup di wilayah perizinan yang
pernh diperolehnya, diserahkan kepada penegak hukum untuk di tindaklanjuti
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sanksi dari
pemerintah kabupaten Lahat.

Latar Belakang

Sudah tak terlalu asing bila selalu mendengar keluhan dari warga kabupaten Lahat, "kalau
hujan tidak banjir, itu bukan lahat namanya serta musim kemarau kalau tidak berdebu juga
bukan Lahat", Begitu kata salah satu warga Kabupaten Lahat. Bahkan bila diajukan satu
pertanyaan tambahan, apa yang menjadi penyebab banjir serta bedebu di kabupaten Lahat,
maka 8 dari 10 orang akan mengatakan banjir dan debu di Kabupaten Lahat akibat tambang
Batubara. Lahat merupakan kota jasa dan perdagangan dan salah satu kota di urat nadi
perekonomian Sungai Lematang, sudah tak lagi menempatkan prioritas pembangunannya
pada sektor jasa dan perdagangan. Kurang dari 50 % wilayah Kabupaten Lahat telah diberi
perizinan kepada pertambangan batubara, baik yang dikeluarkan pemerintah pusat, maupun
pemerintah kabupaten.

Sejak digaungkan desentralisasi atau otonomi daerah, maka hampir setiap wewenang, sudah
diserahkan ke pemerintah kabupaten. Ruang ini yang kemudian digunakan oleh hampir setiap
pemerintah kabupaten untuk " memanfaatkannya", dengan dalih peningkatan pendapatan asli
daerah dan meuju kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Lahat kemudian mulai
mengobral kekayaan alamnya, utamanya batubara dengan memberikan perizinan yang
jumlahnya kian meningkat tiap tahunnya.

Kabupaten Lahat memiliki potensi batu bara yang tinggi. Potensi batu bara di kabupaten
tersebut saat ini mulai dieksplorasi oleh sejumlah perusahaan bahkan ada yang telah mulai
melakukan produksi. Asisten I Kabupaten Lahat Marwan Mansyur didampingi Kepala Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten Lahat Syarifudin Nur Syamsu, Sabtu (23/2) dalam
jumpa pers, mengatakan, potensi batu bara di Kabupaten Lahat berada di Kecamatan Merapi
Barat, Merapi Timur, Lahat, Pulau Pinang, Kikim Barat, Gumay Talang, dan Kikim Timur
yang potensinya sebesar 2,9 miliar ton. Menurut Marwan, untuk memanfaatkan potensi batu
bara yang begitu besar, Pemerintah Kabupaten Lahat memberikan izin kuasa pertambangan
(KP) kepada lima perusahaan di Kecamatan Merapi Barat dan Merapi Timur. Luas KP kelima
perusahaan tersebut sekitar 11.000 hektar. Staf Dinas Pertambangan Kabupaten Lahat Agus
Salman mengungkapkan, dua perusahaan yaitu PT Muara Alam Sejahtera dan PT Bara Alam
Utama telah mengajukan izin KP eksploitasi yang berarti sudah melewati tahap eksplorasi.

Luas KP PT Bara Alam Utama 799 hektar dan luas KP PT Muara Alam Sejahtera 2.400
hektar. Produksi batu bara dari dua perusahaan itu akan mencapai 1 juta ton per tahun, kata
Agus. Menurut Agus, tiga perusahaan lainnya, yaitu PT Mustika Indah Permai, PT Bukit Bara
Alam, dan PT Bumi Merapi Energi, masih dalam tahap eksplorasi namun akan segera
ditingkatkan ke tahap eksploitasi dan produksi. Agus menjelaskan, setelah dikeluarkan izin
oleh Pemerintah Kabupaten Lahat, maka dalam waktu enam bulan kedua perusahaan tersebut
harus sudah melakukan kegiatan eksploitasi.

Perusahaan yang sudah berproduksi adalah PT Batu Bara Lahat di Kecamatan Merapi Barat
dengan produksi 40.000 ton batu bara per bulan. Ke depan, produksi PT Batu bara Lahat akan
ditingkatkan menjadi 1 juta ton per tahun, ujarnya. Marwan Mansyur mengatakan,
pemberian izin KP terhadap lima perusahaan tersebut agar penambangan batu bara di
Kabupaten Lahat lebih maksimal. Kegiatan penambangan batu bara di Lahat selama ini
hanya dilakukan oleh PT Bukit Asam sehingga dinilai kurang maksimal. Setiap tahun, PT
Bukit Asam hanya mampu memproduksi sebanyak 2,2 juta ton per tahun, padahal seharusnya
bisa 9 juta ton per tahun. Kami melihat ada potensi yang belum digarap di Kecamatan Merapi
Barat dan Merapi Timur, kata Marwan. Menurut Marwan, Bupati Lahat akhirnya mencari
investor tambang batu bara dengan memberikan izin KP untuk lima perusahaan di wilayah
Kecamatan Merapi Barat dan Merapi Timur. Sesuai dengan undang-undang, ujar Marwan, di
era otonomi daerah, kepala daerah berhak mengatur dan menertibkan perizinan di bidang
pertambangan. Peningkatan produksi batu bara juga membuka peluang pembangunan
pembangkit listrik di Sumsel maupun di daerah lain di Indonesia.

Kabuapaten Lahat yang memiliki visi sebagai Kota jasa, industri, perdagangan dan
pemukimanyang Berwawasan lingkungan, telah semakin jauh dari visinya. Hal inilah yang
mendorong pentingnya untuk segera dilahirkan sebuah peraturan daerah tentang pengelolaan
bahant a m b a n g d i K a b u a a t e n L a h a t y a n g m e n j a m i n p e n i n g k a t a n k u a l i t a s
h i d u p w a r g a , s e r t a kesejahteraan warganya.

TUJUAN

Naskah kebijakan Peraturan Daerah tentang pengelolaan pertambangan Batubara di


Kabupaten Lahat , diharapkan akan menghasilkan sebuah peraturan daerah yang mampu
menjamin pengelolaan

pertambangan

yang

dapat

dilaksanakansecara

terintegrasi,

komprehensif,transparan, partisipatif dan akuntabel, sehingga tujuan pembangunan kota


dapat diwujudkandengan lebih efektif.

Daftar Permasalahan

Terjadi di saat curah hujan cukup tinggi membasahi Kabupaten Lahat. Berulang
kali, areal pertambangan di wilayah Kecamatan Merapi menghadirkan banjir disertai
dengan l u m p u r . S e m e n t a r a i t u , k o n f l i k a n t a r a w a r g a d e n g a n p e r u s a h a a n
p e r t a m b a n g a n d i K a b u p a t e n L a h a t j u g a b u k a n l a h h a l a n e h . Ter c a t a t
b e r u l a n g k a l i t e r j a d i k o n f l i k y a n g t e r j a d i , diantaranya di Desa Muara
Maung, Merapi, Sirah Pulau, Tanjung Baru, serta Perangai . Konflik pada umumnya
disebabkan akibat terlalu dekatnya areal pertambangan d e n g a n p e r m u k i m a n w a r g a ,
penggunaan jalan umum untuk angkutan batubara, hingga t e r j a d i n y a
limpasan

air

kolam

tambang

yang

berlumpur

ke

wilayah

p e r s a w a h a n d a n perumahan warga.

Kondisi banjir lumpur di Kabupaten Lahat, utamanya disebabkan akibat pembukaan lahan
untuk pertambangan batubara, yang kemudian juga tidak pernah dilakukannya reklamasi
kawasan pasca dilakukan penambangan. Pertambangan batubara di Lahat beroperasi
(eksploitasi) dengan metode open pit mining memiliki karakteristik kegiatan yang
merubah bentang alam, menghilangkan vegetasi awal, mengubah kontur lahan,
mengupas lapisan pucuk yang subur zat hara,menyebabkan polutan udara dan menghasilkan
limbah cair yang dapat bersifat asam(acid).

Hal inilah yang menjadi landasan dasar berbagai naskah kebijakan disusun oleh aparat yang
berwenang agar penggunaan dan pengolahannya terkontrol dan tidak melampaui batas.
Berikut daftar permasalahan yang terjadi di lapangan beserta kebijakannya:

Kebijakan yang Dipilih

1. Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup
Pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk membuat Kajian Lingkunagn Hidup Strategis
(KLHS), sebagaimana yang termuat dalam pasal 15-18, dimana KLHS berfungsi untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
Ditambahkan dalam pasal 19, perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS
dan diterapkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Dalam

rangka

melestarikan

fungsi

lingkungan

hidup,

pemerintah

daerah

wajib

mengembangkan dan menerapkan instrumen ekonomi lingkungan hidup,yang meliputi :


(a) Perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi
(b) Pendanaan lingkungan hidup
(c) Insentif dan/atau disinsentif
Instrumen perencanaan pembangunan diantaranya adalah neraca sumber daya alam dan
lingkungan hidup, penyusunan produk domestik regional bruto yang mencakup
penyusutan sumberdaya alam dan kerusakan lingkungan hidup,serta internalisasi biaya
lingkungan hidup.
Sedangkan

terhadap

Setiap

usaha

dan/atau

kegiatan

yang

berpotensi

menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem


dan kehidupan, dan/ataukesehatan dan keselamatan manusia wajib melakukan analisis risiko
lingkungan hidup.
Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama seluas-luasnya untuk berperan aktif
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dan setiap orang yang
memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapat dituntut secara
pidana maupun digugat secara perdata.Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib
melakukan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap izin
lingkungan , dan dapat mendelegasikan kewenangannya dalam melakukan pengawasan
kepada pejabat /instansi teknis yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan
pengelolaan

lingkungan

hidup.

Setiap

pejabat

berwenang

yang

dengan

sengaja

tidak melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
terhadap

peraturan

perundang-undangan

dan

izin

lingkungan,yang

mengakibatkan

terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang mengakibatkan hilangnya nyawa


manusia,dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2. Undang-Undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara


Wilayah pertambangan merupakan bagian dari tata ruang nasional yang menjadi
landasan bagi penetapan kegiatan pertambangan. Pemerintah daerah wajib melakukan
penyelidikandan penelitian pertambangan dalam rangka penyiapan wilayah pertambangan.
Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan dapat diberikan kepada pemegang
IUPdan IUPK apabila terjadi :
(a) keadaan kahar (Yang dimaksud keadaan kahar (force majeur), antara
l a i n , p e r a n g , kerusuhan sipil,pemberontakan, epidemi, gempa bumi, banjir,
kebakaran, dan bencana alam diluar kemampuan manusia.
(b) keadaan yang menghalangi sehingga menimbulkan penghentian sebagian atau
seluruhkegiatan usaha pertambangan, dan
(c) apabila kondisi daya dukung lingkungan wilayahtersebut tidak dapat menanggung
bebankegiatan operasi produksi sumberdaya mineral dan /atau batubara yang
dilakukan di wilayahnya. Apabila penghentian sementara kegiatan usaha
pertambangan diberikan karena kondisi daya dukung lingkungan wilayah
sebagaimana dimaksud dalam pasal 113 ayat (1) huruf c, kewajiban pemegang
IUP dan IUPK terhadap pemerintah dan pemerintah daerah tetap berlaku.

3. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Pemerintah

Kota

memiliki

kewenangan

penyelenggaraan

p e n a t a a n r u a n g m e l i p u t i pengaturan, pembinaan, pengawasan, pelaksanaan dan


kerjasama penataan ruang antar kota. Masyarakat memiliki hak untuk berpartisipasi
dalam penyusunan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Proses penataan ruang diwajibkan untuk ada nya partisipasi warga sejak
a w a l r e n c a n a penataan ruang dibuat. Selain itu, warga juga memiliki hak untuk
melakukan pengendalian pemanfaatan ruang. Sehingga, wilayah kekayaan alam juga wajib
memberikan ruang bagiwarga untuk berpartisipasi dalam perencanaannya.
4. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya, pemerintahan kota memiliki
hubungan dengan pemerintah pusat, meliputi : kewenangan, tanggung jawab,
pemanfaatan, pemeliharaan, pengendalian dampak, budidaya , pelestarian ; bagi hasil atas
pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya lainnya, dan penyerasian lingkungan dan tata
ruang serta rehabilitasi lahan. Pemerintah kota juga memiliki kewajiban untuk
meningkatkan

kualitas

kehidupan

masyarakat,

mewujudkan

keadilan

dan

pemerataan,m e n g e m b a n g k a n s u m b e r d a y a p r o d u k t i f d i d a e r a h , m e l e s t a r i k a n
l i n g k u n g a n h i d u p d a n melestarikan nilai sosial budaya.
5. Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
lnformasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim,
dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan
penyelenggaraan n e g a r a d a n / a t a u p e n y e l e n g g a r a d a n p e n y e l e n g g a r a a n b a d a n
p u b l i k l a i n n y a y a n g s e s u a i dengan undang-undang ini serta informasi lain
yang berkaitan dengan kepentingan publik (pasal 1 angka 2). Sedangkan tujuan dari
UU ini beberapa di antaranya adalah sebagai berikut (pasal 3)
a. m e n j a m i n h a k w a r g a n e g a r a u n t u k m e n g e t a h u i r e n c a n a p e m b u a t a n
k e b i j a k a n p u b l i k , program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan
publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik;
b. mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik;
c. meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan
pengelolaan Badan publik yang baik;

d. mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan
efisien,akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan;
e. mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak.

Solusi yang diberikan menurut Kebijakan

1. Penghentian pemanfaatan batubara di Kabupaten Lahat


Kabupaten Lahat ditinjau dari aspek ekologi kawasan, dimana 27,69% kawasannya
merupakan kawasan dengan kemiringan lebih dari 25% serta kawasan lahan basah yang
melingkupi luasan 6,21% , maka sebenarnya Kabupaten Lahat bukanlah sebuah kabupaten
yang layak untuk usaha pertambangan ditambah dengan semakin meningkatnya jumlah
penduduk Kabupaten Lahat sehinngga membutuhkan ruang permuiman yang tidak sedikit.
Sebagian besar warga di tepi Kabupaten Lahat menggantungkan hidupnya dari lahan
pertanian, baik lahan sawah, kebun, serta ladang yang memiliki luas 26.764 hektar, dimana
terdapat 3.875 hektar sawah, 3.246 hektar lahan pertanian bukan sawah serta sisanya ladang
yang tidak dapat diusahakan karena berbagai sebab, termasuk akibat pertambangan. Wilayahwilayah pertanian ini beririsan dengan wilayah-wilayah yang secara geologi memiliki
kandungan batubara. Sehingga, Kabupaten Lahat harus memilki sebuah pilihan, apakah
kemudian melakukan pemanfaatan batubara, ataukah justru mendukung usaha-usaha
pertanian(dalam arti luas)yang dilakukan oleh warganya dan bila dilihat dari jumlah tenaga
kerja yang diserap dari sektor tersebut, maka pilihan yang tepat bagi Kabupaten Lahat adalah
mendukung pembanguna pertanian dalam arti luas, dimana ini juga sesuai dengan visi-misi
Kabupaten Lahat itu sendiri.

2. Penutupan Tambang Batubara di Kabupaten Lahat


Terkait dengan semakin meningkatnya intensitas bencana ekologi yang terjadi akibat operasi
usaha pertambangan batubara di Kabupaten Lahat, yang telah menimbulkan kerugian secara
materi

maupun

non

materi

bagi

warga

Lahat,

maka

seluruh

perijinan

usaha

pertambangan batubara yang telah dikeluarkan, baik oleh pemerintah pusat dalam bentuk
PKP2B, maupun oleh Pemerintah Kabuapen Lahat dalam bentuk Kuasa Pertambangan, harus
sesegera mungkin dilakukan audit lingkungan terhadap perijinan tersebut. Setelah dilakukan
proses audit lingkungan,maka pemerintah kabupaten Lahat memiliki kewenangan untuk
melakukan pencabutan peizinan terhadap usaha pertambangan yang melanggar pelaksanaan
pengelolaan lingkungan hidup, maupun melanggar ketentuan perizina pertambangan
batubara. Terhadap usaha pertambangan yang dinilai masih melakukan pengelolaan
pertambangan minim dampak negatif secara ekologi dan sosial, dapat tetap melakukan
usahanya, dimana dimulainya komitmen Indonesia terhadap pembanguna rendah karbon,
yang merupakan bagian dari surat niat( Letter of Intent) antara pemerintah Indonesia dengan

Norwegia. Selain itu, jangka waktu 2 tahun diperlukan agar perusahaan pemegang izin dapat
segera melakukan kewajibannya dalam kegiatan penutupan tambang, sebagaimana yang telah
dimuat dalam dokumen pengelolaan lingkungan perusahaan.
Terhadap perusahaan yang dinilai tidak layak dan tidak mampu melanjutkan usaha
pertambangan batubara, tetap dikenakan kewajiban melakukan penutupan tambang, dengan
tidak dikembalikannya dana jamina reklamasi, hingga tiga tahun setelah kegiatan reklamasi
dilaksanakan. Terhadap perusahaan yang terbukti telah melakukan pelanggaran administratif
maupun dengan sengaja menyebabkan terjadinya bencana lingkungan, diserahkan kepada
penegak hukum untuk melanjutkan proses penegakann hukum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Lahan bekas tambang dikembalikan kepada pemiliknya,
apabila dalam kondisi sewa menyewa, dan dikembailkan sebagai lahan negara untuk
kemudian dipergunakan untuk kepentingan publik, semisal sebagai ruang terbuka
hijau,apabila bukan dalam perjanjian sewa-menyewa. Diperkirakan terdapat 4320
tenaga kerja di sektor pertambangan di Kabupaten Lahat yang harus memperoleh
lapangan pekerjaan baru dengan ditutupnya pertambangan batubara di Kabupaten
Lahat. Proses pengalihan tenaga kerja menjadi tanggung jawab dari perusahaan
pertambangan, dengan dilakukan pengawasan oleh pemerintah atau badan lain yang
ditunjuk secara independen.

3. Pemulihan Lingkungan Hidup Akibat Pertambangan Batubara


Kegiatan
mutlak

pemulihan

lingkungan

hidup

merupakan

tanggung

jawab

p e r u s a h a a n pertambangan batubara, pada wilayah perijinannya. Kegiatan

pemulihan dipantau secara berkala oleh tim independen yang terdiri dari pemerintah kota
(instansi teknis), perwakilanwarga, dan akademisi. Hasil pemantauan dilaporkan kepada
publik melalui media online dan media cetak yang terjangkau oleh warga. Terhadap
perusahaan pertambangan yang tidak melakukan upaya dan kegiatan pemulihan
lingkungan hidup di wilayah perijinan yang pernah diperolehnya, diserahkan pada penegak
hukum, untuk ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pada

wilayah-wilayah

lingkungan

sekitar

hidupmenjadi

kawasan

tanggung

jawab

pertambangan,
pemerintah

upaya

pemulihan

kabupaten,

dengan

dukungan dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Kegiatan pemulihan

lingkungan hidup direncanakan dan dilaksanakan bersama-sama dengan warga di dalam dan
sekitar lokasi.
Upaya-upaya

pemulihan

lingkungan

hidup

dilaksanakan

dengan

m e l a k u k a n r e s t o r a s i kawasan bekas lubang tambang dan bekas aktivitas


pertambangan lainnya (jalan tambang, k o l a m l i m b a h , t e m p a t p e n a m p u n g a n ,
d a n l a i n n y a ) . R e s t o r a s i d i l a k u k a n a g a r k a w a s a n kembali berpepohonan dengan
menggunakan jenis tanaman asli Sumatera.

4. Penghargaan dan Sanksi


Pemerintah
terhadap

Kabupaten

Lahat

dapat

memberikan

penghargaan

p e r u s a h a a n pertambangan yang telah melakukan kegiatan penutupan

tambang dengan benar dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sanksi


diberikan kepada perusahaan pertamb anganyang mengabaikan kaidah dan aturan
perundang-undangan yang berlaku, termasuk terhadap pengabaian pengelolaan lingkungan
hidup.

Kesimpulan

Melihat kondisi Kabupaten Lahat yang sudah tidak lagi mampu menopang ekologis kawasan
kota, sehingga bencana banjir dan kekeringan silih berganti terjadi di kota ini,
menjadikan

Kabupaten

Lahat

harus

sesegera

mungkin

merubah

model

pembangunannya. Penguasaan lahan yang begitu luas untuk perijinan pertambangan


batubara, harus segera dialihkan dengan aktivitas yang lebih berpihak secara sosial dan
lingkungan hidup bagi warga.

Pengaturan harus dibuat untuk menghentikan operasi pertambangan yang


merusak, disertaidengan langkah dan tindakan perbaikan kondisi lingkungan hidup, serta
dengan membiarkan batubara berada di dalam tanah. Kabupaten Lahat akan jauh lebih layak
bagi warganya tanpa melakukan pengerukan batubara, karena PDRB Kabupaten
Lahat ditopang oleh sektor jasadan perdagangan.

Tujuan pembangunan kota adalah untuk mensejahterakan warga, termasuk di dalamnya


untuk meningkatkan kualitas hidup warganya. $engan mengurangi ancaman
terhadap warga dari dampak merusak industri batubara, diharapkan kualitas
hidup warga kabupaten Lahat akan jauh lebih baik dan mampu memberikan kontribusi
yang lebih banyak bagi kota ini. Menyelamatkan Lahat dimulai dengan menghentikan
industri pertambangan di kota ini.

Anda mungkin juga menyukai