Anda di halaman 1dari 61
PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 ‘TENTANG 'STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang ‘8. bana berdasariean Kerentuan Pasal $ ayat (2) Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Kewangen Negara dan Pasal 9 ayat (1) huruf e dan Pasal 31 ayat (2) Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan menyatakan bahwa standar pemeriksaan keuangan negara disusun oleh Badan Pemeriksa Keuengan; b. bahwe standar pemeriksaan kewangan negara merupakan patokan yang wajib dipedomani dalam smelakulcen pemerikssan pengelolaan dan tanggung jawab euangan negara; ‘c.bahwa Peraturan Badan Pemerikea Keuangan Nomor 1 ‘Tahun 2007 tentang Standar Pemerikeaan Keusngan Negara sudah tidak sesuai dengan perkembangan standar pemeriksaan yang berlaku dan kebutuhan organi dliganti; Badan Pemerikesa Keuangan sehingga perl Mengingat Menetapkan 4. bahwa berdasarkan pertimbangan —_sebagaimana imaksud dalam huruf a, huruf b, dan buraf e, perks membentuk Peraturan Sadan Pemeriksa Keuangan tentang Slandar Pemeriksaan Keuangan Negaras 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangnn Negara (Lembaran Negara Republic Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara ‘Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200% Nomor 5, Tambahan Lembaran [Negara Republik Indonesia Nomar 4358}; 3, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2008 tentang, Pemeriksaan Pengelolean dan Tanggung Jawab Keuangan [Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200 Nomer 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lemberan Negara Republi Indonesia Nomor 4654); MEMUTUSKAW: PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TENTANG 'STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA. Pasal 1 Dalam Peraturan BPK inj yang dimaksud dengan: 1. Badan Pemeriksa Keuangan yang selanjutnya disingleat PK adalah lembaga negara yang bertugas_ untuk rmemeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana —dimaksud dalam Undang:Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara yang selanjutnya isingkat SPKN adalah potokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pernyataan Standar Pemeriksaan yang selanjutnya disingket PSP adalah standar pemeriksaan yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektil Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban rnogara yang dapat dinilai dengan wang, serta segala sesuatu beik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan mille negara berhubung dengan pelaksanaan hhak dan kewajiban tersebut. Pengelolaan Keuangan Negara adalah kescluruhan Kegiatan pefabat pengelola keaangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputt perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. ‘Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan kevangan negara secara tert, tant pada peraturan perundang- Uundangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama Badan Pemeriksa Kevangan, Pemerikssan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilaleulkan secara independen, objektf, ddan profesional bersasarkan standar pemeriksaan, untuk rmenilai kebenaran, kecermatan, kredibiltas, dan ‘keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung Jawab keuangan negara, 9. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah adalah unit, organisasi di Hingkungan Pemerincah Pusat, Pemesintah Dacrah, Kementerian Negara, Lembaga Negara, dan Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang mempunyai ‘tugas dan fangs! melakuikan pengawasan dalam lingkup ewenangannya. Pasal 2 SPKN dinyatakzan dalam bentuk PSP. Pasal 3 (1). SPKN terdisi dari a. Kerangka Konseptual Pemeriksaan; dan b. PsP, (2) Kerangka Konseptual Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tereantum dalam Lompiran I yang merupakan bagian tidak terpisabkan dari Peraturan BPK ini (9). PSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurut b, terri a a. PSP Nomor 100 tentang Standar Umum b. PSP Nomor 200 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan; dan ©. PSP Nomer 800 tentang Standar Pelaporan emeriksaan, (4) PSP Nomor 100 sebagaimana dimaksud pada ayat (3) puruf a tercantum dalam Lampiran I yang merupakan ‘agian tidak terpisakan dari Peraturan BPK ii. (5) PSP Nomor 200 sebagaimana dimaksud pada ayat (3) buruf b tercantum dalam Lempiran Il yang merupakan bagian tidak terpisabkan dari Peraturan BPK in. (6) PSP Nomor 300 scbagaimana dimaksud pada ayat (3) hhuruf e tercantum dalam Lampiran TV yang merupakan Dbagian tidak torpisakan dari Peraturan BPK ini, Pasa 4 SPEN berlaiuy untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas, program, kegiatan, serta fungsi berkaitan dengan pelaksanaan pengelolnan dan tanggung jawab keuangan negara yang memiliki tingkat keyakinan memadai Pasal 5 SPKN berlake bagi a. BK; b, akuntan publik atau pihak lainaya yang melakuken pemeriksaan atas pengeolaan dan tanggung. jawab euangan negara, untuk dan atas nama BPK; c.akuntan publi yang melalcukan pemeriksaan keuangan negara berdasarkan ketentuan undang-undang; dan 4. Aparat Pengawasan Intern Pemerintsh yang melakukan audit kinerja dan audit dengan tujuan tertent Pasal 6 (1) BPK —membentuk suntu Komite yang bernugas ‘mengevaluast penerapan dan mengembangkan SPKN. 2) Pembentukan Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan BPK. (0) Komite sebagaimana dimakwd pada ayat (2) terri dari Dewan Konsultatif dan Pnitia Kerja yang dibantu oleh Sekretariat, (4) Panitia Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ‘melibatian pibak di luar BPK scbegai narasumber. Pasal 7 Hasil evaluasi ates penerapan dan/atau hasil pengembangan SPKN dilaporkan secara periodik kepada BPK paling sedikit sats kal setiap tahun, Posal 8 Pada saat Peraturan BPK ini mulai berlaku, pemeriksaan yang, ‘mash Derlangsung dilaksanakan berdasarkan Peraturan, Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4707). Pasal 9 Pada suat Peraturan BPK ini mulai berlaku, semua peranuran pelaksanaan dari Peraturan Badan Pemerikes Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Kevsngan Negara (Lembaran Negara Republi Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4707), dinyatakan masih tetap berlaeu sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan ini. Pasal 10 Pada seat Peraturan BPK ini mulai berlaku, Peraturan Badan, Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia ‘Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4707), dicabut dan dinyatakean tidak berlaku Posal 11 Peraruran BPK ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan. pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam, Lembaran Negara Republik Indonesia, Ditetaplan di Jakarta ‘pada tanggal 6 Januati 2017 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETUA, ted, IARRY AZHAR AZIS Diundanglan di Jakarta pada tanggal 6 Januari 2017 [MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA ute YASONNA H, LAOLY LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 1 Salinan sesuai dengan astinya BADAN PEMBRIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ‘Repala Ditektorat Utama Pembinean dan Pengembangan Hulsum Pemeriksaan Keuangan Negara, oS f ‘Nigam Burhandldin PENJELASAN ATAS PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TTENTANG, 'STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA unum Keuangan negara merupskan salah satu unsur pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan negara dan mempunyai manfaat yang seg pen rmasyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera sebagaimana diamanatkan ‘dalam Pembuleaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia ‘Tahun 1945, Untuk mencapal cujuan negara tersebut, selanjutnya og guts ewujudius Laut heya uutuk mencapal melalui Ketentuan Pasal 286 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, negara mengedakan satu BPK yang bbebas dan mandiri yang memiliki tugas dan kewenangan untuk smelakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangsn negara, Pelakansan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab kevangan negara dilakuken dalam ranglea menciptalcan pemerintahan yang bersih ddan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dalam rangka menjamin mut hasil pemeriksaan keuangan negara maka pelaksanaan pemeriksaan perlu dilakssnalcan berdasarkan stats standar pemeriksaan. Standar pemeriksaan yang digunakan delam melaksanakan tugas pemeriksaan selama ini adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ‘yang ditetapkan dalam Peraturan Badan Pemerilsa Keuangan Nomor 1 ‘Tahun 2007. SPKN tersebut menggunakan referensi utama The Generally Accepted Goverment Auditing Standards (GAGAS) Tahun 2003. GAGAS telah mengalami revisi sebanyak dua kali, dengan revisi tealehir tahun zou. Standar pemeriksaan sektor privat yang berlaku di Indonesia (Standar Profesional Akuntan Publik/SPAP) maupun internasional (international Standards on Auditing/ISA dan Intemational Standards of ‘Supreme Audit institutions/I8SAl) telah berkembang dan mengalami banyak perabahan. SPAP, ISA, dan ISSAI disusun dengan menggunaksn pendekatan pengaturan standar berdasarkan prinsip (principle-based ‘standards), Sebelumnya, standar pemerikssan menggunakan pendekatan pengaturan standar berdasarkan aturan yang lebih rinci/detail (rule-based standards Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang, Standar Pemeriksaan Keuangen Negara sudah tidak sesuai dengan perkembangan standar pemeriksaan dan kebutuhan organisasi BPK sehingga perlu diganti sesuai dengan perkembangan standar pemeriksaan teri PASAL DEM PASAL Pasal 1 (Cukup jelas. Pasal 2 Culkup jelas. Pasal 2 Culup jes. Pasal 4 Culcup jess. 10 Pasal 5 Hurata Cuikup jelas. Buratb ‘Yang dimaksud dengan pihak Ininnya adalah pengawas dari berbagai instansi atau tenaga bli yang melakukan tugas pemeriksaan, Hurufe Culcup jelas. Hund Cuup jets. Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Cukup jel. Pasal 8 Culup jets. Pasal 9 Yang dimaksudl peraturan pelaksanaan adalah Pedoman Manajemen Pemeriksaan (PMP) dan peraturan pelaksanaan lainnya yang ‘mengacu pada SPEN, Pasal 10 Culup jelas. Pasal 11 Cukup jel. ‘TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6010 LAMPIRAN 1 PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 ‘TENTANG ‘STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA KERANGKA KONSEPTUAL PEMERIKSAAN DAPTAR ISI PENDAHULUAN.... ‘TUJUAN KERANGKA KONSEPTUAL .. LINGKUP KERANGKA KONSEPTUAL. GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA Mandat Pemeriksaan Keuangan Negara Kemandirian BPR Wewenang BPK, Definisi Pemeriksaan Keuangan Negara Lingkup Pemeriksaan Keuangan Negara. ‘Jeni Pemerikssan Keuangan Negara, Manfaat Pereriksaan Kevangan Negara. ‘Transparansi dan Alcuntabilitas Pemeriksaan Keuangan Negara ‘UNSUR-UNSUR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA. ‘Tiga Piha dalam Pemerisaan Keuangan Negara. Hal Poko (subject matter} dan Informasi Hal Pokok {subject ‘matter information) Keiteria Pemerikesan, Buk Pemeriksaan Loporan Hasil Pemeriesann Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan PRINSIP-PRINSIP PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA.. Kode fk Manajemen dan Keahlian Tim Pemeriesa, Risiko Pemeriksaan Materialtas dalam Pemeriksaan Keuangan Negera Doicumentasi Pemeriksaan Kominikasi Pemerilsann PENGEMBANGAN STANDAR PEMERIKSAAN HUBUNGAN KERANGKA KONSEPTUAL, _ PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, STANDAR PEMERIKSAAN, DAN KETENTUAN LAIN Keron Konsepta Pemantsaan Paragrat lls. 145: 16-17 18 19 20 a 22.26 27-20 34-38 29-40 ana2 4448 49 50-54 55 66.69 ‘acon Pementea Revangan 7” Kerang Konsoota Porson KERANGKA KONSEPTUAL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN 1. Negara Republi Indonesia dibentule dengsn tujuan_melindngi segenap bangsa Indonesia dan sehiruh tumpah darah Indonesia, ‘memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangs dan ikut melaksanakan ketertiben dunia yang berdaserkan emerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Tujuan negara terscbut dimuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Untuke mencapai tujuan bemnegara tersebut, UUD 1945 mengamanatkan Pengelolaan Keuangan Negara dilaksanakan secara terbuka dan bertangeung Jawab untuk sebesar-besarnya kemakimuran raat 2. Keuangan Negara merupakan salah satu unsur pokok dalam penyelenggarsan pemerintahan negara, Untuk mencapai tujuan bbemegara, Keuangan Negara wajib dikelola vecara tertib, taat pada eraturan perundang-undangan, efisien, ckonomis, fei, ‘ransparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa kkeadilan dan kepacutan 3, Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan negara, dibentuk satu BPK yang bebas dan mandiri, Pemeriksaan BPK melipati pemeriksaan keuangan, pemeriksaan Kinerja, dam pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDT). 4, BPK melaksanakan Pemeriksaan berdasarkan standar pemeriksaan, Standar pemeriksaan merupakan patokan untuk melalukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang, ‘melipuii standar unum, andar pelaksanaan, dan standar pelaporan ‘yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau Pemeriks 5. Penyusunan standar pemeriksaan memerlukan acuan dan dasar bberupa Kerangka Konseptual Pemeriksean. Pengembangan kerangka konseptual ini sesuai dengan ketentuan peraturan perundang: vundangan dan Kerangka konseptual yang digunakan dalam penyustinan standar pemeriksaan internasional yang relevan eden Pomorkea Kevargan 7 erate Pomanisean ‘TUJUAN KERANGKA KONSEPTUAL 6. Kerangka Konseptual Pemeriksaan ini, yang selanjutnya disebut Kerang Konseptual, mendasari pengembangan SPKN. Kerangka Konseptual bertujuan sebagai aeuan dan dasar bagi: 4. BPK, Pemeriksa, Aparat Pengawasan Intern Pemerintal yang ‘melaksanakan audit Kinerja dan audit denga tujuan tertentu, seta akuntan publik yang melaksanakan pemeriksaan ‘euangan negara berdasarkaan ketentuan undang-undang: b. penyusun standar pemeriksaan; dan © pengguna Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK dan pial pilhak lain yang terkait dengan standar pemeriksaan dan/atau pemeriksnan pengelolaan dan tanggung jaseab kecwangan negara. 7. Kerangka Konseptual bukan merupakan standar dan atau prosedur pemeriksaan. Kerangka Konseptual menjadi acuan bagi 8. Dalam hal terdapat permasalahan yang belum diatur dalam standar pemerikeaan, maka pengembangan standar _pemeriks Pemeriksaan mengacs kepada Kerangka Konseptual. LINGKUP KERANGKA KONSEPTUAL 8. Kerangka Konseptual meliput: 4. Gambaran umum pemeriksaan keuangan negara; b. Unsur-unsur pemeriksaan keuangan negara; ©. Prinsip-prinsip pemeriksaan keuangan negara; 4. Pengembangan standar pemerikeaans dan © Hubungan antara Kerangka Kenseptual, Ketentuan peraturan perundang-undangan, standar pemeriksaam, dan ketentuan Iain, GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA ‘Mandat Pemeriksaan Keuangan Negara 9, UUD 1945 memberi mandat kepada BPX untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara secara bebas dan rmanditi,_Hasil_pomeriksaan_BPK_disampaikan kepada _Dewan ‘Taam PomertsaKeuangan Kerang Konspts) Pomentssan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daersh (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Dacrah (DPRD) sebagai lembaga perwakilan rakyat sesuai dengan kewenangunnya. Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan badan lain sesuai dengan undang-undang, Mandat tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Kevangan Negars dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa ‘Keuangan, Kemandirian BP 10, Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan negara ibentuic satu BPK yang bebas dan mandiri. BPK memilki kebebasan an kemandirian dalam perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan pemantatan tindak lanjut hasil pemeriésaan. Selain itu, kemandirian BPK dalam pemerikesan keuangan negara mencekup Ketersediaan sumber daya manusia, anggaran, dan sarana pendukung lainnys. Wewenang BPK 11, Dalam pelaksanaan tugasaya BPK memiliki wewenang sebagai berikut 1a, menentulan objek pemeriksaan, merencanalan dan ‘melaksanalcan pemerikesan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan; . meminta keterangan dan/atax dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia (BI), Badan Useha Milike Negara (BUMN), Badan Layanan Umum (BLU), Badan Usaha Milik Deerah (BUMD}, dan lembaga atau badan lain yang mengelola kevangan negara; €. melakukan pemerikssan ci tempat penyimpanan ang dan barang milk negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan fata ussha keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungin, surat-surat, adan Perens Keuangay 7 arg Konsoptua Pemersan boulti-bulti, rekening Koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara; menetapian jenis dokumen, data, serta informasi mengenat pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib dlisampaikan kepada BPK; Imenetapkan standar pemeriksagn keuangan negara setelah kkonsultasi dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Dacrah yang ‘wajib digunskan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tangzung Jawab keuangan negara; rmenetapkan kode etie pemeriksaan pengelolaan dan tanggung Jawab keuangan nega rmenggunalkan tenaga abli dan/atau tenaga pemeriksa di Ivar BBPK yang tekerja untuk dan atas nama BPK; ‘membina jabatan fangsional pemeriksa; ‘memberi pertimbungan atas Standar Aluntansi Pemerintahan; ‘memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah sebelum dlitetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerabs ‘memantau penyelesaian ganti Kerugian negara/daerah yang ‘diteapkan oleh Pemerintah terhadap pegawai negeri bulean bendahara dan pejabat lain; memantay pelaksanaan pengenaan ganti_—_kerugian, negara/daerah kepada bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan Jembaga atau badan lain yang mengelola Keuangan negara yang twlah ditetaplan oleh BP&; dan ‘memantaupelaksanaan pengenaanganti_—kerugian negara/daerah yang ditetapkanberdasarian putusan. pengudilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, 12, BPK dapat memberikan: pendapat kepada DPR, DPD, DPRD, —_Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah, Lembaga Negara Lain, BI, BUMN, BLU, BUMD, Yayasan, dan Jembaga atau badan lain, yang diperiukan karen sifat pekerjaannys; pertimbangan atas penyelesaian erugian negara/daerah yang dlitetapkan oleh Pemerintah Pusat/ Pemerintal Daeraby; dan/stats ‘Basan Perera Keusngan 7 Kerala Konseptua Pamertsan ¢ keterangan abli dalam proses peradilan mengenai kerugian negara/dacrah. 13. Anggota BPK tidak dapat dituntut di muka pengadilan karena rmenjalankan tagas, kewajiban, dan wewenangnya. Dalam rmelaksanakan tugas dan wewenangnya, Anggota BPK, Pemeriksa, ddan pihak lain yang bekerja untuk dan atas nama BPK diberikan perlindungan frukum dan jaminan Keamanan oleh instansi yang benvenang, Definisi Pemeritsaan Ké ngan Negara, 14, Pemeriksaan keuangan negara adalah proses identifikasi masalah, snalisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objekil, an profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai ebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan Keandalan informasi ‘mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, Dengan Gemikian, pemerikeaan Keuangan negara memberikan keyakinan yang memadai, Proses pemeriksaan meliputi_perencanaan, ypelaksanaan, pelaporan dan pemuntauan Undale tanjut bell pemeriksaan 15, Pemeriksaan dilakukan dalam rangka untuk mendorong tata Kelola keuangan negara yang beike melalui perolehan keyakinan babwa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara telah sesual dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau prinsip- prinsip tata kelola yang bal Lingkup Pemerikeaan Keuangan Negara 16, Lingkup pemerikssan kevangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan negara. Pengelolaan rmeliputi seluruh Kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, lah Kewajiban untule ‘melaksanakan pengelolaan keuangan negara sesual dengan prinsip ddan pertanggungjawaban. Tanggung jawab ac prinsip tata kelola yang bal 17. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang apt inilai dengan wang, serta segala sesuatu bail berupa uang. maupun berupa berang yang dapat dijadikan milk negara ‘san Pemeniea Kevsngan 7 2 % % ‘Koran Konsoota Ponts berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut Lingkup Keuangan Negara tersebuit meliputi: a ok negara untuk memungut pajak, mengeluarlan dan mengedarkan wang, dan melakukan pinjaman; b, kewajiban negara untuke menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pial tiga; Penerimaan Negara; Pengeluaran Negara Penerimaan Daerah; Pengeluaran Daerah; fe kekayaan negara/okayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hakchak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuke ‘kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusshaan ddaerab; yb. kekayasn pihsk Jain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rrungka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau, kepentingan umum; dan i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan {asilitas yang diberikan pemerintah. Jenis Pemeriksaan Keuangan Negara 18, Jenis pemeriksaan keuangan negara meliputi pemerikssan keusngan, pemerikssan Kinerja, dan PDTT. Tujuan suatu pemeriksaan menentulcan jenis pemeriksan, Pemeriksaan Keuangan ertujuan untuk memberikan opini tas kewajaran laporan kkeuangan, Tujuan pemeriksaan kinerja adalah memberikan kkesimpulan ats aspek ekonomi, efisiensi dan/atau efektivitas pengelolaan keuangan negara, serta memberikan rekomendasi untuk ‘memperbaiki aspek tersebut. PDTT bertujuan untuk memberikan kesimpulan sestai dengan tujuan pemeriksaan yang ditetapkan. PDT dapat berbentuk pemeriksaan Kepatuhan dan pemeriksaan investigatif Tadan Pomorie Revengan 7 Kerang Konspta Parertssan ‘Manfaat Pemeriksaan Keuangan Negara 19. Pemeriksaan BPK mendorong pengelolaan keuangan negara untuk rmencapai tujuan negara, antara lain melalui penyediaan has -esimpulan yang independen, objelcif dan dapat diandalkan, pemeriksaan termasuk di dalamnya berdasarkan bukti yang cukup dan tepat; penguatan upaya pemberantasan Korupsi berupa penyampaian temuan yang berindikasi tindake pidana dan/atau kerugian alam pengelolsan keuangan negara kepada instansi_ yang berwenang untuk ditindaklanjuti, serta berupa pencegahan dengan penguatan sistem pengelolaan keuangan negara; peningkatan alauntabiltas, transparansi, keekonomian, efisiens, dan efektivitas dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, dalam bentule rekomendasi yang konstruktif dan tindaie Ianjut yang efekit, peningkatan kepatuhan pengelolaan dan pertanggungiawabsn keuangan negara terhadap ketentuan peraturan perundang- uundangan peningkatan efektivitas peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintahs dan Peningkatan kepereayaan publi stas i ddan pengelolaan keuangan negara pemeriksaan PK yansi dan Akuntabilitas Pemeriksaan Keuangan Negara 20, RPK wajib melaksanakan cugas pokok, fungsi, dan wewenangnya seeara ekonomis, efisen, dan efektif berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, Dalam rangka transparansi dan alcuntabilitas pelaksanaan tugas polok, fungsi, dan wewenangnya, [BPK mermublikasikan basil pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan persturan perundang-undangan melalui berbagsi media, bail: xkonvensional maupun dalam jaringsa (daring) Badan Perris Kovangan 7 Keron Konsopna Pemerisaon LUNSUR-UNSUR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA. 21, Unsur-unsur pemeriksaan keuangan negara meliput Hubungaa tiga pibal, yang terdii atas: 1) pemeriksa keuangan negara, 2) pihak yang bertanggung jawaby, dan 3) pengguna LIP; Hal polok (subject matter) dan inform: matter information); Kriteria pemeriksaar: i hal. pokok (subject Buleti pemeriksaons Laporan hasil pemeriksaan; dant Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan. ‘Tiga Pihak dalam Pemeriksaen Keuangan Negara 22. Pemeriksaan keuangan negara melibatkan 9. (tiga) pi c yaitu (0) pemeriksa keuangan negara; (2) pibak yang bertangatng jawab; ‘dan (2) penszuna LEP. Pemeriksa Keuangan Negara 23. BPK aclalah lembaga negara yang memiliki tugas dan wewenang ‘untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab kewangan negara, BPK dapat menugaskan Pemeriksa BPK dan/atau tenaga abl ddan/atau tenaga pemeriksa di nar BPK yang bekerja untuk dan atas| nama PK, Pemeriksa BPK edalah Pelaksana BPK yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab skeuangan negara untuk dan atas nama BPK. Tenaga abit dan/atau pemeriksa di luar BPK dapat sebngai orang-perorangan maupun Jembaga dari uae BPK. 24, Pomeriksaan keuangan negara juga dapat dilaksanakan oleh aluntan Dpublik berdasarken ketentuan undang-undang, Dalam hal pemeriksaan dilakukan olch akuntan publik berdasarkan ketentuan lundang-undang, pemeriksaan dilaksanakan dengan berdasarkan pada Standar Profesional Alcuntan Publik (SPAP) dan SPKN. Pedoman penggunaan SPKN oleh aleuntan publik akan diatur BPK dalam suatt ketentuan, Laporan yang dihasilkan oleh akuntan publik tersebut Tadan Pomona Revargan 7 Kerang Konaptun emartsaan wajib disampaikan kepada BPK untuk dievaluasi. Pelaksanaan ceveluasi mengilati tata cara yang ditetaplean BPK. Hasil pemeriksaan akunlan publi dan evaluasi terscbut selanjutnya disampaikan oleh [PK kepada lembaga perwakilan, sehingga dapat ditindaklanjut) sesuni dengan kewenangannya. Pihake yang Bertanggung Jawab 25. Pihak yang bertanggung jawab adalah pihak yang diperiksa, yang Dertanggung jawab atas informasi hal pokok dan/atau bertanggung jawab mengelola al polok, dan/atau bertanggung jawab ‘menindaklanjuti basil pemerikeaan antara lain Presiden, Menteri, ddan Kepala Daerah. Pengguna LHP 26. Pengguna LHP adalah lembagn perwakilan, pemerintah, serta pihske lain yang mempunyeai kepentingan terhadap LHP, 8. Lembaga Perwalilan Lembaga perwakilan yang dimaksud yaitu DPR, DPD, dan DPRD. Lombaga perwakilan menindaklanjuti hasil pemeriksaan, PK dengan melalkukan pembshasan sesuai kewenangannya Lembaga perwakilan dapat meminta penjelasan kepada BPK dalam rangka menindaldanjuti basil pemeriksaan dan atau meminta BPK melakukan pemeriksaan lanjutan. Lembaga perwakilan dapat meminta Pemerintah untuk melaleukan tindake Janjut hasil pemeriksaan. bb. Pemerintah Yang dimakeud dengen Pemerintah adalah Pemerintah Pusat ddan Pemerintah Daerah. Piha lain yang berkepentingan Yang dimaksud pibak lain yang berkepentingan antara Iain masyarakat, inslansi penegak bukum, dan lembaga yang mempunyai kepentingan terhadap LHP. ‘Sodan Pememea Keuargan ° Keron Konsopta! Pamonsaan Hal Pokok (subject matter) dan Informasi Hal Pokok (subject matter Information) 27, Hal pokok adalah hal-hal yang diperiksa dan/atau hal-hat yang ‘menjadi perhatian dalam suatu penugasan pemeriksaan, yang dapat Derupa informasi, Kondisi, atau aktivitas yang dapat liuiur/dievaluesi berdasarkan kritera tertentu, lnformasi hal pokok ‘adalah hasil evaluasi atau hesil penguleuran hal pokok terhadap Ierteria, Hal pokoke dan informasi hal polcok memiliki bentuk yang, beragam dan kearakteristik yang berbeda tergantung tujuan pemeriksaannya, Hal pokok dan informasi hal pokok dapat berapa, ‘etapi tidal terbatas pada, sebagai berikut: a. kinerja atau kondist keuangan (sebagai contoh: posisi keuangan, Ikinerja kevangan, dan arus kas historis atau prospekti, dalam hal ini informesi hal poksk dapat berupa pengakuan, pengulcuran, penyajian, dan pengungkapan yang tercermin dalam laporan keuangen; b. kinerja atau kondisi nonkeuangan (sebagai contoh: kinerja suatu entitas), dalam hal ini nformasi hal pokok mungkin merupakan indikntor uta efisionsi dan efektivitas; c. Karakteristie fisik (sebagai contoh: kapasitas suatu faslitas), dalam al ini informasi hal pokok dapat berupa dokumen tentang spesiixasis 4. sistem dan proses (sebagai contoh: pengendalian internal atau sistem teknolog informasi atau entitas), dalam hal ini informasi thal pokok dapat berupa asersi tentang efektivitas; fe. perilaku (sebagai contoh: praktik tata kelola korporas, ‘kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, ‘sumber daya manusia), dalam hal ini informasi hal pokok dapat berupa suatu pernyataan Kepatuhan atau sustu pernyataan cfektivitas 25, Hal pokok memilki karakteratik yang berbede-beda, yang mencakup sampai sejauh mana informasi alas hal pokok tersebut bersifat leualitatif atau kuantitatf, objektif atau subjektif, historis atau prospektif, dan terksit dengan suatu titik waktu atau metingkupi periode tertentu, Karakteristik tersebut akan mempengarub: ‘Basan Pemerisa Kevangan 0 » Kerang Konsopta Pomentsaan 8. tingkat ketepatan dalam mengukur dan mengevaluasi hal pokok: ‘tersebut berdasarkan kriteria; dan 1b. tingkat kemampuan bukti yang tersedia untuk memberikan keyakinan. 29, LHP menyafikan karalceristik tertentu dan mempertimbangkan dampak dari karalteristik tersebut yang relevan dengan pengguna Lap. 30, Penentuan hal pokok dapat dikatakan tepat, jka: dapat didentifikasi dan memungkinkan evalu pengukuran yang konsisten terhadap ksiteria yang telah dliidentiikasi; dan an b, memungkinkan untuk diterapkan prosedur dalam memperoleh bukti yang euicap dan tepat serta mendulcung kesimpulan guna _memberikan keyakinan yang memadai Keriterla Pemeriksaan 81, Kriteriapemeriksaan adalah toloie ukur yang digunakan dalam ‘memeriksa don menilai hal pokok, dalam hal ini informast yang diungkapkan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk tolok wkur penyajian dan pengungkapan yang relevan, Setiap pemeriksaan menggunakan kriteria pemeriksaan yang sesual dengan konteks pemeriksaannya, Kriteria pemeriksaan yang, igunakan bergantung pada sejumlah faltor, antara lain tyjuan dan jenis pemerikenan, Kriteria pemeriksaan yang digunakan harus tersedia bagi pengguna LHP schingga penggsina memahami proses cevaluasi dan penguleiran suatu hal pokok. 532, Kriteria pemeriksaan yang sesuai menggambarkan Karalcteristle sebagai berikut @. relevan, memberikan kontribusi epada kesimpulan guna ‘membantu pengambilan keputusan oleh pengguns; b lengkap, faktor-faktor relevan yang dapat memengarubi kesimpiilan tale ada yang diabaikan; ©. andal, memungkinkan pengevaluasian dan pengukuran yang konsisten terhadap hal polok oleh pemeriksa lain yang ‘mempunyai lualifikasi yang sama; ‘Badan Perercea Kevangan 7 Koran Konsopta Ponts 4. netral, memberkan komtribusi kepada kesimpulan yang bebas dari keberpihakan; dan dapat dipshami, mudah dipahami oleh pengguna sehingga pembustan kesimpulan menjadi jelas, Komprehensif, dan tidake rentan terbadap penafsiran yang berbeda-beda 99. Keiteriapemeriksaan dapat bersumber dari ketentuan peraturan perundang-undangan, standar yang diterbitkan organisasi_profesi terientu, kontrak, Kkebijakan dan prosedur yang ditetapkan olch entitas yang diperiksa, atau keiteria yang dikomunikastkan oleh Pemeriksa kepada piak yang bertanggung jawab, Bukti Pemerikesan, 34. Bukti pemeriksaan adalah informasi yang digunakan oleh Pemeriksa dalam menentukan Kesesuaian hal pokok dengan taiteria pemeriksaan. Pemeriksa mempertimbangkan kecukupan dan -eetepatan bukti yang diperole, 35. Kecuiupan bukti pemerikesan merupakan wkuran kuantitas but pemeriksaan, yang dipengaruhi oleh penilaian Pemeriksa atas risiko rpemeriksaan dan lealitas bukti pemeriksaan. Ketepatan bukti pemeriksasn merupakan ukuran Kualitas bukti pemeriksaan yaita ‘elevan, valid, dan andal untule mendukcung hasil pemeriksaan. 26, Keouleupan dan ketepatan bukti pomeriksaan saling berhubungan satu sama lain. Kuantitas bulet! yang lebih banyak belur tentu dapat mengompensast kualitas bukti yang buruk. 97, Benak bukti pemeriksaan bermacam-macam, seperti catatan ‘ransaks elektvonis/fisik, komunilasi tertulis atau elektronis dengan pihak di Iuar entitas yang diperiksa, hasil observasi Pemerilsa, maupun keterangan lisan/tertlis dati pihak yang, diperiksa, Metode ‘yang digunaken dalam pemerolehan bukli bisa termasuk inspeksi observasi, permintaan keterangan, konfirmasi, rekaliwlasi, prosedur nalts, dan /atau teknik lainnya, 38, Pemerikea mempertimbangkan hubungan antara biaya pemerolehan Dbukti dengan kegunaan informasi yang diperolch. Kesuiitan atau biaya yang timbul untuk memperoleh bukt tidak boteh dijadikan Badan Perera Keuangan 2 Kerang Konsopta Pamortsaan flasan untuk menghilangkan suatu prosedur pengumpulan bukti lketika. prosedur alternatif tidak tersedia. Pemeriksa menggunakan pertimbangan profesionalnya dan menerapkan — skeptisisme profesional dalam mengevaluasi kuantitas dan kualitas bukti, yaitu kecukupan dan Ketepatan bukti, untuk mendukung LHP. Laporan Hasil Pemerilesan 39. Pemeriksa membuat LHP berupa laporan tertulis yang berisi suatu kesimpulan yang diperoleh tentang informasi hal pokok. LHP berisi hasil analisis atas pengujian buiti yang diperoleh saat pelaksanaan pemeriksaan, Strulstur dan format LHP ditetapkan lebih lanjut dalam standar pelaporan. LHP digunakan oleh pihak yang bertanggung, jawab untuk melakulan perbaikan atas pengelolaan dan tangeung jawab keuangan negara, 40, LHP yang telah disampaikan kepada lembaga perwakilan dinyatakan terbuka untuk umum, Kecuali yang memuat rahasia negara dan/atay mengandung unsur pidana yang diproses bukum sebagaimana diatur dalam Ketentuan peraturan perundang- lundangan, LAP yang terbuka untuk umum berarti dapat diperoleh an/atuu diakses oleh masyarakat sesuai ketentuan peraturan erundang-undangan. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan 41, LIP ditindakanjuti oleh pejabat pengelola keusngan negara selaicu ‘ihak yang bertanggung jawab sesuai kewenangannya dan ketentuan peraturan perundang-undangan. BPK memantau secara_periodik pelaksanaan tindak Ianjut alas LHP dan menyampaikan basil Jemantauannya kepada lembaga perwakilan, dan pihak yang. Dertanggung jawrab, 42, Pemeriksa mempertimbangkan tindak lanjut has sebelumnya yang bechubungan dengan pemeriksaan yang dilacukan, pemeriksaan ————— ‘ater Pomorie Keuanoan 3 Kerengh Konspt) Pementssan PRINSIP-PRINSIP PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA, 43. Prinsip-prinsip pemeriksaan keuangan negara adalah etentuan yang hharus dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam menyusun, standar pemeriksaan dan Pemeriksa dalam melakukan Pemerikesan, ‘yang meliputi a. Kode etk >. Pengendalian mutu; & Mangjemen dan keahlian tim Pemeriksa; ‘ Risiko pemeriesann; Materiatitas; Dokumentasi pemeriesaan; dan & Komunikasi pemeriksaan, Kode Etike 44, Untuk mewajudkan BPK yang independen, berintegrtas, dan profesional demi kepentingan negara, setlap Anggota BPK dan Pemeriksa Keuangan Negara harus mematuhi kode etik. Kode ete adalah norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap Anggota BPK an Pemeriksa Keuangan Negara sclama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK. Kode etile ditetapkan oleh BPK. Independensi profesionalisme adalah nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi oleh Anggota BPK dan Pemeriken Keuangan Negara. integrtas, dan Independensi 45. Independensi adalah suatu sikap dan tindakan dalam melaksanakan Pemerikssan untuk tidak memihak kepada sipapun dan tidak ipengaruhi oleh siapapun, Pemerikea harus objektif dan bebas dari Dbenturan Kepentingan [conflict of interest} dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya. Pemeriksa juga harus bertanggung, jawab untule ferusmenerus mempertahankan independenst dalam ppemikiran (independence of mind) dan independensi dalam ‘penampilan (independence in appearance) Badan Pemerkes Revenge 7 orang Konspta ements Integritas 46, Integritas merupakkan mutu, sift, atau keadaan yang menunjukikan esatuan yang ubuh, dimilikinya sifat jujur, Kerja eras, serta kompetensi yang memadai Profesionalisme 47, Profesionalisme adalah kemampuan, keablian, dan komitmen profesi dalam menjalankan tugas disertai prinsip kehati-hatian (due care), ketolitian, dan Kecermatan, serta berpedoman Kepada standar dan Jeetentuan peraturan perundang-undangan. Sikap profesional Pemeriksa divujudksn dengan sclalu bersikap —skeptisisme profesional (professional skepticism) selama proses pemeriksaan dan mengedepankan prinsip pertimbangan profesional {professianal Judgment. 48, ‘Skeptisisme profesional berarti pemeriksa tidak menganggap bahwa pihak yang bertanggung jawab adalah tidak juju, tetapi jugn tidak menganggap babwa kejujuran pihale yang bertanggung jawab tidak dipertanyskean lagi. Pertimbangan profesional merupakan penerapan pengetahuan kolcktif, keterampilan, dan pengalaman. Pertimbangan profesional adalah pertimbangan yang dibuat oleh pemeriksa yang terlatih, mem pengetahuan, dan pengalaman schingga mempunyal kompetensi yang diperluken untuk membuat pertimbangan yang wojar Pengendatian Mutu 49. Untuk meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan terhadap hasil_pemeriksaan BPK, mutlak éiperlukan standar pengendalian muta, Sistem pengendalian mut PK hans sesua dengan standar pengendalian muti supaya kualitas pemeriksaan yang dilalcukan tetap terjaga. Sistem pengendalian mutu haras mencalcup, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal seperti supervisi, review berjenjang, monitoring, dan Konsultasi selama proses pemeriksaan. Sistem pengendalian muta BPK ditelaah secara intern dan juga oleh badan ppemeriksa keuangan negara Jain yang menjadi anggota organisasi pemeriksa keuangan sedunia, [Goce ce a To Kerang Kons Pmenksean Manajemen dan Keahlian Tim Pemeriksa 50, RPK menjamin Pemeriksa memiliki keshlian yang diperiakan, ‘Tim Pemeriksa harus secara kolektif memiliki pengetahuan, pengalasnan, dan kompetensi yang diperlukan dalam Pemeriksaan. Hal ini teemasue pengetahuan dan pengalaman praktis dari Pemerisaan yang dilaleukan, pemahaman atas standar dan ketentuan peraturan perundang-undangan, pemahaman tentang operasional entitas, serta Jkemampuan dan pengalaman untuk mempraktikkan pertimbangan profesional, BPK merckrut sumber daya manusia dengan kualifikasi yang sesuai, memberikan pelatihian dan pengembengan kapasitas, ‘menyiapken standar dan pedoman pemeriksaan, serta menyediakan sumber daya pemeriksaan yang cuup. Pemeriksamenjaga ompetensi profesional mercka mela Derkelanjutan, i pengembangan profesional 51. Pengembangan kapasitas pemeriksa mencakup pertukaran ide dan ppengalaman pemeriksaan dengan -komunitas__pemeriksa, internasional. Hal tersebut diwujudian dalam kongres, pelatihan, cominor, dan Ielompol kor di tinglat internavional. 52, Pemeriksa dapat menggunakan hasil pekerjasn Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK. Prosedur pemeriksaan harus memberikan dasar yang culcup saat_menggunakan hasil kerja pihak Iain, Pemeriksa harus memperoleh bukti yang menjamin kompetensi dan independensi twnaga ahi dan/atau tenaga pemerikea di luar BPK, serta kealitas hhasil pekerjaannya, 59. Penggunaan hasil pekerjaan Aparat Pengawasan Inter Pemerintah tersebut untuk meningkatkan koordinasi dan kerja sama, serta mengurangi kemungkinan duplikasi pekerjaan, Hal ini dimungkinkan arena pada prinsipnya, baik Pemeriksa maupun Aparat Pengawasan Intern Pemerintah bertujuan mendorong tata Kelola pemerintalan vyang bail, 54, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah menggunakan SPKN dalam smelaksanakan audit kinerja dan audit dengan cujuan tertenta, dan Pomona Kevngan © Kerang Konopta Pamaieaan Risiko Pemerikeaan, 55. Pemeriksa mewaspadal, menyadari, mempertimbangkan, dan ‘mengelola risiko pemerikesan, Risiko pemerikesan adalah risiko bahwa hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan Kondisi yang, sebenarnya, Pemerisa mengembangkan prosedur pemerisaan dan ‘melaksanekannya dengan rujuan mengurang) risiko pemeriksaan ‘Materialitas dalam Pemeriksaan Keuangan Negara ‘56, Pemerikea -mempertimbangkan materiales pada proses, ppemeriksaan. Konsep materialitas bersifat relevan untuk semua Pemeriksaan, Sesuaty bersifat material jika pengetahuan mengenai hhal tersebut dapat memengaruhi pengambilan keputusan oleh ppengguna LHP. Meterialitas ditentukan menggunakan pertimbangan profesional dan bergantung pada interpretasi pemeriksa terhadap kkebutuhan pengguna LHP dan ketentuan peraturan perundang- lundangsn, Materialitas memiliki aspek kuantitatif dan espele ‘eualitati. Pertimbangan msterialitas memengaruhi keputusan -mengenat sitar, saat, dan lingkup prosedur pemerikesaan dan evattasi bhasil pemeriksaan, Dokumentast Pemerisaan 57. Dokumentasi pemerikssan yang memadai memberikan pemahaman yang jelas atas prosedur pemerikssan yang dilakukan, bukti yang diperoleh dan kesimpulan. Dokumentasi pemerikesaan dapat berupa dokumen fisik maupun dokumen elektronis. Dokumentasi menyediskan informasi bagi Pemeriksa yang berpengalaman dan lanpa_pengetahuan sebelumnya mengenai pemeriksaan tersebut, ‘untuk dapat memahami: (1) sifat, saat, lingkup, dan hasil dari prosedur yang dilakukan, (2) bukti yang diperoleh untuk mendukung, kesimpulan pemeriksaan, (3) alesan di balk semua hal signifikan yong memerlukan pertimbangan profesional, dan (4) kesimpulan, Dokumentasi pemeriksaan harus dikelola dalam suatu sistem pengelolann dokumentasi pemeriksaan yang aman, tidal copat rusale, teratur, efsien, dan efeiti. ‘Bean Ponateakauangan Keroaka Koso Pome ‘Komunikasi Pemerikeaan 58. Pomeriksa membangun Kormunikasi yang efisien dan efekiif pada seluruh proses pemeriksaan 59. Komunikasi mencakup proses yang digunakan oleh BPK atau Pemeriksa dalam pemerolchan data dan informasi dalam rangka pengumpulan bukti pemeriksaan dan penyampaian has pemeriksaan kepada pihak yang bertanggung jawab. Pemerilsa dapat -mengomunikasikan hal-hal terkait pemeriesaan kepada pemangku kepentingen sesuai dengan Ketentuan peraturan _perundang- uundangan, PENGEMBANGAN STANDAR PEMERIKSAAN 60. Pengembangan standar pemeriksaan meliputi prosedur penyusunan standar, revisi standar, dan interpretasi standar. Pengembangan standar pemeriksaan mempertimbangkan perkembangan standar di Tingkangan profesi seeara nasional maupun intemasional, Proses| pengembengan standar pemeriksaan mencakup langkab-langkah yang peru ditempuh secara cermat (due process) agar dibasilkan standar pemeriksaan yang diterima secara umum. Langkab-langkah tersebut antara lain konsultesi dengan pemerintak, organisa profesi di bidang —pemeriksaan, dan __mempertimbangkan — standar pemeriksaan internasional 61. Penyusunan standar pemeriksaan dilakukan berdasarkan acuan kerangka konseptual ini, Langkal-langkeh penyusunan standar pemeriksaan meliputi pengidentifikasian topi atau masalah, riset terbatas, penulisan draft standar, peluncuran exposure draft standar, dengar pendapat exposure draft standar, pembahasan tanggapan dan ras exposure draft standar, konsultesi draft standar dengan Pemerintah, dan fi smasulken serta penetapan standar, 62, Revisi standar pemerikssan dapat berupa revist mayor dan revist ‘minor atas standar pemeriksaan. Revisi mayor adalah penambahan, pengurangan, atau perubahan menyeluruh suatu subbab di dalam pemyataan standar pemerikeaan, sedangkan revisi minor adalah penambshan, pengurangan, atau perubahan istilah penting, kalimat ‘Dotan PonerksaKourgan Koran Kons Pementssan dan/atata parsgraf dalam sunt subbab pernyataan standar pemerisaan, 63, Interpretasi standar pemerikeaan adalah penjelasan, arikasi, dan uraian lebih lanjut alas standar pemeriksaan. 64, Pengaturan atas pengembangan standar pemerikssan ditelapkan lebih lanjut oleh BPK, 65. Peninjaunn kembali standar pemeriksaan perlu dilakukan dalam hal ‘erjadi perubahan dalam lingkungan pemeriksaan keuangan negara, HUBUNGAN KERANGKA KONSEPTUAL, KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, STANDAR PEMERIKSAAN, DAN KETENTUAN LAIN 66, Kerangka Konseptsal ini tidaie menggantikan Ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Kerangika Konseptual tidak menetaplan ketentuan dan prosedur pemeriksaan. Ketentuan dan prosedur tersebut akan distur dalam standar pemeriksaan yang. dlikembangkan dengan mengscu: pada Kerangka Konseptual ini dan ‘dale bertentangin dengan Ketentuan peraturan perundang- ‘undangan. 67. Sclain standar pemeriksaan, BPK juga menerbitkan kode etk, standar pengendalian mutu, ketentuan penggunaan pemeriksa dari Ivar BPX, ketentuan tentang pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK, dan ketentuan-ketentuan lain (68. Sebagel penjabaran dari stendar pemeriksaan, BPK menerbitkan petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis pemeriksaan, pedoman manajomen pemeriksaan, dan Metentuan lain yang bersifot peajebaran, Taam Pemamaa Keusngan 7 Kerang Konseptal Pomenksean 1 69, Peninjauan Kembali Kerangka Konseptual perlu dilakuksan dalam hal 2 tered perubahan dalam lingkungan pemeriksaan keuangan negara KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ted HARRY AZHAR AZIS Salinan sesuai dengan BADAN PEMBRIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ‘Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan ‘Huleum Pemeriksasn Kevangan Negara, ‘Sagan Pemornen Revangan cy LAMPIRAN 1 PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN [REPUELIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TTENTANG ‘STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA PSP 100 STANDAR UMUM PENDAHULUAN Ruang Lingieup. ‘Tanggal Efekti. ‘rusuan 4 DEFINISE ne 5 KETENTUAN Bika 5 Independensi, Integrtas, dan Profesionalisme. 74 Pengendalian Mutu, 912 Komperensi ee foe 11D Pertimbangan Ketidakpatuhan, —Kecurangan dan ‘Ketidakpatutan. 20-28 Kormunilasi Pemeriksaan 25-28 Doicumentasi Pemeriksasn 20-31 Hubungan dengan Standar Profesi yang Digunakan oleh ‘Alcantan Publi. 22 Kewajiban Aparat Pengawasan Intem Pemerintah dan ‘Akuntan Publik dalam Pemeriksaan Kevangan Negara 33 -MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN Independensi, Integritas dan Profesionalisme, ALAg ‘Kompetensi A1o-a12 Pertimbangan Ketidakpatuhan, —Kecurangan, dan ‘Ketidakepatutan. als Konmunikasi Pemeriksaan ala PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN 100 STANDAR UNUM PENDAHULUAN ‘Ruang Lingkup 1. PSP ini mengatur standar umum untuk melaksanakan pemeriksaan ‘euangan, pemeriksaan kine, dan PDTT. 2. Standar umum ini berkaitan dengan etika; independensi, integritas, dan profesionalisme; pengendalian mutu; kompetensi; pertimbangan etidalepatuhan, ecurangan, an Ketidalcparutan; komunikasi pemeriksaan; dan dokumentasi pemeriksaan dalam pelaksanaan dan pelaporan hesil pemeriksaan; hubungan dengan standar profesi yang, euro eeees en hal yang menyebabkan salah seji dalam laporan keuangan; b. hal yang menyebabkan penyimpangan kinerja terkait espek ‘ckonomis,efsionsi, dan efektivitas; © hal yang menyebabkan kekurangan penerimaan dan penyimpangan administrasis dan/atau be ‘dan/atau Kerugian keuangan negara/daerah, ‘yang menyebablean potensi kerugian negara/daerah 21, Pemerikea harus mengindentifkasi faktor risiko kecurangan dan ‘menilairisiko adanya ketidakpatuhan terhadap Ketentuan peraturan perundang-undangan yang discbabkan olch kecurangan (awd) dan/atau Ketidakpatutan (abuse). Risiko tersebut harus dianggap sebagai rsiko yang signikan (significant risks) dan Pemeriksa harus ‘memperolch pemshaman tentang pengendalian yang terkait dengan risiko tersebut. (Ref Para. A13) 22, Apabila terdapat risiko Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan yang berindikas\ kecurangan dan eetidakpatutan yang secarasignifikan memengaruhi hal polok/informasi hat pokole yang diperikaa, Pemerikea hora memodifikasi prosedur untuk mengidentifkes! terjadinya kecurangan dan/atau ketidakpatutan, serta menentukan dampalenya terhadep hal pokok/informasi hal pokok yang diperiksa. 23, Pemerikea harus mengungkaplan Ketidakpatuhan terhadap Jketentuan peraturan perundangundangan yang berindikasi kkecurangan, ketidakpatutan, dan/atau kerugian negara/ dacrah, serta Ketidakpatuban yang berpengaruh langsung dan material lethadap hal pokokyinformasi bal pokok yang diperiksasesuai kketentuan. 24, PDT datam bentuk pemeriksaan investigatif hanya dilakukan ketika terdapat predikasi yang memadai. Predikasi dapat berasal dari temuan pemeriksaan selain PDT? dalam bentuke pemeriksaan investigaif nformasi pihak intemal maupun cksternal BPK. Temuan atau informasi tersebut harus iuji kelayakannya sebelum bisa lterima sebagai predileat ‘Badan Pemomnea Revargan 7 PSP 100~ Stans Umum Momunikast Pemeriisaan 25. Pemeriksa harus membangun komunikasi yang efisien dan efektif di seluruh proses pemeriksaan, supaya proses pemeriksaan berjalom dengan Jancar dan hasil pemeriksaan dapat dimengerti dan itindaklanjuti oleh pihak yang bertanggung jawab dan/atau ‘pemangla kepentingan terkait, (Ref: Para. A4) 26. Pemerikea harus menggunakan pertimbangan profesional untuk menentukan bentok, isi, dan intensitas komunikasi, 27. Apabila ade penghentian pemeriksaan, Pemeriksa harus memberikan penjelasan secara tertulis kepada pejabat yang memberikan pemugasan. 28, BPK harus mengomunikasikan secars tertulis alasan penghentian pemerile dlilakukan pemeriksaan, lembaga perwakilan, dan/atau instansi penegalc hukum. sn kepada entitas yang diperisa, entitas yang meminta okumentas! Pemerikeaan 29, Pemeriksa harus menyusun dokumentasi pemeriksaan yang ‘memadai secara tepat waktu pada seluruh tahapan pemeriksaan dan ‘memberikan pemahaman yang jelas atas prosedur pemeriksaan yang dlilakukan, pertimbangan profesional, bukti yang diperoleh, dan kesimpulan yang dibuat. 30. Pomeriksa harus menyusun dokumentasi pemeriksaan guna ‘memberikan informasi yang jelas dan memadai. Melalui dokumentasi lotr belakeang pengetabuan tus pemeriksaan tersebut dapat memahami sifat, waktu, ingkup, dan hasil dari prosedur pemeriksaan yang tersebut, Pemeriksa Jain yang tidak memil ilaksanskan, bukei yang diperoleh dalam mendweung cemuan, kesimpulan, dan rekomendssi pemerikssan, serta alasan dibalike semua hal signifikan yang dibutuhkan dalam mengambil, pertimbangan profesional dan kesimpulan terkait, 31. BPK harus mengembangkan sistem dokumentast pemeriksaan yang efisien dan efektif sesual dengan ketentuan peraturan perundang- undangen, Bodan Penerta Kevangar 3 SP 100 = Str Unum Mubungan dengan Standar Profesi yang Digunakan oleh Akuntan Publik 92, Dole pemeriksaan Kewangan, Standar Pemeriksaan ink memberlakukon standar audit yang dimuat dalam SPAP yang dlitetapkan oleh asosiasi profesi akuntan publik, sepanjang tidak a » PSP 100 Sanda Unum fe. pemah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa dalam kurun wakea 2 (dus) tahun teralehir 4. mempunyai bubungan kerja sama dengan entitas atau program ‘yang diperiksa; dan ‘¢. terlibat baikt seeara langsung maupun tidak langsung dalam eegiatan objek pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa onsultasi, pengembangan sistem, meayusun dan/atau mereviu Japoran kevangan entitas atau program yang dienes, Integritas (Ref: Para.7) 42. Integritas antara lain diwujudkan dalam sikap jujur, objektif, dan tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan Keputusan. Gangguan terhadap integritas meliputi antara lain: &meminta dan/atau menesima uang, Darang, dan/atad fails Jainnya bail langsung maupun tidak langsung dari pihak yang terkait dengan pemeriksaan; b.menghambat pelakeanaan Gugse pemerikeaan untuk -kepentingan pribadi, sescorang, dan/atau golongan; © memaksakan kehendak pribadi kepada pit dan 4. mengubsh temuan stat memerintahkean untuk mengubah i yang diperiksa; temuan pemeriksaan, opini, Kesimpulan, dan rekomendasi has pemeriksaan yang tidak sesuai foleia dan/atau bulti-bulett alam Pemeriksaan, Kemahiran Profesional (Ref: Para. 8} a3, Pemeriksa harus menggunakan kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalam menentukan jenis pemeriksaan yang akan Gilaksanakan, menentukanlingkup —pemeriksaan, mem rmetodologi, menentukan jenis dan jumlah bukti yang sken ormunikasi tentang halal yang terkait dengan proses pemeriksaan, KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, td HARRY AZHAR AZIS Salinon sesuai dengan astinya BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ‘Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hulcum Pemeriksaan Kevangan Negara, foo ened ‘Bacon Pemeries Keuangan 3 PSP 200 STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN SP 200 Standar Pltsanann Pamentcamn DAFTAR ISI Paragraf ‘PENDAHULUAN Ruang Lingkup. tr 15 ‘Tanggal Efeki. : 6 ‘TusvaN. 7 DEFINISI... 8 KETENTUAN Perencanaan, oo 910 ‘Hubungan Pemerikssan BPK dengan Perencanaan Strategis 11 Perencanaan Penuigasan . 12-94 Pemerolehan Bukti ee Taso Pengembangan Terman 33.36 Supervis 37 -MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN Hubungan Pemeriksaan BPK dengan Perencanaan Strategis. AL-A2 Perencanaan Pemigassin ee aoa Pemeroiehan Bulets sou AL9-A20 Pengembangan Teman, A2i-a2a Supervision 28-027 ” PSP 200- Stunde Peatanaan Pomansas PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN 200 'STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PENDAHULUAN ‘Ruang Lingkup 1. PSP ini mengatur tanggung jawab Pemerikea dalam melaksanakan Pemeriksaan yang mencaleip perencansan, pengumpulan bukti pemeriksaan, pengembangan temuan pemeriksaan, dan supervisi 2. Perencanaan berkaitan dengan tanggung jawab Pemeriksa dalam ‘menghubungkan topik pemeriksaan yang akan dilakukan dengan perencanaan strategis BPK dan menyustin perencansan untuk setiap penugasen pemeriksaan. 3. Pengumpulan bukti berkaitan dengan tanggung jawab Pemeriksa dalam merencang dan melalcsanakan prosedur pemcrikeaan untuk ‘memperoleh bukth pemeriksaan yang cukup dan tepat, mendukung penarikan kesimpulan yang aluurat, neat knnalctoratile yang hare dimilikioleh buks pemerissan dalam suatu pemeriksaan, 4. Pengembangan temuan pemerisaan berkaitan dengan tanggung jawab pemeriksa dalam mengembangan temuan pemerikesan berdasarkan bukti pemerikssan yang diperoleh, 5. Supervisi berkaiton dengan tanggung jawab Pemeriksa dalam ‘memberikan arahan dan panduan kepada Pemeriksa selama pemeriksaan untuk memastikan pencapaian tjuan pemeriksaan dan pemenuban standar pemeriksaan. ‘Tanggal Efektif 6. PSP ini berlakes dan mempunyai kekuaten buku mengikat sejai tanggal diundangkan, ‘Baden Pemeritca Kevengar T PSP 200-Stantr Pinsanean Famers ‘TusUAN ‘Tujuan Pemeriesa dalam menerapkan standar ini adalah untuk: &. merencanakan pemeriksaan yong berkualitas agar dapat dllaksanakan secara efisen dan efektifs dan , merancang dan melaksanakan prosedur pemeriksaan uth ‘memperoleh bub yang eulcup dan tepat, DEFINISE Untuk tujuan standar ini, istilah di bawah ini bermakna sebagai brits 2. Perencanaan strategis adalah proses penyusunan visi daa misi yang disusun BPK setiap periode 5 (lima) tahunan dan tertuang dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra). Renstra memuat visi dan misi BPK yang akan dicapai dalam periode 3 (lima) abun, dan antara lain memunt Kebijakan dan strategi pemeriksaan yang menjadi priortas, b. Perencanaan penugasan adalah proses yang meliputi penetapan strategi pemeriksaan socarm Keseluruhan dan pengembangan rencana pemeriksaan, Pengendalian intern adalah proses yang dirancang, diimplementasikan, dan dimonitor oleh pimpinan dan personel entitas yang bertanggung jawab terhadap tata kelola entitas untuk memberikan Keyakinan memadai tentang pencapsian tujuan enti 4. Risiko pemeriksaan adalah risiko terjadinya kemungkinan bahwa temuan, kesimpulan, dan/atau rekomendasi Pemeriesa tidak benar atau tidak lengkap, sebagai abut dari faleor-falcor seperti bull yang tidak culeup dan/atau tidak tepat, prosedur pemeriksaan yang tidale memadai, atau kelalaian yang disengsia ‘maupun informasi yang menyesatkan, Tujuan pemeriksaan berkaiton dengan alasan dilaksanakannya. ‘suatu pemeriksaan, Sccara spesiik, tujuan pemerikssan akan ‘menentukan jenis pemeriksaannya, Bazan Perera Kevangan z 52 200 Stand Pelaaansan Pena 1) Tyjuan pemeriksaan keusngan adalah untuk memperoleh keyakinan memadai sehinggaPemerikea—rmampu rmemberikan opini bahwa laporan Keusangan menyajkan secara wajar, dalam semua hal yang material, atas kkesesuaian dengan standar akuntansi, kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap persturan perunlang- ‘undangan, dan efektivitas sistem pengendalian inter; 2} Tajuan pemeriksaan kinerja adalah untuk menguii dan ‘menilal aspek ekonomi, efisiensi, dan/atau efektivtas, serla aspek kinerja Jainnya atas suaty hal pokle yang siperiksa dengan maksud untuk memberikan rekomendasi vyang dapat mendorong ke arah perbeikan; 3}, Tujuan PDT? dalam bentuk pemeriksaan kepatuhan adalah luntuk menilai apaksh hal pokok yang dipersa sesusi {patub] dengan ketentuan peraturan perundang-tindangan; 4) Tujuan PDTT dalam bentuk pemeriksaan investigatif adalah untuk —mengungkap —adanya india negara/daerah dan/atau unsur pidana. Lingkup pemeriksaan adalah pernyataan yang jelas mengenai {oles tuas, dan batasan pemeriksaan, kerugian Kritetia adalah tolok uur yang digunakan dalam memeriksa dan menilai hal pokok, dalam hal ini informasi yang ‘diungkapkan dalam pengelolasn dan pertanggungjawaban kkeuangan negara, termasuk tolok wlur penyafian dan pengungkapan yang relevan, Uf petik adalat pemilihen beberapa unsur dalam suatu populast ‘sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan stas keseluruhan popula Populasi adalah keseluruhan data yang menja sampel yang akon dipiih, dimana Pemeriksa berkeinginan untule ‘menarik kesimpulan dari keseturuban data tersebut. Risiko Uji petik adalah risiko bahwa Kesimpulan Pemeriksa yang, didasarkan pada sampel yang dipilih berbeda dengan sumber dari keesimpulan apabila prosedur pemerikeaan yang sama diterapkan pada keseluruhan populas Badan Pomeritca Kovsngan > SP 200 Stara PiseansanPomarsan kx Supervisi adalah kegiatan yang mencakup pemberian arahan dan panduan kepada Pemerilsa selama pemeriksaan untuk: rmemastikan pencapaian tujuan pemeriieaan dan permenuhan standar pemeriksaan dengan tetap menerima informasi mutakhir tentang masalah signifikan yang dihadapi, melaksanakan review atas pekerjaan yang dilakukan, dan ‘memberikan pelatihan (training) dan bimbingan {mentoring} yang fekti dalam rangka pclaksanaan pengendalian mutt. 1. Kelangsungan usaha (going concer) adalah asumsi bahva suata ‘entitas dipadang bertahan dalam tigas dan fingsi ates bisnisnya untuk masa depan yang dapat dipredils ™. Indikasi wal kecurangan adalah tanda-tanda yang menunjukiaan kemungkinan terjadinya kecurangan, KETENTUAN Perencanaan © RPK dan Pemerikaa anus merencanskan pemerikoaan dengan sebailc balk, 10. BPK harus membuat perencanaan strategis untuk memenuhi ppelaksonaan tugas pemerikssan dan —harapan _pemangleu -epentingan, Hubungan Pemeriksaan BPK dengan Perencanaan Strategis 11. BPK harus berpedoman pada Renstra BPK dalam menyusun rencana, tahunan pemerikssan, Dalam pemeriksaan inerja dan PDTT, Pemeriksa harus menentukan hal pokok yang alan diperiksa, Pemeriksa harus menetapkan faktorfakior yang menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan hal pokok tersebut. (Ref: Para, Al- 22) Perencansan Penugasan 12, Pemeriksa harus menyatakan secara jelas tyjuan pemeriksasn atas Informasi hal pokok atau heal pokok yang akan diperiksa GatanPenertsaKeuangan 13, 14 15, v7. 16 19. 20. a 22, 23, 24, PSP 200-Standar Plgannean Pema Pemeriksa harus memastikan kejelasen setiap penugasan pemeriksaan yang dilakukan, (Ref Para. A3) Pemeriksa harus memperoleh pemahaman atas entitas dan/atat: hal pokokyinformasi hal pokok yang diperiksa yang diperlakan untuk mengidentifikasi permasalahan, menentukan materialitas, risiko, jenis dan sumber bukt, serta auditabilitas. (Ref: Para. A‘-A6) Pemeriks harus memperoleh pemahamen yang memudai atas pengendalian intern dengan menggunakan pertimbangan profesional (Ref: Para. A7-89) Pemerikss harus menilai dan merespons risiko pemeriksaan dengan ‘menggunakan pertimbangan profesional. (Ref: Para. A10-A11) Pemerikss harus mengidentifkasi dan mengukur risiko material sebagai akibat dari kecurangan, Pemeriksa harus memutakhirkan penilaian dan respons terbadap ‘isiko tersebut sepanjang pros pertimbangan profesional pemeriksaan dengan menggunakan Pemerikea hamio meraneang prosedur yang memadai wituh: ‘memperolch bukti pemeriksaan yang memadai dan laysk atas rsika kecurangan yang telah teridentifiasi Pemerikss harus menetapkan Keiteria yang tepat sebagai dasar untule ‘menilai hal pokok atau informasi hal pokole yang diperiksa. (Ref; Para, A12-A15) Pemeriksa ‘harus mempertimbangian materialitas pada sehuruh proses pemeriksaan dengan menggunakean pertimbangan profesional. (Ref, Para. AL6-A17) Pemerikss harus memutakirken penilaian teehadap materialitas sepanjang proses pemeriksaan berdasarkan penilaian risike dengan ‘menggunakan pertimbangan profesional Dalam pemeriksaan keuangan, Pemeriksa harus mempertimbangkean kelangsungan useha (going concem) dan peristiva yang terjadi antara tanga! laporan Kevangan dan tanggal LHP. (Ref: Para. A.18) Pemerikea harus memutakhirkan rencana pemerikeaan spabila diperlukan selama proses pelaksanaan pemeriksaan, ‘Badan Pemerica Kouangan = SP 200 -Stndar Polskesnaen Perit Pemerolehan Bukti 25, Pemeriksa harus meruncang dan melaksanakan prosedur pemeriksaan yang tepat untuk memperoleh bukti pemeriksaan yang ccukup dan tepat. (Ref: Para, A19} 26. Pemerikea harus menerapkan prosedur yang telah dirancang untuk ‘memperoleh buleti pemeriksaan yang cukup dan layak atas siko ‘kecurangan yang telah teridentifikas 27. Pemeriksa harus menentukan respons keseluruhan jika ditemulkan indikasi awel Kecurangan/indikasi ecurangan di dalam pemeriksaan, 28, Pemeriksa herus _mempertimbangkan kecukupan dan ketepatan bukti dalam mengidentiikasikan sumber-sumber data potensial yang berasal dari entites yang diperiksa, hasil analisis Pemerikss, atau phak:-pihak lin. (Ref: Para, A19) 29. Pemeriksa harus melalaukan pendalaman jika dalam pemerolehan Dukti, Pemeriksa menduga baba dokumen tidak otentik atau isi dokumen telah dimodifikasi tetapi tidale diinformasikan kepada Pemeriksa, 80. Pemeriksa haras memodifikasi prosedur pemeriksaan yang diperlukan apabila bukti pemeriksaan yang diperoleh dari satu sumber bertentangan atau tidak Konsisten dengan bute yang dliperoleh dari sumber Iain atau Pemerikes memiliki keraguan atas Kkeandalan jnformasi yang akan digunakan sebagai bukti pemeriksaan, 31. Pemeriksa dapat memperoleh buleti dengan menggunakan wi peti pemeriksaan untuk memberikan dasar yang memadai bagi Pemericsa ‘untuke menarik kesimpulan, 92. Sepanjang proses pemeriksann, Pemeriksa harus me-review ecukupan dan ketepatan bukti dan menghubungkannya. dengan tujuan pemeviksaan serta meresponsnya dengan mengenalisis ebutuhan untuk memodifikasi prosedur pemeriksnan, (Ref, Para, 20) Badan Perera Kevangan PSP 200- Stands Pbizonaen Parison Pongembangan Temuan 83, Pemerikse harus mengembangkan temuan pemeriksaan apabila ‘menemulan ketidaksesusian antara kondisi dan kritera 34, Pemerikss harus mempertimbanekan unsur temuan yang terdiri dari kkondisi, Krteria, akibat, dan sebab dalam mengembangkan termuan pemeriksaan, Namun unsur yang dibutuhkan untuk sebuah temuan pemerikssan bergantung pada tujuan pemnerikeaan, (Ref: Para. A21} 95. Pemeriksa dapat membuat temuan pemerikeaan untuk memenuhi tujuan pemeriksaan dalam rangka menarik kesimpulan dan/atau ‘ekomendasi. (Refi Para, A22) 36. Apabila menemukan indikasi awal kecurangan, Pemetiksa harus ‘menindakanjuti indikasi awal Kecurangan tersebut sesuai dengan etentuan, (Ref Para, A23) ‘Supervisi 37, Pemeriksa harus disupervisi dengan bail, (Refi Para. A24-A27} MATERI PENERAPAN DAN PENJELASAN LAIN Hubungan Pemeriksaan BPK dengan Perencanaan Strategis (Ref: Para, ay AL, Pemahaman atas Renstra diperlukan untuk memberikan arahan strategis dalam penyusunan rencana pemeriksaan tahunan, penentuan harapan penugasan, dan tujuan pemerieaan, AA2, Faitorfaktor yang menjadi dasar pertimbangan penentuan hal pokok Antara lain ekspeitast masyarakat dan materialitas suatu hal pokol. Perencanaan Penugasan A. Informasi yang perlu dipahami bersama antara lain hal pokok/informasi hat pokok yang akan diperiksa, lingkup dan tujuan pemeriksaan, akses teshadap data yang dibutuhkan, laporan yang akan dihasitkan, proses pemeriksaan, pihale yang dapat dibubuingi Becan Pementea Rourngan 7 aa. as, 46. a. 29. selama pemerilesaan, dan peran, serta tanggung jewab seluruh pial yang terkait dengan pemeriksaan. (Ref: Para. 13} Pemahaman atas entitas dan/atau hal pokok/informasi hal pokok yang diperiksa dapat diperoleh dari pengetauan yang tela dil Pemeriksa atas entitas dan/atau hal pokole/ informasi hal pokok yang diperiksa dan hasil pengumpulan informasi yang dilaleukan selama pemeriksaan. (Refi Para, 14) Pemahaman atas entitas dan/atau hal pokok/ informasi hal pokok ‘yang diperiksa dapat diperoleh dengan mempertimbangkan_hasil pemeriksaan sebelumnya, termasulk di dalamnya adalah hasil pemahaman atas pengendalian intern, penilaian risk, serta tenmaan pemeriksaan. (Ref: Para. 14) Pemahaman atas entitas dan/atau hal pokok/informasi hal pokok yang sesuai dengan pemerikssan benganting pada pengetabuan Pemeriksa atas lingkungan pengendalian. Pemahaman pemeriksa ‘tas lingloungan pengendalian entitas merupakan hal yang penting, kkarena lingkungan pengendalian menjadi dasar bagi sistem [pengendalian intern Untuk meneapad tujuan entitas. (Ket: Para. 13) Pemahaman alas pengendalian intern mencakup —kondisi pengendalian inter yang relevan baik dari sisi wakts maupun substansi dengan pemeriksaan atau yang sifatnya material terhadap ‘hal pokok/informasi hal pokok. (Ref: Para. 15) Pemahaman atas entitas dan lingkungannya serta pemahaman atas pengendalian intern yang relevan dengan pemeriksaan atau yang fatnya material terhadap hal pokol/informast hal pokol, akan terkait dengan proses penilaian risiko, termasuk di dalamnya penilaian risiko adanya kecurangan dan ketidakpatutan, Efektivitas pengendalian intern yang relevan dengan pemeriksaan dapat memengaruhi risico pemerikssan, Sclanjutnya, Pemeriksa dapat ‘memodifixasi sift, walt, atau lingkuup prosedur pemeriksaan sestai dengan penilaian Pemeriksa alas pengendalian intern dan hasil dari ‘ui pengendalian intern, (Ref: Para. 15} Pertimbangan profesional digunakan untuk menentukan apakah ‘suata pengendalian secara individual atau bersama-sama dengan Badan Poreritea Keuangan z Std Pelalsononn Pema 1 yang lain merupakan hat yang relevan dengan pemeriksaan atau 2 sifataya material temhadap hal pokole/informasi hel pokok. (Ref: Para, 5 4 A10.Penilgian dan respons dilakukan dengan mempertimbangkan risiko 5 awaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi yang berhubungan © dengan entitas dan hal pokok/informasi hal pokol yang diperes. 1 Ref Para. 16) 8 ALL.Pemeriksa memperoleh pemahaman atas sistem pengendalian intern 9 yang relevan dengan pemerikesan, termasuk di dalamnya 10 —_pengelolaan risiko yang dimilie enttas yang diperikea serta memadat Hata tidalenya pengelolaan risike tersebut dalam mendulcing 12 pencapaian tujuan onganisas. Ketika memperoleh pemshaman 1 tentang pengendatian yang relevan dengan pemerikesan, Pemeriksa 14 harus mengevaluasi desain pengendalian tersebut dan memastikan 15 apakalh pengendalian tersebut memang dilakukan. (Ref: Para. 16) 16 A12.Penetapan keiteria dipengaruhi oleh hal pokols/informast hal pokok 17 yang diperilesa dan tujuan pemeriksaan, Kriteria dalam pemeriksaan is Reuangat Ueruentuk formal, yelta stander akuntansi yang 1 —merupakan Kerangka pelaporan keuangan yang digunalan oleh 2) penyusun laporan keusngan, (Ref: Para, 20) 21 A19.Dalam pemeriksaan kinerja, apabila tidal tersedia sumber keriteria 2 formal yong sesuai dengan rancangan tujuan pemeriksaan, 2 —_Pemeriksa dapat mengembangkan kriteria pemeriksaan berdasarkcan 24 pada sumber tertenty dan diungkapkan secara transparan. (Ref: 2 Para. 20) 2% A14.Dalam pemeriksaan kinerja dan PDTT dengan bentule pemericsaan 27 —_kepatuhun, apabila Pemeriksa mengldentifikasi adanya pertentangan 2) antara beberapa sumber lriteria yang digunakan, Pemeriksa harus 2 menganalisis konsekuensi dari adanya pertentangan tersebut, dan 0 meresponenya dengan melakukan beberapa hal berikut S|. memodifiasi tujuan pemeriksaan atau hal pokole/informasi hal 2 pokok yang akan diperikes; 53 b,memutuskan untuk tidal melainukan penilaian atas hal ” pokok/informasi bil pokolk atau Badan Pematiaa Kevsnaan > ™ Stndar olasenane Panera ‘© melibatkan para shli untuk memperoieh pandangan ates pertentangan beberapa sumber krteria. (Ref. Para. 20) tanya A1S.Apabila berdasarkan pertimbangan profesional Pemeriesa memutuskan untuk memilih salah sana sumber laiteria, Pemeriksa harus mengungkapkan adanya pertentangan sumber kriteria dan lasan pemilihan sumber loiteria tertentu dalam LIP. Pemeriksa dapat memberikan pertimbangan kepada pemerintah ates isu pertentangan suimber kritera. (Ref: Para. 20) Alb.Sesuatu dapat dinilai material jikn pengetahuan mengenai hal fersebut mungkin akan memengarubi pengambilan keputusan oleh Pengguna LHP. Materialitas metiputi aspek kuantitatif dan kualitatt Pertimbangan materiliias memengaruhi keputusa mengenai silat, ‘waka, dan lua prosedur pemeriksoan dan evaluasi bs ppemeriksaan, Khusus pemeriksaan kinerja dan PDTT dalam bentuk pemeriksaan kepatuhan, materalitas juga dipertimbangkan dalam penentun topik dan kriteria pemeriksann. (Ref: Para. 21) AIT. Hal-hal yang menjadi pertimbangan profesional dalam menentukan ‘Ungkat materialtas antara lain kebutuhan pengguna LHP, misalnya perhatiaa dari para pemuangku kepentingsn, kepentingan unum, dan ddampal bagi masyarakat; karakteritie bawaan pada suats al atat sekelompok hal; konteks ‘eterjadian suatu hal; dan persyaratan perundang-undangan. (Ref: Para 21) A18,Pemeriisa harus mempetoleh bukti pemeriksaan yang eulkup dan tepat untuk mengetahy fedanya peristiva atau kondlsi yang dapat ‘menimbulkan keraguan yang signiflkan terhadap kemampuan entitas yang iperiksa terkait kelangsungan usahia (going concer) serta peristiwa yang terjadi antara tanggal laporan kewangan dan tanggal LHP yang memerluizan penyesuaian atau pengungkapan dalam Juporan keuangan yang telah diidentikasi (Ref: Para. 23) Pemerolehan Bukth ‘A19.Pemeriksa dapat memperoleh data dan informasi dengan melalcukan, santara lain pengamatan, wawancara, survei, dan pengukuran, Dalam menentukan metode perolehan dats, Pemeriksa menggunakan Badan Pomeriss Kevangan 0 SP 200 ~ Stand Pellannaan Perera) pertimbangan profesional, Apabila. diperlutan, Pemeriksa dapat rmenggunakan tenaga ahi untule membante peraneangan metodologi pemerolchan daca dan informasi, (Ref: Para. 25, 28) |A20.Kecukupan bukti didasarkan pada keyakinan Pemerikea bawa but tersebut menghasilkan kesimpulan yang andal. (Ref: Para, 32) Pengembangan Temuan ‘A21,Unsur temuan pemeriksaan disebut lengkap sepanjang eujuan pemeriksaan telah dipenuhi, Temuan pemeriksaan secara jelas ‘mengaitkan tujuan pemeriksaan dengan unsur temuan. (Ref: Pars, oy Az2.Apabila terdapat ketidakefektifan pengendalian intern atau keeridakpatuhan, kecurangan, dan/atau ketidakpatutan yang material tetupi tidak mendukung secara langsung tajuan pemeriksaan, Pemeriksa harus mendiskusikan hal tersebut secara beyjenjang, untuk diputuskan apakah akan dilakukan pemeriksaan khusus yang terkait atau tidak. (Ref: Para. 35) 823.Dalam hal Pemeriksa menemukan indies! awal kecurangan, Pemeriksa dapat menindaldanjutinya dengan mengusulkan PDTT dalam bentukc pemeriksaan investigatif. (Ref: Para. 36) ‘Supervisi (Ref: Para. 37) A24.Supervisi dilakukan secara berjenjang dan dimaksudkan untuk menjaonin pencapaian tujuan pemeriksaan dan pencapaian kualitas ppemeriksaan sesual dengan slandar pemerikssan, A25. Sifat dan Tuas supervisi, serta review atas hail pekerjaan Pemerikea apat bervariasi bergantung pada sejumlah faktor, seperti jumlah personel dalam tim Pemeriksa, pentingnya pekerjsan pemerikssan, dan pengalaman Pemerikss. .A26.Supervisi mencakup hal-hal sebagai berikut a. memantau kemajuan pemeriksaan; b. mempertimbangkan kompetensi dan kemampuan setiap anggota tim Pemeriksa, termasuk kecukupan wakta yang diberikan untuk melaksanakan pekerjaannya, pemahaman atas instraks Badan Pomona Revangan 7 PSP 200 - Stor Pilaanonn Pemonksaan 1 yang diberikan, dan kesesusian pelaksanaan pekerjaan dengan 2 pendekatan yang telah direncanakan; 5 © mengarahkan Pemeriksa ke hal signifi kan yang timbul selama ‘ pemeriksaan, mempertimbangkan signifikansi hal tersebut dan . ‘memodiftkasi pendekatan yang telah diencanakan dengan tepat; ‘ dan 7d. mengidentifikasi hal yang perlu dikonsuttasikan atau 8 dipertimbangkan oleh anggota tim Pemeriksa yang. lebih ° berpengalaman selama pemeriksaan, 10 A27.Pihak yang melakukan supervisi juga memfasilitasi kegiatan 11 mentoring dalam tim Pemeriksa selama proses pemerikst KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, we HARRY AZHAR AZIS Salinan sesuai dengan astinya BADAN PEMBRIKSA KEUANGAN REPUBIIK INDONESIA Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan -Huleum Pemerikesaan Keaangan Negara, —=_ fe Nisam Burhanuddin ‘Basan Pomentea Revanian 7

Anda mungkin juga menyukai