Abstrak
Tujuan: Gastroesophageal reflux disease (GERD) terjadi pada pasien anak
saat reflux (refluks/mengalirnya kembali) isi lambung menimbulkan gejala.
Penelitian ini membandingkan efek dari omeprazole dan ranitidine untuk
pengobatan GERD gejala pada bayi usia 2-12 bulan.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian uji acak klinis dengan metode
double-blind dan perbandingan grup paralel omeprazole dan ranitidin yang
dilakukan di Children Training Hospital di Tabriz, Iran. Pasien menerima
perawatan standar selama 2 minggu. Setelah 2 minggu, pasien dengan
gejala yang masih berlanjut didaftarkan kedalam penelitian acak ini.
Hasil: Kami memasukkan 76 pasien dalam penelitian ini dan melakukan
eksklusi kepada 16 diantaranya. Masing masing tiga puluh pasien masuk
kedalam grup A (ranitidine) dan grup B (omeprazole). Skor gejala GERD
untuk grup A dan B adalah 47,17 5,62 dan 51,93 5,42, , dengan nilai P
0,54, 2.47 0.58 sebelum pengobatan dan 2.43 1.15 setelah pengobatan
(P = 0,98). Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna secara statistik
antara ranitidin dan omeprazole dalam keberhasilan mereka untuk
pengobatan GERD.
Kesimpulan: Keamanan dan efektivitas ranitidin dan omeprazole telah
dibuktikan pada bayi. Kedua kelompok bayi menunjukkan penurunan
signifikan secara statistik pada skor variabel klinis setelah perawatan.
Kata kunci: Gastroesophageal reflux, Bayi, Omeprazole, Ranitidine
Pendahuluan
Gastroesophageal reflux (GER) mengacu pada pergerakan retrograde
isi lambung melalui lower esophageal sphincter (LES) ke esophagus. Studi
pada bayi normal menunjukkan episode refluks sebanyak 73 kali per hari.
Refluks bayi mulai terlihat pada beberapa bulan pertama kehidupan yang
akan memuncak pada usia 4 bulan dan menghilang pada sampai dengan
88% pada usia 12 bulan dan hampir sepenuhnya pada usia 24 bulan. GER
merupakan kejadian umum pada bayi, tetapi penyakit gastroesophageal
reflux (GERD) yang didefinisikan sebagai refluks dengan tanda dan gejala
patologis tidak umum terjadi. Manifestasi gejala GERD paling sering adalah
regurgitasi (terutama postprandial), tanda-tanda esofagitis (iritabilitas,
arching (melengkungkan punggung), tercekik, tersedak, tidak mau makan)
dan berujung pada gagal tumbuh. GERD pada beberapa bayi juga dapat
menjadi faktor predisposisi untuk penyakit pernapasan kronis termasuk
batuk, asma dan pneumonia berulang. Keberhasilan membedakan antara
GER fisiologis dan patologis serta manifestasinya pada bayi masih menjadi
tantangan. GERD dengan gejala mengganggu dilaporkan pada 5% sampai
8% bayi.
Rekomendasi terbaru menunjukkan bahwa riwayat klinis bisa menjadi
modalitas yang baik untuk mendiagnosis GERD. The North American Society
for Pediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition Guidelines for
Evaluation of Gastroesophageal Reflux memasukkan rekomendasi perawatan
dan terapi untuk bayi dan anak, baik nonfarmakologis seperti thickened
infant formula (susu formula yang dikentalkan, dapat menggunakan sereal,
gel, maupun pengental lain) dan memposisikan bayi maupun farmakologis.
Obat penekan asam yang digunakan untuk mengobati GERD termasuk H2
reseptor antagonis (H2RAs) seperti ranitidin dan proton pump inhibitor (PPI)
seperti omeprazol. H2RAs memiliki keterbatasan dalam menghambat sekresi
asam lambung postprandial dan tidak efektif dalam mengontrol gejala
refluks.
Berbeda dengan H2RAs, PPI memblokir langkah terakhir dari sekresi
asam, sehingga intens dan tahan lama dalam menekan keasaman. Kecuali
pada kelas baru dari esomeprazole, khasiat PPI untuk GERD pada bayi baru
lahir dan bayi berusia hingga 11 bulan belum dibuktikan meskipun obat ini
memiliki mekanisme inhibisi sekresi asam lambung. Hal ini mungkin
berhubungan dengan kesulitan dalam menentukan apa saja tanda-tanda
klinis yang berkontribusi terhadap esophagitis pada bayi atau kurangnya
penyakit yang dimediasi asam lambung. Van der Pol et al dalam tinjauan
sistematis menunjukkan bahwa jika tujuan utama adalah untuk mengobati
gejala GERD pada bayi, PPI tidak direkomendasikan. Meskipun PPI
tampaknya diterima dengan baik pada jangka pendek, beberapa bukti tidak
mendukung efisiensi dan keamanan PPI dalam pengobatan GERD pada anakanak dan remaja.
bayi yang telah divalidasi untuk membedakan bayi yang sehat dan yang
mengalami GERD2.
Weekly GERD symptom score (WGSS) / Skor Gejala GERD mingguan
didefinisikan sebagai jumlah dari frekuensi rata rata lima gejala GERD yaitu
muntah / regurgitasi, iritabilitas / kerewelan, tercekik / tersedak,
melengkungkan punggung, dan tidak mau makan.
Keselamatan dinilai melalui efek samping yang dilaporkan oleh orang
tua selama penelitian. Pemeriksaan fisik termasuk penilaian parameter
pertumbuhan dilakukan dan tanda-tanda vital dinilai pada kunjungan studi.
Protokol untuk penelitian ini telah diperiksa dan disetujui oleh semua
komite etika independen yang disyaratkan dan oleh Dewan Ulasan Tabriz
University of Medical Science.
Penelitian ini terdaftar di Uji Klinis Iran dengan nomer 76
IRCT20111213530N2. Penelitian ini dirancang dan dilakukan sesuai dengan
Deklarasi Helsinki.
Izin tertulis diperoleh dari orang tua atau wali dari semua pasien
sebelum keterlibatan mereka dalam penelitian.
Dasar dan karakteristik lain dari populasi penelitian dibandingkan
dengan menggunakan sampel independen uji t, chi Square atau uji Fisher
yang sesuai. Nilai AP 0.05 dianggap signifikan secara statistik. Data
dianalisis dengan menggunakan SPSS ver. 17,0 (SPSS Inc, Chicago, IL, USA).