Home
Profile
E - Learning
StudentSite
Baak
iLab
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 . LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memudahkan manusia untuk
memperoleh suatu informasi dengan cepat. Perkembangan tersebut secara tidak
langsung menuntut masyarakat yang gemar mencari informasi berupaya agar tidak
ketinggalan zaman. Salah satu proses mencari informasi yang efektif dan paling mudah
di lakukan melalui kegiatan membaca.
Menurut Ase S. Muchyidin (1980) membaca adalah proses penafsiran lambang dan
pemberian makna terhadapnya. Kegiatan membaca tersebut merupakan kemampuan
pokok bagi setiap individu, karena dengan membaca dapat membuka wawasan dan
pengetahuan. Memang tidak ada sangsi bagi individu yang malas membaca, akan
tetapi salah satu dampak bagi individu yang malas membaca maka akan tertinggal dari
peradaban modern atau dengan kata lain akan ketinggalan zaman, mengingat
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang masih perlu wawasan yang
lebih luas untuk meningkatkan kualitas masyarakat. Untuk memperoleh kemampuan
membaca yang baik, seseorang diharapkan sering melakukan kegiatan membaca
sehingga dibutuhkan minat baca.
Menurut Pawit M. Yusuf (1990:56) minat adalah kesenangan dan perhatian yang
terus menerus terhadap suatu objek karena adanya pengharapan akan memperoleh
kemanfaatannya. Menurut survey minat baca masyarakat Indonesia tergolong masih
rendah, situasi tersebut dapat dilihat dari laporan penelitian.
Data dalam dokumen UNDP dalam Human Development Report 2000, bahwa
angka melek huruf orang dewasa di Indonesia hanya 65,5 persen. Sedangkan Malaysia
sudah mencapai 86,4 persen, dan negara-negara maju seperti Australia, Jepang,
Inggris, Jerman, dan AS umumnya sudah mencapai 99,0 persen. Dengan kondisi
seperti itu, maka tidak heran bila kualitas pendidikan di Indonesia juga buruk. Dalam hal
pendidikan, survei The Political and Economic Risk Country (PERC), sebuah lembaga
konsultan di Singapura, pada akhir 2001, menempatkan Indonesia di urutan ke-12 dari
12 negara di Asia yang diteliti. Berdasarkan survei UNESCO pada tahun 2011. Hasil
survey lembaga UNESCO (United Nation Education Society and Cultural Organization)
ada tahun 2011, juga menemukan fakta bahwa indeks membaca masyarakat Indonesia
betul-betul rendah yaitu baru sekitar 0,001. Artinya dari seribu penduduk, hanya ada
satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi. Angka ini masih sangat jauh
dibandingkan dengan angka minat baca di Amerika dan Singapura, apalagi Jepang.
Amerika memiliki indeks membaca 0,45 dan Singapura memiliki indeks 0,55. Jepang
memiliki indeks 17 koma sekian. Bahkan budaya baca masyarakat Indonesia berada di
urutan ke-38 dari 39 negara dan merupakan yang paling rendah di kawasan ASEAN.
Menurut Andy F. Noya, host acara Kick &Andy yang juga duta baca 2011, Potensi
bangsa Indonesia sangat tinggi secara kuantitas. Namun, fakta membuktikan bahwa
kondisi minat baca di Indonesia berdasarkan temuan UNDP tahun 2010, Human
Development Indeks, masih sangat rendah, berada di peringkat 112 dari 175 negara.
Menurut data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, menunjukkan
bahwa masyarakat lebih banyak tertarik dan memilih untuk menonton TV (85,9%) dan
atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%).
Harian Kompas, terbitan 12 Juni 2009. Minat mahasiswa untuk membaca berbeda
dengan mahasiswa sebelum era modern. Harian tersebut berisi tentang banyaknya
literatur dan penerbit buku tidak mempengaruhi minat membaca mahasiswa. Sebelum
era modern, saat fasilitas masih terbatas para mahasiswa mempunyai semangat dan
motivasi yang tinggi untuk membaca. Pembangunan perpustakaan dan pembelian
referensi yang banyak nampaknya kurang menyentuh minat mahasiswa untuk
membaca literatur yang berkaitan dengan mata kuliah yang diambil.
Salah satu karateristik kampus sebagai institusi akademik adalah aktivitas civitas
akademik
yang
didalamnya
terus-menerus
menggali
dan
mengasah
ilmu
merupakan gejala umum yang menghinggapi, membaca buku merupakan salah satu
aktivitas belajar yang efektif untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan, namun Gejala
malas membaca telah ada pada para mahasiswa saat ini.
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1. Pengertian Minat
Aktifitas membaca akan dilakukan oleh atau tidak sangat ditentukan oleh minat
individu terghadap aktivitas tersebut. Di sini tampak bahwa minat merupakan motivator
yang kuat untuk melakukan suatu aktifitas.
Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang
menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas
dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif terhadap aspek-aspek
lingkungan. Ada juga yang mengartikan minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan menikmati suatu aktivitas disertai rasa senang. Meichati (1972)
mengartikan minat adalah perhatian yang kuat, intensif, dan menguasai individu secara
mendalam untuk tekun melakukan suatu aktivitas.
Minat mengandung arti keinginan memperhatikan atau melakukan sesuatu.
Minat juga berarti sesuatu yang disenangi tanpa terkait atau terpaksa. Menurut Pawit M.
Yusuf (1990: 56) minat adalah kesenangan atau perhatian yang terus menerus
terhadap suatu objek karena adanya pengharapan akan memperoleh kemanfaatannya.
Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif berupa konsep
positif terhadap suatu objek dan berpusat pada manfaat dari objek tersebut. Aspek
afektif nampak dalam rasa suka, tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap objek
tersebut.
Setiap orang mempunyai kecenderungan untuk selalu berhubungan dengan
sesuatu yang dianggapnya memberikan kesenangan dan kebahagiaan. Dari perasaan
senang tersebut timbul keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan apa yang
telah membuatnya senang dan bahagia. Slameto (1987: 57) mengatakan bahwa minat
datangnya dari apa yang ada di depan mata kita, dan yang kedua datangnya dari
belakang mata kita. Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu
membuat intisari dalam bacaan.
Membaca merupakan kemampuan dan keterampilan untuk membuat suatu
penafsiran terhadap bahan yang dibaca. Yang dimaksud dengan kepandaian membaca
tidak hanya menginterpretasikan huruf-huruf, gambar-gambar, dan angka-angka saja,
akan tetapi yang lebih luas daripada itu ialah kemampuan seseorang untuk dapat
memahami makna dari suatu yang dibacanya. Batasan membaca menurut Edward L.
Thorndike yang dikutip oleh Nurhadi (1987: 13) adalah; Reading as Thinking and
Reading as Reasoning, yang artinya adalah, bahwa proses membaca itu sebenarnya
tidak ubahnya dengan proses ketika seseorang sedang berpikir dan bernalar. Dalam
proses membaca ini, terlihat aspek-aspek berpikir seperti, mengingat, memahami,
membeda-bedakan, membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasikan,
dan pada akhirnya menerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan. Jadi, dalam
membaca diperlukan intelektual yang tinggi.
Salah satu aspek intelektual adalah minat. Seseorang yang mempunyai minat
dan perhatian yang tinggi terhadap bacaan tertentu dapat dipastikan akan memperoleh
pemahaman yang lebih baik terhadap minat tersebut dibandingkan dengan orang yang
kurang berminat terhadap topik tersebut.
Selain itu, membaca merupakan suatu bentuk komunikasi antara pembaca dan
media cetak yang dibacanya sebagai wakil dari penulisnya. Suatu komunikasi yang baik
menuntut suatu pengalaman linguistik yang erat hubungannya dengan segi-segi
ekspresi. Karena itulah membaca merupakan kegiatan intelektual yang dapat
mendatangkan pandangan, sikap, dan tindakan yang positif. Oleh karena itu, Sunindyo
(1976: 2) mengatakan, bahwa membaca sangat bermanfaat, karena:
a. dapat mengisi waktu luang dengan kesibukan yang berguna;
b. dapat menambah pengetahuan;
c. dapat meningkatkan keterampilan yang berhubungan dengan hobi, olahraga, dan seni
yang sesuai dengan keperluannya sendiri;
d. dapat mengembangkan watak dan perilaku yang baik;
e. dapat memanfaatkan perpustakaan-perpustakaan yang ada dalam masyarakat.
Suatu kegiatan yang akan dilakukan hendaknya disertai dengan adanya tujuan.
Begitu pula dengan kegiatan membaca, hendaknya pembaca memiliki tujuan sebelum
melakukannya. Tujuan dalam membaca akan menentukan arah dan hasil yang akan
diperoleh oleh pembaca. Setiap pembaca memiliki tujuan yang berbeda-beda.
Penentuan tujuan tersebut didasarkan pada kebutuhan individu masing-masing.
Berdasarkan pendapat Rahim (2008:11), adapun macam-macam tujuan membaca
yaitu: (1) kesenangan; (2) menyempurnakan membaca nyaring; (3) menggunakan
strategi tertentu; (4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik; (5)
mengaitkan informasi yang baru dengan informasi yang telah diketahuinya; (6)
memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis; (7) mengkonfirmasikan atau
menolak prediksi; (8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi
yang diperoleh dari suatu teks dalam cara lain dan mempelajari tentang struktur teks;
(9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
2.2.2. Faktor-faktor dalam Membaca
Menurut Pandawa, dkk (2009) ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
proses pemahaman. Faktor-faktor tersebut adalah: 1) faktor kognitif, 2) faktor afektif, 3)
faktor teks bacaan,dan 4) faktor penguasaan bahasa. Faktor yang pertama berkaitan
dengan pengetahuan, pengalaman, dan tingkat kecerdasan (kemampuan berpikir)
seseorang. Faktor kedua berkaitan dengan kondisi emosional, sikap, dan situasi. Faktor
ketiga berkaitan dengan tingkat kesukaran dan keterbacaan suatu bacaan yang
dipengaruhi oleh pilihan kata, struktur, isi bacaan, dan penggunaan bahasanya.
Selanjutnya faktor terakhir berkaitan dengan tingkat kemampuan berbahasa yang
berkaitan dengan penguasaan perbendaharaan kata, struktur, dan unsur-unsur
kewacanaan.
2.3. Pengertian Minat Baca
Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat
membaca, frekuensi membaca, dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca.
Sinambela (1993) mengartikan minat membaca adalah sikap positif dan adanya rasa
ketertarikan dalam diri individu terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku
membaca
sehingga
mengarahkan
individu
untuk
membaca
dengan
kemauannya sendiri.
Minat baca bukanlah sesuatu yang lahir begitu saja pada diri seseorang. Akan
tetapi minat baca harus dipupuk dan dibina sejak usia dini. Menurut Singer
sebagaimana dikutip oleh Dewi (1997: 10) menyatakan, bahwa minat bukanlah sesuatu
yang dimiliki seseorang begitu saja, melainkan merupakan sesuatu yang dapat
dikembangkan. Apakah seseorang menaruh minat atau tidak, ini tergantung pada
pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama hidupnya.
Sehubungan dengan itu, pemupukan minat haruslah dilakukan sejak dini (kanakkanak) agar seseorang akrab dengan buku. Jika tidak dibiasakan bersahabat dengan
buku sejak dini akan sulit memupuknya pada masa dewasa. Kalaupun bisa akan
semakin banyak hambatan yang dihadapi.
Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa minat baca terkandung unsur
perhatian, kemauan, dorongan dan rasa senang untuk membaca. Perhatian bisa dilihat
dari perhatiannya terhadap kegiatan membaca, mempunyai kemauan yang tinggi untuk
membaca, dorongan dan rasa senang yang timbul dari dalam diri maupun dari
pengaruh orang lain. Semua itu merupakan aktivitas yang dilakukan dengan penuh
ketekunan dan cenderung menetap.
2.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca
Ada beberapa faktor yang mampu mendorong bangkitnya minat baca
masyarakat. Faktor-faktor tersebut adalah; (1) rasa ingin tahu yang tinggi atas fakta,
teori, prinsip, pengetahuan dan informasi, (2) keadaan lingkungan fisik yang memadai,
dalam arti tersedianya bahan bacaan yang menarik, berkualitas dan beragam, (3)
keadaan lingkungan sosial yang kondusif, maksudnya adanya iklim yang selalu
dimanfaatkan dalam waktu tertentu untuk membaca, (4) rasa haus informasi, rasa ingin
tahu, terutama yang aktual, dan (5) berprinsip hidup bahwa membaca merupakan
kebutuhan rohani.
Minat baca merupakan potensi yang sudah ada di dalam diri setiap orang yang
terdapat dalam otak manusia sejak masa kosepsinya (pembuahan) dalam rahim ibu.
Potensi itu akan tumbuh dan berkembang setelah dilahirkan ke dunia, tergantung dari
faktor dorongan yang tersedia, situasi dan kondisi, lingkungan kehidupan dari sistem
yang berlaku. Menurut Baderi, paling tidak ada lima faktor yang turut mempengaruhi
minat baca seseorang, yaitu; (1) Dorongan dari dalam, (2) Lingkungan Keluarga, (3)
Lingkungan masyarakat, (4) Lingkungan sekolah/pendidikan, dan (5) Sistem pendidikan
nasional.
1. Faktor Intrinsik
Upaya pembinaan dan peningkatan minat baca secara sistematis merupakan
salah satu tugas dan tanggung jawab perpustakaan di samping aspek-aspek lainnya.
Dalam melaksanakan pembinaan dan peningkatan minat baca banyak kendala-kendala
yang terasa dari dalam perpustakaan sendiri yang disebut sebagai faktor intrinsik.
2. Faktor Ekstrinsik
Selain
faktor-faktor
intrinsik,
faktor-faktor
ekstrinsik
juga
mempengaruhi
pembinaan dan peningkatan minat baca. Yang dimaksud dengan faktor-faktor ekstrinsik
adalah faktor-faktor yang berada di luar perpustakaan, namun mempengarui
pembinaan dan pengembagan minat baca yang menjadi salah satu tugas dan tanggung
jawab perpustakaan.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. TujuanPenelitian
Penelitian ini dibuat dengan tujuan menggali informasi lebih jauh tentang faktorfaktor yang mempengaruhi rendahnya minat baca mahasiswa dalam aktivitasnya di
kampus. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dosen, mahasiswa dan
pihak perpustakaan di UNJ untuk membantu meningkat kan minat membaca
mahasiswanya.
3.2. WaktudanTempatPenelitian
3.2.1. WaktuPelaksanaan
Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah 18 Februari 2014
3.2.2. TempatPenelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Gd. Daksinapati Ll.3 Fakultas Ilmu Pendidikan
Kampus A Universitas Negeri Jakarta.
3.3. Populasi, Sample, danTeknik Sampling
3.3.1. PopulasiPenelitian
Populasi merupakan keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto, 2002).
Populasi dapat berupa manusia, bendan gejala-gejala, pola hidup, tingkah laku, dan
sebagainya. Ada dua macam populasi dalam penelitian yaitu; populasi terhingga terdiri
dari elemen yang sukar dicari batasannya. Peneliti menentukan populasi dalam
penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
dalam minat membaca buku.
b. Setelah pengisian angket, maka peneliti memeriksa jumlah kuesioner dan memeriksa
kelengkapan jawaban responden.
1) Melakukan tabulasi data yang telah diperoleh
2) Melakukan analisis data
3) Menyimpulkan hasil yang telah diperoleh dari hasil analisis data.
3. Tahap pelaporan
Hasil penelitian dilaporkan dalam bentuk proposal penelitian deskriptif.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inventori
Minat Siswa Model Safran (Safran Students Interest).
Kuesioner menurut Arikunto (2002) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan
skala pengukuran yang disebut likert. Menurut Kinnear, skala Likert ini berhubungan
dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu seperti setuju tidak
setuju, senang tidak senang, dan baik tidak baik. Dengan kata lain, skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial.
Dengan skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel, kemudia indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyususn itemitem instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item
yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi sangat positif sampai sangat
negatif.
Adapun jawaban dari item-item angket menggunakan skala likert dinilai dengan
skor sebagai berikut:
Positif
Sesuai
Tidak Sesuai
Negatif
Hal yang terpenting dalam penelitian adalah instrumen yang digunakan untuk
mengukur variabel. Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu minat mahasiswa.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Metode yang
digunakan untuk penelitian ini dalah dengan cara memberikan kuesioner yang berisi
daftar pertanyaan yang diberikan kepada mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ancok J. 1989. Validitas dan Reabilitas Instrument Penelitian. Di dalam: Singarimbun M, editor.
Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Arikunto, Suharsimi, (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
RinekaCipta
Azam, Syukur Rammatullah. (2005). Problematika anak kampus. Qurani Media Pustaka:
Yogyakarta
Bobbi De Porter & Mike Hernachi. (2003). Quantum Learning: membiasakan belajar nyaman
dan mentenangkan. Kaifa: Bandung
Franz, Kurt&Benhard Meier. 1983. Membina Minat Baca. Bandung: Remadja Karya
Nurhadi. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: CV Sinar Baru
Offset
Sugiyono. (2007). Metode penelitian kuantitatif dan R&D. Alfa beta: Bandung
Siregar, A.R. (2008). Strategi Mengembngkan Kebiasaan Membaca Mahasiswa. (diunduh
tanggal
15
Februari
2014)
http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/1892/1/08E00519.pdf
Utomo, A.S. (1998). Upaya Perpustakaan Menumbuhkan Minat Baca Masyarakat, Buletin
FKP2T, Th.III. no.2, Juli-Desember
Sudarsana Undang, Bastino. 2011. Pembinaan Minat Baca. Jakarta: Universitas Terbuka
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor:
Ghalia IndonesiaJakarta
A
M
P
I
R
A
N
ANGKET PENELITIAN
MINAT MEMBACA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Nama
NIM
Semester
Jurusan
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Selalu
b. 3-5 kali
c. 5-7 kali
d. > 7 kali
b. Ada tugas
d. Dan Lain
5. Buku apa saja yang sering kamu baca?
a. Jurnal `
No
Semester
Jurusan
Nama
Inisial
Y
VI
c. Novel/fiksi
d. Skripsi
PLS
KK
KK
1-3 kali
Ada tugas
VI
PLS
KK
KK
1-3 kali
Ada tugas
AS
VI
PLS
KK
KK
1-3 kali
Ada tugas
Dw
VI
PLS
KK
KK
1-3 kali
Ada tugas
FH
VI
PLS
KK
KK
1-3 kali
Ada tugas
DH
VI
PLS
KK
KK
1-3 kali
Ada tugas
Sn
IV
PAUD
KK
3-5 kali
Ada tugas
Buku Mata
Kuliah
Buku Mata
Kuliah
Buku mata
kuliah
Buku mata
kuliah
Novel/Fiksi
Ds
IV
PAUD
KK
3-5 kali
Ada tugas
Novel/Fiksi
SR
IV
PAUD
KK
KK
1-3 kali
Ada tugas
Novel/Fiksi
Buku Mata
Kuliah
Novel/Fiksi
10
Sm
IV
PAUD
>7 kali
Hobi
11
An
IV
PAUD
KK
KK
3-5 kali
Ada tugas
12
EAS
IV
TP
KK
3-5 kali
Ada tugas
13
ATF
IV
TP
KK
1-3 kali
Novel/fiksi
14
RCP
IV
TP
KK
KK
1-3 kali
Mengisi
waktu luang
Ada tugas
15
AP
IV
TP
KK
KK
1-3 kali
Ada tugas
Skripsi
16
SB
IV
TP
KK
KK
1-3 kali
Ada tugas
17
NAK
VI
MP
KK
KK
1-3 kali
18
TMR
VI
MP
KK
KK
1-3 kali
Mengisi
waktu luang
Dll
Buku Mata
Kuliah
Novel/Fiksi
19
ATL
VI
MP
KK
KK
1-3 kali
Ada tugas
20
MAS
VI
MP
SL
KK
3-5 kali
21
SA
VI
MP
KK
KK
1-3 kali
Mengisi
waktu luang
Ada tugas
22
SN
IV
BK
KK
5-7 kali
Ada tugas
23
DK
IV
BK
KK
1-3 kali
Ada tugas
24
RD
IV
BK
1-3 kali
Ada tugas
25
TON
IV
BK
KK
3-5 kali
Ada tugas
26
NN
IV
BK
3-5 kali
Ada tugas
Keterangan :
TP
= tidak pernah
KK = Kadang-Kadang
S
= sering
SL
= selalu
Buku Mata
Kuliah
Buku Mata
Kuliah
Novel/Fiksi
Novel/Fiksi
Buku mata
kuliah
Jurnal
Buku mata
kuliah
Buku mata
kuliah
Buku mata
kuliah
Novel/fiksi
Buku mata
kuliah
Buku mata
kuliah
Novel/fiksi
=0
Kk
= 17
=8
Sl
=1
=0
Kk
= 21
=5
Sl
=0
= 17
3-5 kali
=7
5-7 kali
=1
>7 kali = 1
Skor paling tinggi yaitu 17, dengan keterangan 1-3 kali dalam 1 minggu.
4. Apa yang menjadi alasan kamu mengunjungi perpustakaan?
Hobi
=1
Ada tugas
= 21
=1
Skor paling tinggi adalah 21, dengan keterangan ada tugas.
=1
= 14
Novel/fiksi
= 10
Skripsi
=1
Skor paling tinggi adalah 14, dengan keterangan buku mata kuliah.
Dari hasil angket yang telah disebar secara random pada tanggal 18 Februari 2014 kepada 26
responden ke 5 jurusan di FIP yaitu BK, MP, PAUD, TP, PLS diperoleh data bahwa (1) minat
membaca mahasiswa FIP, secara umum termasuk ke dalam kategori rendah , (2) mahasiswa
mengunjungi perpustakaan 1-3 kali dalam 1 minggu dan berkunjung ke perpustakaan untuk
mencari atau membaca buku jika ada tugas yang diberikan oleh dosen, hanya sebagian kecil
mahasiswa yang memanfaatkan waktu luang untuk membaca buku atau intens berkunjung ke
perpustakaan. (3) buku yang biasa dicari mahasiswa di perpustakaan FIP UNJ yaitu buku mata
kuliah yang ditugaskan oleh dosen, biasanya dosen memberikan tugas untuk mencari buku
referensi agar
mahasiswa karena dari hasil angket novel/ fiksi berada pada score tertinggi kedua. Mahasiswa
umumnya menyukai membaca novel/fiksi untuk mengisi waktu luang tetapi kurang minat untuk
membaca buku mata kuliah, jurnal, atau skripsi. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak
Agung satria selaku petugas Perpustakaan Daksinapati diperoleh data bahwa, buku yang tersedia
di perpustakaan belum memenuhi kebutuhan mahasiswa, ruang membaca yang kurang luas, dan
suasananya bising.
1.
Ninna Dharmawan28 Oktober 2016 01.06
Segera daftarkan diri anda dan bermainlah di Agen Poker, Domino, Ceme dan capsa
Susun Nomor Satu di Indonesia AGENPOKER(COM)
Jadilah jutawan hanya dengan modal 10.000 rupiah sekarang juga !
Balas
Muat yang lain...
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Kategori
Artikel (51)
opini (1)
SOFTSKILL (12)
Jam
Tombol Share
Mengenai Saya