ORGANISASI KONFERENSI ISLAM CREATED BY: 1. ARMA FERI SAFITRI 2. KUSTIYANI 3. MOH. SYAMSUDIN BAHARSYAH 4. NURUL FITRIYAH
Sebagaimana telah menjadi kebiasaan maka para Menteri Luar Negeri negara anggota OKI juga mengadakan Sidang Konsultasi Tingkat Menteri di New York dalam rangka Persidangan Majelis Umum PBB. Disamping itu ada pula Sidang-sidang KTM Luar Biasa. 3. Sekretariat Jenderal (The General Secretariat) Sekretariat Jenderal merupakan organ eksekutif OKI dan dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal (Sekjen) dengan 4 (empat) orang Asisten Sekjen. Sekjen dipilih oleh KTM untuk masa jabatan 4 (empat) tahun dan tidak dapat dipilih kembali. Perubahan jabatan menjadi empat tahun tersebut ditetapkan dalam KTT III di Mekkah tahun 1981 sedangkan sebelumnya masa jabatan tersebut hanya untuk dua tahun saja tetapi dapat diperpanjang untuk masa tidak lebih dari dua tahun. Sekretariat Jenderal dipercayakan mengimplementasikan keputusan-keputusan yang diambil oleh KTT dan KTM. Secara berturut-turut, Sekretaris Jenderal yang telah melaksanakan tugasnya sejak OKI berdiri, adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Tengku Abdul Rahman, Malaysia (1970 1973) Hassan Tuhami, Mesir (1974 1975) Amadou Karim Gaye, Senegal (1975 1979) Habib Chatty, Tunisia (1979 1984) S.S. Przada, Pakistan (1985 1988) Hamid Al Gabid, Mesir (1989 1996) Azeddine Laraki, Maroko (1997 2000). Abdelouahed Belkeziz, Maroko (2001 sekarang)
Sekretariat Jenderal yang juga merupakan Markas Besar OKI berkedudukan di Jeddah, Saudi Arabia. 4. Mahkamah Islam Internasional (The International Islamic Court of Justice). Mahkamah dimaksudkan akan mempunyai fungsi dan peranan penting sebagai badan peradilan untuk menyelesaikan sengketa antar negara anggota secara damai. Ide pembentukan Mahkamah ini berasal dari KTT III di Mekkah. KTT XIII di Niamey telah pula menetapkan Kuwait sebagai tempat kedudukan Mahkamah Islam Internasional tersebut. B. KOMITE KHUSUS 1. Komite Al Quds (Al Quds / Jerusalem Committee) Komite ini dikenal juga sebagai Komite Jerusalem, didirikan berdasarkan Resolusi KTM VI di Jeddah tahun 1975. Tujuan didirikan komite ini adalah Mengkaji situasi di Al Quds dan menindaklanjuti serta mengimplementasikan resolusi-resolusi yang diambil OKI ataupun organisasi/forum internasional lainnya menyangkut Al Quds. 2. Komite Tetap Keuangan (Permanent Finance Committee). Komite ini bertugas mempersiapkan, melakukan dan melaksanakan pengawasan atas penggunaan anggaran Sekretariat Jenderal. Oleh karenanya anggota Komite Tetap Keuangan adalah semua negara anggota OKI. 3. Komite Tetap mengenai soal-soal Penerangan dan Kebudayaan (The Standing Committee on Information and Cultural Affairs/COMIAC).
1. Ankara Centre (The Statistical Economic and Social, Researh and Training Center for
Islamic Countries SESRTCIC) Merupakan pusat latihan dan riset statistik, ekonomi dan sosial. Badan ini berpusat di Ankara, Turki.
2. Dhaka Centre (The Islamic Centre for Technical and Vocational Training and Research ICTVTR) Merupakan pusat riset dan latihan teknik serta kejuruan Islam dan berpusat di Dhaka, Bangladesh.
3. Casablanca Centre (The Islamic Centre for Trade and the Development ICDT)
Merupakan pusat pengembangan perdagangan Islam dan berpusat di Maroko. Casablanca,
4. The Al Quds (Jerusalem) Fund and its Waqf, Jeddah 5. The Islamic Solidarity Fund and its Wagq, Jeddah. 6. The Researh Centre for Islamic History Art and Culture, Istanbul. 7. The Islamic Foundation of Science, Technology and Development, Jeddah.
8. The Islamic Fiqh Academy
2. Kamar Dagang, Industri dan Komoditi Islam (Islamic Chamber of Commerce, Industry and
Commodity Exchange ICCICE) Kegiatan KADIN Islam antara lain mengkoordinasikan Islamic Fair secara teratur dan juga meneliti proyek-proyek industri patungan antar negara-negara anggota bekerjasama dengan IDB ataupun pusat-pusat lainnya.
3. Islamic International News Agency (IINA), Jeddah. 4. Islamic State Broadcasting Organization (ISBO), Jeddah 5. Islamic Shipowners Association, Jeddah.
ORGANISASI KONFERENSI ISLAM 6. Islamic Education, Scientific and Cultural Organization, Casablanca.
Sesuai dengan Artikel VIII Piagam OKI yang menyangkut keanggotaan dijelaskan bahwa organisasi terdiri dari negara-negara Islam yang turut serta dalam KTT yang diadakan di Rabat dan KTM-KTM yang diselenggarakan di Jeddah, Karachi serta yang menandatangani Piagam. Kriteria yang dirancang oleh Panitia Persiapan KTT I adalah bahwa "Negara Islam" adalah negara yang konstitusional Islam atau mayoritas penduduknya Islam. Semua negara muslim dapat bergabung dalam OKI. Keanggotaan Indonesia di dalam OKI adalah unik. Pada tahun-tahun pertama, kedudukan Indonesia dalam OKI menjadi sorotan baik di kalangan OKI sendiri maupun di dalam negeri. Indonesia menjelaskan kepada OKI bahwa Indonesia bukanlah negara Islam secara konstitusional dan tidak dapat turut sebagai penandatangan Piagam. Tetapi Indonesia telah turut sejak awal dan juga salah satu negara pertama dan yang turut berkecimpung dalam kegiatan OKI. Kedudukan Indonesia disebut sebagai "partisipan aktif". Status, hak dan kewajiban Indonesia sama seperti negara-negara anggota lainnya. Sebagai negara yang berfalsafah Pancasila dan sebagai negara yang sebagian besar penduduknya beragama Islam, maka Indonesia patut menyambut positif setiap usaha untuk meningkatkan derajat, status sosial dan kesejahteraan serta kemakmuran umat Islam
Pada KTT III tahun 1972 di Jeddah, Saudi Arabia, Indonesia secara resmi menjadi anggota OKI dan turut menandatangani piagam OKI. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara anggota OKI pemula. Bahkan didalam pertemuanpertemuan resmi, Indonesia dianggap telah menjadi anggota OKI sejak tahun 1969. Bagi Indonesia keterlibatannya didalam OKI merupakan kesempatan yang baik dalam rangka pengembangan ekonomi/ perdagangan diantara sesama negara-negara OKI terutama dalam kaitannya dengan kepentingan pembangunan yang sedang berlangsung di Indonesia, khususnya dalam peningkatan ekspor non migas. Beberapa alasan masuknya Indonesia di dalam OKI, antara lain : a. Secara obyektif, Indonesia ingin mendapatkan hasil yang positif bagi kepentingan nasional Indonesia. Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya beragama Islam meskipun secara konstitusional tidak merupakan negara Islam. Dari segi jumlah penduduk yang beragama Islam, maka jumlahnya merupakan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Indonesia menganut politik luar negeri yang bebas dan aktif sehingga dapat diterapkan dalam organisasi-organisasi internasional termasuk OKI sejauh tidak menyimpang dari kepentingan nasional Indonesia. Terdapat kesamaan pandangan antara OKI dan Indonesia, yaitu sama-sama memperjuangkan perdamaian dunia berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, disamping kepentingan dalam bidang perekonomian dan perdagangan.
b.
c.
d.
3. Kepentingan Indonesia didalam OKI a. Menyangkut masalah politis dimana Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berpijak pada politik luar negeri yang bebas dan aktif. b. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, ikut menggalang solidaritas Islamiyah. c. Menarik manfaat bagi kepentingan pembangunan Indonesia, khususnya dalam kerjasama ekonomi dan perdagangan di antara negara-negara anggota OKI. 4. Perdagangan Indonesia dengan Negara Anggota OKI.
Ekspor Impor
Impor Indonesia dari Negara OKI selama periode Januari Oktober 2003 sebesar US$ 1,185.03 juta atau meningkat 8,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2002.
Im por Non Migas Indonesia ke Negara OKI Tahun 2003 (s/d Agustus)
965.41
Dibandingkan dengan total ekspor non migas Indonesia tahun 2003 (s/d bulan Oktober) sebesar US$ 39,442.53 juta, maka ekspor ke Negara-negara OKI relative kecil. Kecilnya
10
Ekspor
24,763.12 20,514.92
Impor
Tahun
11
BAB IV KTT OKI X DAN SIDANG KE-19 COMCEC A. KTT OKI X, MALAYSIA KTT X OKI telah berlangsung pada tanggal 16-17 Oktober 2003 di Kuala Lumpur, Malaysia. KTT tersebut merupakan yang pertama kalinya dilangsungkan di Negara Asia Tenggara. Sebelum ini, pertemuan di Asia pernah diselenggarakan di Lahore, Pakistan pada tahun1974. Hal-hal penting yang dibahas dalam KTT tersebut antara lain masalah serangan AS ke Irak, pendudukan Israel atas wilayah Palestina serta serangan Israel terhadap Suriah. Dalam masalah serangan AS ke Irak, meskipun menolak pengiriman pasukan dibawah payung OKI, Negara-negara anggota OKI menuntut pengusiran semua pasukan asing dari Irak. Tuntutan tersebut dikemukakan oleh Sekretaris JEnderal OKI Abdelouahed Belkeziz. Resolusi yang terkait dengan isu Palestina mendapat dukungan luas dari segenap anggota OKI. Para Pemimpin OKI, termasuk Presiden RI, memberi dukungan bagi penyelesaian Palestina secara damai dibawah koordinasi badan internasional yang didukung secara internasional. Secara umum KTT X OKI berlangsung sukses dan menghasilkan suatu kesepakatan yang tertuang dalam Deklarasi Putrajaya. Deklarasi tersebut berisi tujuh butir kesepakatan yang akan memberikan kontribusi nilai lebih terhadap pembangunan masyarakat muslim. Ketujuh butir Kesepakatan Putrajaya tersebut adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ilmu pengetahuan dan moralitas; Persatuan dan kejayaan; Revitalisasi OKI; Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; Pengembangan teknologi informasi dan telekomunikasi untuk pengembangan umat; Meningkatkan kerjasama ekonomi; 7. Meningkatkan perdagangan antara sesama Negara anggota. Deklarasi Putrajaya juga dilengkapi dengan plan of action yang akan menjadi acuan bagi pelaksanaan deklarasi tersebut. Di bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi misalnya, Negara anggota OKI akan melakukan konferensi rutin para ilmuan muslim dan menunjang aktivitas mereka dengan membentuk yayasan khusus OKI. Sementara itu, di bidang perbankan, OKI sedang mempertimbangkan usulan system perdagangan yang didasarkan pada satu mata uang emas (the Gold-based Trade Payment Arrangements G B. SIDANG KE-19 KOMITE TETAP KERJASAMA EKONOMI DAN PERDAGANGAN ORGANISASI KONFERENSI ISLAM (COMCEC) Komisi Tetap Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan OKI (The Standing Committee for Economic and Trade Cooperation / COMCEC OIC) merupakan salah satu komisi khusus dalam struktur OKI yang menangani masalah ekonomi dan perdagangan. Komisi ini berfungsi menindaklanjuti pelaksanaan resolusi yang disepakati pada Konferensi Islam dalam bidang ekonomi dan perdagangan; meneliti semua kemungkinan sarana untuk memperkuat kerjasama di bidang tersebut serta menetapkan program dan usulan di masa depan guna meningkatkan kemampuan Negara-negara anggota di bidang ekonomi dan perdagangan.
12
7. Meminta Pemerintah Malaysia dan IDB untuk melaporkan hasil pengoperasioan proyek
electronic banking OIC-Network. 8. Mengadakan lokakarya mengenai Fasilitasi Perdagangan dan Transportasi Negaranegara OKI di Pakistan 2004. 9. Menghimbau Negara-negara anggota agar berpartisipasi dalam lokakarya, seminar, pameran maupun setiap forum yang diadakan oleh anggota. 10. Menyepakati Sidang ke-20 COMCEC diselenggarakan tanggal 23-26 Nopember 2004 dan Sidang Komite Tindak Lanjut COMCEC tanggal 11-13 Mei 2004 di Istanbul.
13
Sidang yang dihadiri oleh wakil dari 43 negara dan wakil dari badan subsider dan afiliasi OKI ini berlangsung dengan sukses. Secara khusus sidang mendesak agar Negara anggota yang belum meratifikasi TPS-OIC agar segera meratifikasi. Desakan tersebut sejalan dengan akan diselenggarakannya Putaran Pertama Negosiasi Perdagangan OKI di Antalya, Turki pada bulan April 2004. Negara-negara yang sudah meratifikasi dapat mengikuti perundingan tersebut sedangkan yang belum hanya boleh menjadi peninjau (observer). Saat ini telah ada Agreement on Trade Preferential System of the Organization of the Islamic Conferences. Dari 57 negara anggota OKI tercatat 23 negara telah menandatangani Perjanjian TPS-OIC dan 12 diantaranya sudah meratifikasi. Indonesia merupakan Negara pertama yang sudah menandatangani Statuta TPS-OIC yaitu pada tanggal 4 February 1992 namun sampai saat ini belum melakukan ratifikasi.
14
BAB V PENUTUP Kerjasama antara Negara-negara OKI yang selama ini telah terjalin perlu lebih dipererat. Hal ini perlu ditegaskan mengingat persepsi sebagian kalangan barat yang mengidentikkan citra islam dengan kekerasan dan terorisme. Persepsi tersebut harus dihilangkan. Oleh sebab itu berbagai kalangan berharap agar diantara sesama Negara anggota OKI terdapat solidaritas yang tinggi dalam menyikapi berbagai permasalahan yang terjadi dan menimpa Negaranegara OKI khususnya dunia Islam. Dalam bidang ekonomi dan perdagangan telah ditandatangani Agreement on Trade Preferential System of the Organization of the Islamic Conferences (TPS-OIC). Meskipin termasuk Negara yang pertama kali menandatangani Agreement tersebut, tetapi sampai saat ini Indonesia belum meratifikasi TPS-OIC dimaksud. Pada Putaran Pertama Perundingan TPS-OIC yang diselenggarakan pada bulan April 2004 di Turki, Indonesia hanya sebagai peninjau dan diharapkan segera dapat meratifikasi agreement TPS-OIC. Untuk itu Indonesia perlu secara serius mempertimbangkan kemungkinan ratifikasi perjanjian tersebut dalam waktu dekat. Perdagangan Indonesia dengan Negara-negara OKI sampai dengan tahun 2003 masih relative kecil padahal OKI merupakan salah satu pasar potensial untuk produk-produk Indonesia. Berbagai usaha perlu dilaksanakan dalam rangka mempromosikan produk Indonesia di Negara-negara OKI diantaranya dengan mengadakan pameran sebagai tindak lanjut pameran di Sharjah dan Libya. Disamping itu upaya-upaya peningkatan perdagangan perlu dilaksanakan secara optimal melalui fora multilateral.
15
16