Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah OKI (Organisasi
Kerjasama Islam) ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam
selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia
dari alam jahiliah menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.
Makalah OKI (Organisasi Kerjasama Islam) ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas
dari bantuan banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima
kasih yang sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses
pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Namun, kami menyadari bahwa Makalah OKI (Organisasi Kerjasama Islam) ini masih ada
hal-hal yang belum sempurna dan luput dari perhatian penulis. Baik itu dari bahasa yang
digunakan maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan
kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian demi
perbaikan makalah ini ke depannya. Akhirnya, besar harapan kami Makalah OKI (Organisasi
Kerjasama Islam) ini dapat memberikan manfaat yang berarti untuk para pembaca. Dan yang
terpenting adalah semoga dapat turut serta memajukan ilmu pengetahuan.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................................1

C. Tujuan..................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. Kerja Sama Islam (OKI)......................................................................................................2

B. Tujuan OKI (Organisasi Kerjasama Islam).........................................................................3

C. Prinsip-prinsip Oki (Organisasi Kerjasama Islam)..............................................................4

D. Anggota OKI.......................................................................................................................4

E. Badan Utama OKI (Organisasi Kerjasama Islam)...............................................................8

F. Peran Indonesia Dalam OKI................................................................................................9

G. Perkembangan OKI (Organisasi Kerjasama Islam)............................................................12

BAB III PENUTUP..................................................................................................................14

A. Kesimpulan..........................................................................................................................14

B. Saran....................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dibentuk setelah para pemimpin sejumlah negara
Islam mengadakan Konferensi di Rabat, Maroko, pada tanggal 22 – 25 September 1969, dan
menyepakati Deklarasi Rabat yang menegaskan keyakinan atas agama Islam, penghormatan
pada Piagam PBB dan hak asasi manusia. Pembentukan OKI semula didorong oleh
keprihatinan negara-negara Islam atas berbagai masalah yang dihadapi umat Islam,
khususnya setelah unsur Zionis membakar bagian dari Masjid Suci Al-Aqsa pada tanggal 21
Agustus 1969. Pembentukan OKI antara lain ditujukan untuk meningkatkan solidaritas Islam
di antara negara anggota, mengoordinasikan kerja sama antarnegara anggota, mendukung
perdamaian dan keamanan internasional, serta melindungi tempat-tempat suci Islam dan
membantu perjuangan pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat. OKI saat
ini beranggotakan 57 negara Islam atau berpenduduk mayoritas muslim di kawasan Asia dan
Afrika.
Sebagai organisasi internasional yang pada awalnya lebih banyak menekankan pada
masalah politik, terutama masalah Palestina, dalam perkembangannya OKI menjelma
sebagai suatu organisasi internasional yang menjadi wadah kerja sama di berbagai bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ilmu pengetahuan antar negara-negara muslim di
seluruh dunia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah OKI (Organisasi Kerjasama Islam)?
2. Apa tujuan OKI (Organisasi Kerjasama Islam)?
3. Bagaimana badan utama OKI (Organisasi Kerjasama Islam)?
4. Bagaimana perkembangan OKI (Organisasi Kerjasama Islam)?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Organisasi Kerjasama Islam (OKI)

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) (dahulu Organisasi Konferensi Islam) adalah


organisasi antar-pemerintah terbesar kedua setelah PBB yang memiliki keanggotaan 57
negara yang tersebar di empat benua. Organisasi adalah suara kolektif dunia Muslim dan
memastikan untuk menjaga dan melindungi kepentingan dunia Islam dalam semangat
mempromosikan perdamaian dan harmoni internasional di antara berbagai masyarakat dunia.
Organisasi ini didirikan pada keputusan KTT sejarah yang berlangsung di Rabat, Kerajaan
Maroko pada tanggal 12 Rajab 1389 Hijriah (25 September 1969) sebagai akibat dari
pembakaran Masjid Al Aqsa di Yerusalem yang diduduki.
Pada tahun 1970 pertemuan pertama Konferensi Islam dari Menteri Luar Negeri (ICFM)
diadakan di Jeddah yang memutuskan untuk mendirikan sekretariat tetap di Jeddah dipimpin
oleh sekretaris jenderal organisasi. Mr. Iyad Ameen Madani adalah Sekretaris Jenderal 10
yang diasumsikan kantor pada Januari 2014.
Piagam ini Organisasi diadopsi oleh KTT Islam Kesebelas diadakan di Dakar pada 13-14
Maret 2008 yang meletakkan tujuan dan prinsip-prinsip organisasi dan tujuan mendasar
untuk memperkuat solidaritas dan kerja sama di antara negara anggota. Selama 40 tahun
terakhir, keanggotaan telah berkembang dari anggota pendirinya 25 sampai 57 negara.
Organisasi memiliki kehormatan tunggal menggembleng umat menjadi sebuah badan
terpadu dan telah secara aktif mewakili umat Islam dengan mengemban semua penyebab
dekat dengan hati lebih dari 1,5 miliar Muslim di dunia.
Organisasi memiliki hubungan konsultatif dan kerjasama dengan PBB dan organisasi
antar-pemerintah lainnya untuk melindungi kepentingan vital umat Islam dan bekerja untuk
penyelesaian konflik dan sengketa yang melibatkan negara-negara anggota. Dalam menjaga

2
nilai-nilai Islam yang sebenarnya dan Muslim, organisasi telah mengambil berbagai langkah
untuk menghapus kesalahan persepsi dan telah sangat menganjurkan penghapusan
diskriminasi terhadap umat Islam dalam segala bentuk dan manifestasinya.
Negara Anggota OKI banyak menghadapi tantangan di abad ke-21 dan untuk mengatasi
tantangan-tantangan tersebut, sesi luar biasa ketiga KTT Islam di Makkah pada Desember
2005, meletakkan cetak biru yang disebut Program Sepuluh Tahun Aksi yang
membayangkan bersama aksi Negara Anggota, promosi toleransi dan moderasi, modernisasi,
reformasi yang luas di semua bidang kegiatan termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi,
pendidikan, peningkatan perdagangan, dan menekankan pemerintahan yang baik dan
promosi hak asasi manusia di dunia Muslim, khususnya yang berkaitan dengan hak-hak
anak-anak, wanita dan orang tua dan nilai-nilai keluarga diabadikan oleh Islam.

B. Tujuan OKI (Organisasi Kerjasama Islam)


Di bawah piagam, tujuan organisasi, antara lain, untuk:
1. Meningkatkan dan mengkonsolidasikan ikatan persaudaraan dan solidaritas di antara
negara anggota;
2. Menjaga dan melindungi kepentingan umum dan mendukung penyebab yang sah dari
Negara-negara Anggota dan mengkoordinasikan dan menyatukan upaya negara-negara
anggota dalam pandangan tantangan yang dihadapi oleh dunia Islam pada khususnya
dan masyarakat internasional pada umumnya;
3. Menghormati hak penentuan nasib sendiri dan non-campur tangan dalam urusan dalam
negeri dan untuk menghormati kedaulatan, kemerdekaan dan integritas teritorial
masing-masing Negara Anggota;
4. Memastikan partisipasi aktif dari negara anggota dalam global politik, ekonomi dan
sosial pengambilan keputusan proses untuk mengamankan kepentingan bersama
mereka;
5. Menegaskan kembali dukungannya terhadap hak-hak masyarakat sebagaimana diatur
dalam Piagam PBB dan hukum internasional;
6. Memperkuat intra-Islam kerjasama ekonomi dan perdagangan; dalam rangka mencapai
integrasi ekonomi yang mengarah pada pembentukan Pasar Umum Islam;
7. Mengerahkan upaya untuk mencapai pembangunan manusia yang berkelanjutan dan
komprehensif dan ekonomi kesejahteraan di Negara Anggota;
8. Melindungi dan mempertahankan citra Islam yang sebenarnya, untuk memerangi
pencemaran nama baik Islam dan mendorong dialog antar peradaban dan agama;
9. Meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan mendorong
penelitian dan kerjasama antar negara-negara anggota di bidang ini.

3
C. Prinsip-prinsip OKI (Organisasi Kerjasama Islam)
Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, negara anggota harus bertindak, antara
lain, sesuai dengan prinsip-prinsip berikut:
1. Semua negara anggota berkomitmen untuk tujuan dan prinsip Piagam PBB;
2. Negara anggota yang berdaulat, mandiri dan setara dalam hak dan kewajiban;
3. Semua negara Anggota wajib menyelesaikan perselisihan mereka melalui cara-cara
damai dan menahan diri dari penggunaan atau ancaman penggunaan kekuatan dalam
hubungan mereka;
4. Semua negara anggota berusaha menghormati kedaulatan nasional, kemerdekaan dan
integritas wilayah Negara Anggota lainnya dan harus menahan diri dari campur tangan
dalam urusan internal orang lain;
5. Negara-negara Anggota wajib menegakkan dan mempromosikan, pada tingkat nasional
dan internasional, good governance, demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan dasar,
dan aturan hukum.

D. Anggota OKI

OKI mempunyai 57 negara anggota. Beberapa bukan merupakan negara berpenduduk


mayoritas Muslim

Afganistan 1969 Diskors 1980–Maret 1989

Afrika Tengah 1997

Albania 1992

Aljazair 1969

Arab Saudi 1969

Azerbaijan 1991

Bahrain 1970

4
Bangladesh 1974

Benin 1982

Bosnia dan Herzegovina 1994

Brunei Darussalam 1984

Burkina Faso 1975

Chad 1969

Gabon 1974

Gambia 1974

Guinea 1969

Guinea-Bissau 1974

Guyana 1998

Indonesia 1969

Irak 1976

Iran 1969

Jibuti 1978

Kamerun 1975

Kazakhstan 1995

Kirgizstan 1992

Komoro 1976

Kuwait 1969

Lebanon 1969

Libya 1969

Maladewa 1976

Malaysia 1969

Mali 1969

5
Maroko 1969

Mauritania 1969

Mesir 1969 Diskors Mei 1979–Maret 1984

Mozambik 1994

Niger 1969

Nigeria 1986

Oman 1970

Pakistan 1969 Menghalangi keanggotaan India

Palestina[2] 1969[3]

Pantai Gading/Ivory Coast 2001

Qatar 1970

Rusia 2005

Senegal 1969

Sierra Leone 1972

Siprus Turki 1979[4] Status berubah sejak 2004[5]

Somalia 1969

Sudan 1969

Suriah 1970

Suriname 1996

Tajikistan 1992

Thailand 1998

Togo 1997

Tunisia 1969

Turki 1969

Turkmenistan 1992

6
Uganda 1974

Uni Emirat Arab 1970

Uzbekistan 1995

Yaman 1969 Sejak 1990 sebagai Republik


Yaman bergabung
dengan Republik Rakyat
Demokratik Yaman

Yordania 1969

Zanzibar 1993 Mengundurkan diri Agustus 1993

Diskors atau diberhentikan

Front Pembebasan Islam Moro 1977 Menghalangi keanggotaan Filipina

Gerakan Non Blok 1977

Institusi Islam pengamat

Liga Arab 1975

Negara anggota Bergabung Catatan

Negara pengamat

Organisasi internasional pengamat

Organisasi Kerja Sama 1995


Ekonomi

Organisasi/komunitas muslim pengamat

Perserikatan Bangsa-Bangsa 1976

Uni Afrika[6] 1977

Uni Parlemen Negara Anggota 2000


OKI

Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam

Mulai
No. Nama Negara asal Berhenti menjabat
menjabat

1 Tunku Abdul Rahman  Malaysia 1971 1973

7
2 Hassan Al-Touhami  Mesir 1974 1975

3 Amadou Karim Gaye  Senegal 1975 1979

4 Habib Chatty  Tunisia 1979 1984

Syed Sharifuddin
5  Pakistan 1985 1988
Pirzada

6 Hamid Algabid  Niger 1989 1996

7 Azeddine Laraki  Maroko 1997 2000

8 Abdelouahed Belkeziz  Maroko 2001 2004

9 Ekmeleddin İhsanoğlu  Turki 2005 2014

 Arab
10 Iyad bin Amin Madani 2014 2016
Saudi

 Arab
11 Yusuf Al-Utsaimin 2016 Petahana
Saudi

E. Badan Utama OKI (Organisasi Kerjasama Islam)

1. Konferensi para Raja dan Kepala Negara/Pemerintahan


Konferensi para Raja dan Kepala Negara/Pemerintahan merupakan badan otoritas
tertinggi dalam organisasi. Semula badan tersebut mengadakan sidangnya apabila
kepentingan umat Islam memandang perlu untuk mengkaji dan mengkoordinasikan
kebijaksanaan mengenai masalah-masalah yang menyangkut kepentingan dunia Islam.
8
Tetapi pada KTT III OKI di Mekkah, bulan Januari 1981, ditetapkan bahwa KTT
diadakan sekali dalam tiga tahun untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan
diambil OKI.
2. Konferensi Para Menteri Luar Negeri (KTM)
Dalam Article V Piagam OKI disebutkan bahwa Konferensi Para Menteri Luar
Negeri (KTM) diadakan sekali dalam setahun bertempat disalah satu negara anggota. 
Pertemuan yang dihadiri oleh para Menteri Luar Negeri tersebut akan memeriksa dan
menguji “progress report”  dari implementasi atas keputusan-keputusan dari kebijakan
yang diambil  pada pertemuan puncak. KTM Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan
satu atau beberapa negara anggota atau diminta oleh Sekretaris Jenderal dengan
persetujuan mayoritas dua per tiga negara anggota. KTM berhak pula meminta
disidangkannya Konferensi Tingkat Tinggi.
3. Sekretariat Jenderal
Sekretariat Jenderal merupakan organ eksekutif OKI dan dipimpin oleh seorang
Sekretaris Jenderal (Sekjen) dengan 4 (empat) orang Asisten Sekjen. Sekjen dipilih oleh
KTM untuk masa jabatan 4 (empat) tahun dan tidak dapat dipilih kembali. Perubahan jabatan
menjadi empat tahun tersebut ditetapkan dalam KTT III di Mekkah tahun 1981 sedangkan
sebelumnya masa jabatan tersebut hanya untuk dua tahun saja tetapi dapat  diperpanjang
untuk masa tidak lebih dari dua tahun. Sekretariat Jenderal dipercayakan
mengimplementasikan keputusan-keputusan yang diambil oleh KTT dan KTM.

F. Peran Indonesia Dalam OKI


Indonesia menjadi salah satu anggota OKI (Organisasi Kerja Sama Islam). Peran
Indonesia dalam OKI menunjukkan bahwa Indonesia selalu berusaha untuk berpartisipasi
aktif dalam organisasi yang diikutinya. OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) dibentuk setelah
para pemimpin dari sejumlah negara Islam menyelenggarakan Konferensi di Rabat, Maroko.
Koneferensi ini diadakan pada tanggal 22 – 25 September 1969.

Konferensi tersebut menyepakati Deklarasi Rabat yang menegaskan keyakinan atas


agama Islam, penghormatan pada Piagam PBB, dan hak asasi manusia. OKI dibentuk karena
keprihatinan negara-negara Islam atas berbagai masalah yang dihadapi umat Islam,
khususnya setelah unsur Zionis membakar bagian dari Masjid Suci Al-aqsa pada 21 Agustus
1969.

Tantangan dunia yang semakin mengemuka, menjadikan negara-negara anggota OKI


memandang perlunya dilakukan revitalisasi OKI sebagai permasalahan yang mendesak.
Revitalisasi OKI diperlukan dari kenyataan bahwa struktur dan kinerja organisasi OKI
dinilai belum efisien dan efektif. Oleh karena itu, diadakan rangkaian pertemuan yang

9
berhasil mengkaji dan melakukan finalisasi TOR restrukturisasi OKI yang disiapkan
Malaysia.

Pertemuan tingkat Kepala Negara/Pemerintahan KTT OKI ke-10 di Putrajaya, Malaysia


tahun 2003 menyepakati untuk memulai upaya konkret dalam merestrukturisasi Sekretariat
OKI. Selanjutnya, KTT Luar Biasa OKI ke-3 di Mekkah, Arab Saudi, tanggal 7 – 8
Desember 2005 mengakomodasi keinginan tersebut yang dituangkan dalam Macca
Declaration dan OIC 10-years Program of Actions. Hal ini meliputi restrukturisasi dan
reformasi OKI, termasuk perumusan Statuta OKI baru yang harapannya dapat diterapkan
sebelum tahun 2015. Baca juga sejarah organisasi Islam di Indonesia dan sejarah berdirinya
agama Islam.

Sebagai negara anggota OKI, Indonesia memiliki peran yang pasang surut dalam OKI.
Delapan peran Indonesia dalam OKI diantaranya adalah:

1. Hadir dalam KTT I di Rabat


Indonesia menjadi salah satu dari 24 negara yang menghadiri KTT I di Rabat,
Maroko yang menjadi awal berdirinya OKI. Pada tahun-tahun awal peran Indonesia di
OKI masih terbatas. Keanggotaan Indonesia di OKI sempat menjadi perdebatan, baik di
kalangan OKI maupun di dalam negeri. Saat piagam pertama OKI dicetuskan pada tahun
1972, Indonesia menolak menandatangani dan menahan diri untuk menjadi anggota
resmi OKI. Hal ini karena berdasarkan UUD 1945, yakni Indonesia bukanlah negara
Islam.

Namun, muncul tuntutan aspirasi dan politik dalam negeri menyebabkan


Indonesia mulai berperan aktif di OKI pada tahun 1990-an. Hal ini ditandai dengan
hadirnya Presiden Soeharto untuk pertama kalinya hadir dalam KTT ke-6 OKI yang
diselenggarakan di Senegal, Desember 1991. Hadirnya Presiden Soeharto tersebut
menjadi langkah awal perubahan kebijakan politik luar negara Indonesia, yakni untuk
berpartisipasi lebih aktif di OKI. Namun, peran Indonesia dalam OKI tidak terlalu
dominan sebagaimana peran Indonesia dalam ASEAN maupun peran Indonesia dalam
GNB.

2. Gagasan “Tata Informasi Baru Dunia Islam”


Indonesia mempelopori gagasan perlunya “Tata Informasi Baru Dunia Islam”.
Hal ini dikemukakan dalam konferensi Menteri-Menteri Penerangan OKI tahun 1988.

3. Ketua Committee of Six


Peran aktif Indonesia di OKI yang menonjol adalah saat tahun 1993. Indonesia
menerima mandat sebagai ketua Committee of Six. Indonesia bertugas memfasilitasi

10
perundingan damai antara Moro National Liberation Front (MNLF) dengan
Pemerintahan Filipina.

4. Tuan Rumah Konferensi Tingkat Menteri (KTM-OKI) ke-24


Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTM-OKI) ke-24 di
Jakarta pada tahun 1996. KTM ini dilaksanakan tanggal 9 -13 Desember 1996. Pada
KTM tersebut fokus pembicaraan menyangkut citra Islam dunia internasional. Pada
KTM OKI tersebut diputuskan beberapa masalah regional dan internasional, yakni
sebagai berikut:

a) Masalah Palestina ialah persoalan utama bagi dunia Islam

b) Mengecam keras kebijakan Israel yang menghambat proses perdamaian

c) Mengakui integritas & kedaulatan Bosnia Herzegovina sesuai batas-batas


wilayahnya secara internasional

d) Menghimbau diadakannya perundingan damai di wilayah Jammu dan Kashmir,


menegaskan perlunya dihormati hak rakyat Kashmir untuk menentukan nasib
sendiri, dan mengecam tegas pelanggaran hak-hak asasi manusia di kawasan itu

e) Menghimbau supaya pihak-pihak yang berseteru di Afghanistan segera mengadakan


gencatan senjata

f) Menyerukan kepada Irak untuk sungguh-sungguh bekerja sama dengan Komite


Palang Merah Internasional dalam upaya mengiplementasikan resolusi PBB
(terutama yang menyangkut pembebasan para tawanan perang Kuwait)

g) Mengecam tindakan agresi Amerika Serikat terhadap Libya

h) Mendukung dengan tegas posisi Indonesia di Timor Timur

5. Mendukung pelaksanaan OIC’s Ten-Year Plan of Action


Indonesia mendukung pelaksanaan dari OIC’s Ten-Year Plan of Action pada
KTT OKI ke-14 di Dakar, Senegal. Indonesia mempunyai ruang untuk lebih berperan
dalam memastikan implementasi reformasi OKI tersebut dengan diadopsinya piagam ini.
Indonesia berkomitmen untuk menjamin kebebasan, toleransi, harmonisasi dan
memberikan bukti nyata akan keselarasan antara Islam, modernitas, dan demokrasi. Baca
juga peran Indonesia dalam perdamaian dunia, peran Indonesia dalam globalisasi,
dan peran Indonesia dalam Misi Garuda.
6. Tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi OKI 2014
Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi OKI 2014, yakni di Jakarta.

7. Tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa OKI

11
Indonesia menjadi tuan rumah dari Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa OKI,
tepatnya di Jakarta. Konferensi ini diadakan tanggal 6 – 7 Maret 2016. Menurut Menteri
Luar Negeri Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi, KTT Luar Biasa OKI ini
diadakan sebagai bentuk nyata upaya negara-negara OKI untuk mendorong penyelesaian
konflik di Palestina. Situasi di Palestina semakin hari semakin memburuk. Hal ini
utamanya terkait status kota Al Quds (Yerusalem) yang diokupasi oleh Israel. Palestina
telah diakui oleh 137 negara dan berhasil menjadi negara peninjau PBB. Keberhasilan ini
merupakan keberhasilan dari proses komunitas internasional, termasuk Indonesia.

8. Mendamaikan negara-negara Islam yang bersengketa


Indonesia banyak menjadi penengah dari pertentangan antara kelompok progresif
revolusioner dengan kelompok konservatif. Hal tersebut dikarenakan Indonesia
menganut politik luar negeri bebas aktif, sehingga tidak memihak kepada siapapun
termasuk Bangsa Arab. Indonesia berperan dalam mendamaikan sengketa antara
Pakistan dan Bangladesh. Hal tersebut diakui oleh negara Islam. Indonesia juga
memperjuangkan masalah minoritas Muslim Moro di Filipina Selatan dalam forum OKI.

G. Perkembangan OKI (Organisasi Kerjasama Islam)


Pada pertemuan tingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan (KTT) ke-10 di
Putrajaya, Malaysia, 11-17 Oktober 2003, OKI sepakat untuk memulai upaya konkret dalam
merestrukturisasi Sekretariat OKI, terutama pada empat aspek, yaitu perampingan struktur,
metodologi, peningkatan kemampuan keuangan, dan sumber daya manusia. KTT Luar Biasa
OKI ke-3 di Mekkah, Arab Saudi, pada 7-8 Desember 2005 telah mengakomodasi keinginan
tersebut yang dituangkan dalam bentuk Macca Declaration dan OIC 10-years Program of
Actions yang meliputi restrukturisasi dan reformasi OKI, termasuk perumusan Statuta OKI
baru yang diharapkan dapat dilaksanakan sebelum tahun 2015.
OIC 10-years Program of Actions merupakan awal perubahan OKI yang tidak hanya
memfokuskan pada masalah politik, tetapi juga ekonomi perdagangan. Program Aksi 10
tahun OKI mencakup isu-isu politik dan intelektual, isu-isu pembangunan, sosial, ekonomi,
dan ilmu pengetahuan yang diharapkan dapat menjawab kesenjangan kesejahteraan umat. Di
bidang politik dan intelektual, dalam 10 tahun OKI diharapkan mampu menangani berbagai
isu seperti upaya membangun nilai-nilai moderasi dan toleransi; membasmi ekstrimisme,
kekerasan dan terorisme; menentang Islam fobia; meningkatkan solidaritas dan kerja sama
antar-negara anggota, pencegahan konflik, penanganan masalah Filipina, hak-hak kelompok
minoritas dan komunitas muslim, dan masalah-masalah yang dialami Afrika.
Disela-sela pelaksanaan KTM, selaku Ketua Komite Perdamaian OKI untuk Filipina
Selatan (OIC-PCSP – Peace Committee for the Southern Philippines), Indonesia
mengadakan pertemuan Komite pada tanggal 20 Mei 2010 yang dihadiri oleh  anggota

12
Komite, yaitu Arab Saudi, Brunei Darussalam, Libya, Malaysia, Mesir, Tajikistan, Turki,
Senegal, serta Utusan Khusus Sekretaris Jenderal OKI untuk Filipina Selatan, Dubes Sayyed
El-Masry. Bangladesh tidak hadir dalam pertemuan tersebut. Dalam kesempatan itu, selaku
Ketua Komite, Indonesia menyampaikan laporan perkembangan implementasi dari
Perjanjian Damai 1996, khususnya pasca-Pertemuan Tripartite (GRP – OKI – MNLF) Maret
2009 hingga pertemuan di Tripoli, Libya, 20 Mei 2010.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerjasama antara Negara-negara OKI yang selama ini telah terjalin perlu lebih
dipererat. Hal ini perlu ditegaskan mengingat persepsi sebagian kalangan barat yang
mengidentikkan citra Islam dengan kekerasan dan terorisme. Persepsi tersebut harus
dihilangkan. Oleh sebab itu berbagai kalangan berharap agar di antara sesama Negara
anggota OKI terdapat solidaritas yang tinggi dalam menyikapi berbagai permasalahan yang
terjadi dan menimpa Negara-negara OKI khususnya dunia Islam.
Dalam bidang ekonomi dan perdagangan telah ditandatangani Agreement on Trade
Preferential System of the Organization of the Islamic Conferences (TPS-OIC). Meskipun
termasuk Negara yang pertama kali menandatangani agreement tersebut, tetapi sampai saat
ini Indonesia belum meratifikasi TPS-OIC dimaksud. Pada Putaran Pertama Perundingan
TPS-OIC yang diselenggarakan pada bulan April 2004 di Turki, Indonesia hanya sebagai
peninjau dan diharapkan segera dapat meratifikasi agreement TPS-OIC. Untuk itu Indonesia
perlu secara serius mempertimbangkan kemungkinan ratifikasi perjanjian tersebut dalam
waktu dekat.
Perdagangan Indonesia dengan Negara-negara OKI sampai dengan tahun 2003 masih
relatif kecil padahal OKI merupakan salah satu pasar potensial untuk produk-produk
Indonesia. Berbagai usaha perlu dilaksanakan dalam rangka mempromosikan produk
Indonesia di Negara-negara OKI di antaranya dengan mengadakan pameran sebagai tindak
lanjut pameran di Sharjah dan Libya. Di samping itu upaya-upaya peningkatan perdagangan
perlu dilaksanakan secara optimal  melalui fora multilateral.

B. Saran
Persatuan umat Islam di seluruh dunia agar lebih ditingkatkan lagi, mengingat banyak
upaya-paya anti Islam yang berusaha dan mengadu domba antar umat Islam.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://septyarini896.blogspot.co.id/2013/05/oraganisasi-internasional-organisasi.html

https://www.google.com/search?
q=Peran+OKI+diindo&biw=1366&bih=617&ei=rZwxYquJFMygseMP-
IyW6Ac&ved=0ahUKEwjrk8-
nmMr2AhVMUGwGHXiGBX0Q4dUDCA4&uact=5&oq=Peran+OKI+diindo&gs_lcp=Cgdnd3
Mtd2l6EAMyBAgAEA0yCAgAEAgQDRAeMggIABAIEA0QHjoHCAAQRxCwAzoFCAAQg
AQ6BggAEBYQHjoGCAAQDRAeOggIABANEAUQHkoECEEYAEoECEYYAFCdBVijQ2D
zTGgCcAF4AIABywGIAeQdkgEGNC4yNS4xmAEAoAEByAEIwAEB&sclient=gws-wiz

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/17/200000869/organisasi-kerja-sama-islam-oki---
sejarah-tujuan-dan-anggota?page=all

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210623160237-125-658417/sejarah-berdirinya-
oki-organisasi-kerja-sama-islam#:~:text=OKI%20adalah%20organisasi%20internasional
%20yang,Aqsa%20di%20Yerusalem%20pada%201969.

https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/kelas-12/latar-belakang-pembentukan-oki-12183/

https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/kelas-12/latar-belakang-pembentukan-oki-12183/

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/17/100000669/peran-indonesia-dalam-oki?
page=all

https://sejarahlengkap.com/indonesia/peran-indonesia-dalam-oki

Matroji-kurikulum 2013 Edisi Revisi 2016- Catatan Peristiwa Sejarah Indonesia


SMA/MA/MAK-Kelas XII Penerbit Bailmu Tentang Organisasi Konferensi Islam (OKI)

15

Anda mungkin juga menyukai