Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH TENTANG ORGANISASI KERJASAMA

ISLAM

Disusun oleh
Kelompok 2
1. Ade Putra Lesmana
2. Edward Novel
3. Novia Eliza
4. Rahmat Fadilah Putra
5. Syamara Habibah
6. Tasya Novrila

SMA NEGERI 2 PASAMAN

Tahun Ajaran 2023/2024


KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga Makalah OKI (Organisasi Kerjasama Islam) ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Makalah PPKn yang berjudul Makalah OKI (Organisasi Kerjasama Islam) ini. Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga
penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan Makalah OKI (Organisasi Kerjasama Islam) ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita
sebagai manusia. Semoga Makalah OKI (Organisasi Kerjasama Islam) ini dapat bermanfaat bagi
kita semuanya.

DAFTAR ISI
 KATA PENGANTAR
 DAFTAR ISI
 BAB I PENDAHULUAN
o A. Latar Belakang
o B. Rumusan Masalah
 BAB II PEMBAHASAN
o A. Sejarah OKI (Organisasi Kerjasama Islam)
o B. Tujuan OKI (Organisasi Kerjasama Islam)
o C. Prinsip-prinsip OKI (Organisasi Kerjasama Islam)
o D. Badan Utama OKI (Organisasi Kerjasama Islam)
 1. Konferensi para Raja dan Kepala Negara/Pemerintahan
 2. Konferensi Para Menteri Luar Negeri (KTM)
 3. Sekretariat Jenderal
o E. Perkembangan OKI (Organisasi Kerjasama Islam)
 BAB III PENUTUP
o A. Kesimpulan
o B. Saran
 DAFTAR PUSTAKA
 Download Contoh Makalah OKI (Organisasi Kerjasama Islam).docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dibentuk setelah para pemimpin sejumlah negara Islam
mengadakan Konferensi di Rabat, Maroko, pada tanggal 22 – 25 September 1969, dan
menyepakati Deklarasi Rabat yang menegaskan keyakinan atas agama Islam, penghormatan
pada Piagam PBB dan hak asasi manusia. Pembentukan OKI semula didorong oleh keprihatinan
negara-negara Islam atas berbagai masalah yang dihadapi umat Islam, khususnya setelah unsur
Zionis membakar bagian dari Masjid Suci Al-Aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969. Pembentukan
OKI antara lain ditujukan untuk meningkatkan solidaritas Islam di antara negara anggota,
mengoordinasikan kerja sama antarnegara anggota, mendukung perdamaian dan keamanan
internasional, serta melindungi tempat-tempat suci Islam dan membantu perjuangan
pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat. OKI saat ini beranggotakan 57
negara Islam atau berpenduduk mayoritas muslim di kawasan Asia dan Afrika.

Sebagai organisasi internasional yang pada awalnya lebih banyak menekankan pada masalah
politik, terutama masalah Palestina, dalam perkembangannya OKI menjelma sebagai suatu
organisasi internasional yang menjadi wadah kerja sama di berbagai bidang politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan ilmu pengetahuan antar negara-negara muslim di seluruh dunia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sejarah OKI (Organisasi Kerjasama Islam)?


2. Apa tujuan OKI (Organisasi Kerjasama Islam)?
3. Bagaimana badan utama OKI (Organisasi Kerjasama Islam)?
4. Bagaimana perkembangan OKI (Organisasi Kerjasama Islam)?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah OKI (Organisasi Kerjasama Islam)

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) (dahulu Organisasi Konferensi Islam) adalah organisasi
antar-pemerintah terbesar kedua setelah PBB yang memiliki keanggotaan 57 negara yang
tersebar di empat benua. Organisasi adalah suara kolektif dunia Muslim dan memastikan untuk
menjaga dan melindungi kepentingan dunia Islam dalam semangat mempromosikan perdamaian
dan harmoni internasional di antara berbagai masyarakat dunia. Organisasi ini didirikan pada
keputusan KTT sejarah yang berlangsung di Rabat, Kerajaan Maroko pada tanggal 12 Rajab
1389 Hijriah (25 September 1969) sebagai akibat dari pembakaran Masjid Al Aqsa di Yerusalem
yang diduduki.

Pada tahun 1970 pertemuan pertama Konferensi Islam dari Menteri Luar Negeri (ICFM)
diadakan di Jeddah yang memutuskan untuk mendirikan sekretariat tetap di Jeddah dipimpin
oleh sekretaris jenderal organisasi. Mr. Iyad Ameen Madani adalah Sekretaris Jenderal 10 yang
diasumsikan kantor pada Januari 2014.

Piagam ini Organisasi diadopsi oleh KTT Islam Kesebelas diadakan di Dakar pada 13-14 Maret
2008 yang meletakkan tujuan dan prinsip-prinsip organisasi dan tujuan mendasar untuk
memperkuat solidaritas dan kerja sama di antara negara anggota. Selama 40 tahun terakhir,
keanggotaan telah berkembang dari anggota pendirinya 25 sampai 57 negara. Organisasi
memiliki kehormatan tunggal menggembleng umat menjadi sebuah badan terpadu dan telah
secara aktif mewakili umat Islam dengan mengemban semua penyebab dekat dengan hati lebih
dari 1,5 miliar Muslim di dunia.

Organisasi memiliki hubungan konsultatif dan kerjasama dengan PBB dan organisasi antar-
pemerintah lainnya untuk melindungi kepentingan vital umat Islam dan bekerja untuk
penyelesaian konflik dan sengketa yang melibatkan negara-negara anggota. Dalam menjaga
nilai-nilai Islam yang sebenarnya dan Muslim, organisasi telah mengambil berbagai langkah
untuk menghapus kesalahan persepsi dan telah sangat menganjurkan penghapusan diskriminasi
terhadap umat Islam dalam segala bentuk dan manifestasinya.

Negara Anggota OKI banyak menghadapi tantangan di abad ke-21 dan untuk mengatasi
tantangan-tantangan tersebut, sesi luar biasa ketiga KTT Islam di Makkah pada Desember 2005,
meletakkan cetak biru yang disebut Program Sepuluh Tahun Aksi yang membayangkan bersama
aksi Negara Anggota, promosi toleransi dan moderasi, modernisasi, reformasi yang luas di
semua bidang kegiatan termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan, peningkatan
perdagangan, dan menekankan pemerintahan yang baik dan promosi hak asasi manusia di dunia
Muslim, khususnya yang berkaitan dengan hak-hak anak-anak, wanita dan orang tua dan nilai-
nilai keluarga diabadikan oleh Islam.
B. Tujuan OKI (Organisasi Kerjasama Islam)

Di bawah piagam, tujuan organisasi, antara lain, untuk:

1. Meningkatkan dan mengkonsolidasikan ikatan persaudaraan dan solidaritas di antara


negara anggota;
2. Menjaga dan melindungi kepentingan umum dan mendukung penyebab yang sah dari
Negara-negara Anggota dan mengkoordinasikan dan menyatukan upaya negara-negara
anggota dalam pandangan tantangan yang dihadapi oleh dunia Islam pada khususnya dan
masyarakat internasional pada umumnya;
3. Menghormati hak penentuan nasib sendiri dan non-campur tangan dalam urusan dalam
negeri dan untuk menghormati kedaulatan, kemerdekaan dan integritas teritorial masing-
masing Negara Anggota;
4. Memastikan partisipasi aktif dari negara anggota dalam global politik, ekonomi dan
sosial pengambilan keputusan proses untuk mengamankan kepentingan bersama mereka;
5. Menegaskan kembali dukungannya terhadap hak-hak masyarakat sebagaimana diatur
dalam Piagam PBB dan hukum internasional;
6. Memperkuat intra-Islam kerjasama ekonomi dan perdagangan; dalam rangka mencapai
integrasi ekonomi yang mengarah pada pembentukan Pasar Umum Islam;
7. Mengerahkan upaya untuk mencapai pembangunan manusia yang berkelanjutan dan
komprehensif dan ekonomi kesejahteraan di Negara Anggota;
8. Melindungi dan mempertahankan citra Islam yang sebenarnya, untuk memerangi
pencemaran nama baik Islam dan mendorong dialog antar peradaban dan agama;
9. Meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan mendorong
penelitian dan kerjasama antar negara-negara anggota di bidang ini.

C. Prinsip-prinsip OKI (Organisasi Kerjasama Islam)

Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, negara anggota harus bertindak, antara lain, sesuai
dengan prinsip-prinsip berikut:

1. Semua negara anggota berkomitmen untuk tujuan dan prinsip Piagam PBB;
2. Negara anggota yang berdaulat, mandiri dan setara dalam hak dan kewajiban;
3. Semua negara Anggota wajib menyelesaikan perselisihan mereka melalui cara-cara
damai dan menahan diri dari penggunaan atau ancaman penggunaan kekuatan dalam
hubungan mereka;
4. Semua negara anggota berusaha menghormati kedaulatan nasional, kemerdekaan dan
integritas wilayah Negara Anggota lainnya dan harus menahan diri dari campur tangan
dalam urusan internal orang lain;
5. Negara-negara Anggota wajib menegakkan dan mempromosikan, pada tingkat nasional
dan internasional, good governance, demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan dasar,
dan aturan hukum.
D. Badan Utama OKI (Organisasi Kerjasama Islam)

1. Konferensi para Raja dan Kepala Negara/Pemerintahan

Konferensi para Raja dan Kepala Negara/Pemerintahan merupakan badan otoritas tertinggi
dalam organisasi. Semula badan tersebut mengadakan sidangnya apabila kepentingan umat Islam
memandang perlu untuk mengkaji dan mengkoordinasikan kebijaksanaan mengenai masalah-
masalah yang menyangkut kepentingan dunia Islam. Tetapi pada KTT III OKI di Mekkah, bulan
Januari 1981, ditetapkan bahwa KTT diadakan sekali dalam tiga tahun untuk menetapkan
kebijakan-kebijakan yang akan diambil OKI.

2. Konferensi Para Menteri Luar Negeri (KTM)

Dalam Article V Piagam OKI disebutkan bahwa Konferensi Para Menteri Luar Negeri (KTM)
diadakan sekali dalam setahun bertempat disalah satu negara anggota. Pertemuan yang dihadiri
oleh para Menteri Luar Negeri tersebut akan memeriksa dan menguji “progress report” dari
implementasi atas keputusan-keputusan dari kebijakan yang diambil pada pertemuan puncak.
KTM Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan satu atau beberapa negara anggota atau diminta
oleh Sekretaris Jenderal dengan persetujuan mayoritas dua per tiga negara anggota. KTM berhak
pula meminta disidangkannya Konferensi Tingkat Tinggi.

3. Sekretariat Jenderal

Sekretariat Jenderal merupakan organ eksekutif OKI dan dipimpin oleh seorang Sekretaris
Jenderal (Sekjen) dengan 4 (empat) orang Asisten Sekjen. Sekjen dipilih oleh KTM untuk masa
jabatan 4 (empat) tahun dan tidak dapat dipilih kembali. Perubahan jabatan menjadi empat tahun
tersebut ditetapkan dalam KTT III di Mekkah tahun 1981 sedangkan sebelumnya masa jabatan
tersebut hanya untuk dua tahun saja tetapi dapat diperpanjang untuk masa tidak lebih dari dua
tahun. Sekretariat Jenderal dipercayakan mengimplementasikan keputusan-keputusan yang
diambil oleh KTT dan KTM.

E. Perkembangan OKI (Organisasi Kerjasama Islam)

Pada pertemuan tingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan (KTT) ke-10 di Putrajaya,


Malaysia, 11-17 Oktober 2003, OKI sepakat untuk memulai upaya konkret dalam
merestrukturisasi Sekretariat OKI, terutama pada empat aspek, yaitu perampingan struktur,
metodologi, peningkatan kemampuan keuangan, dan sumber daya manusia. KTT Luar Biasa
OKI ke-3 di Mekkah, Arab Saudi, pada 7-8 Desember 2005 telah mengakomodasi keinginan
tersebut yang dituangkan dalam bentuk Macca Declaration dan OIC 10-years Program of
Actions yang meliputi restrukturisasi dan reformasi OKI, termasuk perumusan Statuta OKI baru
yang diharapkan dapat dilaksanakan sebelum tahun 2015.

OIC 10-years Program of Actions merupakan awal perubahan OKI yang tidak hanya
memfokuskan pada masalah politik, tetapi juga ekonomi perdagangan. Program Aksi 10 tahun
OKI mencakup isu-isu politik dan intelektual, isu-isu pembangunan, sosial, ekonomi, dan ilmu
pengetahuan yang diharapkan dapat menjawab kesenjangan kesejahteraan umat. Di bidang
politik dan intelektual, dalam 10 tahun OKI diharapkan mampu menangani berbagai isu seperti
upaya membangun nilai-nilai moderasi dan toleransi; membasmi ekstrimisme, kekerasan dan
terorisme; menentang Islam fobia; meningkatkan solidaritas dan kerja sama antar-negara
anggota, pencegahan konflik, penanganan masalah Filipina, hak-hak kelompok minoritas dan
komunitas muslim, dan masalah-masalah yang dialami Afrika.

Disela-sela pelaksanaan KTM, selaku Ketua Komite Perdamaian OKI untuk Filipina Selatan
(OIC-PCSP – Peace Committee for the Southern Philippines), Indonesia mengadakan pertemuan
Komite pada tanggal 20 Mei 2010 yang dihadiri oleh anggota Komite, yaitu Arab Saudi, Brunei
Darussalam, Libya, Malaysia, Mesir, Tajikistan, Turki, Senegal, serta Utusan Khusus Sekretaris
Jenderal OKI untuk Filipina Selatan, Dubes Sayyed El-Masry. Bangladesh tidak hadir dalam
pertemuan tersebut. Dalam kesempatan itu, selaku Ketua Komite, Indonesia menyampaikan
laporan perkembangan implementasi dari Perjanjian Damai 1996, khususnya pasca-Pertemuan
Tripartite (GRP – OKI – MNLF) Maret 2009 hingga pertemuan di Tripoli, Libya, 20 Mei 2010.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kerjasama antara Negara-negara OKI yang selama ini telah terjalin perlu lebih dipererat. Hal ini
perlu ditegaskan mengingat persepsi sebagian kalangan barat yang mengidentikkan citra Islam
dengan kekerasan dan terorisme. Persepsi tersebut harus dihilangkan. Oleh sebab itu berbagai
kalangan berharap agar di antara sesama Negara anggota OKI terdapat solidaritas yang tinggi
dalam menyikapi berbagai permasalahan yang terjadi dan menimpa Negara-negara OKI
khususnya dunia Islam.

Dalam bidang ekonomi dan perdagangan telah ditandatangani Agreement on Trade Preferential
System of the Organization of the Islamic Conferences (TPS-OIC). Meskipun termasuk Negara
yang pertama kali menandatangani agreement tersebut, tetapi sampai saat ini Indonesia belum
meratifikasi TPS-OIC dimaksud. Pada Putaran Pertama Perundingan TPS-OIC yang
diselenggarakan pada bulan April 2004 di Turki, Indonesia hanya sebagai peninjau dan
diharapkan segera dapat meratifikasi agreement TPS-OIC. Untuk itu Indonesia perlu secara
serius mempertimbangkan kemungkinan ratifikasi perjanjian tersebut dalam waktu dekat.

Perdagangan Indonesia dengan Negara-negara OKI sampai dengan tahun 2003 masih relatif
kecil padahal OKI merupakan salah satu pasar potensial untuk produk-produk Indonesia.
Berbagai usaha perlu dilaksanakan dalam rangka mempromosikan produk Indonesia di Negara-
negara OKI di antaranya dengan mengadakan pameran sebagai tindak lanjut pameran di Sharjah
dan Libya. Di samping itu upaya-upaya peningkatan perdagangan perlu dilaksanakan secara
optimal melalui fora multilateral.
B. Saran

Persatuan umat Islam di seluruh dunia agar lebih ditingkatkan lagi, mengingat banyak upaya-
paya anti Islam yang berusaha dan mengadu domba antar umat Islam.

Anda mungkin juga menyukai