Anda di halaman 1dari 4

Kori Wandani (2106200397)

Najuwa Rahma (2106200432)


Siti Nurhaliza Br Sembiring (2106200406)
Wahida Husna Siregar (2106200404)

Analisis Sumbangan Islam Terhadap Sejarah Perkembangan Hukum


Internasional

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dibentuk setelah para pemimpin sejumlah negara
Islam mengadakan Konferensi di Rabat, Maroko, pada tanggal 22 - 25 September 1969, dan
menyepakati Deklarasi Rabat yang menegaskan keyakinan atas agama Islam, penghormatan
pada Piagam PBB dan hak asasi manusia. Pembentukan OKI semula didorong oleh
keprihatinan negara-negara Islam atas berbagai masalah yang diahadapi umat Islam,
khususnya setelah unsur Zionis membakar bagian dari Masjid Suci Al-Aqsa pada tanggal 21
Agustus 1969. Pembentukan OKI antara lain ditujukan untuk meningkatkan solidaritas Islam
di antara negara anggota, mengoordinasikan kerja sama antarnegara anggota, mendukung
perdamaian dan keamanan internasional, serta melindungi tempat-tempat suci Islam dan
membantu perjuangan pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat. OKI saat
ini beranggotakan 57 negara Islam atau berpenduduk mayoritas muslim di kawasan Asia dan
Afrika.

Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dibentuk berdasarkan adanya berbagai isu-isu


yang menyebar di berbagai belahan dunia terutama di bagian timur dengan berbagai isu
keagamaan. Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dibentuk setelah para pemimpin sejumlah
negara Islam mengadakan Konferensi di Rabat, Maroko, pada tanggal 22 - 25 September
1969, dan menyepakati Deklarasi Rabat yang menegaskan keyakinan atas agama Islam,
penghormatan pada Piagam PBB dan hak asasi manusia. Pembentukan OKI semula didorong
oleh keprihatinan negara-negara Islam atas berbagai masalah yang diahadapi umat Islam,
khususnya setelah unsur Zionis membakar bagian dari Masjid Suci Al-Aqsa pada tanggal 21
Agustus 1969. Pembentukan OKI antara lain ditujukan untuk meningkatkan solidaritas Islam
di antara negara anggota, mengoordinasikan kerja sama antarnegara anggota, mendukung
perdamaian dan keamanan internasional, serta melindungi tempat-tempat suci Islam dan
membantu perjuangan pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat. OKI saat
ini beranggotakan 57 negara Islam atau berpenduduk mayoritas muslim di kawasan Asia dan
Afrika

Tujuan didirikannya OKI adalah untuk menciptakan rasa solidaritas antar negara
anggota, menciptakan perdamaian dengan kerja sama, dan menyelesaikan permasalahan atau
konflik yang melibatkan negara anggota OKI dan umat Muslim serta agar terbentuknya
persatuan antar umat muslim, meningkatkan kerja sama dibidang ekonomi, politik, dan ilmu
pengetahuan.

Peran OKI dalam peningkatan dan penguatan diplomasi Islam sangat penting, karena
OKI merupakan forum yang dapat digunakan untuk mempromosikan kepentingan dan
mengumpulkan sumber daya di dunia Islam, memungkinkan negara-negara Islam untuk
mencapai tujuannya. Tidak hanya itu, peran penting OKI dalam diplomasi Islam adalah
sebagai wadah bagi negara-negara Islam untuk berdialog dengan satu titik fokus untuk
kemajuan Islam di dunia internasional. Implementasi Diplomasi yang dilakukan oleh OKI
haruslah berdasarkan pada tujuan OKI sesuai dengan Piagam OKI pasal 1 Implementasikan
dalam hubungan internasional Islam didasarkan dua prinsip yaitu:
1:dalam menjalin hubungan dan melaksanakan diplomasi harus dilandasi prinsip memelihara
ketertiban dan perdamaian dunia.
2:dalam melakukan hubungan internasional dan diplomasi, hendaknya memenuhi segala
kesepakatan dan perjanjian yang telah disetujui.

Perkembangan hukum internasional selama ini dianggap sangat dipengaruhi oleh


kekuatan eurocristian.Bahkan beberapa pihak menyebutkan bahwa hukum internasional saat
ini bersifat sekuler. Dengan demikian, relasi agama dengan hukum internasional merupakan
suatu perkembangan yang menarik. Islam sebagai agama yang sempurna juga mengatur
hubungan antarnegara. Hukum internasional Islam disebut dengan Siyar. Hukum
internasional dan siyar memiliki sumber hukum yang berbeda. Sumber hukum internasional
terdiri dari formiil, materiil dan kausal. Islam dapat dijadikan sebagai sumber hukum
internsional baik formiil dan materiil melalui metode ijtihad.
kontribusi Islam dapat dibuktikan melalui teori dan rumusan konsep pengelompokan
negara dalam keadaan perang dan damai. Dalam konsepsi siyar terdapat beberapa kelompok:
negara Islam (darul Islam), negara Islam yang ada dalam kekuasaan negara non-Islam (darul
harb), dan negara dalam keadaan perjanjian (darul ahd). Di samping itu, konsep kedaulatan
dalam siyar terkait dengan sumber klasik Islam, yaitu dari Ad-Daulat dan sikap netralitas dari
satu negara Islam terhadap dua negara yang sedang bertikai.

Kontribusi lain yang Iebih praktis yaitu tumbuhnya negara-negara Muslim sekitar
pertengahan abad ke dua puluhan, terutama sejak dideklarasikannya Sepuluh Dasa Sila
Bandung. Hasil Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Banyak negara-negara di
belahan benua Afrika yang pada akhirnya melepaskan diri dari penjajahan dan merdeka. Dua
puluh tahun kemudian yaitu sekitar tahun 1973, negara-negara Islam sepakat untuk
mendirikan Organisasi Islam dunia yang dinamakan Organisasi Konferensi Islam
Internasional atau OKI. Soekarno, Jamal Abdul Natsir, telah memainkan peranan penting
dalam pembentukan OKI tersebut.

Sebagai organisasi internasional yang pada awalnya lebih banyak menekankan pada
masalah politik, terutama masalah Palestina, dalam perkembangannya OKI menjelma sebagai
suatu organisasi internasional yang menjadi wadah kerja sama di berbagai bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan ilmu pengetahuan antar negara-negara muslim di seluruh dunia.
Untuk menjawab berbagai tantangan yang mengemuka, negara-negara anggota OKI
memandang revitalisasi OKI sebagai permasalahan yang mendesak. Semangat dan dukungan
terhadap perlunya revitalisasi OKI dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa struktur dan
kinerja organisasi OKI dinilai belum efisien dan efektif. Dalam kaitan ini, telah diadakan
rangkaian pertemuan yang berhasil mengkaji dan melakukan finalisasi TOR restrukturisasi
OKI yang disiapkan oleh Malaysia.

Dalam berbagai forum internasional, termasuk OKI, Indonesia telah memberikan


dukungan bagi berdirinya Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat dengan Yerusalem
sebagai ibu kotanya. Realisasi dari dukungan tersebut diwujudkan dalam bentuk dukungan
diplomatik, yaitu pengakuan terhadap keputusan Dewan Nasional Palestina (Palestinian
National Council) untuk memproklamasikan Negara Palestina pada tanggal 15 November
1988. Dukungan kemudian dilanjutkan dengan pembukaan hubungan diplomatik antara
Pemerintah RI dan Palestina pada tanggal 19 Oktober 1989. Di samping itu, Indonesia adalah
anggota Committee on Al-Quds (Yerusalem) yang dibentuk pada tahun 1975.
Selain itu, isu terorisme juga telah menjadi perhatian utama OKI. Komitmen OKI
untuk mengatasi masalah terorisme terlihat antara lain pada The Extraordinary Session of the
Islamic Conference of Foreign Ministers on Terrorism di Kuala Lumpur, Malaysia, 1-3 April
2002, yang menghasilkan Kuala Lumpur Declaration on International Terrorism. Deklarasi
tersebut pada intinya menekankan posisi negara-negara anggota OKI dalam upaya untuk
memerangi terorisme dan upaya-upaya untuk mengkaitkan Islam dengan terorisme.
Terorisme merupakan salah satu isu di mana OKI memiliki sikap bersama pada pembahasan
di forum SMU PBB. Inti posisi OKI adalah perlunya pembedaan antara kejahatan terorisme
dan hak sah perlawanan rakyat Palestina untuk merdeka. Dalam kaitan ini, maka
penyelesaian politik konflik Palestina secara adil akan memberikan sumbangan bagi
pemberantasan the root causes of terrorism.

Anda mungkin juga menyukai