Anda di halaman 1dari 18

Makalah Sejarah Peradaban Islam

Dunia Islam Dan Kompleksitas Problematika Dewasa Ini


Lecturer:
Tenny Sudjatnika, M.Ag

Disusun oleh :
Mochamad Yusron
Muh. Zakky Al-Masykuri
Nadia Nur Fadhilah
Neng Nurhamidah
Nurul Azhari PR

BAHASA DAN SASTRA INGGRIS


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Allah yang maha kuasa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hinayahnya sehinga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan

sebagai salah salah satu

acuan, petunjuk maupun

pedoman bagi para pembaca dalam bidang pendidikan.


Harapaan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengelaman bagi para pembaca. Makalah ini masih banyak kekurangan
karena pengalaman kami dan bacaan kami yang terbatas. Oleh karena itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalalah ini. Akhir kata, kami
sampaikan

terima kasih kepada semua pihak yang

berperan serta dalam

penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin.
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
I.

Latar Belakang................................................................................ 4

II.

Rumusan Masalah...........................................................................4

III. Tujuan........................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
I.

Kerjasama Bilateral dan Multilateral..................................................6

II.

Konflik Intern Antara Negeri Muslim.................................................8

III. Hubungan Dunia Islam dan Non-Islam.............................................12


BAB III SIMPULAN.............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18

BAB I PENDAHULUAN
I.

Latar Belakang
Perkembangan islam di dunia memiliki mata rantai yang cukup
berliku. Sementara islam di Indonesia ini memiliki kompleksitas
persoalan, dan dari sini islam hadir dengan membawa wajah tatanan baru
dalam masyarakat yang tidak terbentur dengan realitas sosial, budaya,
tatanan politik dan tradisi keagamaan.
Negara-negara Islam tentunya berupaya terus saling terhubung satu
sama lain sehingga perkembangan Islam semakin pesat. Upaya-upaya
mengembangkan ajaran Islam hingga pelosok negeri telah dijalankan
dimulai dari melakukan hubungan Bilateral hingga Multilateral.
Dalam perkembangannya upaya reaktualisasi diharapkan dapat
menjawab problematika kemasyarakatan dan sebagai manifestasi agama
yang rahmatan lil alamin. Islam dinamis yanng diharapkan mampu
mengatasi masalah-masalah kontemporer yang terjadi diberbagai belahan
dunia khususnya wilayah Indonesia, semisal terorisme, liberalisme,
pluralisme, dan gender, yang mana akan dibahas dalam makalah ini.

II.

Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah kerjasama Bilateral dan Multilateral diantara
Negara Muslim?
2) Bagaimana penyelesaian konflik intern antar Negeri Muslim?
3) Bagaimana hubungan dunia Islam dan non-Islam?

III.

Tujuan
Penulis membuat makalah ini bertujuan untuk mengetahui
kerjasama Bilateral dan Multilateral diantara Negara Muslim, penyelesaian
konflik intern antar Negeri Muslim serta hubungan dunia Islam dan nonIslam.

BAB II PEMBAHASAN
I.

Kerjasama Bilateral dan Multilateral


Hubungan Bilateral adalah jenis hubungan yang melibatkan dua
pihak. Biasanya digunakan untuk menyebut hubungan yang melibatkan
hanya dua negara, khususnya suatu hubungan politik, budaya dan ekonomi
di antara 2 Negara. Kebanyakan hubungan internasional dilakukan secara
bilateral. Misalnya perjanjian politik-ekonomi, pertukaran tumpang, dan
kunjungan antar negara. Alternatif dari hubungan bilateral adalah
hubungan multilateral; yang melibatkan banyak negara, dan unilateral;
ketika satu negara berlaku semaunya sendiri (freewill).
Sedangkan

suatu

hubungan

Multilateral

adalah

hubungan

internasional yang menunjukkan kerja sama antara beberapa negara.


Sebagian besar organisasi internasional, seperti PBB dan WTO, bersifat
multilateral. Pendukung utama multilateral secara tradisional adalah
negara-negara berkekuatan menengah seperti Kanada dan negara-negara
Nordik. Negara-negara besar sering bertindak secara unilateral, sedangkan
negara-negara kecil hanya memiliki sedikit kekuatan langsung terhadap
dalam urusan internasional, selain berpartisipasi di PBB, misalnya dengan
mengonsolidasikan suara mereka dengan negara-negara lain dalam
pemungutan suara yang dilakukan di PBB.
Contoh hubungan Bilateral :
1) Arab Saudi Indonesia
Arab Saudi melakukan hubungan bilateral yakni dalam
bidang politik, ekonomi, sosial, dan pendidikan.
2) Iran Turki
Pejabat Iran dan Turki menekankan perlunya tindak lanjut
implementasi, dari kesepakatan yang ditandatangani dalam
pertemuan pertama Badan Kerjasama Strategis Turki sebelumnya.

Kedua belah pihak juga membicarakan isu-isu kawasan, serta


peran yang dimainkan Teheran dan Ankara, dalam pemulihan
perdamaian di kawasan.
3) Jordan - Arab Saudi
Menteri Tenaga Kerja, Pariwisata dan Warisan Leluhur
Jordan, Nidal Qatamin, bersama dengan sejawatnya, Adel Faqih
dari pemerintah Arab Saudi, pada Selasa (13/1/2015) pekan lalu,
menandatangani memorandum kesepahaman antara kedua negara
untuk perwujudan kerjasama dalam urusan ketenagakerjaan.

Contoh hubungan Multilateral :


1) OKI
Organisasi

Kerja

Sama

Islam

(dahulu

Organisasi

Konferensi Islam) (OKI) bahasa Arab: ) adalah


sebuah organisasi internasional dengan 57 negara anggota yang
memiliki seorang perwakilan tetap di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
OKI didirikan di Rabat, Maroko pada 12 Rajab 1389 H (25
September 1969) dalam Pertemuan Pertama para Pemimpin Dunia
Islam yang diselenggarakan sebagai reaksi terhadap terjadinya
peristiwa pembakaran Masjid Al Aqsa pada 21 Agustus 1969 oleh
pengikut fanatik Kristen dan Yahudi di Yerusalem. OKI mengubah
namanya dari sebelumnya Organisasi Konferensi Islam pada 28
Juni 2011.
Sebagai organisasi internasional yang pada awalnya lebih
banyak menekankan pada masalah politik, terutama masalah
Palestina, dalam perkembangannya OKI menjelma sebagai suatu
organisasi internasional yang menjadi wadah kerja sama di

berbagai bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ilmu


pengetahuan antar negara-negara muslim di seluruh dunia.
2) PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
Ruang lingkup peran PBB mencakup penjaga perdamaian,
pencegahan konflik dan bantuan kemanusiaan. Selain itu, PBB
juga

menanganii

pembangunan

berbagai

berkelanjutan,

permasalahan
lingkungan

mendasar
dan

seperti

perlindungan

pengungsi, bantuan bencana, terorisme, perlucutan senjata dan


non-proliferasi, mempromosikan demokrasi, hak asasi manusia,
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, pemerintahan,
ekonomi dan pembangunan sosial, kesehatan, upaya pembersihan
ranjau darat, perluasan produksi pangan, dan berbagai hal lainnya,
dalam rangka mencapai tujuan dan mengkoordinasikan upayaupaya untuk dunia yang lebih aman untuk ini dan generasi
mendatang.

II.

Konflik Intern Antara Negeri Muslim


A. Eksternal
1) Gazwul Fikri
Yang dimaksud dengan invasi pemikiran (Ghazwul Fikri)
adalah usaha suatu bangsa untuk menguasai pemikiran bangsa lain
(kaum yang diinvasi), lalu menjadikan mereka (kaum yang
diinvasai) sebagai pengikut setia terhadap setiap pemikiran,
idealisme, way of life, metode pendidikan, kebudayaan, bahasa,
etika, serta norma-norma kehidupan yang ditawarkan kaum
penginvasi.[3]Invasi pemikiran jelas-jelas bermaksud merusak
tatanan masyarakat Islam, mengganti norma dan budaya Islam
dengan Barat dan menjauhkan umat Islam dengan diennya sendiri.

Garis besar langkah kerja meraka adalah; (1) Merusak Islam dari
segi aqidah, ibadah, norma dan akhlak; (2) Memecah dan memilah
kaum Muslimin di muka bumi dengan sukuisme dan nasionalisme
sempit;

(3)

Menjelek-jelekkan

gambaran

Islam;

(4)

Memperdayakan bangsa Muslim dengan menggambarkan bahwa


segala kemajuan kebudayaan dan peradaban dicapai dengan
memisahkan bahkan menghancurkan Islam dari masyarakat.
2) Sekulerisme
Pemisahan dengan sangat dikotomis antara ilmu-ilmu
agama dan ilmu-ilmu non-agama memang merupakan bagian dari
upaya untuk menghilangkan peran agama dalam masyarakat dan
memunculkan keraguan akan kebenaran agama. Sekulerisme
menjadi sesuatu yang dianggap baik oleh Barat karena secara
historis ia terlahir dari perlawanan atas kejumudan pemikiran
gereja diabad pertengahan. Pemahaman seperti ini masih banyak
berada dalam kepala umat Islam. Muh. Natsir mengungkapkan
penentangannya kepada orang yang pro sekuler yang menganggap
bahwa Kemajuan Turki karena mereka memisahkan agama dari
kehidupan.
3) Kapitalisme,

materialisme,

metode

ilmiah-positifisme

dan

modernisasi
Hal-hal diatas muncul dan menjadi masalah besar bagi
umat Islam sebagai salah satu produk ghazwul fikri. Berawal dari
temuan

metode

ilmiah

dan

pengembangan

iptek

yang

bersumberkan pada paradigma material kemudian berlanjut dengan


kapitalisme, yang merasuki sistem pembangunan dan ekonomi
umat Islam. Hal ini tidak menyebabkan kecuali semakin
terpuruknya umat Islam secara ekonomi dan politik. Maka yang
terjadi sekarang adalah imperialisme epistemologi[10] oleh Barat

kepada

umat

Islam.

Keterbelakangan

pada

banyak

hal

menyebabkan umat Islam terpaksa mengikuti pola ini sadar atau


tidak untuk tetap bisa bertahan hidup.
4) Ancaman berupa sanksi ekonomi, perdagangan maupun politik
(hubungan luar negari)
Hal ini lebih mengerikan lagi. Sudah mengarah kepada
menimbulkan rasa ketakutan yang berlebihan kepada pihak Barat,
khususnya

Amerika

dengan

PBB-nya.

Sehingga

banyak

menghalangi tindakan ataupun sikap umat Islam menanggapi


sebuah permasalahan maupun isu. Karena apabila macam-macam
saja dengan Amerika dan cs-nya, alamat negara tidak akan tentram
dalam waktu yang lama. Secara psikologis bangsa-bangsa Muslim
memang masih terjajah.

B. Internal
1) Runtuhnya Khilafah
Keruntuhan

Daulah

Islamiyah

melalui

pembubaran

Khalifah oleh Mustapa Kamal tanggal 3 Maret 1924, kemudian


diikuti oleh pemisahan agama dan negara dan model-model sekuler
lainnya telah merusakkan dan mencabik-cabik umat Islam. Setelah
itu seolah-olah Islam benar-benar telah hancur dan tidak akan
pernah seperti itu lagi. Dan langkah ini malangnya kemudian
seolah

menjadi

preseden

bagi

umat

Islam

untuk

mulai

meninggalkan ajarannya.
2) Fanatisme Mazhab
Bahkan hingga sekarangpun umat Islam masih sering
terjebak dengan pembahasan permasalah Mazhab yang notabene

adalah permasalahan furu (cabang). Yang lebih sering perbedaan


ini menimbulkan perpecahan, walau banyak yang mengikuti
mazhab dengan taklid bukan ala bashira. Pada kajian-kajian
keislaman

kemudian

juga

lebih

membahas

permasalahan

perbedaan mazhab dan seringnya mengarah pada menjelekkan


mazhab yang lain.
3) Pluralisme Gerakan
Sebenarnya banyaknya gerakan Islam bisa menjadi suatu
sinergi dakwah jika saja semua elemen itu memiki visi bersama
dan

melakukan

gerakan

dengan

landasan

kebersamaan,

profesionalisme dan spesifikasi gerakan. Namun karena tidak ada


misi bersama, yang terjadi saat ini adalah masing-masing gerakan
bekerja nafsi-nafsi yang kadang-kadang overleap sehingga tidak
optimal.
4) Tingkat Intelektualitas
Keterpurukan ekonomi biasanya memang dibersamai
dengan kurangnya intelektual di sana. Kepengarangan ilmiah dari
negara-negara Muslim tidak ada yang mencapai 0.3% dari seluruh
karya ilmiah dunia. Bahkan jika digabungkan pun jumlahnya juga
tidak mencapai 0.5%. dari seluruh dunia yang menghasilkan
352.000 karya ilmiah, negara-negara Muslim hanya 3.300,
sedangkan Israel 6.100 buah.
5) Salah persepsi terhadap Ajaran Islam
Dampak lain dari keberhasilan sekulerisasi dan keminderan
dengan identitas Islam adalah merosotnya pemahaman Muslim
terhadap

konsep

Islam

sendiri.

Kesempurnaan

(syamil

mutakammil) Islam tidak dikenal lagi. Sehingga terjadi kerancuan

dan kekaburan makna dan persepsi terhadap ajaran Islam. Tentang


Jihad seolah-olah diartikan sebagai perperangan.

III.

Hubungan Dunia Islam dan Non-Islam


Berbicara tentang agama Islam, kita tak kan pernah lupa dengan
orang yang pertama membawa agama ini kedalam dunia ini. Orang yang
menjadi contoh utama dalam segala hal dalam kehidupan, baik hubungan
antara manusaia atau dengan Tuhan itu sendiri. Dia adalah Nabi
Muhammad Saw. Beliau adalah seorang di antara manusia teragung yang
dikenal oleh sejarah peradaban manusia. Kita sebagai penganut agama
Islam dituntut untuk menghayati ajaran beliau, Sebagaimana di Firmankan
Allah SWT dalam Al-quran :
Artinya: sungguh telah ada dalam diri Rasulullah suri tauladan yang baik
(uswatun hasanah)

Adapun contoh hubungan Islam dan Non-Islam adalah sebagai


berikut :
1) Islam Kristen
Islam sejak semula menganjurkan adanya hubungan
(kontak) dengan umat lain, teristimewa umat Kristen terhadap
penganut Isa as., dan Musa as. Al-Qur'n menggunakan kata Ahli
secara semantik yang berarti keluarga menunjukkan keakraban dan
kedekatan hubungan. Lebih dari itu pada awal disebarkan Islam di
Makkah pengikut nabi Muhammad saw., terpaksa meninggalkan
Makkah untuk menghindari penganiayaan komunitas Arab
jahiliyah, sebagian mereka harus berhijrah ke negara lain Ethopia.
Disana mereka diterima dengan baik dan mendapat perlindungan

oleh raja Najis (Najhasi) yang beragama Kristen. Peristiwa ini


menandakan keakraban hubungan harmonis antara kedua umat.[3],
yang tidak hanya sebatas masalah keluarga tapi juga sudah
hubungan luar negeri yang bernuansa politik.
Lain halnya pada periode Madinah, tepatnya dalam 9 tahun
Nabi saw., mengirim sebuah ekspedisi berjumlah 420 orang yang
dipimpin oleh Khalid bin Walid ke Najran. Di wilayah tersebut
Khalid bin Walid berhasil menyelesaikan beberapa persoalan
dengan pimpinan Kristen baik interen maupun eksteren, kemudian
membuat fakta perjanjian perdamaian dengan berbagai pemuka
masyarakat di wilayah itu[4]. Nabi Muhammad saw., dengan
pengikut-pengikutnya membina kerukunan bermasyarakat dan
bertetangga dengan para Ahludzimma[5]. Pada setiap kesempatan
yang terluang diadakan mujahadah dan tukar pikiran untuk mencari
jalan yang terbaik terhadap masalah-masalah yang muncul sebagai
akibat perbedaan keyakinan dan agama. Pemeluk agama masehi
(dimasa Rasulullah) lebih banyak mendapat ruang gerak dan
perlakuan yang lunak dibanding dengan yang diperoleh orang
Yahudi.
2) Islam Budha
Salah satu sumber penyimpangan pada masa itu adalah
rencana terselubung dari banyak sejarawan Kerajaan Inggris pada
masa Raj Inggris, terutama selama abad ke-19. Untuk memperoleh
kepatuhan dari masyarakat India dan mengabsahkan kekuasaan
kolonial mereka, banyak sejarawan tersebut berusaha menunjukkan
bahwa pemerintahan Inggris lebih manusiawi dan kebijakan
perpajakannya lebih adil dibandingkan kerajaan-kerajaan Muslim
sebelumnya.

Jika
menjelaskan

arkeolog menemukan
bahwa

kaum

reruntuhan
Muslim

kuil, mereka
fanatik

telah

menghancurkannya. Jika patung dan harta lain hilang, mereka


menyimpulkan bahwa para penjarah Muslim telah merampasnya
atau umat Buddha telah menyembunyikannya karena takut
serangan umat Muslim.
Penulisan sejarah Barat tidak sendirian dalam menyajikan
gambaran yang satu sisi. Sejarah agama Islam dan Buddha yang
lugu tentang adat Tibet, Mongol, Arab, Persia, dan Turki, pada
banyak bagian, menjelaskan hubungan di antara negara-negara
Asia Tengah seolah-olah pertahanan dan penyebaran agama adalah
satu-satunya daya penggerak yang menentukan suatu peristiwa.
Sejarah agama Buddha yang lugu menyajikan gambaran kekerasan
dan menjelaskan perpindahan agama hanya terjadi akibat paksaan.
Sejarah agama Islam yang lugu menyajikan gambaran yang lebih
damai. Mereka cenderung menjelaskan bahwa umat Buddha
berpindah agama ke Islam karena keunggulan moral dari
keyakinan umat Muslim atau karena hendak melepaskan diri dari
tekanan agama Hindu. Anggapannya adalah bahwa penentu
keputusan raja-raja lalim India adalah agama Hindu mereka, bukan
kebijakan politik maupun ekonomi mereka.
Naskah-naskah tertentu menyisipkan peristiwa-peristiwa ke
masa lalu, yang menampilkan secara keliru hubungan antara agama
Buddha dan Islam. Penulis Muslim Kashmir abad ke-14, Rashid alDin, misalnya, dalam bukunya Kisah Hidup dan Ajaran Buddha,
yang ada dalam bahasa Persia dan Arab, menjelaskan bahwa
sebelum zaman Nabi Muhammad, semua penduduk Mekah dan
Madinah adalah penganut Buddha. Mereka menyembah berhalaberhala di Kabah dalam bentuk Buddha.

Bahkan, ramalan-ramalan masa depan tidak lepas dari


penyimpangan keagamaan. Umat Buddha dan Muslim, misalnya,
membicarakan datangnya pemimpin rohani besar yang akan
mengatasi kekuatan-kekuatan negatif dalam sebuah kiamat perang.
Versi Buddha-nya berasal dari Tantra Kalacakra, naskah yang
muncul di India antara akhir abad ke-10 dan awal abad ke-11, dan
yang sangat terkenal dalam masyarakat Tibet dan Mongol.
Naskah ini, berisi peringatan tentang penyerbuan ke negerinegeri dengan campuran penduduk Buddha dan Hindu oleh
pasukan-pasukan yang menuntut kepatuhan pada Mekah dan
Baghdad, menempatkan raja Buddha Rudrachakrin sebagai lawan
dari Nabi Muslim terakhir, Mahdi. Naskah ini menggambarkan
Mahdi sebagai pemimpin pasukan-pasukan barbar non-India yang
berusaha menguasai jagat dan menghancurkan semua kerohanian.
Dengan menyebut Rudrachakrin seorang penguasa Kalki, naskah
itu juga menggiring umat Hindu kepada pandangan ramalan picik
ini. Kalki adalah penjelmaan ke-10 dan terakhir dari dewa Hindu
Wisnu yang juga akan bertempur dalam sebuah kiamat perang.
Bagaimanapun, ketika seseorang melihat sejarah itu secara
lebih teliti , orang akan menemukan cukup bukti mengenai
hubungan dan kerja sama yang bersahabat antara umat Buddha dan
Muslim di Asia Selatan dan Tengah dalam bidang politik, ekonomi,
dan filsafat. Di sana terdapat banyak persekutuan politik, sejumlah
besar perdagangan, dan kadang-kadang pertukaran metode
kerohanian untuk perbaikan diri. Ini tidak mengingkari fakta
bahwa sejumlah kejadian negatif memang terjadi di antara dua
masyarakat tersebut. Bagaimanapun, pengaruh geopolitik dan
dorongan untuk perluasan wilayah dan ekonomi jauh lebih penting

dibandingkan

alasan-alasan

keagamaan

dalam

mendorong

perselisihan-perselisihan tersebut, meskipun para pemimpin militan


seringkali menggunakan seruan perang suci untuk mengerahkan
pasukan. Selain itu, di kedua agama itu, penguasa yang bijaksana
dan bertanggung jawab jauh lebih banyak dibanding pemimpin
fanatik dalam membentuk kebijakan-kebijakan dan peristiwaperistiwa.
Umat Muslim dan Buddha tetap merupakan bagian besar
dari penduduk terutama Asia Tengah. Catatan-catatan yang lebih
tenang dan berimbang mengenai hubungan sejarah di antara dua
agama itu dan masyarakat-masyarakat di wilayah itu adalah
penting tidak hanya untuk tujuan pengetahuan yang seimbang, tapi
untuk pembangunan masa depan yang damai di wilayah tersebut.

BAB III SIMPULAN


Kesimpulan yang bisa diambil dari makalah ini adalah bahwa dunia islam
pada zaman dahulu hingga sekarang mengalami jungkir balik, terkadang ada masa
cerahnya ada juga masa suramnya. Namun pada akhirnya umat islam akan
mengerti mengenai apa hakikat islam yang sebenarnya di muka bumi ini.
Kebanggaan yang dapat ditampilkan bagi umat Islam saat ini masih sangat
sedikit sekali. Paling-paling negara Arab yang kaya dengan minyak, itupun karena
keberuntungan takdir saja bahwa cadangan minyak terbesar dunia ada disana.
Tentang hal yang lain sangat sulit untuk mencarinya. Dibidang ekonomi
masyarakat Muslim dunia sama sekali tidak bisa diandalkan. Sampai sekarang
sistem yang dipakai tetap saja kapitalisme dengan segala konsekuensinya. Negaranegara Muslim yang memang sudah miskin semakin miskin saja dengan
kapitalisme yang dibanggakan Amerika. Sistem perekonomian Islam yanng
menjanjikan keadilan itu tidak mencul sama sekali.
Dari segi politik juga demikian. Amerika dengan PBB sebagai
tunggangannya praktis menguasai seluruh negara didunia tidak terkecuali negara
Muslim. Dengan kekuatan persenjataan dan teknologi tinggi, secara politis
Amerika telah menjadi polisi dunia. Begitu pula kelompok-kelompok pertahanan
dan plitik seperti NATO yang sangat represif terhadap Islam. Dipentas dunia,
negara-negara Muslim sendiri tidak punya kekuatan jika dibanding mereka.
Organisasi negara-negara Islam seperti Organisasi Kerjasama Islam (OKI) tidak
bisa berbuat banyak menghadapi PBB dan NATO.

DAFTAR PUSTAKA

http://indonesianembassy.ae/id/bahasa-indonesia-hubungan-bilateral/
http://dodiilham.blogspot.com/2010/03/hubungan-kristen-dan-islam-periode.html
http://s-moc.blogspot.com/2013/01/hubungan-agama-islam-dan-agamaagama.html
http://nurkhanifatunnikmah.blogspot.com/
http://sanadthkhusus.blogspot.com/2011/06/dunia-islam-abad-xix-xx.html
https://saripedia.wordpress.com/2012/06/25/kajian-islam-kontemporerproblematika-umat-islam-dan-alternatif-solusinya/

Anda mungkin juga menyukai