Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

PEMOTONGAN BETINA PRODUKTIF


BULAN SEPTEMBER 2016
BAB I
PENDAHULUAN
I.I LATAR BELAKANG
Kebutuhan protein hewani cenderung meningkat setiap tahun terutama pada sektor
konsumsi daging, hal ini berbanding lurus dengan perkembangan penduduk, pertumbuhan
ekonomi yang makin meningkat, dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya makanan yang bergizi tinggi.
Situasi dan kondisi tersebut dapat menyebabkan menurunnya populasi ternak
terutama ternak sapi dan kerbau dari tahun ke tahun, apabila tidak disertai upaya- upaya
pengawasan dan pengendalian pemotongan betina produktif terutama di area Rumah
Pemotongan Hewan dan tidak terkendalinya pemotongan ternak potong betina yang
masih produktif, niscaya populasi hewan potong akan semakin berkurang.
Faktor-faktor penyebab turunnya atau rendahnya populasi ternak selain jumlah
pemotongan yang melampaui laju kelahiran ternak, kematian karena penyakit, rendahnya
fertilitas, adanya faktor- faktor alami

dari ternaknya sendiri yaitu adanya masa

kebuntingan yang cukup lama, hanya satu atau dua sel telur yang diovulasikan dalam
setiap periode birahi yang normal pada ternak dan tak kalah pentingnya adalah tingginya
laju pemotongan betina produktif yang seharusnya dapat dikendalikan dengan baik tapi
terkendala banyak faktor dan hal ini terjadi dihampir seluruh Indonesia yang mempunyai
Rumah Pemotongan Hewan.
Pengawasan dan pengendalian sangat penting diterapkan untuk menekan laju
pemotongan hewan betina produktif khususnya di RPH, untuk RPH Kota Makassar
pengendalian dan pengawasan ini telah berlangsung sudah cukup lama dengan jalan
memberi pengarahan dan masukan khususnya peternak sekitar RPH, namun hal ini
tidaklah cukup bila segenap elemen masyarakat dan pemerintah bahu-membahu untuk
menekan laju pemotongan hewan betina produktif.
Laporan Pengawasan & Pengendalian Betina Produktif Oktober 2016

Pengendalian dan pengawasan sapi betina produktif telah menjadi program kerja
prioritas dari Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian Dan Peternakan Kota Makassar
terutama Bidang Peternakan yakni menekan sapi betina yang berumur dibawah 2 tahun
dan masih sangat produktif untuk terjadinya fertilitas termasuk didalamnya yang terjadi
secara alami atau dengan jalan melalui penerapan teknologi di bidang reproduksi, yaitu
Inseminasi Buatan (IB) dan transfer embrio.
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian betina produktif
antara lain sebagai berikut:
1. Mencegah terjadinya pemotongan betina produktif yang masuk kedalam area Rumah
Pemotongan Hewan (RPH) Tamangapa Kota Makassar.
2. Mengawasi masuknya hewan betina produktif yang akan masuk ataupun keluar dari
wilayah area RPH TamangapaKota Makassar
Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan pengendalian dan pengawasan Hewan betina
produktif antara lain sebagai berikut :
1. Menekan laju pemotongan betina produktif dengan jalan pengendalian
pengawasan yang terpadu sehingga betina produktif sebagai calon induk

dan
dapat

menghasilkan fertiliti yang baik.


2. Membantu mensukseskan program Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan guna
mendukung Program satu juta ekor sapi. (Program Peningkatan dan Swasembada
Daging Sulawesi Selatan) tahun 2014
3. Menciptakan wilayah area RPH Kota Makassar yang bebas dari pemotongan betina
Produktif.
I.3. DASAR HUKUM
1. Undang- Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Peternakan dan Kesehatan Hewan
Laporan Pengawasan & Pengendalian Betina Produktif Oktober 2016

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1983 tentang Kesehatan


Masyarakat Veteriner
3. Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan
Susunan Organisasi Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Peternakan Kota
makassar.
4. Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 8 tahun 2015 tanggal 31 Desember 2015
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Makassar Tahun Anggaran
2016.(Lembaran Daerah Kota Makassar Nomor 8Tahun 2015).
5. Peraturan Walikota Makassar Nomor 96 tahun 2015 tanggal 31 Desember 2015
tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016
(Berita Daerah Nomor 96 tahun 2015)
6. Surat Keputusan Kepala Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Peternakan Kota
Makassar

Nomor:

524/179/S.Kep//DKPP/I/2016.

Tentang

Penetapan

Petugas

Pelaksana Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Pemotongan Betina Produktif


pada Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Peternakan Kota Makassar Tahun
Anggaran 2016.
7. Surat Perintah Tugas Kepala Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Peternakan
Kota Makassar Nomor 008/

/DKPPP/II/2016 tentang Nama-Nama Petugas

Pelaksana Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Betina Produktif .

Laporan Pengawasan & Pengendalian Betina Produktif Oktober 2016

BAB II
RUANG LINGKUP DAN METODE KEGIATAN
Kegiatan pengawasan dan pengendalian ternak betina produktif, merupakan salah
satu kegiatan pada Bidang Peternakan Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan
Peternakan Kota Makassar Tahun Anggaran 2016. Guna mencapai Tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan maka kegiatan ini juga menggunakan beberapa metode
pelaksanaan.
2.1 RUANG LINGKUP KEGIATAN
Adapun Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan Pengawasan danPengendalian
Hewan Betina Produktif antara lain sebagai berikut :
1. Melakukan Pengawasan dan pengendalian secara profesional dan seksama sesuai
kaidah Ilmu Peternakan dan Peraturan Perundangundangan yang berlaku terhadap
ternak betina produktif yang masuk ke wilayah RPH Tamangapa Kota Makassar
dengan tujuan dijadikan sebagai ternak potong. Kegiatan ini dilakukan oleh para
petugas kesehatan hewan pemerintah yaitu Dokter Hewan dan dibantu oleh para
petugas teknis pemeriksa kesehatan hewan (Keur Master)
Laporan Pengawasan & Pengendalian Betina Produktif Oktober 2016

2. Melakukan Pengawasan dan pengendalian PemotonganTernak Betina Produktif di


Wilayah Kota Makassar sesuai yang telah diatur dalam Surat Keputusan Kepala Dinas
Kelautan Perikanan Pertanian Peternakan Kota Makassar Tahun 2016.
2.2 METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
Didalam melaksanakan kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Hewan betina
Produktif ini ada berbagai cara yang telah diterapkan antara lain :
1. Melakukan rapat koordinasi

khususnya pada bidang peternakan yang terlibat

langsung (Kepala Dinas, Kepala Bidang Peternakan, Kepala Seksi Kesehatan


Masyarakat Veteriner, Dokter Hewan penanggung jawab kegiatan, para petugas Keur
Master dll.) dengan agenda utama yaitu kegiatan pengawasan dan pengendalian
Hewan betina Produktif.

2. Melakukan pemeriksaan terhadap Hewan Betina yang akan memasuki wilayah RPH
Tamangapa Kota Makassar. Dalam Pemeriksaan tersebut adalah dengan memeriksa
kelengkapan administrasi berupa dokumen kepemilikan hewan (seperti KartuTernak
atau Surat KepemilikanTernak yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat dimana
ternak tersebut berasal), Surat Keterangan Pengantar Kesehatan Hewan (SKPKH)
dari daerah asal yang dilegalisasi oleh Dinas yang membidangi fungsi peternakan
setempat. Selain

pemeriksaan dokumen- dokumen tersebut, juga dilakukan

pemeriksaan langsung kesehatan ternak itu sendiri baik secara pengamatan fisiologis
(fisik eksterior) ataupun dengan pemeriksaan Laboratorium bila diperlukan.
3. Apabila dalam proses pemeriksaan tersebut, ditemukan adanya sapi betina yang
masih produktif yang masuk ke Rumah Pemotongan Hewan dengan tujuan untuk
dipotong, maka sapi tersebut akan ditolak dipotong dan dikembalikan kepada
Laporan Pengawasan & Pengendalian Betina Produktif Oktober 2016

pemiliknya untuk selanjutnya akan dikembangkan dan dibudidayakan kembali.


Sebaliknya apabila dalam pemeriksaan hewan potong tersebut, ternak yang akan
dipotong telah memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dagingnya layak untuk
dikonsumsi sesuai criteria Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH), maka pada tubuh
hewan tersebut diberi cap S yang artinya Slaughter atau siap dipotong.

BAB III
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
Sebagaimana yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang bahwa hewan betina
produktif dilarang untuk dipotong guna menghasilkan calon induk yang baik. Semua hal
tersebut dilakukan dan dilaksanakan didalam area Rumah Pemotongan Hewan (RPH)
Laporan Pengawasan & Pengendalian Betina Produktif Oktober 2016

Tamangapa Kota Makassar sebagai tempat resmi pemotongan ternak dan penghasil
daging yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH) karena diperiksa dan diawasi oleh
Petugas Teknis Peternakan Pemerintah, sehingga pengawasan tentang pengendalian
pemotongan hewan betina produktif dapat lebih mudah diwujudkan, Sehubungan dengan
hal itu pula maka di Kota Makassar

pemotongan ternak besar

dilakukan di RPH

Tamangapa Kota Makassar, sehingga pengawasan dan pengendalian terhadap hewan


betina produktif dilokasi ini banyak dilakukan mengingat bahwa sebagian besar ternak
yang dipotong berada pada area RPH.
Proses pemeriksaan hewan betina Produktif itu sendiri dilakukan dengan dua tahap
yakni pemeriksaan dengan metode antemortem dan post mortem. Pemeriksaan ante
mortem adalah pemeriksaan kesehatan hewan yang dilakukan sebelum hewan tersebut
dipotong secara fisik eksterior.Jadi semua hewan yang dipotong harus sudah diperiksa
dan baru bisa dipotong jika memenuhi syarat-syaratsehat untuk dipotong, disamping itu
jika terdapat betina yang produktif walaupun sehat tetapi tetap tidak dapat dipotong karena
sudah diatur oleh undang-undang. Sedangkan pemeriksaan post mortem adalah
pemeriksaan kesehatan hewan setelah hewan

tersebut disembelih, Jadi hasil hewan

yang sudah dipotong seperti daging, jeroan, tulang sebelum keluar dari RPH untuk
dipasarkan terlebih dahulu juga harus melalui pemeriksaan petugas. Mengingat RPH
Tamangapa dikelola oleh Perusahaan Daerah Kota Makassar yang memiliki manajemen
tersendiri, maka pemeriksaan ante mortem dilakukan pemeriksaan yang berkoordinasi
dengan Petugas Teknis Peternakan dari Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan
Peternakan Kota Makassar.
Pengawasan dan pengendalian Hewan Betina di Kota Makassar merupakan salah
satu lingkup dari kegiatan pengawasan dan pengendalian hewan betina Produktif Pada
Tahun 2016. Pemeriksaan dan pengawasan terhadap semua ternak besar yang masuk ke
Rumah Pemotongan Hewan Tamangapa yang telah dilakukan pada bulan September
terhitung sebanyak 1.265 ekor.

Laporan Pengawasan & Pengendalian Betina Produktif Oktober 2016

Dari hasil pemeriksaan dokumen dari daerah asal ternak dan pemeriksaan fisik eksterior
hewan- hewan tersebut, maka dari sebanyak 1.265 ekor ternak yang diperiksa tersebut,
ternyata diperoleh hasil sebagai berikut :
Terdapat 123 ekor ternak sapi jantan dan 17 ekor kerbau jantan. Sedangkan untuk ternak
betina ada 1.125 ekor ternak sapi betina. Pada ternak sapi betina, terdapat 1.077 yang
layak potong dan 48 ekor yang ditolak untuk dipotong, dengan berbagai alasan yaitu 31
ekor diantaranya sedang dalam keadaan bunting melalui pemeriksaan kebuntingan (PKB)
yang dilakukan Petugas Peternakan. Sedangkan untuk 17 ekor yang lainnya ternyata
masih berumur kurang dari 6 tahun dan berumur antara 6 8 tahun sehingga masih
dikatagorikan sebagai ternak betina produktif.
Inilah perlunya peran serta fungsi aparat dan petugas pemeriksa kesehatan hewan
(Dokter hewan dan Keur Master) dalam hal pengawasan dan Pengendalian hewan betina
produktif. Karena kawasan RPH tersebut merupakan area yang diawasi secara ketat
dalam hal pengawasan dan Pengendalian hewan betina Produktif.

Laporan Pengawasan & Pengendalian Betina Produktif Oktober 2016

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. IDENTIFIKASI MASALAH


Pelaksanaan kegiatan pengawasan betina produktif yang dilakukan pada bidang
peternakan Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Peternakan pada Tahun Anggaran
2016, masih ditemui beberapa kendala yang sifatnya dari tahun ke tahun tetap timbul di
kalangan masyarakat peternak dan pedagang atau penjual ternak yang akan dipotong di
RPH Tamangapa Kota Makassar antara lain :
1. Masih minimnya kesadaran masyarakat baik dari kalangan peternaknya maupun dari
para pedagang, penjual ataupun pemotong ternak itu sendiri akan pentingnya
larangan pemotongan hewan betina produktif , terbukti masih banyaknya para
pengusaha yang masih tetap memotong hewan betina produktif tanpa mengindahkan
larangan pemerintah yang telah ditetapkan, dan ini mereka lakukan dengan cara
illegal dan sembunyi-sembunyi. Daging yang dihasilkan pun juga tidak menjalani
pemeriksaan oleh Petugas Teknis Peternakan Pemerintah, sehingga kualitas dan
keamanan pangannya juga belum tentu memenuhi kriteria ASUH.
2. Masih adanya oknum pengusaha yang belum sadar tentang pentingnya peningkatan
populasi ternak besar seperti sapi dan kerbau dengan cara menjaga jangan sampai
terjadi pemotongan ternak betina produktif. Sehingga ternak betina produktif yang
masuk ke wilayah Kota Makassar, dengan cara menyelundupkan hewan kedalam
area RPH Kota Makassar.
3. Kurangnya koordinasi dan monitoring dari Petugas Teknis Peternakan dari Dinas yang
membidangi fungsi- fungsi Peternakan di daerah darimana ternak tersebut berasal,
sehingga perdagangan hewan betina produktif bisa lolos antar Kabupaten, yang
ditunjang pula dengan lemahnya pengawasan di daerah-daerah perbatasan
Laporan Pengawasan & Pengendalian Betina Produktif Oktober 2016

Kabupaten atau Kota yang seharusnya juga melibatkan stake holder yang lain seperti
petugas Dinas Perhubungan, Aparat Satuan Polisi Pamong Praja dan lain-lain.

4. Dalam pencapaian pelaksanaan kegiatan pengawasan hewan betina produktif ini


masih banyak kekurangan- kekurangan dan kendala di lapangan seperti minimnya
dukungan pendanaan untuk membiayai kegiatan operasional di lapangan baik dari
segi peralatan dan fasilitas pendukung maupun dari segi kesejahteraan para Petugas
Teknis Peternakan mengingat jam kerja yang dilakukan dalam rangka kegiatan ini
adalah mulai sore hari sampai dengan keesokan pagi harinya. Sehingga hal ini
penting untuk menjaga stamina para petugas agar dapat melaksanakan tugasnya
secara optimal dan juga mengingat begitu besar tanggung jawab terhadap
pengawasan dan pengendalian hewan betina produktif tersebut.
5. Terbatasnya jumlah personil Petugas Teknis Peternakan Pemerintah yang handal dan
terampil serta fasilitas penunjang untuk melaksanakan kegiatan pengawasan dan
pengendalian hewan betina produktif ini juga menjadi salah satu kendala guna
mencapai tujuan kegiatan secara maksimal.

4.2. PEMECAHAN MASALAH


Berdasarkan identifikasi masalah yang ditemui dilapangan maka diperlukan adanya
solusi dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian hewan betina
produktif, sehingga dapat mencapai tujuan yang maksimal. Adapun pemecahan masalah
yang perlu diaplikasikan adalah sebagai berikut :
1. Perlu adanya sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat secara kontinyu dan
berkelanjutan tentang pentingnya menjaga dan melestarikan hewan betina produktif
Laporan Pengawasan & Pengendalian Betina Produktif Oktober 2016

sebagai pabrik hidup untuk peningkatan populasi ternak besar seperti sapi dan
kerbau, baik secara langsung maupun tidak langsung dan apabila hal ini telah
dipahami dengan baik oleh masyarakat maka dengan sendirinya perdagangan hewan
betina produktif dapat ditekan seminimal mungkin sehingga

pada akhirnya

perdagangan dan pemotongan ternak betina produktif yang illegal dan tidak terkendali
tidak akan terjadi.
2. Untuk mencapai tujuan yang maksimal, maka diharapkan kerjasama dan koordinasi
yang baik dari berbagai pihak terkait serta peran aktif dari masyarakat konsumen dan
pengusaha itu sendiri.
3. Diperlukan adanya pendanaan dan fasilitas penunjang lainnya seperti bangunan
sebagai kantor sederhana tempat beraktivitas para Petugas Teknis Peternakan dan
proses administrasi di lapangan yang memadai sehingga pelaksanaan kegiatan
Pemeriksaan dan Pengawasan Pemotongan Ternak Betina Produktif di RPH
Tamangapa Kota Makassar ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.
4. Diperlukan penambahan jumlah personil yang handal dan terampil dilapangan agar
pelaksanaan tugas dapat berjalan secara baik dan optimal, mengingat jumlah ternak
yang masuk kedalam area RPH Tamangapa ini jumlahnya cukup banyak.
5. Diperlukan pembinaan dan koordinasi berkelanjutan setelah kegiatan berakhir
sehingga permasalahan yang ditemukan selama pelaksanaan dapat teratasi dengan
baik dan pada pelaksanaan selanjutnya akan lebih baik dari sebelumnya sehingga
apa yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.

Laporan Pengawasan & Pengendalian Betina Produktif Oktober 2016

BAB V
KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan kegiatan Pemeriksaan dan Pengawasan Pemotongan Betina
Produktif di Rumah Pemotongan Hewan Tamangapa Kota Makassar yang dilakukan oleh
Bidang Peternakan Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Peternakan Kota Makassar
pada Tahun Anggaran 2016. Pada Bulan September telah diperiksa sebanyak 1.265 ekor
ternak, terdiri dari 123 ekor ternak sapi jantan dan 1.142 ekor ternak betina yang masuk
dan dari hasil pemeriksaan di lapangan menunjukkan bahwa 1.077 ekor betina layak
potong, sedangkan 48 ekor ternak betina diantaranya ditolak untuk dipotong dengan
berbagai alasan yaitu ada yang dalam kondisi bunting dan ada yang masih dikatagorikan

Laporan Pengawasan & Pengendalian Betina Produktif Oktober 2016

sebagai ternak betina yang masih produktif. Selain itu, juga terdapat 17 ekor kerbau jantan
yang dipotong.

Makassar, Oktober 2016


Kepala Seksi Kesmavet

H. Bagoes Dwifarmanto, S.Pt


NIP. 19690225 199903 1 004

PETUGAS PELAKSANA KEGIATAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMOTONGAN


BETINA PRODUKTIF :

Laporan Pengawasan & Pengendalian Betina Produktif Oktober 2016

NO.
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11

12.

NAMA PETUGAS

TANDA TANGAN

Drh. Muh. Ridwan Gaffar, MM


NIP. 19770520 200411 1 001
Hj. Mardiyah Irma, S.Pt
NIP. 19740124 199903 2 004
Suarnih, S.E., M.Si
NIP. 19751006 199903 2 003
Qais Yusuf, S.Pt
NIP. 19660211 200604 1 004
Aurelya Massarang, S.Pt
NIP. 19800228 200802 2 001
Mansir
NIP. 19670710 200604 1 007
Damri Jamil
NIP. 19580626 199006 1 001
Muh. Asbab
NIP. 19740206 200701 1 010
Nur Ali
NIP. 19750412 200801 1 011
Suyuti
NIP. 19580626 199006 1 001
Enny Harieny, S.Pt
Non PNS
A. Aswan Salam, S.KH
Non PNS

Laporan Pengawasan & Pengendalian Betina Produktif Oktober 2016

Laporan Pengawasan & Pengendalian Betina Produktif Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai