Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

PRAKTIKUM FITOKIMIA
ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH
( Camelia sinensis)

Disusun Oleh:
Andhika Hery I.

: 092210101025

Febry Puji Astutik

: 092210101042

Ferani Cendrianti

: 092210101043

Putri Wulandari

: 092210101050

Retno Yuliani A.

: 092210101052

Charolina Ayu W.

: 092210101053

Endah Syahriah A.

: 092210101054

Mayasari Kurnia N.D

: 092210101055

Ajendra Anjar K.

: 092210101056

BAGIAN BIOLOGI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
U N I V E R S I TAS J E M B E R
2011

1. TUJUAN
Mahasiswa mengetahui langkah-langkah isolasi, mampu melakukan isolasi kafein dari
daun the dan mengidentifikasi isolat yang diperoleh.
2. DASAR TEORI
Keanekaan dan jumlah struktur molekul yang dihasikan oleh tumbuhan banyak sekali,
demikian juga laju kemajuan pengetahuan tentang hal itu saat ini. Maka masalah utama dalam
penelitian fitokimia ialah menyusun data yang ada mengenai setiap golongan senyawa khusus.
Untuk analisis fitokimia, harus digunakan jaringan tumbuhan segar.
Alur pencarian bahan aktif tumbuhan:

Analisis fitokimia menggunakan jaringan tumbuhan yang segar. Kemudian bahan harus
dikeringkan secepat-cepatnya, tanpa menggunakan suhu tinggi, lebih baik dengan aliran udara
yang baik. Setelah betul-betul kering, tumbuhan dapat disimpan untuk jangka waktu lama
sebelum digunakan untuk analisis pada tahap ini pencemaran tumbuhan yang telah diteliti, oleh
tumbuhan lain, harus diperhatikan kita harus menggunakan tumbuhan yang tidak tercemar atau
tidak berpenyakit, yaitu yang tidak dijangkiti oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. Bukan saja

hasil sintesis mikroba yang mungkin terdeteksi, tetapi infeksipun mungkin mengubah
metabolisme tumbuhan secara serius dan membentuk hasil yang tidk di harapkan.
Pencemaran dapat terjadi sewaktu mengumpulkan tumbuhan rendah, bila jamur yang
tumbuh secara parasit pada pohon yang dikumpulkan, harus diperhatikan agar jaringan pohon
terpisah dari cuplikan. Pada beberapa kasus yang lain , lumut sering tumbuh bersekutu erat
dengan tumbuhan tinggi dalam cemaran. Oleh karena itu identitas bahan harus tidak dapat
diragukan lagi atau harus ada kemungkinan bagi seorang ahli taksonomi untuk menentukan
identitasnya. Karena alasan itu sekarang sudah menjadi kebiasaan umum pada penelitian
fitokimia untuk menyimpan contoh bukti tumbuhan yang diperiksa di herbarium yang dikenal,
sehingga bila diperlukan dapat diajukan kembali.
Ragam ekstraksi bergantung pada tekstur dan kandungan air bahan yang diekstraksi dan
pada jenis senyawa yang diisolasi. Umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan untuk
mencegah terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis. Alkohol, merupakan pelarut serba guna yang
baik untuk ekstraksi pendahulu. Selanjutnya, bahan dapat dimaserasi lalu disaring. Bila
mengisolasi senyawa dari jaringan hijau, keberhasilan ekstraksi dengan alkohol berkaitan
langsung dengan seberapa jauh klorofil tertarik oleh pelarut itu. Bila ampas jaringan, pada
ekstraksi ulang sama sekali tidak berwarna hiujau dianggap bahwa semua senyawa berbobot
moekul rendah telah terekstraksi.

2.1 Isolasi:
Isolasi adalah sebuah proses pemisahan dimana menghasilkan suatu senyawa yang
murni yang disebut dengan isolat. Pada praktikum ini teknik isolasi yang digunakan adalah
kristalisasi. Prinsipnya adalah komponen yang kita inginkan dapat dikristalkan sedang
pengotor lainnya tidak mengkristal. Pemisahan ini berdasarkan pada perbedaan kelarutan.
Cara ini cukup sederhana dilakukan dengan cara melarutkan campuran komponen pada
pelarut yang sesuai kemudian didinginkan hingga terbentuk kristal, kristal kemudian
dipisahkan dari campuran tersebut.

2.2 Identifikasi:
Tehnik pemisahan kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan dan
keatsirian senyawa yang akan dipisahkan. Pada praktikum kali ini, identifikasi yang
dilakukan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). KLT digunakan terutama
untuk kandungan tumbuhan yang mudah larut dalam lipid, yaitu: steroid, karotenoid, kuinon
sewderhana, klorofil
Bila KLT dibandingkan dengan KKt, kelebihan khas KLT ialah:
1. Keserbangunan disebabkan oleh kenyataan bahwa di samping selulosa, sejumlah
penjerap yang berbeda-beda dapat disaputkan pada plat kaca atau penyangga yang lain
dan digunakan untuk kromatografi.
2. Kecepatan KLT lebih besar, disebabkan karena sifat penjerap yang lebih padat bila
disaputkan pada plat dan merupakan keuntungan bila kita menelaah senyawa yang
labil.
3. Kepekaan KLT sedemikian rupa sehingga bila diperlukan dapat dipisahkan bahan yang
jumlahnya lebih sedikit dari ukuran g.

3. ALAT
1. Beaker glass
2. Corong gelas
3. Kertas saring
4. Lemari es
5. Tabung + Rak tabung reaksi
6. Spatel kecil
7. Rutavapour
8. Cawan porselen kecil
9. Corong gelas
10. Silika Gel GF 254
11. Uv-254
12. Pinset
13. Corong pisah
14. Lampu spritus
4. BAHAN
1. Simplisa Camelia sinensis
2. Air 240 mL
3. Natrium Karbonat
4. Larutan Asam Sulfat 10%
5. Kloroform
6. Air panas

5. CARA KERJA
a. Isolasi Kafein dari daun Teh
100ml aquadest dalam beaker glass 500ml + 5ml Na karbonat

Masukkan 10 kantong teh,panaskan 20 menit diatas hot plate, bila air berkurang tambah air

Filtrat dibiarkan dingin, + asam sulfat 10% hingga Ph netral

Filtrat netral dimasukkan ke dalam corong pisah + kloroform sama banyak (2 x 100 ml)

Kocok, diamkan hingga diperoleh 2 fase

Fase kloroform dikumpulkan, fase air + kloroform sama banyak (ulangi langkah)

Fase kloroform total dikumpulkan, diuapkan demgan Rutavapour hingga V = 10 ml

Hasil Rutavapour + air panas 1ml

Simpan dalm lemari es sampai terbentuk kristal kafein ( 1minggu)

b. Pemurnian ( Cara Sublimasi)


Sumbat corong gelas dengan kapas basah

Lapisi bagian dalam dengan kertas saring berbentuk kerucut

Masukkan kafein ke cawan porselen kecil

Tutup dengan kertas saring yang diberi lubang

Tutup cawan denagn corong gelas secara terbalik

Panaskan cawan diatas bunsen dengan api kecil selam 10 menit

Dinginkan selama 15 menit pada suhu ruang

Buka corong, kristal kafein berbentuk jarum menempel dibawah kertas saring dalam cawan

Timbang hasil

Identifikasi dengan KLT


c. Uji KLT
Ekstrak dilarutkan dalm kloroform, ditotolkan pada lempeng KLT
Fase diam

: Silika Gel Gf-254

Fase gerak

: CHCl3 : Etanol (9,5 : 0,5)

Cuplikan

: Larutan sampel dan pembanding larutan kafein dalam metanol

Deteksi

: UV-254

6. HASIL PENGAMATAN
Isolasi Kafein dari daun Teh ( Camelia sinensis)
Setelah dilakukan isolasi selama 1 minggu, diperoleh gumpalan seperti minyak simplisia.
Gumpalan minyak tersebut dimasuukan ke cawan untuk dipanaskan agar memperoleh kristal
simplisia yang diinginkan selama 10-15 menit. Kristal yang dihasilkan kemudian dilarutkan
dengan larutan standart kefein. Lalu dilakukan identifikasi dengan mengunakan kromatografi
lapis tipis (KLT).
a. Fase diam: Silika gel GF 254
b. Fase gerak: CHCl3 : Etanol ( 9,5 : 0,5)
c. Cuplikan: larutan sampel dan pembanding larutan kafein dalam metanol
d. Deteksi: UV254
Penotolan dilakukan 2 larutan yaitu: larutan standart dan larutan sampel. Hasil yang
diperoleh dari kromatografi lapis tipis adalah positif, terdapat bercak/ noda pada lempeng KLT
denagn jarak noda antara standart dan sampel berbanding sedikit.
Lempeng KLT :
Keterangan :
5cm

5,3 cm

a. Sampel
b. Standart

Nilai Rf :
1. Sampel = 5cm
8cm
= 0,625
2. Standart = 5,3 cm
8 cm
= 0,6625

Berat awal kertas saring

: 0,27 gram

Kertas + Kristal

: 0,31 gram

Kristal

: 0,049 gram

Kristal yang ada di cawan

: 0,029 gram

Kristal

: 0,06 gram = 60 mg

% rendemen

60 mg
20.000 mg

= 0,3 %

100 %

7. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan isolasi kafein dari daun teh (Camelia sinensis)
Isolasi yang kami lakukan ini menggunakan teknik isolasi langsung. Teknik isolasi langsung
adalah teksnik isolasi yang langsung memisahkan senyawa tujuan dari ekstrak. Teknik ini tidak
melalui tahapan fraksinasi. Isolasi kafein dari simplisia Camelia sinensis menggunakan teknik
isolasi langsung karena senyawa tujuan isolasi (kafein) memiliki jumlah cukup banyak dan dapat
membentuk kristal sehingga mudah dipisahkan dari pengotornya. Jadi kafein akan diisolasi
dalam bentuk kristal. Pemisahan ini berdasarkan pada perbedaan kelarutan. Cara ini cukup
sederhana dilakukan dengan cara melarutkan campuran komponen pada pelarut yang sesuai
kemudian didinginkan hingga terbentuk kristal, kristal kemudian dipisahkan dari campuran
tersebut.
Simplisia yang digunakan sudah dalam bentuk kantong the sehingga memudahkan proses
ekstraksi (tidak melakukan penyaringan). 10 kantong the diamsukkan dalam larutan Natrium
Karbonat (5 g dalam 100 ml aquadest), kemudian dipanaskan selama 20 menit dan dibiarkan
dingin. Filtrat diberi asam sulfat 10% hingga netral, pada proses pemanasan perlu diperhatikan
apakah volume ekstrak berkurang atau tidak. Jika volume ekstrak berkurang maka perlu
ditambahkan aquadest. Filtrat netral dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian ditambahkan
kloroform sama banyak (100 ml). Corong pisah dikocok kemudian didiamkan (digantung pada
statif) hingga terjadi pemisahan. Setelah didiamkan akan terbentuk 3 fase pemisahan (atas,
tengah, bawah). Fase atas adalah fase air, fase tengah adalah fase kloroform yang hanya
mengandung sedikit zat, sedangkan fase bawah adalah fase kloroform dimana zat tujuan isolasi
(kafein) larut di dalamnya. Prinsip dasar pemisahan kafein menggunakan kloroform dan air ini
adalah sifat kepolaran kafein dan koefisien partisi kafein dalam air dan kloroform. Kafein
merupakan senyawa non polar sehingga akan larut dalam kloroform yang juga bersifat nonm
polar. Pada saat ekstrak (yang dilarutkan dalam air) digojok bersama kloroform, kafein bersama
zat-zat non polar lainnya akan banyak larut dalam kloroform. Fase kloroform ditampung dalam
beaker glass. Sedangkan fase tengah dan atas (fase air) ditambah kloroform lagi dan diulangi
proses pemisahannya. Fase kloroform total diuapkan menggunakan rotavapour hingga volume

10 ml. Fungsi penguapan dengan rotavapour ini adalah untuk menghilangkan kloroform dan
untuk meningkatkan konsentrasi filtrat. Filtrat kemudian ditambah 1 ml aquadest panas untuk
memancing pembentukan kristal kafein. Filtrat disimpan dalam lemari pendingin sampai
terbentuk Kristal ( 1 minggu).
Kristal yang terbentuk setelah proses pendinginan adalah kristal kafein, tetapi kristal ini
belum murni dari pengotor. Oleh karena itu perlu dilakukan proses pemurnian. Proses pemurnian
dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, antara lain:

Rekristalisasi

: - sublimasi
- melarutkan dalam pelarut yang cocok lalu di kristalkan kembali
- disaring panas menggunakan norit kemudian dikristalkan kembali

Kromatografi (KLT preparatif)

Filtrasi

Destilasi

Pemilihan metode didasarkan pada sifat zat yang akan dimurnikan. Kafein dapat membentuk
kristal dan mudah menyublim. Karena itu dipilih pemurnina zat rekristalisasi metode sublimasi.
Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran dengan menguapkan zat padat tanpa melalui
fasa cair terlebih dahulu sehingga kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal. Setelah
dilakukan sublimasi akan didapatkan kristal kafein berbentuk jarum yang diharapkan bersih dari
pengotor. Kristal dikumpulkan kemudian ditimbang. Berat kristal adalah 60 mg. Kristal ini
didapat dari sampel simplisia Camelia sinensis sebanyak 20 g sehingga diperoleh rendemen
sebesar 0,3%. The memiliki kandungan kafein antara 25-28 mg/g, berarti nilai rendemennya
adalah 2,8%. Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi sehingga menyebabkan rendemen yang
didapat terlalu sedikit adalah:
1. Hilangnya masa ekstrak karena pemindahan ekstrak dari satu wadah ke wadah lain.
2. Hilangnya masa ekstrak saat ekstraksi air-kloroform.
3. Hilangnya masa kristal saat pemindahan kristal dari satu wadah ke wadah lain.
Setelah proses isolasi dilakukan proses identifikasi yaitu analisis kualitatif golongan
senyawa kafein dengan metode KLT. Kristal hasil isolasi diambil sedikit dengan ujung spatel
kecil, dilarutkan dalam kloroform hingga tepat larut. Penambahan kloroform sebagai pelarut
dilakukan sesedikit mungkin (tepat larut) agar konsentrasi sampel yang akan dianalisis tidak

terlalu kecil. Sampel lalu dianalisis secara kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis pada
kondisi sebagai berikut:
Fase diam

: Silika Gel GF 254

Fase gerak

: CHCL3 : Etanol (9,5 : 0,5)

Cuplikan

: Larutan sampel dan pembanding larutan kafein dalam metanol

Deteksi

: UV 254 nm

Lempeng yang telah tereluasi dikeringkan dengan cara dianginkan. Lempeng kemudian
didieteksi nodanya di bawah lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm. Tampak noda
sampel dan standar. Noda yang terlihat diberi tanda menggunakan pensil. Noda sampel dan
standar dihitung harga Rf nya. Nilai Rf sampel adalah 0,625, dan Rf standar adalah 0,6625. Nilai
Rf berbeda tetapi masih bisa dikatakan bahwa sampel kemungkinan adalah zat yang sama
dengan standar yaitu kafein.

KESIMPULAN
1. Proses isolasi kafein dari simplisia daun the (Camelia sinensis) dilakukan dengan teknik
kristalisasi.
2. Prinsip dari kristalisasi adalah komponen yang kita inginkan dapat dikristalkan sedang
pengotor lainnya tidak mengkristal. Pemisahan ini berdasarkan pada perbedaan kelarutan.
3. Pemurnian dilakukan dengan cara rekristalisasi metode sublimasi karena kafein mudah
menyublim.
4. Rendemen yang didapatkan sangat sedikit yaitu 0,3% dibandingkan dengan standar yaitu 2,52,8%.
5. Uji KLT menunjukkan zat hasil isolasi kemungkinan adalah kafein.

LAMPIRAN :
1. Hasil gumpalan minyak yang diperoleh selama 1 minggu

Gumpalan minyak

2. Kristal yang didapat setelah dipanaskan

Kristal di
cawan porselen

3.

Hasil pemisahan KLT

Standart : 5,3 cm

Sampel : 5cm

DAFTAR PUSTAKA
Harborne, J.B. 1994. Metode Fitokimia: Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan.
Bandung: Penerbit ITB
Anonim. 1977. Materia Medika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Khokar, S. dan Magnusdottir, G. M. Tanpa tahun. Total Phenol, Catechin, and Caffeine Contents
of Teas Commonly Consumed in the United Kingdom. Leeds: Procter Department of
Food Sciences.

Anda mungkin juga menyukai