Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,
karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam
hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir
dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Mual dan muntah yang menetap selama kehamilan yang mengganggu asupan cairan
dan nutrisi; awitan biasanya terjadi sebelum 20 minggu kehamilan; cukup berat hingga
mengakibatkan penurunan berat badan, dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Geri
Morgan and Carole Hamilton, 2009).

B. Etiologi
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi
kejadiannya adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan
(Rustam Mochtar, 1998) adalah:
1. Faktor adaptasi dan hormonal.
Primagravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan Human
Chorionik Gonadotropin (HCG), sedangkan pada kehamilan ganda atau mola
hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi.
2. Faktor psikologis.
Wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaaan, keretakan hubungan
dengan suami, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu,dsb dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar
terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran
hidup dsb.
3. Faktor alergi.
Terjadi invasi jaringan vili Chorialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu.
C. Patologi

a.

Hepar

: pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler

tanpa nekrosis
b. Jantung

: jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan sub-

endokardial
c.

Otak

d. Ginjal

: terdapat bercak perdarahan otak.


: tampak pucat dan degenerasi lemak pada tubuli kontorti.

(Rustam Mochtar, 1998).


D. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi
pada trimester I. Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal
dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Bila perasaan
terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton darah.
Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasai menyebabkan
hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan
jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang pula dan tertimbunnya zat
metabolik yang toksik.
Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan
pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat
perdarahan gastrointestinal (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
E. Patoflow
Terlampir
F. Tanda dan Gejala
Sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak jelas, tetapi
muntah yang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan dehidrasi memberi
petunjuk bahwa ibu hamil tersebut memerlukan perawatan yang intensif. Gambaran
gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkat berikut ini
menurut (Manuaba, dkk 2006) adalah :
1.

Hiperemesis gravidarum tingkat pertama (Ringan)

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Muntah berlangsung terus.


Makan berkurang.
Berat badan menurun.
Kulit dehidrasi sehingga tonusnya lemah.
Nyeri di daerah epigastrium.
Tekanan darah turun dan nadi meningkat.
Lidah kering.
Mata tampak cekung.

2.

Hiperemesis gravidarum tingkat kedua (Sedang)

a. Penderita tampak lebih lemah.


b. Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah
kering dan kotor.
c. Tekanan darah menurun, nadi maningkat.
d. Berat badan makin menurun.
e. Mata ikterus.
f. Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urine berkurang dan bau aseton dalam
urine meningkat.
g. Terjadinya gangguan buang air besar.
h. Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis.
i.
Napas berbau aseton.
3.

Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga (Berat)

a. Muntah berkurang.
b. Keadaan umum ibu hamil makin menurun: tekanan darah turun, nadi meningkat,
dan suhu naik; keadaan dehidrasi makin jelas/berat.
c. Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus.
d. Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma; komplikasi susunan
saraf pusat (enselopati wernicke): nistagmus (perubahan arah bola mata), diplopia
(gambar tampak ganda), dan perubahan mental.

G. Komplikasi
Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan
kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat
pula mengakibatkan gangguan asam basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada
hubungan gastroesofagi yang menyebabakn peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar
dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan
kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang (setiawan, 2007). Pada

bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius,
tapi jika sepanjang kehamilan si ibu menderita hiperemesis gravidarum, maka
kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR, Premtur hingga menjadi abortus
(Wiknjosastro, 2005).

H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan pada klien hiperemesis gravidarum menurut (Helen Varney, 2006)
adalah :
1.

Riwayat
a)
b)
c)

Frekuensi episode muntah


Hubungan muntah dengan asupan makanan ( jenis dan jumlah )
Riwayat pola makan ( jenis makanan dan minuman , jumlah, waktu pemberian,

dan reaksinya)
d) Riwayat pengobatan ( termasuk reaksi obat)
e)
Eliminasi (frekuensi, jumlah, diare, dan kostipasi)
f)
Darah dalam muntahan (ulkus lambung/radang esofagus akibat muntah
berulang)
g)
Demam/menggigil
h)
Pajanan pada infeksi virus
i)
Pajanan pada makanan terkontaminasi
j)
Nyeri abdomen
k)
Riwayat gangguan makan
l)
Riwayat diabetes
m) Pembedahan abdomen sebelumnya
n)
Frekuensi istirahat
o)
Kecemasan dalam kehamilan
p)
Dukungan keluarga
2.

Pemeriksaan fisik
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

3.

Berat badan ( dan hubungannya dengan berat badan sebelumnya)


Suhu badan , denyut nadi, dan frekuensi pernafasan
Turgor kulit
Kelembapan membrane mukosa
Kondisi lidah ( bengkak, kering, pecah-pecah)
Palpasi abdomen untuk melihat pembesaran organ , nyeri tekan dan distensi
Bising usus
Bau buah ketika bernapas
Pengkajian pertumbuhan janin.

Laboratorium

a)
b)
c)
d)
e)

Pemeriksaan keton dalam urine


Urinalis
BUN dan elektrolit
Tes fungsi ginjal (singkirkan kemungkinan hepatitis, pankreatitis, dan kolestasis)
TSH dan T4 (singkirkan kemungkinan penyakit gondok).

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum menurut (Ai Yeyeh
Rukiyah dan Lia Yulianti, 2010) dimulai dengan :
1.

Pencegahan
Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
a) Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala

yang

fisiologik

pada

kehamilan

muda

dan

akan

hilang

setelah

kehamilanberumur 4 bulan.
b) Menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil, tetapi lebih sering.
c) Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
d) Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak.
e) Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau terlalu
dingin.
f) Menjamin defekasi teratur.
g) Menganjurkan makan makanan yang banyak mengandung gula untuk
menghindarkan kekurangan karbohidrat.
2.

Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan
pengobatan.
a) Sedatif yang sering diberikan adalah phenobarbital.
b) Vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B2 yang berfungsi untuk
mempertahankan kesehatan syaraf, jantung, otot, serta meningkatkan pertumbuhan
dan perbaikan sel (Admin, 2007) dan B6 berfungsi menurunkan keluhan atau
gangguan mual bagi ibu hamil dan juga membantu dalam sintesa lemak untuk
pembentukan sel darah merah (Admin, 2007).
c) Antihistaminika juga dianjurkan.
d) Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti diklomin hidrokhloride,
avomin (Winkjosastro, 2005).

3.

Isolasi
Isolasi dilakukan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara baik
hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk sampai muntah berhenti dan
pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar, tidak diberikan makan dan
minum selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

4. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan sertamenghilangkan
masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini
(Wiknjosastro, 2005).
Bantuan yang positif dalam mengatasi permasalahan psikologis dan sosial dinilai
cukup signifikan memberikan kemajuan keadaan umum (Admin, 2008).
5.

Diet

1) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti
kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam
sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zatzat gizi, kecuali vitamin C, karena
itu hanya diberikan selama beberapa hari.
2) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur
mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama
makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
3) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut
kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium. (Taufan Nugroho, 2010).
6.

Terapi parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan

glukosa 5 % dalam cairan fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah
kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C dan bila ada kekurangan
protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena. dibuat dalam daftar kontrol

cairan yang masuk dan dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksakan sehari-hari terhadap
protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan
darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya
menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum
bertambah baik dapat dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat
ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya
gejala-gejala akan berkurang dan keadaaan akan bertambah baik (Ai Yeyeh Rukiyah dan
Lia Yulianti, 2010).

7.

Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan

mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk. Delirium, kebutaan,


takikardia, ikterus, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik.
Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan
untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak
boleh dilakukan terlalu capat dan dipihak lain tidak boleh menunggu sampai terjadi
irreversible pada organ vital (Wiknjosastro, 2005).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama: mual muntah yg hebat pada pagi hari atau setelah makan, nyeri
epigastrik, tidak nafsu makan, merasa haus
c. Riwayat kehamilan saat ini: meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan
antenatal, dan komplikasi
d. Riwayat Kesehatan sekarang: meliputi awal kejadian dan lamanya mual dan
muntah, kaji warna volume, frekuensi dan kualitasnya. Kaji juga factor yg
memperberat dan memperingan keadaan, serta pengobatan apa yang pernah
dilakukan.
e. Riwayat medis sebelumnya: seperti riwayat penyakit obstetric dan ginekologi,
kolelithiasis, gangguan tiroid, dan gangguan abdomen lainnya
f. Riwayat sosial: seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi, terpapar
dengan lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung jawab,
pekerjaan, dll

g. Riwayat diet: khususnya intake cairan


h. Riwayat pembedahan: khususnya pada abdomen
i. Integritas Ego: seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, dll
j. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
2. Data Objektif
a. TTV: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas meningkat,
adanya nafas bau aseton
b. Status Gizi: Berat Badan meningkat/menurun
c. Status Kardiovaskuler: kualitas nadi, takikardi, hipotensi
d. Status Hidrasi: Turgor kulit, keadaan membrane mukosa, oliguria
e. Keadaan Abdomen: Suara Abdomen, adanya nyeri lepas/tekan, adanya distensi,
adanya hepatosplenomegali, tanda Murpy.
f. Genitourinaria: nyeri kostovertebral dan suprapubik
g. Status Eliminasi: Perubahan konstipasi feses, konstipasi dan perubahan frekuensi
berkemih
h. Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin (apakah sesuai
dengan usia kehamilan)
B. Diagnosa
1. Defisit volume cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan akibat muntah dan
intake cairan yang tidak adekuat
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah yang
menetap
3. Nyeri pada epigastrium b/d muntah berulang
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan akibat tidak adekuatnya nutrisi
5. Ketakutan b/d efek hyperemesis pada kesejahteraan janin
Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan I
Kriteria Hasil:
Keseimbangan cairan kembali ke kondisi normal
Klien tidak muntah lagi
Klien mengkonsumsi makanan dan minuman dalam jumlah adekuat
Intervensi:
a. Kaji status intake dan output cairan
R/ Pengkajian tersebut menjadi dasar rencana askep dan evaluasi intervensi.
b. Timbang BB setiap hari
R/ Penurunan BB dapat terjadi karena muntah berlebihan
c. Beri cairan intravena yg terdiri dari glukosa, elektrolit dan vitamin
R/ mencegah kekurangan cairan dan memperbaiki keseimbangan asam basa
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi cairan peroral dengan perlahan
R/ Pemberian cairan dan makanan sesuai dengan toleransi klien

2. Diagnosa Keperawatan II
Kriteria Hasil:
Klien mengkonsumsi diet oral yg mengandung gizi adekuat
Klien tidak mengalami mual muntah
Klien mengalami peningkatan BB yang sesuai selama kehamilan
Intervensi:
a. Batasi intake oral selama 24 48 jam
R/ Pembatasan dianjurkan untuk klien agar lambung istirahat
b. Anjurkan klien menghindari makanan berlemak
R/ Dapat menstimulasi mual dan muntah
c. Tingkatkan jumlah makanan secara perlahan sesuai kemampuan pasien
R/ Nutrisi dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan nutrisi dan pertumbuhan
janin
d. Anjurkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan atau setelah muntah
R/ Meningkatkan kenyamanan, mengurangi asam yg mengenai gigi.
e. Pantau TFU dan DJJ
R/ Malnutrisi klien berdampak terhadap pertumbuhan janin dan mengakibatkan
kemunduran perkembangan janin
3. Diagnosa Keperawatan III
Kriteria Hasil:

Rasa nyaman terpenuhi

Intervensi:
a.

Kaji tingkat nyeri

R/ Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan rencana tindakan selanjutnya


b.

Atur posisi dengan kepala lebih tinggi selama 30 menit setelah makan

R/ Dapat mengurangi tekanan pada gastrointestinal


c.

Alihkan perhatian klien pada hal yang menyenangkan

R/ Dapat melupakan rasa nyeri


d.

Anjurkan klien untuk mengonsumsi jahe (dalam bentuk teh jahe) dan permen

rasa mint
R/ Untuk mengurangi rasa mual dan muntah pada ibu hamil

e.

Kolaborasi dalam pemberian antiemetic dan sedative

R/ Mengurangi muntah dan membuat tenang sehingga mengurangi nyeri


4. Diagnosa Keperawatan IV
Kriteria Hasil:
Klien

menunjukan

peningkatan

kemampuan

dalam

beraktivitas

sesuai

kemampuan
Intervensi:
a. Anjurkan klien dalam membatasi dengan istirahat yang cukup
R/ Menghemat energy dan meminimalkan kelelahan uterus
b. Bantu klien beraktivitas secara bertahap jika muntah berkurang
R/ Aktivitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma dan meringankan klien dalam
memenuhi kebutuhannya
c. Bantu Klien dalam memenuhi kebersihan diri
R/ Kebersihan diri dapat meningkatkan kenyamanan dan menumbuhkan kondisi sehat
serta sejahtera
5.

Diagnosa Keperawatan V

Kriteria Hasil:
Klien akan mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya tentang kesejahteraan
janin
Intervensi:
a. Perlihatkan sikap menerima rasa takut klien
R/ Sikap menerima rasa takut klien memungkinkan komunikasi terbuka
b. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaaan dan kekhawatirannya
R/ Ditakutkan akan berdampak buruk terhadap kondisi janin
c. Bantu klien dalam mengidentifikasi kekuatan dirinya dan mekanisme koping
R/ Dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan klien mengatasi penyakit dan efekefeknya
d. Beri klien informasi tentang risiko potensial yang dapat terjadi pada janinnya
R/

Pengetahuan

tentang

menghilangkan rasa takut.

risiko potensial pada

janin dapat

membantunya

D. Evaluasi Keperawatan
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Frekuensi dan beratnya muntah
3. Intake oral
4. Pengetahuan dan kesanggupan klien untuk mengikuti diet yang telah diprogramkan
5. Tingkat nyeri epigastrium
6. Kemampuan dalam beraktivitas
7. Kebersihan membrane mukosa oral
8. Mekanisme koping dalam penerimaan kehamilan
9. Perasaan dan kekhawatiran terhadap kesejahteraan janin meliputi TFU dan DJJ

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umum pasien memburuk.
2. Penyebab Hiperemesis gravidarum secara pasti belum diketahui, faktor
predisposisinya antara lain ; faktor adaptasi dan hormonal atau peningkatan kadar
HCG, faktor psikologik, dan faktor alergi.
3. Secara patologik menunjukkan adanya kelainan-kelainan dalam berbagai alat tubuh
seperti hati, jantung, otak dan ginjal.
4. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan dehidrasi, kekurangan energi,
tertimbun zat metabolik toksik, terganggunya keseimbangan elektrolit dan perdarahan
gastrointestinal.
5. Hiperemesis gravidarum terbagi dalam 3 tingkatan yaitu ringan, sedang dan berat.
6. Penanganan Hiperemesis gravidarum pada tahap awal adalah pencegahan yaitu
dengan memberikan konseling untuk menghadapi kehamilan dan komplikasinya.
7. Terapi yang diberikan pada kasus Hiperemesis gravidarum adalah terapi obat-obatan,
terapi psikologik, terapi parenteral dan isolasi. Apabila keadaan tetap memburuk
terminasi kehamilan perlu dipertimbangkan.
B. Saran
Sebagai perawat harus mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan jika
menghadapi kondisi pasien atau klien dengan Hiperemesis Gravidarum. Sebaiknya
perawat memberikan penanganan terbaik kepada pasien hiperemesis gravidarum agar
klien dapat menjalani proses kehamilan dengan lancar sampai pada proses persalinan
dengan selamat.

Anda mungkin juga menyukai