PENDAHULUAN
Prayitno
Prabowo, 2001).
Osteoporosis didefinisikan sebagai kelainan skeletal yang ditandai dengan adanya gangguan
kekuatan tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lebih besar resikonya untuk mengalami
patah tulang. (Edi Mutamsir, 2001).
Osteoporosis dibagi menjadi tiga yaitu osteoporosis primer, osteoporosis sekunder dan
osteoporosis idiopatik. Dalam penelitian ini
Menurut Albright JA tahun 1979. Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang tidak diketahui
penyebabnya dan merupakan kelompok yang terbesar. Ada dua faktor resiko yang menjadi
penyebab utama terjadinya osteoporosis yaitu faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak
dapat diubah.
Dengan mengetahui faktor resiko osteoporosis, kita dapat memperkirakan penyebab atau
suatu hal yang dapat mempermudah terjadinya osteoporosis. Konsep ini sangat bermanfaat
dalam upaya mengurangi angka kecacatan.
1.2 Rumusan Masalah
1.1
1.2
1.3
1.4
1.2
1.3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asuhan Keperawatan
I. PENGKAJIAN
Pengumpulan data yang akurat dan systemmatis akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapat diperoleh melalui anamneses, pemeriksaan fisik dan psikososial.
a) Anamnese
1.Identitas
Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register, diagnose medic, alamat, semua
data mengenai identitas klien tersebut untuk menetukan tindakan selanjutnya.
Identitas Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung
jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
b. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
c.
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah
pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
d. Perawat juga perlu mengidentifikasi adanya:
- Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher dan pinggang
- Berat badan menurun
- Biasanya diatas 45 tahun
- Jenis kelamin sering pada wanita
- Pola latihan dan aktivitas
3. Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu luang
dan rekreasi, berpakaian , makan , mandi dan toilet. Olahraga dapat membentuk pribadi yang
baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu, olahraga dapat mempertahan kan tonus
otot dan gerakan sendi. Lansia memerlukan aktifitas yang adekuat untuk mempertahan kan
fungsi tubuh. Aktifitas tubuh memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan
musculoskeletal.
Beberapa hubungan yang sering terjadi sehubungan dengan menurunnya gerak
persendian adalah agility (kemampuan gerak cepat dan lancar) menurun dan stamina
menurun.
4. Pemeriksaan Fisik
B1 (breathing )
Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
Palpasi : traktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronki
B2 (blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin dan pusing, adanya pulsus
perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek
obat
B3 (brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah klien dapat mengeluh pusing
dan gelisah
B4 (Bladder)
Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan padasistem perkemihan
B5 (bowel)
Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eleminasi namun perlu dikaji juga frekuensi,
konsistensi, warna serta bau feses
B6 (Bone)
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering menunjukkan
kifosis atau gibbus (dowagers hump) dan penurunan tinggi badan. Ada perubahan gaya berjalan,
deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang terjadi adalah antara
vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.
5. Pemeriksaan Penunjang
a.
b.
Pemeriksaan x-ray
c.
Pemeriksaan absorpsiometri
d.
e.
Pemeriksaan biopsi
Radiology
b.
c.
d.
e.
f.
Biospi
g.
6. Riwayat Psikososial
Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut
melakukan aktifitas dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah masalah
psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang menyertainya.
III. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot, deformitas tulang
1.
2.
3.
4.
Intervensi
Pantau tingkat nyeri pada punggung,
nyeri terlokalisasi atau menyebar pada
abdomen atau pinggang.
Ajarkan pada klien tentang alternative
lain untuk mengatasi dan mengurangi
rasa nyerinya.
Kaji obat-obatan untuk mengatasi
nyeri.
Rencanakan pada klien tentang periode
istirahat adekuat dengan berbaring
dalam posisi telentang selama kurang
lebih 15 menit.
Rasional
1. Tulang dalam peningkatan jumlah
trabecular, pembatasan gerak spinal.
2. Alternative lain untuk mengatasi nyeri,
pengaturan posisi, kompres hangat dan
sebagainya.
3. Keyakinan klien tidak dapat
menoleransi obat yang adekuat atau
tidak adekuat untuk mengatasi
nyerinya.
4. Kelelahan dan keletihan dapat
menurunkan minat untuk aktifitas
sehari-hari.
Intervensi
1. Kaji tingkat kemampuan klien yang
masih ada.
2. Rencanakan tentang pemberian
program latihan:
Bantu klien jika diperlukan latihan
Ajarkan klien tentang aktifitas hidup
sehari-hari yang dapat dikerjakan.
Rasional
1. Dasar untuk memberikan alternative
dan latihan gerak yang sesuai dengan
kemampuannya.
2. Latihan akan meningkatkan pergerakan
otot dan stimulasi sirkulasi darah
3. Aktifitas hidup sehari-hari secara
mandiri
adekuat:
Dorong latihan dan hindari tekanan
osteoporosis
Program latihan merangsang
pembentukan tulang
Gerakan menimbulkan kompresi
vertical dan fraktur vetebra
selama 15 menit
Hindari latihan fleksi, membungkuk
Intervensi
1. Ciptakan lingkungan yang bebas dari
Rasional
1. Menciptakan lingkungan yang aman
dan mengurangi resiko terjadinya
bahaya:
Tempatkan klien pada tempat tidur
rendah
Amati lantai yang membahayakan klien
Berikan penerangan yang cukup
Tempatkan klien pada ruangan yang
kecelakaan.
dengan kebutuhan :
Kaji kebutuhan untuk berjalan
Konsultasi dengan ahli therapist
bila diperlukan
Ajarkan klien untuk berjalan dan keluar
ruangan
3. Bantu klien untuk melakukan aktifitas
hidup sehari-hari secara hati-hati
4. Ajarkan pada klien untuk berhenti
mencegah osteoporosis :
Rujuk klien pada ahli gizi
Ajarkan diet yang mengandung banyak
kalsium
Ajarkan klien untuk mrngurani atau
Rasional
1. Memberikan dasar pengetahuan dimana
klien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi
2. Informasi yang diberikan akan
membuat klien lebih memahami tentang
penyakitnya
obat
IV. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan. Pada tahap ini perawat
siap unuk melaksanakan intervensi dan aktifitas-aktifitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan pasien. Fase implementasi atau pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu
validasi rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan
keperawatan dan pengumpulan data.
V. EVALUASI
Hasil yang diharapkan meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nyeri berkurang
Terpenuhinya kebutuhan mobilitas fisik
Tidak terjadi cedera
Terpenuhinya kebutuhan perawatan diri
Status psikologis yang seimbang
Tepenuhinya kebutuhan, Pengetahuan dan Informasi.
BAB III
Laporan Pendahuluan
A. Definisi Osteoporosis
Osteoporosis adalah kondisi dimana terjadi peningkatan porositas dari tulang. Atau
dengan kata lain adalah sugresif dari masa tulang, sehingga memudahkan terjadinya
patah tulang.
Bagian tulang yang umumnya diserang adalah:
1.
2.
3.
B. Pembagian Osteoporosis
Chehab Rukmi Hylmi (1994) membagi osteoporosis sebagai berikut :
1.
Osteoporosis Primer
2.
Osteoporosis Sekunder
3.
Osteoporosis Idiopatic
1. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer adalah suatu osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya
dengan jelas ini merupakan kelompok terbesar. Osteoporosis primer dibagi menjadi :
1. Type I : Osteoporosis yang timbul pada wanita post menoupouse.
2. Type II : Osteoporosis yang terdapat pada kedua jenis kelamin
1. Endcrine disease
2. Nutritional causes
3. Drugs
3. Osteoporosis Idiopatic
Yang dimaksud dengan osteoporosis jenis ini adalah terjadinya pengurangan masa
tulang pada :
1. Juvenile
2. Adolesence
3. Wanita pra menoupouse
4. Laki-laki berusia muda /pertengahan
C. Patofisiologi Osteoporosis
Sel tulang terdiri atas osteoblas, osteossit dan osteoclas yang dalam aktifitasnya
mengatur homeostasis kalsium yang tidak berdiri sendiri melainkan saling berinteraksi.
Homeostasis kalsium pada tingkat seluler didahului penyerapan tulang oleh osteoclas
yang memerlukan waktu 40 hari disusul fase istirahat dan kemudian disusul fase
pembentukan tulang kembali oleh osteoblas yang memerlukan waktu 120 hari.
Dalam penyerapannya osteoclas melepas transforming Growth Factor yang
merangsang aktivitas awal osteoblas dalam keadaan normal kwantitas dan kwalitas
penyerapan tulang oleh osteoclas sama dengan kwantitas dan kwalitas pembentukan
tulang baru oleh osteoclas. Pada Osteoporasis penyerapan tulang lebih banyak dari pada
pembentukan baru.
D. Gejala dan Tanda Osteoporosis
Pada awalnya penyakit ini tidak menimbulkan gangguan apapun. Namun dalam
kondisi yang sudah parah gambaran klinik osteoporosis adalah sebagai berikut :
1.
Nyeri
2.
radiologis saja. Dengan pemeriksaan penunjang yaitu BMD (Bone Mineral Density) dan
DEXA (Dual Energy X-Ray Absorpsiometry) diagnosis osteoporosis menjadi lebih pasti.
E. Faktor Resiko Osteoporosis
Dikenal beberapa faktor resiko untuk terjadinya osoteoporosis. Faktor resiko ini
dibagi menjadi dua :
1. Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
Usia
Jenis kelamin
Ras
Bentuk tubuh
Defisiensi vitamin d
Kafein
Gaya hidup
Diureti
Glukoortikoid
Anti konvulsan
Hormon tiroid berlebihan
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pembahasan mengenai faktor resiko akan
dibatasi pada merokok, alcohol, menoupouse, kafein, latihan, umur, jenis kelamin,
keturunan.
* Merokok
Gaya hidup modern, tang telah melegalkan wanita merokok di depan umum,
semakin membuka banyaknya kasus osteoporosis Nikotin dalam rokok menyebabkan
melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang. Sehingga proses
pembentukan tulang oleh osteoblast menjadi melemah.
Alkohol
Kafein
Mengkonsumsi atau minum kopi diatas 3 cangkir per hari, menyebabkan tubuh
selalu ingin kencing. Keadaan tersebut menyebabkan kalsium banyak terbuang bersama
air kencing.
* Latihan /aktivitas
Imobilisasi dengan penurunan penyangga berat badan merupakan stimulus penting
bagi resorppsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak
masa tulang.
* Umur- jenis kelamin keturunan
Dari segi usia pada laki-laki dan wanita usia diatas 40 tahun merupakan usia
terkenaa osteoporosis. Sehingga sebelum mencapai usia ini, kekuatan dan gizi tulang
harus selalu diperhatikan, agar penurunan kekuatan tulang tidak begitu curam.
Dari perbedaan jenis kelamin dapat diketahui bahwa kerapuhan tulang banyak
diderita oleh wanita yang menoupouse. Hal ini dikarenakan hormon esterogennya
menurun drastis.
Sejarah keluarga juga mempengaruhi penyakit ini, pada keluarga yang mempunyai
sejarah osteoporosis, anak-anak yang dilahirkannya enderung akan mempunyai penyakit
yang sama.
F. KOMPLIKASI
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah
patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra
torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trochanter dan fraktur
colles pada pergelangan tangan.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan disini menurut Djoko Roeshadi dianjurkan untuk prevensi maupun
pengobatannya. Tujuan prevensi adalah untuk mencegah terjadinya osteoporosis dengan
menghindari atau mengurangi faktor resiko osteoporosis. Prevensi ini bisa dilakukan
dengan melakukan penyuluhan terhadap penduduk, agar mereka dapat mengendalikan
hal-hal yang dapat meningkatkan terjadinya ostreoporosis seperti misalnya :
1.
2.
Mengatur diet yang baik / dengan benar seperti mengkonsumsi sayuran, susu tinggi
kalsium dll.
3.