6 3 1
6 3 1
: Analisis Usahatani Paprika, Tomat Cherry, dan Tomat Beef secara Hidroponik di PT
Amazing Farm, Lembang, Bandung
: Eneng Fakhrunnisa/A24130149
: Prof. Dr. Ir. Sudarsono, M.Sc dan Juang Gema Kartika, SP. M.Si
:
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sayuran merupakan sumber vitamin, mineral, dan serat yang diperlukan bagi kesehatan tubuh manusia. Seiring
dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat menyebabkan minat masyarakat terhadap
konsumsi sayuran semakin bertambah. Produksi sayuran di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mengalami
peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat. Menurut data statistik Dirjen Hortikultura
(2015) pada tahun 2014 total produksi sayuran yang dihasilkan Indonesia mencapai 1,12 juta ton. Jumlah ini
mengalami peningkatan sekitar 3,12 persen dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 1,09 juta ton. Disisi lain,
meskipun produksi mengalami peningkatan, tetapi tingkat konsumsi sayuran di Indonesia masih di bawah standar.
Standar konsumsi sayuran di Indonesia ialah 65,75 kg/kapita/tahun. Penduduk Indonesia hanya mengkonsumsi sayuran
sebanyak 37,94 kg/kapita/tahun (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2008).
Sayuran buah seperti tomat dan paprika termasuk jenis sayuran yang banyak diminati masyarakat. Produksi
tomat di Indonesia pada umumnya mengalami peningkatan. Akan tetapi, kebutuhan produksi ini belum dapat diimbangi
dengan nilai produktivitas tomat nasional yang hanya sebesar 15,75 ton ha-1. Nilai produktivitas tersebut masih
tergolong rendah dibandingkan dengan potensi produktivitasnya, yaitu 45.780 ton ha-1 (Kementan, 2012), nilai ini
masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata produktivitas tomat di negara maju seperti Amerika Serikat
yang dapat mencapai 39 ton ha-1 (Villareal, 1979 dalam Duriat, 1997). Selain itu, fakta di lapang juga menunjukkan
bahwa produksi tomat nasional belum mencukupi kebutuhan dalam negeri karena pada tahun 2012 Indonesia sempat
mengimpor tomat sebesar 9.857 ton (Dirjen Hortikultura, 2013). Produksi paprika di Indonesia mengalami peningkatan
dari 6.833 ton pada tahun 2013 menjadi 7.031 ton pada tahun 2014 (Dirjen Hortikultura, 2015). Pada tahun 2011 sampai
sekarang paprika Indonesia sudah diekspor ke beberapa negara, yaitu Belanda, Hongkong, Singapura dan Taiwan.
Melihat peluang pasar dan permintaan pasar yang semakin meningkat menyebabkan produksi paprika di Indonesia
semakin meningkat.
Luas panen tomat dan paprika di Indonesia pada tahun 2009 hingga 2014 sempat mengalami penurunan
(Dirjen Hortikultura, 2015). Hal ini karena adanya konversi lahan pertanian menjadi non pertanian baik karena
perkembangan industri maupun jumlah pemukiman warga yang semakin meningkat. Pengelolaan produksi tomat dan
paprika dengan pengefisienan lahan dan modifikasi teknologi dapat dilakukan melalui sistem hidroponik.
Pengembangan sistem hidroponik dapat menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan lahan produksi sayuran sehingga
proses budidaya tetap dapat berlangsung dan dapat menghasilkan jumlah produksi yang lebih tinggi dibandingkan
secara konvensional. Oleh karena itu, menanam sayuran buah secara hidronik lebih menguntungkan karena harga jual
lebih tinggi, mutu produk lebih berkualitas, dan sayuran buah yang dihasilkan aman dari residu pestisida dan bahan
kimia (Prihmantoro dan Indriani, 2003).
Permasalahan penting budidaya sayuran selain karena faktor keterbatasan lahan, yaitu penentuan umur panen
dan penanganan pasca panen yang tidak tepat sehingga dapat menyebabkan kehilangan hasil (Soesanto, 2006). Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian (2008) menyatakan bahwa pada tahun 2007 tingkat
kehilangan hasil sayuran di Indonesia mencapai 25-40%. Tomat dan paprika tergolong komoditas yang bernilai
ekonomi tinggi tetapi memiliki sifat mudah rusak. Tingkat susut pasca panen tomat di Indonesia mencapai 20-50%
(Prajawati, 2006). Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian Firas (2013) pada paprika menunjukkan bahwa
kehilangan hasil yang paling tinggi terjadi ketika tanaman paprika diserang hama thrips pada saat musim kemarau,
dengan persentase kehilangan hasil sekitar 25 persen. Kehilangan hasil panen paprika akibat serangan hama thrips tidak
hanya berdampak pada bobot dan kuantitas buah, tetapi juga pada kualitas buah. Kondisi ini membutuhkan penanganan
yang lebih baik untuk menekan kehilangan hasil yang dapat dilakukan melalui penentuan umur panen yang tepat.
Penentuan umur panen yang tepat sangat diperlukan untuk menjamin tingginya produksi tanaman dan kualitas buah
yang baik (Arrifiya et al., 2015).
Tujuan
Tujuan umum dari pelaksanaan magang ini adalah untuk mendapatkan pengalaman teknis dan manajerial
dalam budidaya tomat cherry, tomat beef, dan paprika. Sedangkan tujuan khusus dari pelaksanaan magang ini adalah
mengevaluasi umur panen tomat cherry, tomat beef, dan paprika secara hidroponik berdasarkan kriteria agronomis.
METODE
Lebar daun (cm), diukur dari ujung-ujung daun terlebar yang tegak lurus dengan tangkai daun.
Luas daun, dihitung dengan menggunakan rumus: LAI = (LAm x N)/A.
Diameter batang (cm), 5 cm di atas permukaan media tanam.
Umur berbunga, diukur saat populasi mulai berbunga hingga lebih dari 75% populasi telah berbunga. Pengamatan
dilakukan pada pagi hari.
Jumlah buah per tandan, dihitung jumlah buah dalam satu tandan dalam satu kali panen.
Panjang buah (cm), diukur menggunakan jangka sorong dari ujung hingga pangkal buah.
Diameter buah (mm), diukur dengan menggunakan jangka sorong pada bagian tengah buah.
Jumlah cabang produktif (cabang), diukur dari banyaknya cabang yang mengeluarkan bunga.
Keseragaman warna dan bentuk buah.
Bobot Panen
Bobot buah per tandan (g), diukur dengan menggunakan timbangan. Dihitung dari tandan pertama sampai tandan
kelima.
Bobot buah yang bisa dipanen (g), diukur dengan menggunakan timbangan. Dihitung dari tandan pertama sampai
tandan kelima.
Bobot Panen Berdasarkan Kisaran Heat Unit
Suhu harian setiap greenhouse dihitung dan dikalkulasi berdasarkan umur tanaman saat panen. Suhu maksimum dan
minimum harian dicatat untuk mengetahui satuan panas (C hari). Suhu harian rata-rata merupakan total selisih antara
suhu rata-rata (suhu maksimum dan suhu minimum).
Kehilangan Hasil
Kehilangan hasil meliputi susut bobot dan tingkat kerusakan akibat serangan hama dan penyakit.
Susut bobot dihitung berdasarkan perbedaan antara bobot awal dengan bobot setelah penyimpanan. Satuan susut bobot
dinyatakan dalam persen (%). Susut bobot dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Susut bobot = %
Hasil sortasi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu sortasi akibat serangan hama, sortasi akibat serangan penyakit, dan
sortasi akibat kerusakan mekanik. Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk persentase.
Analisis Usaha Tani
Analisis usaha tani dilakukan terhadap produksi tomat dan paprika secara hidroponik. Nilai pengeluaran yang dihitung
berdasarkan total biaya variabel yang terdiri atas biaya tenaga kerja harian, kebutuhan benih, rockwool, nutrisi, dan
biaya kemasan.
Analisis Data dan Informasi
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis kuantitatif dan analisis deskriptif. Analisis
kuantitatif dilakukan pada data primer dan sekunder yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan persentase dan uji tstudent taraf a=5%. Analisis deskriptif dilakukan pada data yang bersifat kualitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk
menganalisis aspek teknis, dan aspek manajemen.
Uji t-student taraf 5%=
Keterangan:
t = t hitung
x = rata-rata yang menjadi pembanding
s = standar deviasi sampel
n = jumlah sampel
DAFTAR PUSTAKA
Arrifiya N., Purwanto Y.A. dan Budiastra I.W. 2015. Analisis perubahan kualitas pascapanen pepaya varietas IPB 9
pada umur petik yang berbeda. JTEP. 3(1): 41-48.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. 2008. Laporan Tahunan BB Pasca Panen Tahun
2007. Bogor.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. 2008. Kerusakan Produk Sayuran di DKI Jakarta 2006.
http://jakarta.litbang.deptan.go.id. [20 Desember 2016]
[Dirjen Hortikultura] Direktorat Jendral Hortikultura. 2013. Volume Produksi, Impor dan Ekspor Sayuran.
http://hortikultura.deptan.go.id. [20 Desember 2016]
[Dirjen Hortikultura] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2015. Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2014.
http://hortikultura.pertanian.go.id. [20 Desember 2016]
Duriat A.S. 1997. Tomat : Komoditas Andalan yang Prospektif. Dalam : Duriat, A.S. dkk., (eds.). Teknologi Produksi
Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.
Firas F. 2013. Analisis Risiko Produksi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Paprika Hidroponik (Studi
Kasus Kelompok Tani Paprika Dewa Family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat).
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
[Kementan] Kementrian Pertanian Repuplik Indonesia. 2012. Daftar Keputusan Menteri Pertanian.
http://deptan.go.id/.deptan. go.id. [20 Desember 2016]
Prajawati N.M. 2006. Pengaruh Teknik Pengemasan dan Perlakuan Prakemas terhadap Laju Penurunan Parameter Mutu
Buah Tomat Selama Transportasi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Prihmantoro H. dan Indriani Y.H. 2003. Paprika: Hidroponik dan Nonhidroponik. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soesanto L. 2006. Penyakit Pascapanen: Sebuah Pengantar. Kanisius,Yogyakarta.