Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit campak adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan pada bayi dan anak di Indonesia dan merupakan penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I). Penyakit ini tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian
di kalangan anak-anak di dunia, meskipun tersedia vaksin yang aman dan efektif. Penyakit
ini umumnya menyerang anak umur di bawah 5 tahun (balita) akan tetapi campak bisa
menyerang semua umur. Pada tahun 2013, sekitar 145.700 orang meninggal akibat
campak, sekitar 400 kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam dan sebagian besar
terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Sampai saat ini cara yang efektif untuk
mencegah penyakit campak yaitu dengan imunisasi. Selama tahun 2000 sampai 2013,
imunisasi campak berhasil menurunkan 15,6 juta (75%) kematian akibat campak di seluruh
dunia (WHO, 2015).
Campak(Morbili) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat menular yang
disebabkan oleh paramixovirus yang menyerang anak-anak bahkan juga orang dewasa.
Seseorang yang terkena penyakit ini ditandai dengan demam tinggi, terjadi peradangan
pada mata (mata merah), serta timbul bercak kemerahan pada kulit. Penyakit ini dapat
menular melalui percikan ludah dari mulut, hidung, maupun dari tenggorokan penderita.
Kelompok yang paling rentan untuk terkena penyakit ini adalah bayi dan anak-anak yang
belum pernah mendapatkan imunisasi Campak. Penyakit ini juga merupakan salah satu
penyebab utama tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada bayi dan anak-anak.
Virus Campak dapat menekan imunitas atau daya tahan tubuh pada anak-anak.

Umumnya Penyakit Campak akan muncul dengan gejala demam, batuk, lelah, hidung
berair, mata merah, dan muncul ruam beberapa hari kemudian. Ruam akan muncul mulai
dari wajah dan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh dan berlanjut selama 4-7 hari.
Kondisi ini akan menjadi lebih parah jika disertai dengan komplikasi, diantaranya adalah
diare, bronchopneumonia, malnutrisi, enchepalitis, dan otitis media. Jika komplikasi ini
tidak ditangani dengan cepat, maka dapat berujung kepada kematian.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Campak yang dewasa ini yang
dianggap paling efektif adalah dengan cara imuniasasi, dengan tujuan menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian akibat penyakit Campak. Indonesia termasuk negara
berkembang yang insiden kasus campaknya cukup tinggi. Pada tahun 2008, angka absolut
Campak di Indonesia adalah 15.369 kasus. Data dari profil kesehatan Republik Indonesia
pada tahun 2010 dilaporkan Incidence Rate (IR) penyakit Campak di Indonesia sebesar
0,73 per 10.000 penduduk, sedangkan Case Fatality Rate (CFR) pada KLB campak pada
tahun 2010 adalah 0,233.
Faktor host adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbulnya serta perjalanan penyakit, seperti umur, jenis kelamin, ras,
pekerjaan, dan lain-lain. faktor agent adalah suatu substansi yang keberadaannya
mempengaruhi perjalanan suatu penyakit, seperti bakteri, virus, parasit, jamur dan lainlain. Faktor environment adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar
manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit, seperti
aspek biologis, sosial, budaya dan aspek fisik lingkungan (Azwar,1999).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan
oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini
ditularkan melalui droplet ataupun kontak dengan penderita. Penyakit ini memiliki
masa inkubasi 8-13 hari. Campak ditandai dengan gejala awal demam, batuk,
pilek, dan konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada
kulit (rash).
Campak (morbili) adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya
ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan
atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Nelson, 2000).
2. Penyebab Penyakit Campak
Penyakit Campak disebabkan oleh virus Campak yang termasuk golongan
paramyxovirus. Virus ini berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan begaris tengah
140 mm, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein,
didalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein
yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan sruktur heliks nukleoprotein
yang berada dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek,
satu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin.

3. Sifat Virus
selubungnya terdiri dari lemak, pada suhu kamar dapat mati dalam 20% ether
selama 10 menit, dan 50% aseton dalam 30 menit. Sebelum dilarutkan, vaksin
Campak disimpan dalam keadaan kering dan beku, relatif stabil dan dapat disimpan
di freezer atau pada suhu lemari es (2-8C; 35,6-46,4F) secara aman selama
setahun atau lebih. Vaksin yang telah dipakai harus dibuang dan jangan dipakai
ulang.
4. Cara Penularan Penyakit Campak
Virus Campak ditularkan dari orang ke orang, manusia merupakan satu-satunya
reservoir penyakit Campak . Virus Campak berada disekret nasoparing dan di
dalam darah minimal selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat setelah
timbulnya ruam. Penularan terjadi melalui udara, kontak langsung dengan sekresi
hidung atau tenggorokan dan jarang terjadi oleh kontak dengan benda-benda yang
terkontaminasi dengan sekresi hidung dan tenggorokan.
Penularan dapat terjadi antara 1 2 hari sebelumnya timbulnya gejala klinis sampai
4 hari setelah timbul ruam. Penularan virus Campak sangat efektif sehingga dengan
virus yang sedikit sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang
5. Masa Inkubasi Penyakit Campak
Gejala Klinis Penyakit Campak
Penyakit campak dibagi dalam tiga stadium

Stadium Kataral atau Prodromal

Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu, batuk-batuk dan mata
merah. Pada akhir stadium, kadang-kadang timbul bercak Koplik`s (Koplik spot)
pada mukosa pipi/daerah mulut, tetapi gejala khas ini tidak selalu dijumpai. Bercak
Koplik ini berupa bercak putih kelabu, besarnya seujung jarum pentul yang
dikelilingi daerah kemerahan. Koplik spot ini menentukan suatu diagnose pasti
terhadap penyakit campak.

Stadium Erupsi
Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi, kadangkadang anak kejang-kejang, disusul timbulnya rash (bercak merah yang spesifik),
timbul setelah 3 7 hari demam. Rash timbul secara khusus yaitu mulai timbul di
daerah belakang telinga, tengkuk, kemudian pipi, menjalar keseluruh muka, dan
akhirnya ke badan. Timbul rasa gatal dan muka bengkak.

Stadium Konvalensi atau penyembuhan


Erupsi (bercak-bercak) berkurang, meninggalkan bekas kecoklatan yang disebut
hiperpigmentation, tetapi lama-lama akan hilang sendiri. panas badan menurun
sampai normal bila tidak terjadi komplikasi.

6. Pathway

7. Komplikasi Penyakit Campak


Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya tahan
tubuh secara umum sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan.
keadaan inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti :
Otitis media akut, Ensefalitis, Bronchopneumonia, dan Enteritis.

Bronchopneumonia
Bronchopneumonia dapat terjadi apabila virus Campak menyerang epitel saluran
pernafasan sehingga terjadi peradangan disebut radang paru-paru atau Pneumonia.
Bronchopneumonia

dapat

disebabkan

virus

Campak

sendiri

atau

oleh

Pneumococcus, Streptococcus, dan Staphylococcus yang menyerang epitel pada


saluran pernafasan maka Bronchopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi
yang masih muda, anak dengan kurang kalori protein.

Otitis Media Akut


Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus Campak ke dalam telinga tengah.
Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodormal dan stadium erupsi. Jika
terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus terjadi
otitis media purulenta.

Ensefalitis
Ensefalitis adalah komplikasi neurologic yang paling jarang terjadi, biasanya terjadi

pada hari ke 4 7 setelah terjadinya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam


1.000 kasus Campak, dengan CFR berkisar antara 30 40%. Terjadinya Ensefalitis
dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus
Campak ke dalam otak.

Enteritis
Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita Campak, penderita
mengalami muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke
dalam sel mukosa usus.

8. Pencegahan dan Penanggulangan Campak

Pencegahan Campak
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor
predisposisi/resiko terhadap penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan primordial
adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar
tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit Campak. Edukasi kepada
orang tua anak sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial.
Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan,
konselling nutrisi dan penataan rumah yang baik.

b. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk
kelompok beresiko, yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi
untuk terkena penyakit Campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya Campak dan upaya untuk
mengeliminasi faktorfaktor tersebut.
Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai
Campak. Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan kepada
anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak
perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada
pasien Campak adalah definisi penyakit Campak, faktor-faktor yang berpengaruh
pada timbulnya Campak dan upaya-upaya menekan Campak, pengelolaan Campak
secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi Campak.
c. Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan
dengan vaksinasi Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 15
bulan. Vaksin yang digunakan adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup yang
dioleh menjadi lemah. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml.
vaksin campak tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang
tidak diobati, penderita leukemia. Vaksin Campak dapat diberikan sebagai vaksin
monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella (MMR). vaksin
monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan, sedangkan vaksin polivalen diberikan

pada anak usia 15 bulan. Penting diperhatikan penyimpanan dan transportasi vaksin
harus pada temperature
antara 2C - 8C atau 4C, vaksin tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari.
Mudah rusak oleh zat pengawet atau bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4
jam.
d. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang
ditujukan untuk pendeteksian dini Campak serta penanganan segera dan efektif.
Tujuan

utama

kegiatan-kegiatan

pencegahan

sekunder

adalah

untuk

mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang
beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah penyakit. Memberikan
pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan Campak memegang
peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat. Pengobatan penyakit
campak Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Tidak ada obat
yang secara langsung dapat bekerja pada virus Campak. Anak memerlukan istirahat
di tempat tidur, kompres dengan air hangat bila demam tinggi. Anak harus diberi
cukup cairan dan kalori, sedangkan pasien perlu diperhatikan dengan memperbaiki
kebutuhan cairan, diet disesuaikan dengan kebutuhan penderita dan berikan vitamin
A 100.000 IU per oral satu kali. Apabila terdapat malnutrisi pemberian vitamin A
ditambah dengan 1500 IU tiap hari. Dan bila terdapat komplikasi, maka dilakukan
pengobatan untuk mengatasi komplikasi yang timbul seperti :

Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka perlu
mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol.

Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan kebutuhan untuk


mengurangi oedema otak, di samping peomberian kortikosteroid, perlu dilakukan
koreksi elektrolit dan ganguan gas darah.

Bronchopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4


dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral.
Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda.

Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan intravena
dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi.

e. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat
komplikasi.
Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi
kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang
mengalami kecacatan. Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara
pasien pasien dengan dokter maupun antara dokter-dokter yang terkait dengan
komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi
pasien untuk mengendalikan penyakit Campak. Dalam penyuluhan ini yang perlu
disuluhkan mengenai :

Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik


Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan keadaan
hidup dengan komplikasi kronik.

9. Konsep Asuhan Keperawatan


1.

Pengkajian
a.

Identitas diri

b.

Riwayat Imunisasi

c.

Kontak dengan orang yang terinfeksi

d.

Pemeriksaan Fisik :
1)

Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia

2)

Kepala : sakit kepala

3)

Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan


hidung (pada stad eripsi ).

4)

Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa
pahit.

5)

Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler
pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema,
panas (demam).

6)

Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi,


sputum.

7)

Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.

8)

Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare

9)

Status Nutrisi : intake output makanan, nafsu makanan

10) Keadaan Umum : Kesadaran, TTV

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien Morbili adalah:
a.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi

b.

Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise .

c.

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus

d.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang
diperlukan

e.

Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

3.

Rencana keperawatan

a.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi.


Hasil yang diharapkan :

1)

Anak yang rentan tidak mengalami penyakit.

2)

Infeksi tidak menyebar

3)

Anak tidak menunjukkan bukti-bukti komplikasi seperti infeksi dan dehidrasi.


Intervensi :

Identifikasi anak beresiko tinggi


Rasional : memastikan anak menghindari pemajanan

Lakukan rujukan ke perawat kesehatan masyarakat bila perlu.


Rasional : untuk memastikan prosedur yang tepat di rumah.

Pantau suhu
Rasional : peningkatan suhu tubuh yang tidak diperkirakan dapat
menandakan adanya infeksi.

Pertahankan higiene tubuh yang baik.

Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi sekunder dari lesi

Berikan serapan air sedikit tapi sering atau minuman kesukaan anak serta
makanan halus atau lunak.
Rasional : Untuk menjamin hidrasi yang adekuat

b.

Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise


Hasil yang diharapkan :

Kulit dan membran mukosa bersih dan bebas dari iritasi.


Anak menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan minimum.

Intervensi :
Gunakan vaporiser embun dingin, kumur-kumur, dan tablet isap.
Rasional : untuk menjaga agar membran mukosa tetap lembab
Bersihkan mata dengan larutan salin fisiologis
Rasional : untuk menghilangkan sekresi atau kusta
Jaga agar anak tetap dingin.
Rasional : karena udara yang terlalu panas dapat meningkatkan rasa gatal.
Berikan mandi air dingin dan berikan lotion seperti kalamin
Rasional : untuk menurunkan rasa gatal

Berikan analgesik, antipiretik, dan antipruritus sesuai kebutuhan dan


ketentuan.
Rasional : untuk mengurangi nyeri, menurunkan suhu tubuh, dan
mengurangi rasa gatal

c.

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus


Hasil yang diharapkan : kulit tetap utuh
Intervensi :

Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih


Rasional : untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder.

Pakailah sarung tangan atau restrein siku


Rasional : untuk mencegah penggarukan

Berikan pakaian yang tipis, longgar, dan tidak meng mengiritasi.


Rasional : karena panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal.

Tutup area yang sakit (lengan panjang, celana panjang, pakaian satu lapis).
Rasional : untuk mencegah penggarukan

Berikan losion yang melembutkan (sedikit saja pada lesi terbuka).


Rasional : karena pada lesi terbuka absorpsi obat meningkat untuk menurunkan
pruritus.

Hindari pemajanan panas atau sinar matahari.


Rasional : menimbulkan ruam.

e.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan


untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi
nutrien yang diperlukan.
Hasil yang diharapkan :

Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai

laboratorium normal.
Tidak mengalami tanda malnutrisi.
Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi :

Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.

Rasional : mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.

Observasi dan catat masukan makanan pasien.


Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan

Timbang berat badan tiap hari


Rasional : mengevaluasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
nutrisi.

Berikan makanan sedikit dari frekuensi sering dan atau makan diantara waktu
makan.
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan
pemasukan juga mencegah distensi gaster.

Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus, dan gejala lain yang
berhubungan.
Rasional : gejala gastro intestinal dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia)
pada organ.

f. Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.


Hasil yang diharapkan :

Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih atau jelas.
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misal: batuk
efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
Auskultasi bunyi napas
Rasional : beberapa derajat spasma bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
nafas.
Kaji atau pantau frekuensi pernapasan

Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
pada penerimaan atau selama stress atau adanya proses infeksi
akut.
Catat adanya atau derajat dipsnoe
Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap
proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan
di rumah sakit.

Pertahankan polusi lingkungan minimun, misal ; debu, asap, dan bulu bantal
yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat menjadi episode
akut.
Observasi karakteristik batuk
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien
lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada
posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2001. Keperawatan medikal Bedah. EGC : Jakarta
Donna L. Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta
Kapita selekta Kedokteran Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius.

Nelson. 1999. Ilmu Keperawatan Anak


Nelson, 2000. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta. EGC
Suryadi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta:CV Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai