2013
PENDAHULUAN
Pemeriksaan sistem kardiovaskular janin manusia merupakan kepentingan
sentral terhadap pemahaman perkembangan janin normal, serta terhadap evaluasi
penyakit janin1. Untuk waktu yang lama, sirkulasi janin manusia dieksplorasi
terutama pada sisi arteri dan diinterpretasikan berdasarkan data percobaan hewan.
Dengan perluasan yang lebih baru dari teknik pemeriksaan ke dalam sistem vena dan
penggabungan pengukuran volume aliran darah, beberapa konsep tradisional
mengenai fungsi paralel sirkulasi janin dapat ditentang. Meskipun sirkulasi janin
berfungsi sebagai saluran paralel untuk aliran darah dengan berbagai kandungan
nutrisinya, partisi dari fluks nutrien di antara empat organ kardinal (hati, jantung, otak
dan plasenta) terjadi berurutan. Dimensi serial dari sirkulasi janin ini paling dihargai
ketika meninjau anatomi fungsionalnya, dinamika shunt primer dan watershed areas,
dan adaptasi yang telah didokumentasikan dalam kesehatan dan penyakit janin1,2.
Penyaluran oksigen dan beragam zat gizi dari ibu kepada janin, dan
sebaliknya penyaluran karbon dioksida dan zat sisa metabolik lainnya dari janin
kepada ibu, dilaksanakan oleh komponen nutritif sisi plasenta pada sistem
komunikasi feto-maternal. Plasenta adalah organ penyalur antara ibu dan janin.
Plasenta dan, pada tingkat yang lebih kecil, membran-membran yang melekat
padanya, menyalurkan semua bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
produksi energi janin sekaligus mengeluarkan produk katabolisme janin1.
Tidak terdapat komunikasi langsung antara darah janin yang terdapat di
dalam kapiler janin pada ruang intravilus vilus korionik dengan darah ibu yang
tetap berada di ruang antarvilus. Salah satu pengecualian terhadap diktum ini adalah
adanya kerusakan yang kadang-kadang terjadi di vili korionik sehingga eritrosit dan
leukosit janin, dalam jumlah bervariasi, lolos ke dalam sirkulasi ibu1.
Susunan Plasenta
Menjelang permulaan bulan keempat, plasenta mempunyai dua komponen :
a)
b)
Pada daerah penyatuan, sel-sel trofoblas dan desidua saling bercampur baur.
Daerah ini ditandai dengan adanya sel raksasa desidua dan sinsitium serta kaya
akan zat mukopolisakarida amorf.
Antara lempeng korion dan lempeng desidua terdapat ruang antar jonjot yang
berisi darah ibu.
Ruang-ruang ini berasal dari lakuna dalam sinsitotrofoblas dan dibatasi oleh
sinsitium yang berasal dari janin.
Selama bulan keempat dan kelima, desidua membentuk sejumlah sekat yaitu
sekat desidua yang menonjol ke dalam ruang antar jonjot tetapi tidak mencapai
lempeng korion. Sekat-sekat ini mempunyai inti jaringan ibu, tetapi
permukaannya diliputi oleh selapis sel sinsitium sehingga selamanya selapis sel
sinsitium memisahkan darah ibu di dalam danau antar jonjot dari jaringan janin
pada jonjot.
Sebagai akibat pembentukan sekat ini, plasenta terbagi dalam sejumlah ruangan
atau kotiledon. Oleh karena sekat desidua tidak mencapai lempeng korion,
hubungan antara ruang antar jonjot dalam berbagai kotiledon tetap terpelihara.
Menghadap ke janin
Terdiri dari desidua compacta dan sebagian desidua spongiosa yang nantinya ikut
lepas dengan plasenta.
Warnanya merah dan terbagi oleh celah-celah. Plasenta terdiri dari 16-20
kotiledon.
Letak Plasenta
Letak plasenta pada umumnya pada korpus uteri bagian depan atau belakang
agak ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukan bagian atas
korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi1.
Bentuk dan Ukuran Plasenta
Plasenta berbentuk bundar atau oval. Ukuran diameter 15-20 cm, tebal 2-3
cm dan beratnya 500-600 gram. Biasanya plasenta akan terbentuk lengkap pada usia
kehamilan kira-kira 16 minggu, dimana ruang amnion telah mengisi seluruh rongga
5
rahim. Meskipun ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan ke arah korion,
namun amnion hanya menempel saja tidak sampai melekat pada korion1.
Tipe-tipe Plasenta1,2
Menurut bentuknya :
1. Plasenta normal
2. Plasenta membranasea
3. Plasenta suksenturiata
4. Plasenta spuria
5. Plasenta bilobus
6. Plasenta trilobus
Fungsi Plasenta2
Nutrisasi
Plasenta sebagai alat nutritif. Penyaluran bahan nutrisi dari ibu ke janin
dengan jalan :
Difusi air dan bahan yang larut dalam air, garam kalium dan natrium.
Makin besar berat jenis bahan makanan maka makin lambat terjadi difusi.
Ekskresi
Ginjal, hati dan usus janin belum berfungsi dengan baik sebagai alat
pembuangan. Sisa metabolisme akan dibuang melalui plasenta yang dapat
menghubungkan janin dengan dunia luar secara tidak langsung.
Zat utama yang diekskresi adalah karbon dioksida ( CO 2 ). Bilirubin juga
diekskresi karena sel darah merah relatif sering diganti. Terdapat sedikit
pemecahan jaringan yang terpisah serta jumlah urea dan asam urat yang
sangat sedikit diekskresikan.
Respirasi
Dalam sirkulasi janin terdapat fetal hemoglobin (F) yang memiliki afinitas
tinggi terhadap oksigen dan sebaliknya mudah melepaskan karbon dioksida
melalui sistem difusi dalam plasenta. Dengan adanya perbedaan afinitas
tersebut, plasenta dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pernapasan.
Makin tua kehamilan, semakin tinggi konsentrasi adult hemoglobin (A)
sebagai persiapan bernapas melalui paru-paru pada saat kelahiran.
Produksi
Hormon yang dikeluarkan oleh plasenta adalah :
a. Korionik gonadotropin
b. Korionik somato-mammotropin
c. Estrogen Plasenta
d. Progesteron
Imunisasi
Janin mempunyai kekebalan pasif sampai umur 4 bulan dan selanjutnya
kekebalan tersebut berkurang. Antibodi yang dibentuk ibu melaui plasenta
8
Barrier
Sel trofoblas cukup kuat untuk bertindak sebagai barrier terhadap beberapa
bakteria atau virus. Demikian juga obat yang dapat membahayakan
pertumbuhan dan perkembangan janin dalah rahim dihalangi masuk melalui
plasenta.
SIRKULASI PLASENTA
9
10
11
Volume residual ruang antarvilus pada plasenta aterm adalah sekitar 140 ml;
namun, volume ruang antarvilus sebelum persalinan mungkin dua kali lipat dari
angka ini (aherne dan Dunnill,1966) Aliran darah uteroplasenta menjelang aterm telah
diperkirakan sekitar 700 sampai 900 ml/menit dan sebagian besar darah tampaknya
mengalir keruang antarvilus1.
Kontraksi kuat uterus saat persalinan aktif menyebabkan penurunan aliran
darah kedalam ruang antarvilus dengan derajat penurunan yang sangat bergantung
pada intensitas kontraksi. Tekanan darah didalam ruang antarvilus secara signifikan
lebih rendah dari pada tekanan arteri uterus, tetapi sedikit lebih besar daripada
tekanan arteri uterus. Tekanan vena uterus, sebaliknya bervariasi bergantung pada
beberapa factor termasuk posisi ibu. Sebagai contoh, dalam keadaan terlentang
tekanan dibagian bawah vena kava inferior meningkat akibatnya pada posisi ini
tekanan di vena uterus dan ovarium serta diruang antarvilus meningkat. Peningkatan
tekanan antarvilus yang lebih besar mungkin terjadi apabila wanita hamil tersebut
berdiri1.
TRANSFER PLASENTA
12
VILI KORIONIK
Zat-zat yang berpindah dari darah ibu kedarah janin harus melewati (1)
sinsitiotrofoblas, (2) stroma ruang antarvilus dan (3) dinding kapiler janin. Walaupun
memisahkan darah di sirkulasi ibu dan bayi, sawar histologis ini tidak berprilaku
seragam selayaknya sawar fisik biasa. Sepanjang kehamilan, sinsitiotrofoblas secara
aktif atau pasif membolehkan, mempermudah dan menyesuaikan jumlah dan
kecepatan penyaluran berbagai zat ke janin. Setelah pertengahan kehamilan, jumlah
sel langhans atau sitotrofoblas yang melapisi bagian paling dalam vilus berkurang dan
epitel vilus kemudian terutama terdiri dari sinsitiotrofoblast1.
Dinding kapiler vilus juga semakin tipis dan jumlah pembuluh janin relatif
meningkat dibandingkan dengan jaringan ikat vilus. Perlu diingat bahwa dinding
pembuluh permukaan plasenta janin, setelah bercabang-cabang dari arteri trunkal
pembuluh korion ,tidak mengandung sel otot polos. Sejumlah upaya telah dilakukan
untuk memperkirakan luas permukaan total vili korionik di plasenta manusia pada
kehamilan aterm. Dari pengukuran planimetrik yang dilakukan oleh aherne dan
dunhinill (1966) terhadap luas permukaan vilus plasenta, jelas bahwa terhadap
korelasi erat antara luas permukaan plasenta dengan berat janin. Luas permukaan
total pada kehamilan aterm diperkirakan sekitar 10 m2.
14
Insulin, hormon steroid dan hormon tiroid menembus plasenta tapi dengan
laju yang sangat lambat. Hormon-hormon yang di sintesis in situ di trofoblas masuk
kedalam sirkulasi ibu dan janin, tetapi jumlahnya tidak sama banyak. Sebagai contoh,
konsentrasi gonadotropin korionik dan laktogen plasenta di plasma janjin jauh lebih
rendah dari pada di lasenta ibu. Zat-zat yang berat molekulnya sangat tinggi biasanya
tidak dapat melewati plasenta, tetapi terdapat pengecualian penting, misalnya
imunoglobin gamma Gdengan BM sekitar 160.000 yang dipindahkan melalui
mekanisme yang diperantrai reseptor spesifik di trofoblas3,4.
Selain itu, bilik-bilik jantung janin bekerja secara parallel, bukan serial,
sehingga berhasil lebih banyak menyalurkan darah yang mengandung lebih banyak
oksigen ke otak dan jantung daripada kebagian tubuh lainnya. Sirkulasi janin bersifat
unik dan berfungsi baik sampai saat kelahiran, saat sirkulasi tersebut dituntut untuk
berubah secara dramatis.
Darah teroksigenasi disalurkan ke janin oleh vena umbilikalis,yang masuk
ke abdomen melalui cincin umbilicus dan naik sepanjang dinding abdomen anterior
ke arah hepar. Vena ini kemudian bercabang menjadi duktus venosus dan sinus portal.
Duktus venosus adalah cabang utama vena umbilikalis yang melintasi hepar untuk
langsung masuk ke vena kava inferior. Karena tidak memasok oksigen kejaringanjaringan yang dilaluinya maka pembuluh ini membawa darah yang mengandung
banyak oksigen langsung ke jantung. Sebaliknya sinus portal mengangkut darah ke
vena-vena hepatika yang terutama terletak di sisi kiri hepar, tempat terjadinya
ekstraksi oksigen. Darah dari hepar yang relatif terdeoksigenasi kemudian mengalir
kembali ke vena kava inferior,yang juga menerima darah yang kurang teroksigenasi
dari tubuh bagian bawah. Dengan demikian ,darah yang mengalir ke jantung janin
dari vena kava inferior terdiri dari campuran darah mirip darah arteri yang mengalir
langsung melalui duktus venosus dan darah kurang teroksigenasi yang kembali dari
sebagian besar vena dibawah diafragma. Oleh karena itu, kandungan oksigen dalam
darah yang disalurkan ke jantung dari vena kava inferior lebih rendah daripada dalam
darah yang meninggalkan plasenta1,2.
15
Berbeda dengan kehidupan setelah lahir, ventrikel jantung janin bekerja secara
parallel,bukan serial. Darah yang cukup teroksigenasi masuk ke ventrikel kiri,yang
memasok jantung dan otak,dan darah yang kurang teroksigenasi masuk ke ventrikel
kanan,yang memasok bagian tubuh sisanya4.
SIRKULASI JANIN
Fungsi Serial dari Sirkulasi Janin
Darah dengan konsentrasi oksigen dan substrat tertinggi memasuki janin melalui vena
umbilikalis dan mencapai hati sebagai organ mayor pertama. Duktus venosus adalah
shunt pertama yang menentukan distribusi nutrisi yang proporsional antara hati dan
sirkulasi sentral. Watershed area yang terkait dengan shunt duktus adalah vena porta
kiri, di mana darah vena umbilikalis yang mengalir ke hati berhubungan dengan darah
porta yang terdeplesi yang mengaliri sirkulasi splanchnic1,2,3.
Hati adalah organ utama berikutnya yang menerima aliran darah dengan
berbagai kandungan nutrisi dari berbagai sumber. Di antara aliran atrium kanan,
duktus venosus dan vena hepatika sinistra membawa darah yang lebih tinggi
kandungan nutrisinya daripada aliran vena lainnya (vena kava inferior dan superior,
vena hepatika kanan dan media dan sinus koronarius). Di sisi kiri, vena pulmonalis
mengembalikan darah yang terdeplesi ke atrium kiri. Foramen ovale adalah partisi
shunt kedua aliran darah yang masuk. Karena arah dan kecepatan yang berbeda,
posisi dari crista dividen dan katup foramen ovale, darah jenuh dari duktus venosus
mencapai ventrikel kiri secara khusus, sementara darah yang relatif berkurang
memasuki ventrikel kanan4.
Aorta preduktal memberikan darah kaya nutrisi ke miokardium dan otak
(melalui sirkulasi brakiosefalika), sedangkan darah yang kurang jenuh dari ventrikel
kanan mencapai paru-paru dan duktus arteriosus. Duktus arteriosus berfungsi sebagai
saluran yang menyatukan kedua aliran darah melalui insersinya ke distal aorta ke
16
arteri subklavia kiri. Isthmus aorta adalah watershed area terkait di mana shunting di
antara aliran darah yang berasal dari ventrikel kiri dan kanan terjadi. Aliran hilir dari
duktus arteriosus, aorta desenden membawa darah dengan kandungan gizi yang
dihasilkan dari campuran kedua aliran darah4.
Arteri umbilikalis menyediakan shunt keempat di mana darah yang terdeplesi
disalurkan ke plasenta untuk pertukaran gas, nutrisi dan cairan.
Dinamika shunt janin1,2
Duktus venosus
Dinamika shunt duktus venosus mempengaruhi sirkulasi janin dalam beberapa cara.
Semakin kecil diameter duktus venosus dalam kaitannya dengan vena umbilikalis dan
bentuk terompetnya mencapai percepatan aliran darah yang signifikan, sehingga
pengiriman darah keluar melawan gradien tekanan jantung dapat dicapai.
Pembentukan aliran kecepatan tinggi ini sangat penting untuk mencapai pemisahan
intrakardiak dari aliran darah, dan demikian juga mempengaruhi partisi aliran darah
hilir pada tingkat foramen ovale. Perubahan diameter duktus venosus, dengan
mekanisme yang belum terdefinisi, mengatur partisi darah vena umbilikalis di antara
hati dan jantung: dilatasi menghasilkan pengalihan yang lebih besar ke jantung,
sementara konstriksi lebih banyak menyalurkan darah menuju hati. Pengiriman
keseluruhan darah ke jantung diimbangi oleh kemampuan jantung untuk
mengakomodasi aliran balik vena. Ini pada gilirannya tergantung pada compliance
jantung, kontraktilitas dan afterload. Pada janin manusia, fraksi shunting duktus
venosus menurun seiring dengan kemajuan kehamilan. Pada kehamilan 18-20
minggu, hingga 32% dari darah vena umbilikalis melewati hati. Mendekati aterm, 1825% dari shunt aliran vena umbilikalis melalui duktus venosus untuk mencapai
atrium kanan dalam aliran kecepatan tinggi, sementara 55% mencapai lobus hepatika
kiri dominan dan 20% lobus hepatika kanan2,3. Pada saat yang sama, peningkatan
efisiensi dari fungsi jantung tercermin dari penurunan progresif dalam indeks Doppler
17
melalui foramen ovale menurun dengan peningkatan aliran darah paru dan aliran
balik vena. Pada saat yang sama, shunting diastolik progresif terhadap sirkulasi
brakiosefalika diamati pada isthmus aorta. Pada tingkat arteri umbilikalis, penurunan
progresif dalam resistensi aliran darah plasenta mempertahankan perfusi menuju
plasenta. Penilaian dinamika distribusi menjadi paling relevan dalam kondisi di mana
suplai nutrisi janin terbatas8.
Redistribusi dalam sirkulasi janin
Redistribusi didefinisikan sebagai pergeseran kontribusi proporsional dari ventrikel
saja menuju cardiac output total
10
meningkat, proporsi yang lebih tinggi dari darah kaya nutrisi disalurkan menuju
miokardium dan tubuh bagian atas dan otak melalui sirkulasi brakiosefalika. Konsep
ini merupakan penyederhanaan yang berlebihan. Pertama, distribusi fisiologis nutrisi
dari plasenta menempatkan organ penting dalam urutan serial (hati, miokardium, otak
dan plasenta). Kedua, partisi nutrisi juga terjadi pada tingkat beruntun dalam sirkulasi
(duktus venosus, foramen ovale, isthmus aorta, arteri umbilikalis). Akhirnya, organ
penting individu memberikan peran yang berbeda pada janin manusia dan
penyesuaian otoregulasi perfusi organ telah dilaporkan untuk hati, jantung, dan otak,
dan dipostulasikan untuk plasenta. Efek organ-sparing ini juga terjadi secara
berurutan dengan bertambahnya gangguan janin. Oleh karena tampaknya layak untuk
mempertimbangkan sirkulasi janin sebagai unit serial yang membedakan antara
redistribusi vena, redistribusi arteri dan efek organ-sparing9-12.
Redistribusi Vena
Dinamika shunt pada duktus venosussistem vena porta kiri respon terhadap
kandungan nutrisi vena umbilikalis, penurunan volume aliran vena umbilikalis dan
peningkatan yang bermakna dalam resistensi aliran darah plasenta. Pola makan ibu
yang tidak seimbang pada wanita dengan kandungan lemak tubuh yang rendah
20
oleh
karena
itu
bisa
membuktikan
kepentingan
dalam
aorta
menjadi
retrograd,
pergeseran
sentral
cardiac
output
menuju ventrikel kiri tidak lagi diamati. Telah disarankan bahwa kandungan nutrisi
dan oksigen ventrikel kiri turun dalam situasi seperti ini, ini didukung oleh
peningkatan risiko untuk perkembangan saraf anak yang merugikan pada janin yang
menunjukkan pembalikan aliran darah bersih isthmus aorta. Distal dari pertemuan
dari duktus arteriosus dan aorta, perfusi yang berkelanjutan dari plasenta sangat
penting untuk mempertahankan pertukaran nutrisi yang memadai. Peningkatan
bermakna dalam resistensi aliran darah di pelvis dan ekstremitas bawah menyebabkan
pengalihan aliran darah menuju pembuluh darah umbilikalis. Mekanisme ini mungkin
berperan dalam mempertahankan perfusi plasenta pada insufisiensi plasenta berat14-16.
Redistribusi vena dan arteri hanya dapat efektif selama fungsi pompa jantung yang
memadai dapat dipertahankan. Dalam insufisiensi plasenta berat dengan peningkatan
bermakna dalam afterload plasenta dan / atau disfungsi miokard, tekanan vena sentral
menjadi meningkat karena fungsi pemompaan jantung menurun. Transmisi retrograd
yang difasilitasi dari atrial pressure pulse melalui dilatasi duktus venosus, dengan
penurunan berikutnya dalam gelombang a, diamati dalam situasi seperti ini.
Kontribusi duktus venosus pada pengisian ventrikel kiri dapat menurunkan kondisi
ini. Pada sisi sirkulasi arteri, fungsi pompa jantung mungkin menjadi tidak cukup
untuk mempertahankan aliran bersih antegrad pada isthmus aorta. Dalam keadaan ini,
shunting kanan-ke-kiri intrakardial menjadi tidak efisien dan redistribusi arteri tidak
terjadi. Efek organ-sparing individu oleh karena itu akan terjadi setiap saat ketika
perfusi organ tidak cukup16.
Sirkulasi Janin
22
Sirkulasi ini secara mendasar berbeda dari sirkulasi dewasa. Sebagai contoh,
karena darah janin tidak perlu masuk ke pembuluh paru agar dapat teroksigenasi,
maka sebagian besar curah ventrikel kanan tidak melewati paru. Oksigen dan zat gizi
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pematangan janin disalurkan ke janin dari
plasenta oleh satu vena umbilikalis sehingga tidak perlu diserap melalui saluran
cerna. Selain itu,bilik-bilik jantung janin bekerja secara parallel,bukan serial,sehingga
berhasil lebih banyak menyalurkan darah yang mengandung lebih banyak oksigen ke
otak dan jantung daripada kebagian tubuh lainnya. Sirkulasi janin bersifat unik dan
berfungsi baik sampai saat kelahiran,saat sirkulasi tersebut dituntut untuk berubah
secara dramatis17.
Darah teroksigenasi disalurkan ke janin oleh vena umbilikalis,yang masuk ke
abdomen melalui cincin umbilicus dan naik sepanjang dinding abdomen anterior kea
rah hepar. Vena ini kemudian bercabang menjadi duktus venosus dan sinus portal.
Duktus venosus adalah cabang utama vena umbilikalis yang melintasi hepar untuk
langsung masuk ke vena kava inferior. Karena tidak memasok oksigen kejaringanjaringan yang dilaluinya maka pembuluh ini membawa darah yang mengandung
banyak oksigen langsung ke jantung. Sebaliknya sinus portal mengangkut darah ke
vena-vena hepatika yang terutama terletak di sisi kiri hepar, tempat terjadinya
ekstraksi oksigen. Darah dari hepar yang relatif terdeoksigenasi kemudian mengalir
kembali ke vena kava inferior,yang juga menerima darah yang kurang teroksigenasi
dari tubuh bagian bawah. Dengan demikian ,darah yang mengalir ke jantung janin
dari vena kava inferior terdiri dari campuran darah mirip darah arteri yang mengalir
langsung melalui duktus venosus dan darah kurang teroksigenasi yang kembali dari
sebagian besar vena dibawah diafragma. Oleh karena itu, kandungan oksigen dalam
darah yang disalurkan ke jantung dari vena kava inferior lebih rendah daripada dalam
darah yang meninggalkan plasenta17.
Berbeda dengan kehidupan setelah lahir, ventrikel jantung janin bekerja
secara parallel, bukan serial. Darah yang cukup teroksigenasi masuk ke ventrikel kiri,
yang memasok jantung dan otak,dan darah yang kurang teroksigenasi masuk ke
23
ventrikel kanan, yang memasok bagian tubuh sisanya. Kedua sirkulasi yang terpisah
ini dipertahankan oleh struktur atrium kanan, yang dengan efektif mengarahkan darah
yang masuk ke atrium kiriatau ventrikel kanan, bergantung pada kandungan
oksigennya. Pemisahan darah sesuai kandungan oksigennya ini dipermudah oleh pola
aliran darah di vena kava inferior. Darah yang cukup teroksigenasi cenderung
berjalan di sepanjang aspek medial vena kava inferior dan darah yang kurang
teroksigenasi mengalir sepanjang sisi lateral dinding pembuluh,sehingga darah ini
mudah dialirkan ke sisi jantung yang berlawanan. Apabila darah ini sudah masuk ke
atrium,maka konfigurasi septum antaratrium atas yang disebut kista dividens, adalah
sedemikian sehingga konfigurasi tersebut mengalihkan darah yang cukup
tetoksigenasi baik dari sisi medial vena kava inferior dan duktus venosus melalui
foramen ovale ke dalam jantung kiri dan kemudian ke otak dan jantung (dawes,1962).
Setelah jaringan-jaringan ini menyerap oksigen yang diperlukan,maka darah yang
kurang teroksigenasi kembali ke jantung kanan melalui vena kava superior18.
Darah kurang teroksigenasi yang berjalan di sepanjang dinding lateral vena
kava inferior masuk ke atrium kanan dan dibelokkan melalui katup trikuspid ke
ventrikel kanan. Vena kava superior berjalan disebelah inferior dan anterior sewaktu
masuk ke atrium kanan untuk memastikan bahwa darah yang kurang teroksigenasi
yang berasal dari otak dan tubuh bagian atas juga akan dialihkan secara langsung ke
ventrikel kanan. Demikian juga,ostium sinus koronarius terletak tepat superior dari
katup trikuspid sehingga darah kurang teroksigenasi yang berasal dari jantung juga
kembali ke ventrikel kanan. Akibat dari pola aliran darah ini,maka saturasi darah di
ventrikel kanan 15 sampai 20 persen lebih rendah daripada darah di ventrikel kiri19.
Bagian terbesar (87 persen) darah yang keluar dari ventrikel kanan kemudian
dialihkan melalui duktus arteriosus ke aorta desenden. Resistensi vaskular paru yang
tinggi dan resistensi duktus arteriosus dan pembuluh umbilicus plasenta yang lebih
rendah memastikan bahwa hanya sekitar 13 persen dari curah ventrikel kanan (8
persen dari gabungan curah kedua ventrikel) mengalir ke paru. Sepertiga darah yang
melewati duktus arteriousus disalurkan ke tubuh dan curah ventrikel kanan sisanya
24
kembali ke plasenta melalui dua arteri hipogastrika yang di distal menjadi arteri
umbilikalis. Di plasenta, darah ini menyerap oksigen dan nutrient lain dan kemudian
diedarkan kembali melalui vena umbilikalis19.
Setelah
lahir,
dalam
keadaan
normal
pembuluh
umbilicus,duktus
25
26
Hampir dalam sekejap, kedua ventrikel yang pada masa janin bekerja secara
parallel sekarang secara efektif bekerja serial. Bagian arteri hipogastrika yang terletak
lebih distal,yang berjalan dari setinggi kandung kemih di sepanjang dinding abdomen
hingga
ke
cincin
umbilikus
dan
kedalam
tali
pusat
sebagai
arteri
27
DAFTAR PUSTAKA
23. Rigano S, Bozzo M, Ferrazzi E, et al. Early and persistent reduction in umbilical
vein blood flow in the growth-restricted fetus: a longitudinal study. Am J Obstet
Gynecol 2001; 185: 834838.
24. Bellotti M, Pennati G, De Casperi C, Bozzo M, Battaglia FC, Ferrazzi E.
Simultaneous measurements of umbilical venous, fetal hepatic, and ductus
venosus blood flow in growthrestricted human fetuses. Am J Obstet Gynecol
2004; 190:13471358.
25. Araki T, Konishi T, Yasuda S, et al. Embolization of the patent ductus venosus in
an adult patient. AJR 2003; 180:716718
30