Anda di halaman 1dari 33

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH

KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN


KABUPATEN MAGELANG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Sampah
Sampah perkotaan menurut SK SNI T-11-1991-03 adalah sampah
non B2 (sampah berbahaya) dan non B3 (bahan berbahaya beracun).
Sedangkan pengertian sampah menurut Depkes RI (1994) adalah bahanbahan yang tidak berguna, tidak digunakan ataupun yang terbuang.
Menurut Azrul Azwar (1983) sampah adalah sebagian dari sesuatu
yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang
umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk
kegiatan Industri) tetapi bukan biologis dan umumnya bersifat padat.
Sampah dapat didefinisikan sebagai buangan yang dihasilkan dari
aktivitas manusia dan hewan berupa padatan, yang dibuang karena sudah
tidak berguna atau tidak dibutuhkan lagi. (Tchobanoglous et al., 1993).
2.2 Karakteristik Dan Komposisi Sampah
Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi :
1. Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang mengandung senyawa-senyawa
organik dan tersusun oleh unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen.
Sampah organik memiliki sifat mudah didegradasi oleh mikroba
contohnya : daun-daunan, kayu, kertas, karton, tulang, sisa-sisa makanan,
sayur, buah.
2. Sampah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang mengandung senyawa bukan
organik dan tidak dapat didegradasi oleh mikroba. Contoh sampah jenis
ini adalah kaleng, plastik, besi dan logam lainnya, gelas, mika, dan
sebagainya
(Hadiwiyoto,1983)

II-1
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
Berdasarkan jenisnya sampah dikelompokkan menjadi :
1. Garbage yaitu sampah yang berasal dari sisa pengolahan, sisa
pemasakan, atau sisa makanan yang telah membusuk, tetapi masih dapat
digunakan sebagai bahan makanan oleh organisme lainnya, seperti
insekta. Binatang pengerat (rodentia) dan berbagai scavenger.
2. Rubbish yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak mudah membusuk
dan dapat pula dibagi atas dua golongan, yaitu :
a. Sampah yang tidak mudah membusuk, tetapi mudah terbakar, seperti
kayu, bahan plastik, kain, bahan sistetik.
b. Sampah yang tidak mudah membusuk dan tidak mudah terbakar,
seperti metal, kaca, keramik, dan tulang hewan.
3. Ashes dan Cinder, yaitu berbagai jenis abu dan arang yang berasal
dari kegiatan pembakaran.
4. Dead Animal, yaitu sampah yang berasal dari bangkai hewan, dapat
berupa bangkai hewan peliharaan (domestic animal) maupun hewan liar
(wild animal).
5. Street sweeping, yaitu sampah atau kotoran yang berserakan di
sepanjang jalan, seperti sisa-sisa pembungkus dan sisa makanan, kertas,
daun, kayu, dan sebagainya.
6. Industrial waste merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industri,
sampah jenis ini biasanya lebih homogen bila dibandingkan dengan
sampah jenis lainnya
(Bahar, 1986)

II-2
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
Sedangkan komposisi sampah dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1
Komposisi Sampah Rumah Tangga (hasil survey GTZ, Mei-Juni 1999)
Komposisi

Komposisi Mikro

Komponen

Makro
Organik

Organik dapat dikomposkan

Sisa makanan, sampah dapur,

Plastik

Organik non compostable


Plastik dapat didaur ulang

sampah daun
Potongan kayu
Bahan plastik : PE, PS, PP,

Plastik tak dapat didaur ulang


Kertas
Duplex
Logam
Kaleng
Kain
Potongan kain
Gelas/kaca
Gelas utuh
Gelas pecah
Lain-lain
B3
Karet
(Sumber : Tjahjo, 2001)

HDPE, LDPE, PVC


Plastik kemasan
Kertas semi lusuh
Kemasan kaleng
Kain perca
Botol gelas
Pecahan
Batu batre, bohlam bekas
Sandal bekas

2.3 Sumber Sampah dan Timbulan Sampah


2.3.1 Sumber Sampah
Ada beberapa kategori sumber sampah yang dapat digunakan
sebagai acuan, yaitu:
1. Sumber sampah dari daerah perumahan
Sumber sampah dari daerah perumahan dibagi atas :
a.

Perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi (High


income)

b.

Perumahan masyarakat berpenghasilan menengah (Middle


income)

c.

Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah (Low


income)

2. Sumber sampah dari daerah komersil

II-3
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
Daerah komersiil biasanya terdiri dari daerah perniagaan/
perdagangan. Yang termasuk daerah komersiil yaitu : Pasar,
pertokoan, hotel, restoran, bioskop, industri dan lain-lain
3. Sumber sampah dari fasilitas umum
Fasilitas umum yaitu sarana/ prasarana perkotaan yang
dipergunakan untuk kepentingan umum. Yang termasuk dalam
kategori fasilitas umum yaitu : perkantoran, sekolah, rumah
sakit, apotek, taman, jalan, saluran/ sungai dan lain-lain
4. Sumber sampah dari fasilitas sosial
Fasilitas sosial yaitu sarana/ prasarana perkotaan yang
digunakan untuk kepentingan sosial. Fasilitas sosial meliputi :
panti-panti sosial (panti asuhan dll), tempat-tempat ibadah
(masjid, gereja dll), sumber-sumber lain
5. Sumber-sumber lain merupakan pengembangan sumber sampah
sesuai dengan kondisi kotanya atau peruntukan tata guna
lahannya. Contoh : Kota yang mempunyai rumah pemotongan
hewan maka RPH tersebut merupakan sumber sampah.
(Darmasetiawan, 2004)
2.3.2

Timbulan Sampah
2.3.2.1 Pengertian
Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul
dari masyarakat dalam satuan volume maupun berat per kapita per
hari, atau per luas bangunan, atau per panjang jalan. Penentukan
besaran timbulan sampah suatu kota harus berdasarkan sampling
(pengambilan contoh sampah) dengan metode yang memadai baik
jumlah sampel, lokasi pengambilan contoh, waktu dan lain-lain.
Apabila tidak memungkinkan dilakukan pengambilan contoh
sampah

tersebut

maka

dilakukan

pendekatan

lain

yaitu

menggunakan data hasil penelitian yang ada.

II-4
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
(Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Badan
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Permukiman, 2000).
Tabel 2.2 dan tabel 2.3 menunjukkan laju timbulan sampah kota
sedang dan kecil.
Tabel 2.2
Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Jenis Sumber Sampah
N

Sumber sampah

Satuan

Rumah permanen

Per orang/hari

2,25-2,50

0,350-0,400

2.

Rumah semi

Per orang/hari

2,00-2,25

0,300-0,350

3.

permanen

Per orang/hari

1,75-2,00

0,250-0,300

4.

Rumah non

Perpegawai/har

0,50-0,75

0,025-0,100

5.

permanen

2,50-3,00

0,150-0,350

6.

Kantor

Per

0,10-0,15

0,010-0,020

7.

Toko/ruko

petugas/hari

0,10-0,15

0,020-0,100

8.

Sekolah

Per murid/hari

0,10-0,15

0,010-0,050

9.

Jalan arteri sekunder

Per meter/hari

0,05-0,10

0,005-0,025

10

Jalan kolektor

Per meter/hari

0,20-0,60

0,100-0,300

sekunder

Per meter/hari

Jalan lokal

Per meter2/hari

o
1.

Volume(ltr) Berat (kg)

Pasar
Sumber : LPM ITB dan Puslitbang Pemukiman Dep. PU tahun 1991

Tabel 2.3
Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota
Klasifikasi Kota

Volume

Berat
II-5

ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
(L/orang/hari)
Kota sedang
2.75 3.25
Kota kecil
2.5 2.75
Sumber: SK SNI S-04-1993-03

(kg/orang/hari)
0.70 0.80
0.625 0.70

2.3.2.2 Besar timbulan


Sampah yang timbul pada umumnya lebih sedikit jumlahnya dari
pada jumlah sampah yang ada. Hal ini dikarenakan adanya pemulung dan
lapak atau masih adanya tanah terbuka yang masih dapat menyerap dan
tertinggal di tempat tersebut dengan keadaaan seimbang, kemudian
mengurai secara alami.

2.3.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Timbulan Sampah


Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah adalah :
1. Jenis bangunan yang ada
2. Tingkat aktifitas
3. Iklim
4. Musim
5. Letak geografis
6. Letak topografis
7. Kepadatan penduduk dan jumlah penduduk
8. Periode sosial ekonomi
9. Tingkat teknologi
(Ditjen Cipta Karya, 1999)

2.4 Metode Pembuangan Akhir


Metode Pembuangan Akhir Sampah di Lahan Urug
Pembuangan akhir sampah adalah merupakan rangkaian atau proses
terakhir dalam sistem pengelolaan persampahan pada suatu tempat yang
II-6
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
dipersiapkan, aman serta tidak mengganggu lingkungan. Pengolahan
sampah seperti pembakaran atau lainnya diartikan juga sebagai pembuangan
akhir, tetapi sebenarnya setiap pembuangan masih menghasilkan suatu sisa
pengolahan (residu) yang masih tetap harus dibuang.
(Dinas Pekerjaan Umum, 1992)
Metode pembuangan akhir sampah pada dasarnya harus memenuhi
prinsip teknis berwawasan lingkungan sebagai berikut :
1. Di kota raya dan besar harus direncanakan sesuai metode lahan urug
saniter (sanitary landfill).
2. Harus ada pengendalian lindi, yang terbentuk dari proses dekomposisi
sampah tidak mencemari tanah, air tanah, ataupun badan air yang ada.
3. Harus ada pengendalian gas dan bau hasil dekomposisi sampah, agar
tidak mencemari udara, menyebabkan kebakaran atau bahaya asap dan
menyebabkan efek rumah kaca.
4. Harus ada pengendalian vektor penyakit.
Berdasarkan bentuknya, ada dua bentuk penanganan sampah kota, yaitu :
1. Kriteria Penanganan Setempat (on site) :
a. Mudah diatasi oleh masing-masing penghasil sampah secara
perorangan dan berkelompok, karena kapasitas yang dihasilkan relatif
kecil, misalnya dengan dibakar, ditimbun atau dibuat kompos.
b. Dapat dilaksanakan di daerah yang tidak begitu padat (kepadatan
relatif rendah) dan lahan yang tersedia masih cukup luas.
2. Kriteria Penanganan Sistem Pengelolaan Sampah (off site) :
a. Modal, biaya operasi dan pemeliharaan relatif murah.
b. Sistem yang direncanakan harus dapat meningkatkan kualitas
lingkungan, meningkatkan estetika kota dan membuat lokasi tempat
penimbunan akhir dapat memberi nilai tambah.
c. Menciptakan lapangan kerja

II-7
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
Teknik pengolahan sampah untuk daerah perkotaan dapat dilakukan
dengan berbagai macam teknologi, yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi kota
yang ada. Macam teknologi pengolahan sampah :
a. Sistem insinerasi/pembakaran (insineration)
b. Sistem Pengomposan (composting)
c. Sistem Penimbunan (landfilling)
Sistem pengolahan sampah yang tepat untuk suatu komunitas yang besar
seperti daerah perkotaan adalah sistem penimbunan. Sistem penimbunan lebih
mudah dilaksanakan karena mempunyai fleksibilitas penampungan sampah yang
lebih tinggi dan tidak memerlukan pengkondisian atau pengolahan awal.
Fleksibilitas

penampungan

di

sini

berkaitan

dengan

jumlah

kapasitas

penampungan dan berbagai jenis karakteristik sampah.


(Purwasasmita, 1989)

Teknologi pembuangan akhir sampah yang dianjurkan dan yang


dilarang digunakan dapat dilihat pada tabel 2.4 sebagai berikut :
Tabel 2.4
No

Teknologi

Pembuangan Akhir
1
Open Dumping
Controlled Land fill
ARYA 2BIMASAKTI
3
Sanitary Landfill
21080111130041
4

Improved Sanitary Lanfill

Keterangan
Tidak dianjurkan
Minimal untuk dilaksanakan
Untuk kota besar/raya
Untuk kota raya

II-8

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
Teknologi Pembuangan Akhir Sampah di TPA
Sumber : Dinas Pemukiman dan Tata Ruang Jateng, 2003
Berdasarkan tipe lahan urug, ada 3 sistem pembuangan akhir sampah, yaitu :
1. Sistem Open Dumping
Sistem Open Dumping merupakan sistem yang tertua yang dikenal
manusia

dalam

pembuangan

sampah,

yang

mana

sampah

hanya

dibuang/ditimbun di suatu tempat tanpa dilakukan penutupan dengan tanah.


Dengan sistem ini, TPA menjadi sumber pencemar dengan jangkauan lokal
dan global. Di tingkat lokal TPA merupakan sumber lindi yang mencemari
badan air dan air tanah serta menghasilkan sumber asap dan bau.
Kelebihan dan kelemahan sistem open dumping menurut adalah
sebagai berikut :
A. Kebaikan Sistem Open Dumping :
1. Biaya penanganannya relatif murah.
2. Dapat menampung berbagai jenis sampah.
3. Memanfaatkan lahan yang tidak digunakan.
4. Dalam waktu lama dapat menyuburkan lahan tersebut.
B. Kelemahan Sistem Open Dumping :
1. Mudahnya berkembang hama tikus, insekta, mikroorganisme.
2. Pencemaran air karena lindi yang dihasilkan.
3. Penurunan nilai estetika lingkungan, karena sampah dibiarkan
begitu saja.
(Bahar, 1986)
2.

Sistem Controlled Landfill


Prinsip pembuangan akhir dengan sistem ini yaitu penutupan sampah
dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh dengan timbulan sampah
yang dipadatkan atau setelah mencapai tahap (periode) tertentu. Proses
perataan dan pemadatan sampah tetap dilakukan untuk memudahkan
pembongkaran sampah serta penggunaan TPA semaksimal mungkin. Sistem
II-9

ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
ini sebenarnya tidak termasuk sistem sanitary landfill, tapi merupakan
perbaikan dari sistem open dumping. Kebaikan dan kelemahan sistem
controlled landfill adalah :
A. Kebaikan Sistem Controlled Landfill :
1. Mudah dilaksanakan karena menggunakan metode yang sederhana
2. Lahan yang tersedia tidak memerlukan konstruksi.
3. Murah dalam operasi dan pemeliharaan karena sistem dan peralatan
yang digunakan tidak terlalu kompleks.
4. Tidak menimbulkan dampak negatif bagi estetika kota karena sampah
tidak tersebar sembarangan.
5. Tidak mengakibatkan dampak negatif bagi kesehatan lingkungan
karena gangguan bau sampah dan penyebaran vektor penyakit dapat
dihindari dengan adanya tanah penutup.
B. Kelemahan Sistem Controlled Landfill :
1. Memerlukan luas lahan yang cukup besar untuk lokasi Tempat
Pembuangan Akhir.
2. Memerlukan anggaran biaya khusus untuk pembayaran tenaga
operasional serta operasi dan pemeliharaan peralatan.
3. Kurang memperhatikan segi perlindungan kualitas lingkungan karena
air luruhan hasil dekomposisi sampah (lindi) tidak mengalami
pengolahan karena belum adanya penanganan khusus untuk lindi dan
gas hasil dekomposisi sampah.
(Bahar , 1986)
3. Sistem Sanitary Landfill
Pada sistem ini sampah ditutup dengan lapisan tanah pada setiap akhir hari
operasi, sehingga setelah operasi berakhir tidak akan terlihat adanya timbunan
sampah. Kelebihan dan kelemahan sistem sanitary landfill adalah sebagai berikut:
A. Kebaikan Sanitary Landfill :
1. Sistem ini sangat fleksibel dalam penanganan saat terjadi fluktuasi dalam
jumlah timbulan sampah.

II-10
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
2. Mampu menerima segala jenis sampah sehingga mengurangi pekerjaan
pemisahan awal sampah.
3. Memberikan dampak positif bagi estetika kota, yang mungkin timbul
akibat adanya sampah dapat dieliminasi.
4. Adanya penanganan khusus untuk lindi dan gas hasil dekomposisi sampah
agar tidak mencemari lingkungan.
5. Luas lahan yang dibutuhkan untuk sistem sanitary landfill lebih kecil dari
pada sistem open dumping karena pengurangan volume akibat pemadatan.
B. Kekurangan Sistem Sanitary Landfill :
1. Metode yang diterapkan cukup komplek, sehingga memerlukan peralatan
dan konstruksi khusus.
2. Biaya pembangunan awal cukup mahal.
( Bahar, 1986)
Sanitary landfill dapat ditingkatkan lagi menjadi :
1.

Improved Sanitary Landfill


Sistem ini merupakan pengembangan dari sistem sanitary landfill, yang
mana seluruh leachate yang dihasilkan akan dikumpulkan dan ditampung pada
instalasi pengolahan lindi agar dapat dibuang dengan aman. Sebelum lokasi
TPA digunakan, seluruh permukaannya dibuat kedap air dengan memberi
lapisan tanah liat setebal 60 cm atau ditutup dengan lembaran karet atau
plastik khusus. Pada bagian dasar dipasang sistem perpipaan untuk
menampung dan menyalurkan lindi ke bangunan pengolahan air kotor atau
lindi.

2.

Semi Aerobic Sanitary Landfill


Sistem ini merupakan pengembangan dari teknik Improved Sanitary
Landfill, yang mana dilakukan usaha untuk mempercepat proses dekomposisi
(penguraian) sampah dengan menambahkan oksigen (udara) ke dalam
timbunan sampah.
(Dinas Pekerjaan Umum, 1992)

2.5 Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir


II-11
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
Perhitungan lahan untuk lahan urug akan mencakup perhitungan produksi
sampah dan kapasitas TPA. Produksi sampah ditentukan antara lain oleh jumlah
penduduk, laju generasi sampah (generation rate). Kapasitas lokasi TPA
tergantung pada luas lokasi, kedalaman atau ketebalan lapisan yang direncanakan,
laju generasi sampah, densitas sampah sebelum dipadatkan dan persentase
pengurangan volume setelah dipadatkan.

Perhitungan awal kebutuhan lahan TPA per tahun


L

V 300
0,70 1,15
T

(2-1)

Keterangan :
L = luas lahan yang dibutuhkan setiap tahun (m3)
V = volume sampah yang telah dipadatkan (m3/hari) = A x E

(2-2)

A = volume sampah yang akan dibuang


E = tingkat pemadatan (kg/m3), rata-rata 600 kg/m3
T = ketinggian timbunan yang direncanakan (m), 15% rasio tanah penutup

Kebutuhan luas lahan


H=LxIxJ

(2-3)

Keterangan :
H = luas total lahan (m3)
L = luas lahan setahun
I

= umur lahan (tahun)

= ratio luas lahan total dengan luas lahan efektif 1,2.

Untuk perhitungan kebutuhan lahan untuk sanitary landfill dapat digunakan


rumus sebagai berikut :
II-12
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG

R
p
1
Cv
D
100

(2-4)

CN
d

(2-5)

Keterangan :
V = Volume sampah padat dan tanah penutup per orang per tahun
(m3/org/tahun)
R = Laju generasi sampah perorang pertahun (kg/org/tahun)
D = Densitas (kepadatan) sampah sebelum dipadatkan yang tiba di TPA
(kg/m3)
P = Persentase pengurangan volume karena pemadatan dengan alat berat 3-5
kali lintasan (50%-75%).
Cv = Volume tanah penutup (m3/org/tahun)
A = Luas TPA yang diperlukan pertahun (m2/ tahun)
N = Jumlah penduduk yang dilayani (orang)
d

= Tinggi atau kedalaman sampah padat dan tanah penutup (m)

(Departemen Pekerjaan Umum dalam Hairunnisa, 2004)

Penentuan Volume Nominal Lahan Urug


Kapasitas volume nominal dari lokasi usulan lahan urug ditentukan

melalui timbulan awal beberapa jenis lahan urug, dapat menentukan kriteria
desain. Langkah berikutnya menentukan area permukaan untuk tiap lift. Volume
nominal lahan urug ditentukan dengan mengalikan area rata-rata antara dua kontur
berdekatan dengan tinggi lift dan menjumlahkan keseluruhan volume lift. Jika
tanah penutup digali dari lokasi lahan urug, maka perhitungan volume
berhubungan dengan volume sampah yang ditempatkan di lokasi.
(Departemen Pekerjaan Umum dalam Hairunnisa, 2004)
II-13
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG

Pengaruh Pemadatan Komponen Sampah


Densitas sampah bervariasi akibat mode operasi lahan urug, pemadatan

komponen sampah, persentase distribusi komponen. Jika limbah disebar dengan


lapisan tipis dan pemadatan melawan permukaan miring, nilai pemadatan tinggi
dapat tercapai. Dengan pemadatan minimal, berat spesifik akan berkurang dari
pemadatan dari kendaraan pengumpul. Berat spesifik bervariasi antara 550-1200
lb/yd3, tergantung pada tingkat pemadatan sampah.
(Departemen Pekerjaan Umum dalam Hairunnisa, 2004)

Pengaruh Bahan Tanah atau Lapisan Penutup


Lapisan penutup umumnya tanah, digabung dengan lahan urug pada tiap

tingkatan konstruksi. Penutup harian, terdiri dari 6 inci1 ft tanah, diaplikasikan


pada muka kerja lahan urug pada tiap akhir operasi. Penutup sementara adalah
lapisan tebal dari material tanah penutup harian diaplikasikan ke area lahan urug
yang tidak dipakai beberapa waktu. Tanah penutup akhir biasanya antara 3-6 ft
dan meliputi lapisan tanah liat padat, dengan lapisan lain untuk meningkatkan
drainase dan mendukung tanaman permukaan.
(Departemen Pekerjaan Umum dalam Hairunnisa, 2004)

Pengaruh Dekomposisi Sampah dan Ketinggian Beban Lebih


Pengurangan

massa

karena

dekomposisi

biologi

menghasilkan

pengurangan volume, yang ada untuk pengisian sampah baru. Penilaian awal
kapasitas lokasi, hanya pemadatan karena pertimbangan beban berlebih. Desain
lahan urug selanjutnya, pengurangan sampah karena dekomposisi harus
dipertimbangkan.
SWP SW1

p
a b p

(2-6)
Keterangan :
SWp

= berat spesifik sampah pada tekanan P, lb/yr3

II-14
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
SW1

= berat spesifik sampah pemadatan awal, lb/yr3

= beban tekanan, lb/in2

= konstanta empiris, (lb/in2)(lb/in2)

= konstanta empiris, yd3/lb


(Tchobanoglous, 1993)
2.6 Fasilitas Tempat Pemrosesan Akhir

2.6.1 Fasilitas Umum


1. Jalan masuk
Jalan masuk dipergunakan untuk kelancaran angkutan sampah dari jalan
kota menuju lokasi TPA. Untuk itu harus dibuat jalan yang sesuai dengan
berat kendaraan serta frekuensi jumlah kendaraan yang ada. Jalan masuk TPA
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

Dapat dilalui kendaraan truk sampah dari 2 arah.

Lebar jalan 8 m, kemiringan permukaan jalan 2-3% kearah saluran


drainase, tipe jalan kelas 3 dan mampu menahan beban perlintasan
dengan tekanan gandar 10 ton dan kecepatan kendaraan 30 km/jam
(sesuai dengan ketentuan Ditjen Bina Marga).

Perkerasan jalan berupa aspal atau adukan beton. Panjang jalan masuk
sekitar 2-3 km dari jalan besar atau jalan utama. Jalan dilengkapi
dengan rambu-rambu lalu lintas utnuk menjaga ketertiban lalu lintas
kendaraan.

2. Jalan operasi
Jalan ini diperuntukkan pengangkutan sampah dari pintu masuk
area landfill menuju sel-sel sampah. Jalan ini sifatnya sementara dan
sesudah selesai pembentukan suatu jalan ini akan menjadi sel baru
berikutnya.
3. Bangunan Penunjang
II-15
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
Bangunan penunjang ini adalah sebagai pusat pengendalian
kegiatan di TPA baik teknis maupun administrasi, fasilitas menunjang
keamanan pekerja ataupun fasilitas yang ada di dalam TPA.
4. Drainase
Drainase TPA berfungsi untuk mengurangi volume air hujan yang
jatuh pada area timbunan sampah sehingga juga mengurangi jumlah lindi
yang terbentuk serta mencegah penyebarannya keluar lokasi TPA.
Ketentuan teknis drainase TPA ini adalah sebagai berikut :

Jenis drainase dapat berupa drainase permanen disekeliling TPA


meliputi jalan utama, disekeliling timbunan terakhir, daerah kantor,
gudang, bengkel, tempat cuci berfungsi mengalirkan air dari luar TPA
agar tidak melintasi TPA.

Kapasitas saluran dihitung dengan persamaan manning.


2
1
Q 1 A R 3 S 2
n

(2-7)

Keterangan :
Q = debit aliran air hujan (m3/detik)
A = luas penampang basah saluran (m2)
R = jari-jari hidrolis (m)
S = kemiringan
N = konstanta

Pengukuran besarnya debit dihitung dengan persamaan sebagai berikut


D = 0,2785 C . I . A (m3/det)

(2-8)

Keterangan :
Q = debit aliran air hujan (m3/detik)
C = angka pengaliran
I = intensitas hujan maksimum (mm/jam)
II-16
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
A = luas daerah aliran (km2)
(Departemen Pekerjaan Umum dalam Hairunnisa, 2004)
5. Pagar
Pagar berfungsi untuk menjaga keamanan TPA dapat berupa pagar
tanaman sehingga sekaligus dapat juga berfungsi sebagai daerah
penyangga setebal 5 m untuk mengurangi atau mencegah dampak negatif
yang terjadi dalam TPA seperti keluarnya sampah dari TPA ataupun
mencegah pemandangan yang kurang menyenangkan.
6. Pagar Kerja
Pagar kerja merupakan pagar portabel yang dipasang disekitar
pembuatan sel untuk mencegah atau mengurangi kecepatan angin yang
dapat menyebarkan sampah ringan dalam lokasi atau bahkan keluar lokasi.
7. Papan nama
Papan nama berisi nama TPA, pengelola, jenis sampah dan waktu
(Departemen Pekerjaan Umum dalam Hairunnisa, 2004)
2.6.2 Fasilitas Perlindungan Lingkungan
Pembentukan dasar TPA
a) Lapisan dasar TPA harus kedap air sehingga lindi terhambat meresap
kedalam tanah dan tidak tercemari air tanah. Koefisien permeabilitas
lapisan dasar TPA harus lebih kecil dari 10-6 cm/detik.
b) Pelapisan dasar kedap air dapat dilakukan dengan cara melapisi dasar
TPA dengan tanah lempung yang dipadatkan (30 cm x 2) atau
geomembrane setebal 5 mm.
c) Dasar TPA harus dilengkapi saluran pipa pengumpul lindi dan
kemiringan minimal 2% ke arah saluran pengumpul maupun
penampung lindi.

II-17
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
d) Pembentukan dasar TPA harus dilakukan secara bertahap sesuai
dengan urutan zona atau blok dengan urutan pertama sedekat mungkin
ke kolam pengolah lindi.
Sel
Ketebalan timbunan sampah padat pada sistem lahan urug, setiap
lapisnya direkomendasikan ketebalannya 0,6 m. Ketebalan yang lebih
kecil akan menyebabkan kebutuhan tanah untuk lapisan penutup menjadi
lebih besar. Ketebalan lapisan yang lebih besar akan menyebabkan
pemadatan dengan alat berat (compactor atau buldozer) menjadi kurang
efektif, kecuali residu dari hasil pembakaran, tiap lapis dapat lebih tebal.
Ketebalan lapisan tanah penutup, ketebalan lapisan tanah penutup
timbulan sampah +20 cm, sedangkan ketebalan lapisan tanah penutup
terakhir pada bagian permukaan adalah +50 cm. Timbulan sampah
berlapis, lapisan pertama sebaiknya dibiarkan selama 3 bulan, baru
ditimbun dengan lapisan sampah berikutnya.
3. Saluran pengumpul lindi
Fasilitas ini dimaksudkan agar lindi yang dihasilkan oleh sanitary landfill
tidak mencemari lingkungan disekitar TPA.

Rancangan Fasilitas Pengumpul Lindi


Teras Miring
Untuk menghindari akumulasi lindi pada dasar, dasar dibagi menjadi
beberapa teras dengan kemiringan Teras dimiringkan sehingga lindi yang
terkumpul pada permukaan akan dibuang ke saluran pengumpul lindi. Pipa
berlubang ditempatkan pada tiap saluran pengumpul lindi untuk membawa
lindi ke saluran utama, untuk diolah atau reaplikasi pada permukaan lahan
urug. Kemiringan umumnya berkisar antara 1-5%, dan slope saluran
drainase antara 0,5-1%.
(Tchobanoglous, 2004)

II-18
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG

Gambar 2.1 Pengumpul Lindi Dengan Sistem Teras Miring


(Sumber : Darmasetiawan, 2004)
Dasar Berpipa
Bagian dasar dibagi menjadi potongan persegipanjang oleh pembatas tanah
liat pada jarak tertentu (lihat gambar 2.10). Jarak pembatas tergantung
pada lebar sel lahan urug. Pipa pengumpul lindi ditempatkan memanjang
pada geomembran, kemudian ditutup oleh lapisan pasir lahan urug
dioperasikan sebagai penyaring lindi sebelum dikumpul dan diolah.

Gambar 2.2 Pengumpul Lindi Dengan Sistem Pipa Pada Dasar


(Sumber : Darmasetiawan, 2004)

Fasilitas Pengangkut, Pengumpul dan Penyimpan Lindi


Penggunaan metode pengumpul lindi harus dilakukan secara hati-hati
untuk menjamin sambungan pipa aman. Alternatif pengumpul lindi
cenderung menempatkan pipa pada lahan urug, yang kemudian lindi diolah
atau didaur-ulang. Pada beberapa lahan urug, lindi dikumpulkan dan dibawa
ke tangki penampung. Kapasitas tangki tergantung pada tipe fasilitas
II-19

ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
pengolah yang ada dan nilai buangan maksimum diijinkan untuk fasilitas
pengolahan.
(Tchobanoglous, 2004)

Pengolahan Lindi
Daur Ulang Lindi
Metode efektif untuk pengolahan lindi adalah dengan mengumpulkan
dan resirkulasi lindi melalui lahan urug. Pada awalnya lindi mengandung
sejumlah penting TDS, BOD5, COD, nutrisi dan logam berat. Saat
diresirkulasikan, kandungan senyawa berkurang oleh aktifitas biologi dan
reaksi kimia-fisika yang terjadi dalam lahan urug. Namun, angka produksi
gas meningkat pada sistem resirkulasi lindi. Untuk menghindari pelepasan
gas yang tak terkontrol, lahan urug perlu dilengkapi dengan sistem recovery
gas, seperti pengumpulan, pengolahan dan pembuangan untuk sisa lindi.
Evaporasi Lindi
Penggunaan kolam evaporasi lindi merupakan pengolahan yang
sederhana. Lindi yang tak dievaporasi disiram pada lahan urug yang telah
selesai. Pada lokasi dengan curah hujan tinggi, fasilitas penyimpanan lindi
ditutup dengan geomembran selama musim hujan dan dingin. Akumulasi
lindi dibuang melalui evaporasi lindi selama musim panas, dengan membuka
fasilitas penyimpanan, menyiram lindi pada permukaan lahan urug pada akhir
operasi. Bau mungkin terakumulasi dibawah permukaan tanah penutup,
diventilasi ke tanah atau kompos penyaring.
Pengolahan Lindi
Metode efektif untuk pengolahan lindi adalah dengan mengumpulkan
dan resirkulasi lindi melalui lahan urug. Pada awalnya lindi mengandung
sejumlah penting TDS, BOD5, COD, nutrisi dan logam berat. Saat
diresirkulasikan, kandungan senyawa berkurang oleh aktifitas biologi dan
reaksi kimia-fisika yang terjadi dalam lahan urug. Namun, angka produksi
gas meningkat pada sistem resirkulasi lindi.
(Tchobanoglous, 2004)
II-20

ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
4. Ventilasi gas
Ventilasi gas yang berfungsi untuk mengalirkan dan mengurangi
akumulasi tekanan gas, gas-gas yang terjadi dalam sel di TPA tidak
mencemari

lingkungan

sekitarnya

serta

menyebabkan

terjadinya

kecelakaan dalam lokasi TPA yang dapat menimpa para pekerja yang ada.
Secara mikro timbulnya gas tersebut dapat menimbulkan dampak negatif
bila tidak ditangani secara baik karena akan menimbulkan ledakan bila
berada di udara terbuka dengan konsentrasi sekitar 15%. Secara global, gas
methana ini mempunyai potensi yang lebih besar dalam masalah efek
rumah kaca dibandingkan produk akhir lain dari proses degradasi karbon,
yaitu CO2.
(Darmasetiawan, 2004)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Gas
Selama dekomposisi sampah dari bahan organik oleh aktifitas biologi akan
terbentuk berbagai gas dan uap air. Yang berbahaya khususnya yang dapat
menimbulkan kebakaran atau yang mudah meledak. Faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain:

Kandungan air dalam sampah.

Oksigen dalam udara yang terperangkap.

pH, mikroorganisme pembentuk gas methana hanya dapat berkembang


biak pada pH 6,4-7,4.

Temperatur, proses dekomposisi secara anaerobik terjadi pada suhu


optimum 29oC-37oC.

Produksi gas hidrogen terjadi pada beberapa bulan pertama dengan


volume kira-kira 20% total volume gas.

Gas methana (CH4) akan mulai diproduksi setelah 6-12 bulan setelah
pembuangan sampah di lahan urug dan konsentrasinya akan meningkat
sampai kira-kira 65% gas yang ada di lahan urug.

Produksi gas methana (CH4) maksimum pada lahan urug yang luas dan
dalam akan terjadi pada lebih dari 10 tahun.
II-21

ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
(Darmasetiawan, 2004)
Permasalahan Terbentuknya Gas di Lahan Urug

Bila gas tersebut terkonsentrasi pada suatu tempat seperti di bawah


lantai bangunan, gorong-gorong, saluran atau manhole yang ada pada lahan
urug atau didekatnya dapat terjadi kebakaran atau peledakan.

Keracunan karena masuk ke dalam gorong-gorong atau manhole.

Bila gas tersebut keluar ke permukaan dapat terjadi kebakaran sampah.

Pengaruh yang merugikan terhadap tanaman atau tumbuh-tumbuhan


pada lahan urug atau didekatnya.

Kemungkinan membahayakan kesehatan manusia.

Gangguan lainnya seperti bau.


(Darmasetiawan, 2004)

Metode Mencegah Migrasi Gas Keluar Lahan Urug


1. Kontrol Pasif Perpindahan Gas
Pada sistem kontrol gas pasif, tekanan gas yang dihasilkan dari
lahan urug berperan sebagai tenaga pengerak untuk perpindahan gas.
Kontrol pasif dapat dicapai saat gas utama terbentuk dengan tinggi. Saat
gas utama terbatas, kontrol pasif tidak efektif karena difusi molekul akan
berperan tinggi dalam mekanisme transport.
2. Ventilasi Pembebasan Tekanan dalam Penutup Lahan Urug
Perpindahan gas dapat dikurangi dengan membebaskan tekanan
gas dengan interior lahan urug, sepeti ventilasi yang dipasang kebawah
dari tanah penutup akhir hingga massa sampah. (lihat gambar 2.16). Jika
gas methana dalam ventilasi pada konsentrasi cukup, beberapa ventilasi
dapat dipasang paralel dan dilengkapi gas burner. Ketinggian pembakar
sampah bervariasi 3-6 m di atas tanah penutup akhir, gas burner dapat
dipasang otomatis atau manual.
3. Perimeter Parit Interseptor

II-22
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
Sistem parit perimeter, terdiri dari parit interserptor berisi kerikil
berisi pipa plastik berlubang horizontal (PVC, polyethylene, PE), dapat
digunakan untuk menangkap perpindahan lateral gas. Pipa berlubang
disambung vertikal sehingga gas yang terkumpul keluar ke atmosfer.
Membran liner dipasang pada dinding menghindari lahan urug.

Gambar 2.5 Penampakan Pipa Ventilasi Dalam Sanitary Landfill


(Sumber : EPA,1993)
4. Perimeter Dinding Lumpur atau Parit Pembatas
Parit pembatas biasanya diisi bahan impermeabal seperti lumpur atau
tanah liat. Dalam hal ini, parit menjadi pembatas fisik perpindahan gas sub
permukaan lateral. Gas dipindah dari permukaan dalam pembatas oleh sumur
ekstraksi gas atau parit berisi kerikil. Lumpur sebagai desiccation dari
keretakan akibat pengeringan. Keefektifan metode ini belum jelas.

5. Pembatas Impermeabel dalam Lahan Urug


Pergerakan gas melalui tanah yang berdekatan dikontrol oleh
konstruksi bahan pembatas yang lebih impermeabel dari tanah sebelum
operasi pengisian dimulai. Bahan yang sering dipakai tanah liat padat dan
khususnya geomembran karena dapat membatasi perpindahan gas.

6. Pembatas Sorptive dalam Lahan Urug untuk Sisa Gas


II-23
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
Sisa gas dalam lahan urug mempunyai variasi konsentrasi. Konsentrasi
tinggi ada pada aliran senyawa diffusif sisa gas, bahkan saat perpindahan kecil
oleh konfeksi dari aliran campuran gas utama terjadi. Kegunaan bahan
penyerap seperti kompos dapat digunakan untuk memperlambat pelepasan sisa
gas. Mekanisme transformasi biotik dan abiotik lebih lama menurunkan
senyawa sisa serapan.
(Tchobanoglous, 1993)
5. Tanah Penutup
Tanah penutup dibutuhkan untuk mencegah sampah berserakan, bahaya
kebakaran, timbulnya bau, berkembang biaknya lalat atau binatang
pengerat dan mengurangi timbulan lindi.

Gambar 2.3 Penutupan Lapisan Tanah


(Sumber : Darmasetiawan, 2004)
6. Daerah penyangga/ Zone penyangga
Daerah penyangga dapat berfungsi untuk mengurangi dampah negatif yang
ditimbulkan oleh kegiatan pembuangan akhir sampah terhadap lingkungan
sekitar. Daerah penyangga ini dapat berupa jalur hijau atau pagar tanaman
disekeliling TPA, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jenis tanaman adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan tanaman
perdu yang mudah tumbuh dari rimbun.
II-24
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
2. Kerapatan pohon adalah 2-5 m untuk tanaman keras.
3. Lebar jalur hijau minimal.
7. Sumur uji
Sumur uji ini berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya
pencemaran lindi terhadap air tanah disekitar TPA dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Lokasi sumur uji harus terletak pada area pos jaga (sebelum lokasi
penimbunan sampah, dilokasi sekitar penimbunan dan pada lokasi setelah
penimbunan.
2. Penempatan lokasi harus tidak pada daerah yang akan tertimbun sampah.
3. Kedalaman sumur 20-25 m dengan luas 1 m2.
8. Alat besar
Pemilihan alat besar harus mempertimbangkan kegiatan pembuangan akhir
seperti pemindahan sampah, perataan, pemadatan sampah dan penggalian
atau pemindahan tanah. Pilihan jenis alat berat adalah :
1. Bulldozer, Merupakan peralatan yang sangat baik untuk operasi
perataan, pengurugan dan pemadatan dengan berkekuatan 120-140 HP.
2. Landfill compactor. Sangat baik digunakan untuk pemadatan timbunan
sampah pada lokasi datar.
3. Wheel atau track loader. Dapat digunakan untuk operasi penggalian,
perataan, pengurugan dan pemadatan (terutama tipe crawl)
4. Excavator. untuk mengambil tanah penutup. Dengan kekuatan 130 HP.
5. Scrapper. Baik untuk lapisan pengurugan dengan tanah dan perataan.
6. Dragline. Dapat digunakan untuk penggalian tanah dan pengurugan,
memperbesar kapasitas lahan urug dengan penggalian, membuat
saluran dan mengumpulkan tanah urugan. Peralatan ini efisien untuk
lahan urug yang luas.
(Departemen Pekerjaan Umum dalam Hairunnisa, 2004)

II-25
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG

Tabel 2.5
Kebutuhan Peralatan Rata-Rata untuk Sanitary Landfill
Sampah harian
Jumlah
Penduduk Ton Jumlah
0-15.000

0-40

Peralatan
Jenis

Ukuran,lb

Tractor,
10.000Crawler
30.000
atau
Rubber-tired

Perlengkapan
Dozer blade front
and loader (1to2 yr)
Trash blade

Scraper,
dragline,
water truck
15.00050.000

40130

Tractor,
30.000Crawler
60.000
atau
Rubber-tired

Dozer blade front


and loader (2to4 yr)
Bullclam
Trash
blade

Scraper,
dragline,
water truck
50.000100.000

130260

1-2

Tractor,
> 30.000
Crawler
atau
Rubber-tired

Dozer blade front


and loader (2to5 yr)
Bullclam
Trash
blade

Scraper,
dragline,
water truck
>100.000

>260

>2

Tractor,
> 45.000
Crawler
atau
Rubber-tired

Dozer blade front


and loader. Bullclam
Trash blade

Scraper,
dragline,
II-26
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
water truck
(Sumber : Tchobanoglous, 1993)

Tabel 2.6
Rekomendasi dan Pilihan Accesories Peralatan
Perlengkapan
Dozer blade

Dozers
Loaders
Landfill
Crawler Wheel Track Wheel compactor
O
O
O

U-blade

Landfill blade

Rb

Hydraulic controls

Rippers

Engine screens

Radiator guards-hinged

Cab or helmet air conditioning

Ballast weights

Multipurpose fan

General-purpose bucket

Reversible fan

Steel-guarded tires

Lift-arm extentions

Cleaner bars

Roll bars

Backing warning system


Sumber : Tchobanoglous, 1993

II-27
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG

Tabel 2.7
Karakteristik Penampilan dari Peralatan Sanitary Landfill
Sampah
Peralatan

Tanah Penutup

Penyebara Pemadata Penggalia Penyebara Pemadata Pengangkuta


n
n
n
n
n
n

Crawler dozer

Ta

Crawler loader

Ta

Rubber-tired
dozer

Ta

Ta

Ta

Ta

Ta

Ta

Ta

Ta

Ta

Ta

Rubber-tired
loader
Landfill
compactor
Scraper
Dragline

Sumber :.Tchobanoglous, 1993


A : Sempurna

Ta : Tidak bisa (Tidak ada)

B : Bagus
C : Cukup
D : Jelek

2.6.3

Fasilitas Penunjang

1. Jembatan timbang

II-28
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
Jembatan timbang berfungsi untuk menghitung berat sampah yang
masuk ke TPA dengan ketentuan sebagai berikut :

Lokasi jembatan timbang harus dekat dengan kantor/pos jaga dan


terletak pada jalan masuk TPA.

Jembatan timbang harus dapat menahan beban minimal 5 ton.

Lebar jembatan timbang minimal 3,5 m.

2. Air bersih
Fasilitas air bersih akan digunakan terutama untuk kebutuhan
kantor, pencucian kendaraan (truk dan alat berat), maupun fasilitas TPA
lainnya. Penyediaan air bersih ini dapat dilakukan dengan sumur bor dan
pompa.
Tempat cuci kendaraan
Fasilitas ini dimaksudkan agar mencegah terjadinya pengotoran
jalan raya akibat keluarnya truk pengkutan sampah yang keluar dari TPA
serta mencegah beroperasinya truk dalam keadaaan kotor yang
menimbulkan pemandangan kurang baik
Bengkel.
Bengkel berfungsi untuk menyimpan dan atau memperbaiki
kendaraan atau alat berat yang rusak, luas bangunan yang akan
direncanakan harus dapat menampung 3 kendaraan. Peralatan bengkel
minimal yang harus ada di TPA adalah peralatan untuk pemeliharaan dan
kerusakan ringan.
5. Perlengkapan lainnya.
Jika dianggap perlu sehubungan dengan aktifitas yang ada dapat
ditambahkan perlengkapan penunjang lainnya seperti halnya truk tangki,

II-29
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
grader, penyediaan alat kebakaran, alat kantor, penerangan, telekomunikasi
dan sebagainya.
a. Metode Penimbunan
Metode penimbunan sampah di dalam sanitary landfill dapat
merupakan perataan, penggundukan atau modifikasi keduanya terhadap lokasi
TPA. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama lokasi TPA
itu sendiri kemudian kapasitas yang diinginkan serta penggunaan bekas TPA
setelah TPA tersebut penuh.

b.

Metode pembuatan sel


Dalam pembuatan sel dapat digunakan metode luas (area method),
metode parit (trech method) atau modifikasi terhadap kedua metode tersebut.
Hal ini erat kaitannya dengan kondisi tanah dalam lokasi, topografi muka air
tanah serta ketersediaan tanah penutup sel.
c. Dimensi sel
Kedalaman sel yang terpilih hendaknya mempermudah pengerjaan
penutupan sel serta pemadatannya. Hal ini dipertimbangkan terhadap
efektifitas penggunaan alat (dozer, loader, ataupun dragline). Adapun panjang
sel tergantung jumlah sampah harian.
d. Tanah penutup
Ketebalan tanah penutup adalah sebagai berikut

Tabel 2.8
Ketebalan Tanah Penutup
Jenis tanah penutup

Ketebalan

Lamanya terbuka

Harian

15 cm

0-7 hari

Antara

30 cm

7-365 hari

Akhir

60 cm

> 365 hari


II-30

ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum dalam Hairunnisa, 2004


Adapun

jenis

tanah

penutup

yang

dipilih

sesuai

dengan

kemampuannya dalam berbagai fungsi tanah penutup. Pemilihan bahan tanah


penutup ini sesuai dengan kualitas bahan yang klasifikasinya seperti
dituangkan dalam tabel 2.9.

Tabel 2.9
Kesesuaian Jenis Tanah Sebagai Material Penutup
Clean Clayey Clean Clayey

Silt Clay

Function

gravel

silty

sand

silty

Prevent rodent from borrowing or tunneling

gravel
F-G

sand
P

Keep flies from emerging

Eb

Minimize moisture entering fill

F-G

G-E

G-E

Eb

Minimize landfill gas venting through cover

F-G

G-E

G-E

Eb

Provide pleasing appeareance and control

P-F

F-G

blowing paper
Grow vegetation

Be permeable for venting decomposition gas


E
P
G
P
P
P
Sumber : D.R. Brummer and D.J Keller, Sanitary Landfill Design and
Operation
Ea = sempurna;
G = bagus
F = cukup
P = jelek
b

= kenali jika cracks melampaui seluruh tanah penutup


II-31

ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
c

= hanya jika drainasenya baik

Polusi Udara
Polusi udara dalam bentuk debu pada waktu kemarau dapat diatasi
dengan penyiraman air pada rute harian kendaraan dalam lokasi. Jika jalan
dalam lokasi digunakan cukup lama dapat digunakan perkerasan jalan
dengan asphal atau beton. Didalam TPA dilarang melakukan pembakaran,
jika hal ini terjadi dengan tidak sengaja dapat dipadamkan dengan
penimbunan tanah penutup, penggunaan bahan kimia ataupun dengan
penyiraman air. Adapun polusi udara akibat timbulnya gas-gas hasil
dekomposisi sampah didalam sel dapat dicegah dengan gas controller dan
gas burner yang dipasang pada lokasi-lokasi yang tepat. Komposisi gas
yang dihasilkan oleh sel-sel sampah dalam TPA adalah seperti dituangkan
dalam tabel 2.10.
Tabel 2.10
Komposisi Gas Dari Landfill
Lapisan waktu setelah sampah
ditimbun (bulan)
0-3

Rata-rata persentase dalam volume


N2
CO2
CH4
5,2
88
5

3-6

3,8

76

21

6-12

0,4

65

29

12-18

1,1

52

40

18-24

0,4

53

47

24-30

0,2

52

48

30-36

1,3

46

51

36-42

0,9

50

47

42-48

0,4

51

48

Sumber: Tchobanoglous, 1993


2. Polusi Air

II-32
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH


KECAMATAN KALIANGKRIK, WINDUSARI, BANDONGAN
KABUPATEN MAGELANG
Untuk menjaga tidak terjadinya polusi komponen kimiawi ataupun
bakteri dalam air maka diperlukan pengoperasian pengolahan limbah
ataupun memanipulasi lindi yang terjadi sehingga tidak menyebar keluar
lokasi, jika terjadi penyebaran hal ini diharapkan kualitasnya telah turun
sesuai dengan baku mutu badan air penerimanya.
3. Vektor kontrol.
Untuk mengatasi pertumbuhan serangga merugikan yang tidak
diinginkan dapat dilakukan pemberantasan dengan insektisida secara
periodik.

4. Pengoperasian dimusim hujan


Untuk kelancaran pengoperasian dimusim hujan perlu diadakan
pengoperasian tambahan seperti pencucian roda truk agar tidak terjadi
pengotoran jalan raya,

penyediaan sirtu untuk penanggulangan jalan

sementara serta genangan pada parit jika dipilih metode parit.


(Departemen Pekerjaan Umum dalam Hairunnisa, 2004).

II-33
ARYA BIMASAKTI
21080111130041

Anda mungkin juga menyukai