Disusun Oleh :
Rr. Ratna Sari Kusuma Dewi
42160026
A. DATA PASIEN
Nama
Tanggal Lahir
Usia
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Alamat
No. RM
HMRS
: An. L
: 27-11-2006
: 9 Tahun 10 bulan
: Perempuan
: Pelajar
: Klitren Lor GK III/108
: 02-04-44-XX
: 12 /10/2016 Pukul 15:48
semankin banyak hingga telapak kaki. Pasien tidak ada keluhan demam, batuk
maupun pilek.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Orang tua pasien menyatakan bahwa pasien tidak pernah mengalami kejadian
serupa/muncul bercak kemerahan sebelumnya.
Pasien sering mengalami infeksi saluran nafas (Batuk dan Pilek) kurang lebih
selama 1 bulan hingga 2-3x
Riwayat trauma/cedera (-) hanya jatuh pada tanggal (11/10/16)
Riwayat mondok usia 9 bulan karena diare
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami hal serupa (-)
Riwayat penyakit kronik : DM (-), Hipertensi (-)
Riwayat penyakit autoimun (-)
5. Riwayat Pengobatan
Orang tua pasien belum memberi obat apapun pada anaknya hanya
mengistirahatkan agar kaki tidak bayak bergerak
6. Riwayat lifestyle
Menurut penuturan orang tua pasien, Pasien sering memaakan makanan
berpengawet (mie Instan).
7. Riwayat Alergi
Riwayat alergi terhadap jenis makanan dan obat-obatan tertentu di sangkal
oleh pasien dan orang tua pasien
8. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Masa kehamilan :
o Tak ada infeksi atau ganguan kesehatan ibu pada masa kehamilan
o Melakukan pemeriksaan kehamilan rutin ke dokter kandungan (4 kali,
Bahasa
Sosial
&
Kemandirian
09/10/16
setelah
OS
Os mengalami melakukan
Batuk (+) dan aktivitas berenang
sakit saat menelan Os mengeluh gatal
pada
kedua
- Pilek (-)
tungkai kaki
- muncul bercak
- Demam (-)
kemerahan pada
kedua tungkai kaki
- Os sudah tidak
batuk
- demam (-), pilek
(-), nyeri sendi (-).
11/10/16
12/10/2016
- Os mengalami
cedera (kesleo pada
sendi ankle kaki
kanan)
- Bercak kemerahan
(+) semakin banyak
hingga telapak kaki
- Nyeri sendi (+)
- Bengkak (-)
Os masih dapat
berjalan
Keadaan umum
: Sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E4V5M6
TD
: 110/70 mmHg
Nadi
: 84 kali/ menit
Suhu
: 36.8 0C
Napas
: 18kali/ menit
Berat Badan
: 46 kg
2. Kepala
Mata
: Konjungtiva anemis (-)
Hidung
: Deviasi septum (-), sekret (-), jejas/massa (-)
Telinga: Kelainan bentuk telinga (-), sekret (-), tanda radang (-)
Mulut
: Bibir lembab, pucat (-), lidah kotor (-)
Tenggorok
: Hiperemis (-), jejas/massa (-)
3. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
4. Thorax
Paru
Inspeksi
: gerakan dada simetris, retraksi interkosta(-), jejas (-)
5. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
6. Ekstremitas
: gambaran kulit : pada paha bagian bawah kaki kanan dan kiri terdapat
gambaran macula-patch eritem berbatas tegas, berbentuk polisiklik, multiple,
tersebar merata pada paha bagian bawah sampai dengan telapak kaki. Gatal
(+), panas (-).
bengkak (+), arthralgia (+), ROM menurun
Alat Vegetatif
Miksi
Defekasi
Hasil
12.5
12.61
Nilai Rujukan
12.0-15.0
4.5-13.5
0,9%
0,3%
67,8 % H
25,1 %
5.9 %
1-5
0-1
32-52
23-53
2-11
Hematokrit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
36.8%
4.93 juta/mmk
78.3 fl L
25.4 pg L
32.4 g/dl
323 ribu/mmk
40-54
4.00-5.30
8094
32.0-36.0
32-36
150-450
7
KESAN : Tak tampak
kelainan pada struktur
ossa pedis dan soft tissue
pedis dextra.
Diagnosis Kerja
Henoch Schonlein Purpuran dengan Athralgia pedis dextra
Tatalaksana dan Planning
1. Anti nyeri / anti inflamasi non steroid
2. Kortikosteroid
3. H2-Blocker
Paracetamol (Dosis 10-15 mg/kgbb/kali pemberian maksimal 2.6 g/hari) ATAU
Ibuprofen (Dosis 5-10 mg/kgbb/kali)
Methilprednisolon (1-2 mg/kg/hari) terbagi 2 dosis untuk 3-10 hari kemudian
tapering off.
Ranitidine (2-4mg/kgbb/hari) terbagi 3-4 dosis
Edukasi
1. Istirahat yang cukup
2. Makan makanan yang bergizi
Follow Up Pasien.
Hari Ke-II Jumat, (14/10/16)
S
O
Bercak kemerahan (+), demam (-), nyeri perut (-), BAK (+) BAB(+)
KU: Sedang , CM
VS: T= 36,2 ; RR: 17 ; HR= 80x/mnt
Status Lokalis
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-)
Thorax : Dinding dada simetris , suara paru vesikuler (+/+), dan jantung dalam batas
normal
Abd : distensi (-), peristaltik (+), nyeri tekan (-) , nyeri ketok ginjal (-)
Eks: akral teraba hangat , CRT <2 dtk , nadi kuat dn reguler, paha bagian bawah kaki
kanan dan kiri terdapat gambaran macula-patch eritem berbatas tegas, berbentuk
polisiklik, multiple, tersebar merata pada paha bagian bawah sampai dengan telapak
A
P
Bercak kemerahan (+), gatal (-), demam (-), Nyeri perut (-), BAK (+), BAB (+)
KU: Sedang , CM
VS :T=36,5 ; RR=16x/mnt ; HR= 86x/mnt
Status Lokalis :
Kepala : konjungtiva anemis (-),
Thorax : Dinding dada simetris , suara paru vesikuler (+/+), dan jantung dalam
batas normal
Abd : distensi (-), peristaltik (+), nyeri tekan (-) , nyeri ketok ginjal (-)
Eks: akral teraba hangat , CRT <2 dtk , nadi kuat dn reguler, paha bagian
bawah kaki kanan dan kiri terdapat gambaran macula-patch eritem berbatas
tegas, berbentuk polisiklik, multiple, tersebar merata pada paha bagian bawah
telapak kaki sudah berkurang, gatal (-)
A
P
Terapi diteruskan
Methilpredinison 2x50mg inj
Cek PDL
PDL 15/10/2016
Pemeriksaan
Hemoglobin
Lekosit
Hitung Jenis
Eosinofil
Basofil
Segment Neutrofil
Limfosit
Monosit
Hasil
12.5
14.71 H
Nilai Rujukan
12.0-15.0
4.5-13.5
0,3%
0,3%
60,8 % H
31.7 %
6.9 %
1-5
0-1
32-52
23-53
2-11
Hematokrit
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
39.2%
4.93 juta/mmk
79.5 fl L
25.4 pg L
31.9 g/dl
429 ribu/mmk
40-54
4.00-5.30
8094
32.0-36.0
32-36
150-450
Bercak kemerahan (+), gatal (-), demam (-), Nyeri perut (-), BAK (+), BAB (+)
KU: Sedang , CM
VS :T=36,5 ; RR=16x/mnt ; HR= 86x/mnt
Status Lokalis :
Kepala : konjungtiva anemis (-),
Thorax : Dinding dada simetris , suara paru vesikuler (+/+), dan jantung dalam
9
batas normal
Abd : distensi (-), peristaltik (+), nyeri tekan (-) , nyeri ketok ginjal (-)
Eks: akral teraba hangat , CRT <2 dtk , nadi kuat dn reguler, paha bagian
bawah kaki kanan dan kiri terdapat gambaran macula-patch eritem berbatas
tegas, berbentuk polisiklik, multiple, tersebar merata pada paha bagian bawah
A
P
Terapi diteruskan
Methilpredinison 2x25mg inj
Hari Ke V Senin,(17/10/2016)
S
O
Bercak kemerahan (+) sudah mulai menghilang, gatal (-), demam (-), Nyeri perut (-),
BAK (+), BAB (+)
KU: Sedang , CM
VS :T=36.2 ; RR=22x/mnt ; HR= 88x/mnt
Status Lokalis :
Kepala : konjungtiva anemis (-),
Thorax : Dinding dada simetris , suara paru vesikuler (+/+), dan jantung dalam
batas normal
Abd : distensi (-), peristaltik (+), nyeri tekan (-) , nyeri ketok ginjal (-)
Eks: akral teraba hangat , CRT <2 dtk , nadi kuat dn reguler, paha bagian
bawah kaki kanan dan kiri terdapat gambaran macula-patch eritem berbatas
tegas, berbentuk polisiklik, multiple, tersebar merata pada paha bagian bawah,
A
P
Terapi diteruskan
Methilpredinison 2x25mg tab
CEK Urine Rutin
BLPL
Hasil
Kuning
1.015
6.00
Negatif
Nilai Rujukan
Protein
Negatif
Negatif
1.003-1.030
4.5-8.0
Negatif
10
Bilirubin
Negatif
Negatif
Urobilinogen
Keton
0.2 EU/dL
Negatif
0.2
Negatif
Nitrit
Negatif
Negatif
Leukosit esterase
Negatif
Negatif
Darah
TRACE
Negatif
Sedimen
Leukosit pucat
Sel gliter
Leukosit gelap
Eritrosit
Epitel
Ca oxalate
Asam urat
Triple fosfat
Bakteri
Jamur
Sil. Hialin
Sil. Granula
Sil. Epitel
Sil. Eritrosit
Sil. Leukosit
1+(<4Sel/LPB)
Negatif
1+(<4Sel/LPB)
1+(<4Sel/LPB)
1+(<4Sel/LPB)
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
EDUKASI
Orang tua :
Memperhatikan kondisi anak dalam hal-hal apa saja yang bisa timbul sebagai
komplikasi dari HSP (gangguan perut, perdarahan gastrointestinal, dan ginjal).
Awasi pola makan anak (pola makan yang bergizi)
Memberikan obat sesuai dengan anjuran
Menganjurkan anak melakukan aktivitas fisik secukupnya untuk sementara
apabila masih terdapat nyeri
Anak :
Memperhatikan bahan makanan dan keadaan yang memicu batuk
Mengurangi makanan yang mengandung banyak pengawet
11
A. DEFINISI
Henoch Schonlein Purpura (HSP) merupakan sindrom klinis berupa vaskulitis
pembuluh darah kecil sistemik yang ditandai dengan lesi kulit spesifik berupa purpura
non trombositopenik, arthritis atau arthralgia, nyeri abdomen atau perdarhan
gastrointestinalis, dan kadang nefritis atau hematuria (Cassidy, 2005)
B. EPIDEMIOLOGI
Rata-rata terdapat 14 kasus per 100.000 anak diusia sekolah, prevalensi tertinggi
terjadi pada anak usia 2-11 tahun (75%). Kurang lebih ditemukan 27% kasus pada
orang dewasa, jarang ditemukan pada bayi. HSP lebih sering terjadi pada anak lakilaki daripada anak perempuan (rasio 2:1). Pada umumnya HSP merupakan benign
self-limited disorder; < 5% kasus menjadi kronis; hanya < 1 % kasus berkembang
menjadi gagal ginjal (Yuly, 2012).
C. ETIOLOGI
Etiologi dari HSP masih belum diketahui secara pasti. Sesuai dengan beberapa
penelitian yang telah dilakukan peranan IgA diduga memiliki peranan penting
didalam pathogenesis HSP. Peningkatan konsentrasi IgA serum, kompleks imun
menyebabkan deposit IgA pada pembuluh darah yang kemudian muncul gejala bercak
kemerahan pada kulit.
12
D.
PATOGENESIS
Henoch-Schonlein Purpura adalah kelainan sistemik yang penyebabnya masih
belum diketahui sacara jelas, dengan karakteristik terjadinya vaskulitis pada
pembuluh darah kecil, inflamasi pada dinding pembuluh darah kecil dengan infiltrasi
leukositik pada jaringan yang menyebabkan perdarahan iskemia. Adanya keterlibatan
kompleks imun IgA memungkinkan proses ini berkaitan dengan proses
alergi. Namun mekanisme kausal tentang ini belum dapat dibuktikan (Abbas, 2007)
Inflamasi dinding pembuluh darah kecil merupakan manifestasi utama
penyakit ini. Bila pembuluh darah yang terkena adalah kulit, maka terjadi ekstravasasi
darah ke jaringan sekitar, yang terlihat sebagai purpura. Namun purpura pada HSP
adalah khas, karena batas purpura dapat teraba pada palpasi. Bila yang terkena adalah
pembuluh
darah
traktus
gastrointestinal,
maka
dapat terjadi
iskemia yang menyebabkan nyeri atau kram perut. Gejala yang timbul
dapat pula menyebabkan distensi abdomen, buang air besar berdarah, intususepsi, maupun
perforasi yang membutuhkan penanganan segera. Gejala gastrointestinal umumnya banyak ditemui
pada fase akut dan kemungkinan mendahului gejala lainnya seperti bercak kemerahan pada kulit
(Soepriadi, 2005).
Terdapat berbagai macam hipotesis dari pathogenesis munculnya HSP.
Hipotesis pertama adalah molecular mimicry, sebagai contoh: mikroba dan pembuluh
darah kecil pejamu memiliki epitop yang sama. Bersamaan dengan invasi patogen
tersebut, respons imunitas seluler dan humoral akan teraktivasi dan terjadi reaksi
silang dengan pembuluh darah. Hipotesis kedua adalah patogen dapat memulai proses
inflamasi yang dapat menimbulkan kerusakan sel dan jaringan. Proses ini akan
13
menimbulkan suatu autoantigen yang biasanya tidak terpapar oleh suatu sistem imun.
Hipotesis ketiga adalah bila mikroba yang sangat invasif secara langsung berinteraksi
dengan protein pembuluh darah, maka akan terbentuk suatu antigen yang baru (neoantigen) yang kemudian akan mengaktivasi suatu reaksi imun. Dan yang keempat
yaitu hipotesis superantigen, dimana pada beberapa bakteri seperti Streptococcus dan
virus dapat menjadi suatu superantigen. Tanpa adanya suatu proses dan presentasi
suatu sel penyaji antigen, suatu superantigen akan langsung berinteraksi dan
mengaktifkan sel-T. Dari sini dapat disimpulkan bahwa tidak ada mikroba khusus
yang menyebabkan terjadinya HSP (Yang, 2008).
Sama
banyaknya
yang
timbul
pada pasien
pediatric menampakkan (upper respiratory infection) URI, dan studi terbaru pada
dewasa mendemonstrasikan bahwa 40% pasien mempunyai URI terdahulu.
Beberapa agen berimplikasi, termasuk group A streptococci, varicella,
hepatitis B, Epstein-Barr virus, Mycoplasma, Campylobacter d a n Yersinia. L e b i h
jarang, faktor lain telah dikaitkan dengan dengan agen penimbul
d a l a m perkembangan HSP.
14
Polymorphonuclear
diambil
dari
faktor
kemotaktik
dan
menyebabkan inflamasi s e r t a n e k r o s i s d i n d i n g p e m b u l u h d a r a h d e n g a n
t r o m b o s i s y a n g m e n e t a p . H a l i n i a k a n mengakibatkan ekstravasasi dari
eritrosit akan perdarahan dari organ yang dipengaruhi dan bermanifestasi secara histologis
sebagai vaskulitis leukocytoclastic.
E. GAMBARAN KLINIK
Pada umumnya, HSP muncul secara akut atau tiba-tiba. Gambaran klinik
utama yang sering terlihat terdiri atas 4 organ, yaitu kulit, gastrointestinal, sendi, dan
ginjal. Pertama pada kulit timbul perdarahan kulit yang agak meninggi pada saat
diraba (palpable purpura) terjadi pada kurang lebih 95-100% kasus yang terutama
terjadi pada bagian tubuh yang tergantungatau mengalami tekanan seperti kaki pada
bagian bawah, pantat, tubuh dan tangan. Perdarahan yang terjadi berupa bercakbercak kemerahan terang atau merah gelap atau kebiruan yang dapat menyatu.
Perdarahan ini umumnya akan menghilang dalam beberapa hari sampai dengan
beberapa bulan. Kurang dari 10% kasus dapat berulang dan mungkin menetap
beberapa tahun. Perdarahan ini dapat disertai pembengkakan (uedem).
Organ kedua yang terlibat adalah gastrointestinal. Gejala yang muncul pada
organ ini adalah sakit perut yang hebat, mual, muntah dan dapat terjadi perdarahan
saluran cerna atau intusepsi yang biasanya muncul 1 minggu setelah munculnya
perdarahan pada kulit.
Organ selanjutnya yang turut terlibat adalah sendi. Pada anak-anak tiba-tiba
tidak bisa berjalan, sendi sangat nyeri, atau sampai terjadi pembengkakan sendi, nyeri,
kemerahan, dan apabila diraba terasa panas. Sendi yang terlibat lebih banyak pada
sendi yang besar yaitu lutut dan dan pergelangan kaki. Nyeri sendi ini ditemukan pada
kurang lebih 65-78% kasus dan merupakan 25 % keluhan penderita pada waktu
berobat. Kelainan ini tibul awal pada (1-2) hari pada kelainan kulit.
15
Kriteria
Definisi
purpura)
16
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada terdapat pemeriksaan
laboratorium
yang
spesifik
untuk
Urine rutin
Radiologi
Biopsy kulit
Serum IgA
leukosit
eosinofil
LED
/N
trombosit
Proteinuria
Eritrosit
Leukosit
Ureun
creatinin
-Radiologi USG
diindikasikan
jika nyeri
abdominal
timbul untuk
mengeluarkan
intususepsi,
edema dinding
usus, penipisan
mengkonfirmasikan serum
kadar IgA dan C3 IgA
sertaleukositoclastik
vaskulitis
17
atau perforasi
-Foto
roentgen
diindikasikan
bila nada
gejala akut
artritis.
H.
TERAPI
Tujuan utama dari pengobatanya adalah untuk mengurangi gejala seperti nyeri
sendi, nyeri abdomen atau pembengkakan. Kurang lebih kebanyakan kasus kita bisa
menggunakan counter medicines, seperti acetaminophen/parasetamol untuk nyeri.
Pada beberapa pasien dengan arthtritis berat para dokter banyak meresepkan
prednison, suatu obat golongan steroid. Dokter juga bisa memeriksa fungsi ginjal
dengan tes darah dan urin setelah gejala dari henoch schonlein purpura menghilang.
Penyakit ginjal biasanya muncul 3-6 bulan setelah ruam pertama. Jika tanda
dari penyakit ginjal itu muncul sebaiknya dirujuk ke ahli ginjal yang akan meresepkan
obat untuk menekan sistem imun. Obat immunosuppressive ini dapat menjaga
penyakit ginjal ini agar tidak berkembang menjadi gagal ginjal permanen.
I. PROGNOSIS
Prognosis baik pada sebagian besar kasus, sembuh pada 94% kasus anak-anak
dan 89% kasus dewasa (beberapa kasus memerlukan terapi tambahan). Rekurensi
dapat terjadi pada 10-20% kasus, umumnya pada anak yang lebih besar dan dewasa;
<5% penderita berkembang menjadi HSP kronis. Keluhan nyeri perut pada sebagian
besar penderita biasanya sembuh spontan dalam 72 jam.
J. KOMPIKASI
Komplikasi utama dari HSP adalah keterlibatan ginjal, termasuk sindrom nefrotik,
dan perforasi usus. Komplikasi tidak sering yaitu terjadi edema scrotal berupa torsi
testicular. Abdominal pain terjadi pada 62% kasus disertai dengan mual, muntah,
konstipasi atau diare. Perdarahan Gastrointestinal sebagai kriteria keempat pada 33%
kasus, kadang terjadi invaginasi. Komplikasi yang harus dihindari adalah terjadinya
komplikasi pada ginjal yaitu nefritis. Kurang lebih 40% terjadi kelainan ginjal dalam
bentuk hematuria dan proteinuria,
DAFTAR PUSTAKA
1. Cassidy JT, Petty RE. Leukocytoclastic vasculitis: Henoch-Schnlein purpura. In:
19
2. Mills JA, Michel BA, Bloch DA, Calabrese LH, Hunder GG, Arend WP, et al. The
American College of Rheumatology 1990 Criteria for the Classifi cation of HenochSchnlein purpura. Arthritis Rheum. 1990; 33:1114-21.
3. Soepriadi M,Setiawan B.Henoch Schonlein purpura.Pedoman diagnosis dan terapi
20