Departemen Biostatistik dan Ilmu Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Abstrak
Epidemi HIV/AIDS mempunyai dampak pada sosial ekonomi keluarga,
terutama terhadap kualitas hidup anak remaja (12-18 tahun). Untuk melihat
dampak HIV/AIDS dalam keluarga terhadap kualitas hidup remaja dan
untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi besar dampak
itu, telah dilakukan penelitian dengan menggunakan data survei tentang
AIDS yang dikumpulkan tahun 2007 oleh Pusat Penelitian Kesehatan
Universitas Indonesia. Variabel komposit yang terdiri variabel pendidikan,
lingkungan sosial, dan aktivitas fisik, yang dikategorikan menjadi kurang
baik dan baik, digunakan untuk mengukur kualitas hidup. Variabel-variabel
ini kemudian dianalisis dengan regresi logistik untuk melihat besar dampak
HIV/AIDS dalam keluarga, rumah tangga, dan anak terhadap kualitas hidup
remaja. Hasil studi menunjukkan bahwa keberadaan HIV/AIDS dalam
keluarga berdampak buruk terhadap kualitas hidup remaja (OR = 1,6).
Dampak buruk ini lebih parah apabila remaja mendapat pengasuhan
kurang baik (OR = 1,7) terutama bila pengasuhnya laki-laki (OR = 2,8) dan
pendidikannya rendah (OR = 2,4). Pengaruh buruk tersebut ditemukan
sama pada remaja perempuan dan remaja laki-laki.
Kata kunci: HIV/AIDS dalam keluarga, kualitas hidup, remaja, pengasuhan
anak
Abstract
HIV/AIDS epidemic has impacted the socioeconomy of the family, particularly the quality of life of adolescents (12 to 18 years of age). To assess the
impact of HIV/AIDS in the family on the quality of life of adolescents and
identify factors determining the extent of the impact, a research has been
carried out using survey data on AIDS collected in 2007 by Center for Health
Research, University of Indonesia. A composite variable consisting of education, social environment, and physical activity variables, which was categorized as less good and good, was employed to measure the quality of life.
These variables were then subjected to multi-variable logistic regression
analysis to examine the extent of impact of HIV/AIDS status in the family,
household, and child towards the quality of life of adolescents. This analysis showed that HIV/AIDS in the family had adverse impact on the life of
adolescents (OR = 1,6). The impact was worse on adolescents who lack of
care (OR = 1,7), especially if the care givers were male (OR = 2,8) and had
low level of education (OR = 2,4). The adverse impact was similar on both
female and male adolescents.
Key words: HIV/AIDS in family, quality of life, adolescents, child care
Pendahuluan
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan saat ini sudah menjadi epidemi global.1 AIDS pertama kali dilaporkan di Los Angeles, Amerika Serikat, oleh Gottlieb
dan teman-teman pada bulan Juni, 1981.2 Kasus AIDS
pertama di Indonesia dilaporkan tahun 1987 di Bali yaitu seorang turis asing, sedangkan kasus kedua dan ketiga juga asing, yang meninggal di Jakarta pada tahun
1987.3 Djoerban,4 menjelaskan bahwa kasus yang diduga kuat menderita AIDS telah ditemukan pada tahun
1985, di Rumah Sakit (RS) Islam Jakarta, dan seorang
pasien pada tahun 1986 di RS Cipto Mangunkusumo,
Jakarta. Sampai dengan Desember 2010, kasus AIDS dilaporkan 24.131 orang; sedangkan pengidap HIV sampai
dengan November 2010 dilaporkan 55.848 orang.
Hampir semua kasus AIDS, 52,7% penularan melalui
heteroseksual, 47,4% berumur 20-29 tahun, dan 18,8%
kasus telah meninggal.5
Alamat Korespondensi: Toha Muhaimin, Departemen Biostatistik dan Ilmu
Kependudukan FKM Universitas Indonesia Gd. A Lt. 2 Kampus Baru UI
Depok 16424, Hp.0811105266, e-mail: tohamuhaimin@yahoo.co.id
131
Karakteristik Responden
Kategori
RT dengan HIV
RT tanpa HIV
OR
73,0 %
59,4 %
1,85
0,000
Tabel 2. Model Regresi Logistik Ganda dengan Memasukkan Variabel Interaksi Terpilih (Jenis Kelamin Pengasuh
dengan Sosial Ekonomi RT)
Kategori
Status HIV dalam RT
Sosial ekonomi RT
Jenis kelamin pengasuh
Pendidikan pengasuh
Praktek pengasuhan
Jenis kelamin pengasuh*sosek RT
Constant
Wald
df
Sig.
b)
Exp(
0,187
0,204
0,754
0,225
0,193
0,885
5,669
7,094
5,735
14,529
7,847
1,794
1
1
1
1
1
1
0,017
0,008
0,017
0,000
0,005
0,180
1,562
0,581
6,084
2,357
1,719
0,306
0,171
1,225
0,268
1,209
SE
0,446
-0,543
1,806
0,857
0,542
-1,186
0,190
Keterangan:
Status HIV dalam RT (X=1 RT HIV+, X=0 RT HIV-)
Sosial ekonomi RT (X=1 kurang, X=0 cukup)
Jenis kelamin pengasuh (X=1 laki-laki, X=0 perempuan)
Praktek pengasuhan (X=1 kurang, X=0 baik)
Pendidikan pengasuh (X=1 kurang, X=0 cukup)
Tabel 3. Model Akhir Regresi Logistik Ganda Kualitas Hidup Anak dan Variabel Prediktor pada RT Anak Remaja
SE
Wald
df
Sig.
Exp(
b)
RT dengan HIV/AIDS
Sosial ekonomi RT kurang
Pengasuh laki-laki
Pendidikan pengasuh SMP kebawah
Praktek pengasuhan kurang
0,441
-0,607
1,043
0,859
0,536
0,187
0,199
0,385
0,226
0,193
5,574
9,289
7,338
14,47
7,666
1
1
1
1
1
0,018
0,002
0,007
0,000
0,006
1,554
0,545
2,838
2,360
1,709
Constant
0,228
0,169
1,816
0,178
1,256
Variabel Prediktor
Keterangan: Nilai Exp () dalam model ini adalah nilai odds ratio variabel bersangkutan
berpendidikan SMP kebawah berisiko kualitas hidup kurang baik 2,4 kali lebih besar daripada anak yang mendapat pengasuhan dari pengasuh berpendidikan SMA
keatas. Kelima, anak remaja yang mendapat praktek
pengasuhan kurang berisiko kualitas hidup kurang baik
1,7 kali lebih besar daripada yang mendapat praktek
pengasuhan baik.
Pembahasan
Kelemahan Penelitian
Meskipun studi ini mencakup daerah yang secara geografis luas dari wilayah timur sampai dengan barat
Indonesia, tetapi tujuh provinsi tersebut hanya merupakan bagian kecil (21%) dari seluruh 33 provinsi yang
ada di Indonesia sehingga generalisasi hasil studi tidak
dapat diperlakukan untuk Indonesia, lebih tepat sebagai
gambaran di tujuh provinsi yang bersangkutan, yaitu
provinsi yang relatif cukup tinggi prevalensi HIV/AIDSnya. Pengambilan sampel yang tidak seluruhnya random
(kecuali Jakarta) mungkin tidak bisa menggeneralisasi
hasil penelitian ini untuk seluruh populasi di wilayah
penelitian. Tetapi, secara alamiah (nature dari kondisi
Pengaruh HIV/AIDS dalam keluarga terhadap kualitas hidup anak remaja tidak berbeda antara laki-laki dan
perempuan. Hal ini kemungkinan karena anak remaja
cenderung kurang bergantung secara sosial kepada orang
tua. Kemungkinan lain, sesuai dengan sifat-sifat remaja,
maka anak-anak remaja dari keluarga dengan sosial
ekonomi kurang mungkin berusaha secara mandiri untuk
mengatasi masalah yang berkaitan dengan kualitas hidup
mereka karena merasa tidak dapat menggantungkan pada kondisi rumah tangga yang sudah dalam keadaan
miskin. Oleh karena itu, mereka mempunyai kualitas
hidup yang lebih baik. Temuan ini mengindikasikan perlunya penelitian lebih lanjut untuk melihat hubungan
sosial-ekonomi rumah tangga dan kualitas hidup anak
pada populasi dengan komposisi status sosial ekonomi
yang lebih heterogen dan proporsional.
Namun, perlu diperhatikan anak remaja perempuan
yang sering dinomorduakan bila dalam rumah tangga
ada masalah ekonomi yang kurang. Pada keluarga yang
sudah terdampak HIV/AIDS dalam ekonominya, dan ini
yang umumnya terjadi, kalau keluarga tersebut misalnya
terpaksa harus membatasi biaya pendidikan pada
anggota keluarga, biasanya anak laki-laki mendapat prioritas lebih dulu untuk melanjutkan sekolah atau untuk
masuk sekolah karena laki-laki akan menjadi kepala
keluarga sehingga harus lebih diberi bekal hidup.
Sebaliknya, pada anak perempuan, mungkin mereka disuruh berhenti sekolah atau membantu mencari penghasilan tambahan, misalnya dengan bekerja informal sebagai pekerja anak atau buruh anak dan ini sering menjadi salah satu mekanisme coping dalam keluarga.10
Studi kasus yang dilakukan Muhaimin,11 di Jakarta pada salah satu keluarga dengan HIV (menantu dan cucu
berstatus HIV) dan dalam rumah tangga tersebut ada
anak perempuan (17 tahun) dilaporkan bahwa sejak
iparnya (HIV+) dan ayahnya meninggal, Rn terpaksa
harus berhenti sekolah karena selama ini yang membiayai sekolah terutama kakak iparnya. Selain berhenti
sekolah, ia juga terpaksa bekerja sebagai tukang cuci piring di restoran, sedangkan ibunya bekerja serabutan
(membantu cuci pakaian dan masak memasak tetangga)
untuk menutupi kebutuhan kehidupan keluarga.
Keadaan ini tentu akan menurunkan kualitas hidup anak
remaja yang bersangkutan.11
Melihat dari perspektif gender yang menyangkut jenis
kelamin pengasuh ternyata dalam studi ini menunjukkan
bahwa pengasuh laki-laki pada kelompok remaja akan
berdampak menurunnya kualitas hidup anak. Karakteristik pengasuh seperti diterangkan di depan ternyata
sebagian besar pengasuh baik pada rumah tangga dengan
HIV maupun tanpa HIV adalah perempuan, masingmasing 86,5% dan 93,9%. Dalam hubungannya pengasuh dengan kepala rumah tangga, terlihat 62,6% penga135
1. Klatt EC. Pathology of AIDS. Version 18. USA: Florida State University,
Cooledge of Medicine; 2007.
niaLos Angeles. MMWR, Suplements. 1999 March/48 (LMRK); 7781 [cited 2007 January 11]. Available from: htpp://www.cdc.gov/
mmwr/preview/mmwrhtml/lmrk0077.htm.
137
11. Muhaimin T. Potret keluarga dengan HIV dan AIDS, studi kasus di
12. Papalia DE, Old SW, Feldman RD. Human development. Mc Graw-Hill
138
by HIV/AIDS in Southwest China: schooling, physical health, and inDeficiency Syndrome. February 2010 [cited 2010 August 17]; 53: S104-