Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.
yang sangat tinggi dibanding dengan tanaman penghasil minyak lainnya. Produktivitas ini
terutama tergantung pada faktor genetis (bahan tanaman atau kecambah atau bibit), lingkungan
tumbuh (kesesuaian lahan terkait iklim dan kesuburan lahan), perlakuan kultur teknis atau
budidaya saat tanaman belum menghasilkan maupun ketika sudah menghasilkan. Serta kualitas
sumber daya manusia.
Kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan, lalu
dibudidayakan. Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Tanaman ini memerlukan kondisi
lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan iklim dan
tanah merupakan faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit, di samping faktor-faktor lainnya
seperti genetika, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi.
Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15 LU-15 LS). Tanaman ini tumbuh
sempurna di ketinggian 0-5000 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90 persen.
Sedangkan intensitas penyinaran matahari yang cocok untuk penanaman kelapa sawit adalah
sekitar 5-7 jam per hari. Sedangkan kelembaban optimum yang ideal adalah sekitar 80-90 persen
(Heri Hartanto, 2011).
1.2.
Luas Lahan
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada karakter
lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan. Kesesuaian tanah untuk
bercocok tanam kelapa sawit ditentukan oleh dua hal, yaitu sifat-sifat fisis dan kimia tanah.
Menurut Tim Bina Karya Tani (2009) : Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu
menahan air yang cukup dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan.
Pengembangan kebun kelapa sawit membutuhkan lahan yang luas dengan tingkat kesuburan
tanah yang baik guna mencapai skala ekonomi. Lahan yang subur akan mencukupi sebagian
unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan mengurangi biaya pemakaian pupuk buatan.
1.3.
tanaman kelapa sawit guna pencapaian produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang setinggitingginya dan ekonomis. Pemupukan tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur-unsur hara
yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif sehingga diperoleh hasil yang optimal.
Kebutuhan pupuk per hektar di perkebunan kelapa sawit adalah 24 persen dari biaya produksi
keseluruhan atau sekitar 40-60 persen dari total biaya pemeliharaan. Pemberian pupuk pada
kelapa sawit diatur dua kali dalam setahun. Pemberian pupuk yang pertama dilakukan pada akhir
musim hujan yaitu bulan Maret-April dan pemberian pupuk kedua dilakukan pada awal musim
hujan, yaitu bulan September-Oktober (Heri Hartanto, 2011).
Waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah hujan), sifat fisik
tanah, logistik (pengadaan) pupuk, serta adanya sifat sinergis dan antagonis antar unsur hara.
Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada dua kondisi yang saling
berhubungan, yaitu keadaan tanaman itu sendiri dan ketersediaan hara di dalam tanah. Hubungan
antara kedua faktor ini dapat bersifat langsung dan tidak langsung sehingga pada saat aplikasi
pupuk maka tanaman harus diperlakukan sedemikian rupa agar tanggap terhadap pemberian
pupuk. Selain itu, pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah
sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produksi) yang
maksimal (Iyung Pahan, 2006).
1.4.
merupakan penganggu bagi kehidupan tanaman utama. Gulma harus secepatnya dikendalilkan,
karena gulma sangat menganggu tanaman dalam mengambil makanan, sehingga mengakibatkan
turunnya hasil budidaya. Menurut Iyung Pahan (2006) : ada tiga jenis gulma yang perlu
dikendalikan, yaitu (1) ilalang di pinggiran dan gawangan, (2) rumput-rumputan di pinggiran,
serta (3) tumbuhan penganggu / anak kayu di gawangan.
Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing
tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus
ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya
secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman pokok (Iyung Pahan, 2006).
Tanaman kelapa sawit juga dapat diserang oleh berbagai hama penyakit sejak di pembibitan
hingga di kebun pertanaman. Beberapa jenis hama dan penyakit bahkan dapat menimbulkan
kerugian yang besar pada bibit TBM dan TM.
1.5.
Curah Hujan
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropik, dataran rendah yang
panas, dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun yang turun merata
sepanjang tahun. Hal yang paling penting untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah distribusi
hujan yang merata. Kemarau panjang dapat mengakibatkan pengeringan tanah di daerah
perakaran yang relatif dangkal, sehingga tanah bisa berada di bawah titik layu permanen (Tim
Bina Karya Tani, 2009).
Namun curah hujan yang terlalu tinggi kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan kebun
karena mengganggu kegiatan pemeliharaan tanaman, kelancaran transportasi, pembakaran sisasisa tanaman pada pembukaan kebun, dan terjadinya erosi. Keadaan curah hujan yang baik,
misalnya, adalah di kawasan Sumatera Utara, yakni berkisar antara 2.000-4.000 mm per tahun,
dengan musim kemarau jatuh pada bulan Juni hingga September, tetapi masih ada hujan turun
yang menyediakan kebutuhan air bagi tanaman. Keadaan ini mendorong kelapa sawit
membentuk bunga dan buah secara terus menerus sehingga diperoleh hasil buah yang tinggi
(Heri Hartanto, 2011).
1.6.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang menyerap biaya cukup besar
sehingga perlu upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi. Salah satu cara mengukur efisiensi
tenaga kerja dengan menghitung produktivitas kerja. Produktifitas kerja merupakan
perbandingan antara tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi dalam satuan
waktu tertentu.
Kebutuhan tenaga kerja kelapa sawit dipengaruhi oleh luas lahan, jenis pekerjaan, topografi
dan iklim, teknologi, komposisi/umur tanaman. Untuk itu ketersediaan tenaga kerja yang
melimpah dengan keahlian yang cukup dan murah merupakan faktor yang sangat menentukan
tercapainya skala ekonomi bisnis perkebunan kelapa sawit.
1.7.
Analisa faktor adalah suatu proses untuk menemukan hubungan antara sejumlah variabelvariabel yang saling independen satu dengan yang lain, kumpulan variabel tersebut disebut
faktor. Analisis faktor bertujuan mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel dengan
melakukan uji korelasi. Karena prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsiasumsi terkait dengan korelasi digunakan yakni :
1. Besar korelasi atau korelasi antar variabel independen harus cukup kuat
2. Besar korelasi parsial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap tetap variabel lain,
justru harus lebih kecil.
1.8.
Regresi linier sederhana merupakan persamaan regresi yang menunjukan hubungan antara
dua variabel, yaitu variabel X sebagai variabel bebas dan variabel Y sebagai variabel tak bebas.
Bentuk umum persamaan regresinya adalah :
Y = a + bX
Keterangan : X = Variabel bebas (independent)
Y = Variabel tak bebas ( dependent)
a = konstanta regresi
b = koefisien arah regresi
Nilai koefisien a dan b dapat diperoleh dengan menggunakan metode kuadrat terkecil. Metode
kuadrat terkecil merupakan metode untuk menghitung adan b sebagai perkiraan, sedemikian rupa
sehingga jumlah kesalahan kuadrat memiliki nilai terkecil. Dalam bahasa matematikanya :
^
S y2. x
(Y Y )
(n 2)
(Y a bX )
(n 2)
S y2.x
Dimana :
S y2.x
Turunan
dS y2. x
da
2 (Y a bX )(1)
( n 2)
2
(n 2)
Y na b X
0 Y na b X , atau, Y na b X
Y b X
n
a Yb X
........(1)
dS y2. x
db
2
( n 2)
2
( n 2)
(Y a bX ) X
XY a X b X
0 XY a X B X 2 ,....atau,
XY a X b X
.......(2)
Selanjutnya,
0 XY
X b X
X Y b
X b X
n
n
X Y
X XY
n
0 XY
b
n X 2
n
Y b X
n XY X Y
n X 2 X
a Yb X
a Yb X
Y n XY X Y X
n X X n
n
Y n XY X X Y
a
n
n X X
Y XY X X Y
a
n
n X X
2
Y X
a
YX
a
X XY X X
2
n X 2 X
2
n X X
Y X XY X X
2
Y X X XY
n X X
2
Jadi nilai koefisien a dan b dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
Y X X XY
n X X
2
n XY X Y
n X 2 X
Dalam regresi linier sederhana hanya ada satu peubah bebas X yang dihubungkan dengan
satu peubah tak bebas Y linear (pangkat satu) dalam X sehingga terbentuk model Y = a + bX,
maka dalam regresi linier berganda terdapat sejumlah (sebut k buah, k 2) peubah bebas yang
dihubungkan dengan Y linier atau berpangkat satu dalam semua peubah bebas. Jika peubah bebas
itu X1, X2, . . . , Xk (k 2) dan peubah tak bebasnya Y, maka bentuk umum untuk regresi linier
bergandaY atas X1, X2, . . . , Xk ditaksir oleh :
Y b0 b1 X 1 b2 X 2 ... bk X k
Koefisien-koefisien b0, b1, dan b2 untuk dua variabel bebas dapat diperoleh dengan persamaan
linier berikut :
Y nb
b1 X 1 b2 X 2
X Y b X
1
b1 X 1 b2 X 1 X 2
2
Y b0 X 2 b1 X 1 X 2 b2 X 2
Rumus diatas dapat disederhanakan dengan cara mengurangi setiap nilai peubah oleh rata-rata
peubah yang bersangkutan. Jika rata-rata peubahX1, X2, dan Y masing-masing dinyatakan oleh
X 1, X 2
dan
x1 X 1 X 1 x 2 X 2 X 2
y Y Y
, dapat dibentuk peubah baru
,
dan
. Untuk
dS y2. x
da
2
y. x
dS y2. x
a.
da
y y
n3
2
n3
y b
y b
b1 x1 b2 x 2
n3
b1 x1 b2 x 2 1
dS y2. x
db1
;
dS y2. x
db2
dan
0
, dengan
2
n 3
y b n b x
0
y b nb x
0
b0
y b x
b2 x 2
b2
b2 x 2
...........(1)
b0 Y b1 X 1 b2 X 2
dS y2. x
b.
db
2
n3
y b
2
n 3
x y b x
1
dS y2. x
db2
2
n3
b1 x1 b2 x 2 x1
x y b x
1
b1 x12 b2 x1 x 2
b1 x12 b2 x1 x 2
y b
........(2)
b1 x1 b2 x 2 x 2
c.
2
n 3
y b0 x 2 b1 x1 x 2 b2 x 22
y b0 x 2 b1 x1 x 2 b2 x 22
.......(3)
x x y x x x y
x x x x
2
b1
1 2
1 2
x x y x x x y
x x x x
2
b2
1 2
1 2
Sebelum rumus-rumus diatas digunakan, terlebih dahulu dilakukan perhitunganperhitungan yang secara umum berlaku rumus (Sudjana, 2003:77)
y
x
Xi
x y X Y
i
x x
i
X Y
Xi X j
X X
i
R2
yang mencakup lebih dari dua variabel adalah untuk mengetahui proporsi keragaman total dalam
variabel tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan atau diterangkan oleh variabel-variabel bebas (X)
yang ada didalam model persamaan regresi linier berganda secara bersama-bersama.
Untuk menghitung nilai
R2
JK reg
Dimana :
2
i
JK reg b1 x1 y b2 x 2 y ... bk x k y
variabel-
-1,00r-0,80
-0,79r-0,50
-0,49r0,49
0,50r0,79
0,80r1,00
Tanda negatif(-) maupun positif (+) menunjukkan hubungan yang langsung maupun tidak
langsung terhadap variabel X kepada variabel Y.
Untuk menghitung koefisien korelasi r antara X dan Y , dikenal juga dengan nama
korelasi produk momen, dapat dihitung menggunakan rumus (Sudjana, 2003:47) :
ryx,1, 2 ,...,k
n XY X Y
n X
n Y
Dimana :
n
Y
X
XY
Sedangkan untuk menghitung korelasi tak bebas Y dengan lima variabel bebas adalah :
1. Koefisien korelasi antara X1 dan Y
rYX1
n X 1i Yi X 1i Yi
n X
2
1i
X 1i
n Y Y
rYX 2
n X 2i Yi X 2i Yi
n X
2
2i
X 2i
n Y Y
2
n X 3i Yi X 3i Yi
n X
2
3i
X 3i
n Y Y
2
n X 4i Yi X 4i Yi
n X
2
4i
X 4i
n Y Y
2
2.8.1.
n X 5i Yi X 5i Yi
n X
2
5i
X 5i
n Y Y
2
t hitung
r n2
1 r2
Dengan :
r = koefisien korelasi
n = banyaknya pasangan
kriteria pengujian
tolak H0 jika thitung> ttabel dan terima H0 jika thitung< ttabel dengan ttabel diperoleh dari tabel t
dengan
dan dk = n- k- 1.
2.9.
langkah berikut :
1. Menentukan rumusan hipotesis H0 dan H1.
H0 : R = 0 : Tidak terdapat hubungan fungsional yang signifikan antara variabel X 1 dan X2
dengan variabel Y.
H1 : R 0 :
2.
Y
n
JK
reg
k
JK res
n k 1
3. Menentukan nilai kritis ( ) atau nilai tabel F dengan derajat kebebasan untuk db1 dan db2 = n
k 1.
4. Membandingkan nilai uji F terhadap nilai tabel F dengan rumus kriteria pengujian : Jika nilai
uji F nilai tabel F, maka tolak H0.
5. Membuat kesimpulan.
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III, Jl. Ahmad Yani Aek Nabara
Selatan. Penelitian ini akan berlangsung selama lebih kurang dua bulan. Data yang diperlukan
dalam penelitian adalah luas lahan (X1), dosis pemakaian pupuk (X2), pengendalian gulma (X3),
curah hujan (X4), tenaga kerja (X5), dan hasil produksi kelapa sawit (Y) untuk tahun 2010 dan
2011 di Aek Nabara Selatan.
1.2. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah merupakan penelitian analisis dengan menggunakan uji statistik dan
melakukan deskripsi terhadap hasil uji statistiknya. Analisis statistik yang diterapkan adalah uji t
dan uji F.
1.3. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel dependen (Y) yaitu hasil produksi kelapa sawit,
sedangkan independent (X) yang digunakan adalah luas lahan, dosis pemakaian pupuk,
pengendalian gulma, curah hujan, dan tenaga kerja.
1.3.1. Definisi Variabel
Adapun definisi dari variabel-variabel yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1. Hasil Produksi Kelapa Sawit (Y)
Hasil produksi kelapa sawit adalah jumlah produksi tanaman kelapa sawit di perkebunan
kelapa sawit. Satuan variabel ini adalah ton
2. Luas Lahan (X1)
Luas lahan adalah ukuran luas lahan atau tanah yang memproduksi tanaman kelapa sawit.
Satuan variabel ini adalah hektar (ha).
3. Dosis Pemakaian Pupuk (X2)
Dosis pemakaian pupuk adalah dosis atau takaran pemberian pupuk terhadap tanaman
kelapa sawit. Satuan variabel ini adalah Ton.
dengan
langkah-langkah :
a. Menentukan persamaan regresi linier berganda.
Untuk melihat hubungan antar variabel-variabel bebas yaitu luas lahan (X1), dosis pemakaian
pupuk (X2), pengendalian gulma (X3), curah hujan (X4), tenaga kerja (X5) terhadap varaibel tak
bebas yaitu hasil produksi kelapa sawit (Y), maka langkah yang pertama dilakukan adalah
menentukan persamaan regresi linier berganda.
Y b0 b1 X 1 b2 X 2 b3 X 3 b4 X 4 b5 X 5
Dengan :
Y
b0
= konstanta regresi
b1,b2,b3,b4
= koefisien regresi
X1
= luas lahan
X2
X3
X4
= curah hujan
X5
= tenaga kerja
R2
JK reg
2
i
Dimana :
JK reg b1 x1 y b2 x 2 y ... bk x k y
n XY X Y
n X
n Y
t hitung
r n2
1 r2
Dengan :
r = koefisien korelasi
n = banyaknya pasangan
kriteria pengujian
tolak H0 jika thitung> ttabel dan terima H0 jika thitung< ttabel dengan ttabel diperoleh dari tabel t
dengan
dan dk = n- k- 1.
n k 1
Dimana :
JK reg b1 x1 y b2 x 2 y ... bk x k y
JK res
Y
n
JK
reg