C10esy PDF
C10esy PDF
ABSTRAK
EKO SULKHANI Y, C44052913. Desain Perahu Fiberglass Bantuan LPPM IPB
di desa Cikahuripan Kec. Cisolok, Sukabumi.
Dibimbing oleh BUDHI
HASCARYO ISKANDAR dan FIS PURWANGKA.
Desa Cikahuripan sebagian besar penduduknya, yaitu 1425 dari total penduduk
sebanyak 2507 jiwa adalah sebagai nelayan. Sebagai nelayan, kapal/perahu
merupakan kebutuhan vital yang digunakan untuk sarana unit penangkapan ikan,
yaitu sebagai alat transportasi dari fishing base ke fishing ground dan media
pengangkut ikannya. Keadaan dari perahu nelayan Cikahuripan sebagian besar
sudah tua dan tidak layak laut,sehingga perlu peremajaan kapal. Namun kendala
yang dihadapi adalah pengadaan bahan baku berupa kayu yang berkualitas tinggi
di daerah Cikahuripan sangat sulit dan ditambah lagi maraknya isu illegal logging
yang semakin manambah susah dalam usaha mencari bahan baku. Sehingga
dipilih bahan fiberglass sebagai alternatif pengganti kapal kayu. Permasalahan
sakarang ini adalah belum adanya pengujian kelayakan dari perahu yang
diproduksi sehingga peneliti merasa perlu meneliti lebih lanjut. Perahu fiberglass
yang diproduksi diberi nama perahu Kahuripan Nusantara . Perahu ini
mempunyai dimensi utama sebagai berikut; panjang total (LOA) sebesar 9,56 m,
LPP sebesar 8,2 m, dalam (D) sebesar 73,5 cm dan lebar (B) sebesar 111,6 cm.
Bahan baku utama pembuatan fiberglass yaitu resin, katalis, talk, erosil, met,
roving dan kayu sebagai penguat rangka (gading-gading). Perahu yang diproduksi
mengikuti desain perahu dari Cilacap. Proses pembuatan perahu fiberglass masih
menggunakan metode sederhana yaitu hand lay up dengan urutan pengerjaan yaitu
pelapisan gelcoat -> met -> roving -> met dan terakhir dilakukan pelapisan
gelcoat kembali. Secara umum perahu fiberglass yang diproduksi sesuai dengan
kapal-kapal yang beroperasi di Indonesia, mulai dari nilai rasio dimensi utama
sampai nilai parameter hidrostatisnya. Selain itu, perahu Kahuipan Nusantara juga
tergolong mempunyai kestabilan yang cukup baik.
Kata kunci: Desain perahu, fiberglass, general arrangement, lines plan, parameter
hidrostatis.
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Judul Skripsi
Nama
NRP
: C44052913
Mayor
Disetujui:
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Diketahui:
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmatNya sehingga skripsi dapat diselesaikan sesuai baik dan sesuai
dengan rencana.
Skripsi dengan judul Desain dan Konstruksi Kapal Fiberglass Bantuan
LPPM IPB di Desa Cikahuripan Kec. Cisolok Kab. Sukabumi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1) Dr. Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si dan Fis Purwangka, S.Pi, M.Si selaku
komisi pembimbing;
2) Dr. Ir. Budy Wiryawan, Msc selaku Ketua Departemen PSP dan Dr. Ir. Moh.
Imron, M.Si. selaku komisi pendidikan Departemen PSP;
3) Yopi Novita, S.Pi, M.Si. dan Ir. Wazir Mawardi, M.Si selaku penguji tamu
atas kesediaan waktu, serta saran, arahan, dan masukannya;
4) Pihak LPPM IPB yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaannya
kepada penulis untuk mengawasi dan mengkoordinator pembuatan perahu;
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Cilacap pada tanggal 6 Juli 1987 dari
pasangan Syakirin (alm) dan Mujilah. Penulis adalah anak
pertama dari tiga bersaudara.
Penulis lulus dari SMA Negeri 3 Cilacap pada tahun 2005
dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih mayor Teknologi
dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Institut Pertanian Bogor dengan memilih minor supporting course.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi. Penulis aktif
dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
(HIMAFARIN) Anggota Departemen penelitian dan pengembangan keprofesian
periode 2008-2009. Selain itu, penulis juga berperan aktif dalam kegiatan belajar
mengajar, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah metode observasi
bawah air tahun 2007 dan 2008 serta asisten mata kuliah daerah penangkapan ikan
pada tahun 2009.
Pada tahun 2009, penulis melakukan penelitian dengan judul Desain
Perahu Fiberglass Bantuan LPPM IPB di Desa Cikahuripan Kec. Cisolok,
Sukabumi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ................................................................................................... 3
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Kapal Perikanan....................................................................... 4
2.2 Desain dan Konstruksi ............................................................................. 6
2.3 Fiberglass Reinforcement Plastic (FRP) ..................................................15
2.4 Stabilitas Kapal .......................................................................................25
2.4.1 Titik-titik penting/utama ................................................................25
2.4.2 Macam-macam keseimbangan .......................................................26
3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................28
3.2 Peralatan Penelitian .................................................................................28
3.3 Metode Penelitian ...................................................................................28
3.3.1 Metode pengumpulan data ............................................................28
3.3.2 Metode pengolahan data ...............................................................30
3.4 Analisis Data ..........................................................................................33
4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................35
4.2 Letak dan Keadaan Geografis Desa Cikahuripan . ..................................35
4.3 Sumber Daya Manusia Desa Cikahuripan .............................................36
4.3.1 Jumlah penduduk ........................................................................36
4.3.2 Mata pencaharian penduduk ........................................................36
4.3.3 Tingkat pendidikan .....................................................................37
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Nilai ratio dimensi kapal untuk kelompok kapal perikanan dengan metode
pengoperasian alat tangkap yang ditarik (towed/ dragged gear), alat tangkap
pasif (static gear), dan alat tangkap yang dilingkarkan (encircling gear) .......12
2 Nilai koefisien bentuk untuk kelompok kapal perikanan dengan metode
pengoperasian alat tangkap yang ditarik (towed/dragged gear), alat tangkap
pasif (static gear), dan alat tangkap yang dilingkarkan (encircling gear) .......14
3 Nilai koefisien bentuk untuk kelompok kapal perikanan dengan metode
pengoperasian alat tangkap yang ditarik (towed/dragged gear), alat tangkap
pasif (static gear), dan alat tangkap yang dilingkarkan (encircling gear) .......34
4 Nilai ratio dimensi kapal untuk kelompok kapal perikanan dengan metode
pengoperasian alat tangkap yang ditarik (towed/dragged gear), alat tangkap
pasif (static gear), dan alat tangkap yang dilingkarkan (encircling gear) ......34
5 Jumlah desa dan statusnya di Kecamatan Cisolok ..........................................34
6 Jumlah penduduk menurut golongan umur .....................................................36
7 Sebaran penduduk Desa Cikahuripan menurut jenis mata pencaharian ...........36
8 Sebaran pnduduk Desa Cikahuripan menurut tingkat pendidikan ...................37
9 Daftar kebutuhan pembuatan perahu fiberglass Kahuripan Nusantara ........52
10 Dimensi perahu Kahuripan Nusantara ..........................................................55
11 Nilai rasio dimensi utama kapal .................................................................56
12 Nilai paramater hidrostatis perahu Kahuripan Nusantara .............................65
13 Nilai koefisien bentuk untuk kelompok kapal perikanan dengan metode
pengoperasian alat tangkap yang ditarik (towed/dragged gear), alat tangkap
pasif (static gear), dan alat tangkap yang dilingkarkan (encircling gear) .....69
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Diagram proses desain dan konstruksi kapal ikan. ......................................... 8
2 Ukuran panjang total kapal (LOA). ............................................................... 9
3 Ukuran panjang garis tegak (LBP). ...............................................................10
4 Panjang garis air (LWL). ...............................................................................10
5 Lebar kapal. ..................................................................................................11
6 Dalam kapal. .................................................................................................11
7 Coefficient of block (Cb). ..............................................................................13
8 Coefficient of prismatic (Cp) dan Coefficient vertical prismatic (Cvp). ..........13
9 Coefficient of waterplane (Cw). ....................................................................14
10 Coefficient of midship (C). .......................................................................14
11 Bagan kerja pembuatan kapal ikan fiberglass. .............................................24
12 Posisi keseimbangan kapal. .........................................................................27
13 Mold perahu fiberglass. ...............................................................................45
14 Cetakan/mold perahu. .................................................................................45
15 Diagram alir pembuatan mold kapal. ...........................................................46
16 Pelapisan mirror glaze .................................................................................47
17 Pelapisan gelcoat. ......................................................................................48
18 Pelapisan mat dan roving.
........................................................................49
.............................................51
22 Finishing. ...................................................................................................51
23 Rancangan umum perahu Kahuripan Nusantara. ........................................54
24 Rencana garis perahu Kahuripan Nusantara. ...............................................60
25 Rencana konstruki perahu Kahuripan Nusantara.
......................................61
........................................68
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Gambar bahan fiberglass ................................................................................75
2 Hasil kegiatan pembuatan mold/cetakan perahu..............................................76
3 Hasil kegiatan pembuatan perahu ..................................................................77
4 Tabel perhitungan hidrostatik perahu kahuripan Nusantara .........................79
5 Perhitungan parameter hidrostatis ..................................................................85
xii
PENDAHULUAN
Semua
kegiatan tersebut dilakukan menggunakan perahu atau kapal sebagai sarana apung
atau sarana transportasi. Kapal dalam kegiatan ekploitasi sumberdaya perikanan
digunakan nelayan sebagai media transportasi ke fishing ground, selain itu juga
digunakan sebagai media angkut hasil tangkapan dan alat tangkap. Pada usaha
penangkapan ikan, ketiga unsur unit penangkapan ikan yang terdiri dari nelayan,
kapal dan alat tangkap sangat terkait satu sama lain dan tidak dapat berdiri sendiri.
Seperti halnya yang terjadi di Desa Cikahuripan, dimana masyarakatnya sebagian
besar bermatapencaharian sebagai nelayan. Kapal/perahu dan alat tangkap
merupakan kebutuhan vital dalam upaya penangkapan ikan. Nelayan desa
setempat sebagian besar melakukan operasi one day fishing dengan alat tangkap
pancing ulur dan jaring. Perahu yang digunakan adalah jenis perahu katir/perahu
kincang.
Sebagian besar keadaan perahu nelayan di Desa Cikahuripan sudah tidak layak
operasi untuk menjangkau fishing ground yang jauh. Hal ini dikarenakan perahu
yang digunakan masyarakat dalam mencari sumberdaya ikan mempunyai ukuran
dimensi utama yang kecil dan cenderung sudah cukup tua. Dinilai perlu ada
pengadaan perahu baru yang layak untuk aktivitas penangkapan. Melihat hal
tersebut, pihak LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat) IPB
bekerjasama dengan PT. Trakindo dalam program pengembangan masyarakat
nelayan
memberikan
bantuan
berupa
perahu
fibreglass
dan
pelatihan
TINJAUAN PUSTAKA
b) 5-10 GT
c) 10-20 GT
d) 20-30 GT
e) 30-50 GT
f) 50-100 GT
g) 100-200 GT
h) 200 GT ke atas
Kapal ikan juga memiliki karakteristik/keistimewaan yang dapat membedakan
kapal ikan dengan kapal lainnya (Ayodhyoa, 1972), yaitu:
1) Kecepatan kapal (speed)
Kecepatan yang dibutuhkan kapal ikan disesuaikan dengan kebutuhan
penangkapan.
2) Olah gerak kapal (manouverability)
Olah gerak khusus yang dilakukan secara baik pada saat pengoperasian. Hal
tersebut meliputi kemampuan steerability yang baik, radius putaran (turning
circle), dan daya dorong (propulsive engine) yang dapat mudah bergerak maju
dan mundur.
3) Layak laut (seaworthiness)
Meliputi hal seperti ketahanan dalam melawan kekuatan angin dan gelombang,
stabilitas yang tinggi, serta daya apung yang cukup. Hal ini diperlukan untuk
menjamin keamanan dalam pelayaran dan operasi penangkapan ikan.
4) Luas lingkup area pelayaran
Luas lingkup yang dimaksud adalah luas area pelayaran yang ditentukan oleh
pergerakan kelompok ikan, daerah, musim ikan, dan migrasi.
5) Konstruksi
Konstruksi kapal perikanan yang kuat sangat diperlukan karena dalam operasi
penangkapan ikan, kapal akan menghadapi kondisi alam yang berubah-ubah.
Konstruksi kapal harus mampu menahan beban getaran mesin yang timbul.
6) Mesin penggerak
Kapal ikan membutuhkan tenaga mesin penggerak yang cukup besar, tetapi
volume mesin dan getaran yang dihasilkan diusahakan harus kecil.
7) Fasilitas penyimpanan dan pengolahan ikan
Umumnya kapal ikan dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan seperti: cool room,
freezing room, processing machine.
8) Mesin bantu penangkapan (fishing equipment)
Fishing equipment berbeda untuk setiap kapal, tergantung dari jenis alat tangkap
yang digunakan.
Metode pengoperasian kapal ikan berbeda antara satu dengan yang lain tergantung
dari jenis alat tangkap yang digunakan. Menurut Iskandar dan Pujiati (1995),
kapal
ikan
dikelompokkan
menjadi
kelompok
berdasarkan
metode
Selanjutnya,
Fyson
menyatakan
bahwa
faktor-faktor
yang
Pemilihan Material
Perhitungan Dimensi Utama, Volume
Outline dan GA
Estimasi Parameter-parameter
(spesifikasi pemilik)
Preliminary Design
Tender
Ketahanan Gerak, Karakteristik
Kontrak Desain
Spesifikasi
Estimasi Biaya
Klasifikasi Gambar
Penggambaran
Rencana GA
Pembangunan di
Galangan
Spesifikasi Kontrak
Penyerahan Kapal
Operasional Kapal
Sesuai dengan perbedaan jenis-jenis kapal ikan yang ada, desain dan konstruksi
kapal ikan dibuat berbeda-beda pula sesuai dengan fungsi dan peruntukkannya
dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan teknis pengoperasian kapal
tersebut. Perbedaan-perbedaan dalam desain ini terlihat dalam dimensi utama
kapal, besaran koefisien, besaran tinggi metacenter, rancangan umum kapal dan
rancangan penggunaan (Pasaribu, 1985).
Dimensi utama yang terdiri dari panjang (L), lebar (B) dan dalam (D) sangat
menentukan kemampuan dari suatu kapal. Oleh sebab itu dalam mendesain suatu
kapal, hal ini perlu diperhatikan dengan teliti. Adapun ukuran dimensi kapal
menurut Dohri dan Soedjana (1983) meliputi:
1) Panjang kapal (Length/L)
Panjang kapal terdiri dari :
(1) Panjang total atau LOA (Length Over All) adalah jarak horisontal, diukur
mulai dari titik terdepan dari linggi haluan sampai dengan titik terbelakang
dari buritan.
10
11
12
kemampuan dari suatu kapal. Nilai perbandingan L/D, L/B, dan B/D perlu
diperhatikan dalam perhitungan teknis, jenis bahan maupun ketentuan yang
berlaku. Menurut Fyson (1985), dalam desain sebuah kapal, karakteristik
perbandingan dimensi-dimensi utama merupakan hal penting yang harus
diperhatikan. Perbandingan tersebut meliputi:
1) Perbandingan antara panjang dan lebar (L/B) yang mempengaruhi tahanan
dan kecepatan kapal. Semakin kecilnya nilai perbandingan L/B akan
berpengaruh pada kecepatan kapal/kapal menjadi lambat;
2) Perbandingan antara lebar dan dalam (B/D) merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap stabilitas. Jika nilai B/D membesar akan membuat
stabilitas baik, tetapi di sisi lain mengakibatkan propulsiveability memburuk;
dan
3) Perbandingan antara panjang dan dalam (L/D) merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal. Jika nilai L/D membesar
akan mengakibatkan kekuatan longitudinal kapal melemah.
Berikut Tabel 1 yang berisikan nilai rasio L/D, L/B, dan B/D.
Tabel 1 Nilai rasio dimensi kapal untuk kelompok kapal perikanan dengan
metode pengoperasian alat tangkap yang ditarik (towed/dragged gear), alat
tangkap pasif (static gear), dan alat tangkap yang dilingkarkan (encircling gear)
Kelompok Kapal
Alat Tangkap yang di Tarik
Alat Tangkap Pasif
Panjang
Kapal (L)
<22 m
<20 m
<22 m
GT
L/B
L/D
B/D
<5
5-10
10-15
>15
-
<6,3
<5,0
5,0
5,0
5,0
4,3
<11,5
>11,0
11,0
10,5
10,0
<10,0
>1,75
>2,5
2,2
2,1
2,0
>2,15
Sumber: Ayodhyoa (1972), Fyson (1985), diacu dalam Iskandar dan Pujiati (1995)
Analisis kesesuaian antara desain kapal dengan fungsi dan peruntukkannya perlu
dilakukan karena menurut Fyson (1985), rasio antara panjang dan lebar (L/B)
berpengaruh pada resistensi kapal.
berpengaruh pada kekuatan memanjang kapal, serta rasio antara lebar dan dalam
berpengaruh terhadap stabilitas kapal.
Fyson (1985), mengemukakan bahwa koefisien bentuk (Coefficient of fineness)
menunjukkan bentuk tubuh kapal berdasarkan hubungan antara luas area badan
13
kapal yang berbeda dan volume tubuh kapal terhadap masing-masing dimensi
utama kapal (penjelasan disampaikan pada Gambar 7, 8, 9, dan 10) . Adapun
koefisien bentuk badan kapal, terdiri dari:
1) Coefficient of block (Cb) menunjukkan perbandingan antara nilai volume
displacement kapal dengan volume bidang balok yang mengelilingi badan
kapal.
A P
Lp
p
F P
d
A P
Lp
p
Aw
F P
B
14
Aw
Cb
Cp
Cw
15
Resin merupakan material cair sebagai pengikat serat penguat yang mempunyai
kekuatan tarik serta kekakuan lebih rendah dibandingkan serat penguatnya. Ada
beberapa jenis resin (menurut Kusnan, 2008)antara lain:
1) Polyester (Orthophthalic), resin jenis ini sangat tahan terhadap proses korosi
air laut dan asam encer. Adapun spesifikasi teknisnya adalah sebagai berikut:
a) Massa jenis : 1.23 gr / cm3
b) Modulus Young : 3.2 Gpa
c) Angka Poisson : 0.36
d) Kekuatan tarik : 65 MPa
2) Polyester (Isophthalic), resin jenis ini tahan terhadap panas dan larutan asam
dan kekerasannya lebih tinggi serta kemampuan menahan resapan air
(adhesion) yang paling baik dibandingkan dengan resin type ortho. Adapun
spesifikasi teknisnya adalah berikut:
a) Massa jenis : 1.21 gr / cm3
b) Modulus young : 3.6 GPa
c) Angka Poisson : 0.36
d) Kekuatan tarik : 60 MPa
16
3) Epoxy, resin jenis ini mampu menahan resapan air (adhesion) sangat baik dan
kekuatan mekanik yang paling tinggi. Adapun spesifikasi teknisnya adalah
berikut:
a) Massa jenis : 1.20 gr / cm3
b) Modulus Young : 3.2 GPa
c) Angka Poisson : 0.37
d) Kekuatan tarik : 85 MPa
4) Vinyl Ester, resin jenis ini mempunyai ketahanan terhadap larutan kimia
(Chemical Resistance) yang paling unggul. Adapun spesifikasi teknisnya
adalah berikut:
a) Massa jenis : 1.12 gr / cm3
b) Modulus Young : 3.4 GPa
c) Kekuatan tarik : 83 MPa
5) Resin type Phenolic, resin jenis ini tahan terhadap larutan asam dan alkali.
Adapun spesifikasi teknisnya adalah berikut:
a) Massa jenis : 1.15 gr / cm3
b) Modulus Young : 3.0 GPa
c) Kekuatan tarik : 50 MPa
Adapun jenis resin yang umum dipakai untuk bangunan kapal adalah jenis
orthophthalic polyester resin. Resin jenis ini harganya paling murah dibandingkan
type lainnya dan tahan terhadap proses korosi yang disebabkan oleh air laut
sehingga cocok untuk bahan material bangunan kapal. Dengan sifat ini kerusakan
yang disebabkan karena proses korosi dapat dihindari sehingga biaya perawatan
untuk kulit lambung dari material logam maupun kayu. Resin polyester memiliki
beberapa keunggulan dan kekurangan.
Keunggulan dari resin ini adalah:
1) Viskositas yang rendah sehingga mempermudah proses
pembasahan/pengisian celah antara pada serat penguat (woven roving)
2) Harga relatif lebih murah
3) Ketahanan terhadap lingkungan korosif sangat baik kecuali pada larutan
alkali
Sedangkan kekurangannya ialah:
17
18
19
mudah terkelupas maupun selip pada proses laminasi berikutnya. Juga sering
digunakan sebagai laminasi awal dan akhir dengan tujuan bagian sisi tersebut
menjadi rata.
Dalam pemakaian sehari-hari dan yang umum digunakan untuk bangunan kapal,
serat chopped strand mat terdiri dari:
(1) Chopped strand mat 300 gram/ m2 (mat 300) dengan data teknis sebagai
berikut:
a) Berat spesifik ( W/m2 )f : 300 gram/ m2
b) Kekuatan tarik : 213 MPa
c) Modulus elastisitas : 16 GPa
d) Angka poisson : 0.2
(2) Chopped strand mat 450 gram/ m2 (mat 450) dengan data teknis sebagai
berikut:
a) Berat spesifik ( W/m2 )f : 450 gram/ m2
b) Kekuatan tarik : 213 MPa
c) Modulus elastisitas : 16 GPa
d) Angka Poisson : 0.2
2) Jenis Woven roving merupakan serat penguat menerus berbentuk anyaman
dengan arah yang saling tegak lurus. Pada proses laminasi perbandingan berat
antara serat woven roving dengan resin adalah 45-50% woven roving 50-55%
resin polyester dari fraksi berat, untuk bangunan kapal umumnya sering
dipakai komposisi 50% woven roving dengan 50% resin, woven roving ini
digunakan sebagai laminasi utama yang memberikan kekuatan tarik maupun
lengkung yang lebih tinggi dibandingkan laminasi matto.
Dalam proses pembuatan laminasi serat woven roving lebih sulit untuk dibasahi
oleh resin dan terkadang larutan resin relatif sulit untuk mengisi celah anyaman
serat woven roving. Dengan kandungan resin polyester yang relatif lebih sedikit
dibandingkan laminasi matto maka laminasi serat woven roving ini memiliki
ketahanan terhadap resapan air yang kurang baik. Untuk memperbaiki kondisi ini
maka biasanya laminasi serat woven roving dilapisi lagi dengan dua lapisan matto
pada bagian sisi luar yang memiliki kandungan resin polyester yang relatif lebih
banyak.
Dalam pemakaian di bangunan kapal terdiri dari:
20
(1) Woven roving 400 gram/ m2 ( WR 400 ) dengan data teknis sebagai
berikut:
a) Berat spesifik (W/m2)f : 400 gram/ m2
b) Kekuatan tarik : 512 MPa
c) Modulus elastisitas : 38.5 GPa
d) Angka Poisson : 0.2
(2) Woven roving 600 gram/ m2 ( WR 600 ) dengan data teknis sebagai
berikut:
a) Berat spesifik (W/m2)f : 600 gram/ m2
b) Kekuatan tarik : 512 MPa
c) Modulus elastisitas : 38.5 GPa
d) Angka Poisson : 0.2
(3) Woven roving 800 gram/ m2 (WR 800 ) dengan data teknis sebagai
berikut:
a) Berat spesifik (W/m2)f : 800 gram/ m2
b) Kekuatan tarik : 512 MPa
c) Modulus elastisitas : 38.5 GPa
d) Angka Poisson : 0.2
3) Jenis Triaxial merupakan serat penguat menerus (Continuous fibre reinforced)
dengan konfigurasi serat penguat terdiri dari tiga layer yaitu layer pertama 45o
terhadap prinsipal axis dan arah layer kedua 0o terhadap prinsipal axis serta
arah layer ketiga 45o terhadap prinsipal axis.
Perbandingan berat antara serat triaxial dengan resin yang digunakan adalah 4550% serat triaxial dan 50-65% resin polyester dari fraksi berat namun untuk
bangunan kapal umumnya sering dipakai 50% : 50% dalam satu laminasi,
Laminasi serat triaxial ini digunakan sebagai laminasi utama yang memberikan
kekuatan tarik dan lengkung lebih tinggi dibandingkan laminasi serat woven
roving.
Adapun data teknis sebagai berikut:
a) Berat spesifik (W/m2)f : 1200 gram/ m2
b) Kekuatan tarik : 820 MPa
c) Modulus elastisitas : 61.5 GPa
d) Angka poisson : 0.2
21
22
sutera dengan gelas yang diolah dan diproses sedemikian rupa sehingga bentuk
akhirnya merupakan serabut-serabut yang berdiameter 5-20 m. Bahan ini
memberikan kekuatan tambahan polyester. Serabut gelas yang biasanya
digunakan dalam pembuatan kapal fibreglass adalah Matt 300 dan 450 dan Woven
Roving 600 (Imron, 2004).
Kekuatan kombinasi ditentukan oleh serabut-serabut gelas yang membentuk
kombinasi tersebut. Kualitas fisik FRP ditentukan oleh tipe dan jumlah penguatan
gelas yang digunakan. Penggunaan kombinasi yang berbeda dari jumlah dan tipe
penguatan gelas maka tingkat kualitas fisik dapat bervariasi (Verweij, 1967 diacu
dalam Liberty,1997).
Penggunaan material fibreglass reinforcement plastic (FRP) untuk pembuatan
kapal-kapal ukuran kecil pada kegiatan perikanan mulai berkembang sejak awal
tahun 1960-an.
23
24
Bahan Baku
Deck
Hull
Pelepasan dari
Cetakan
Gadinggading
Pelepasan dari
Cetakan
Pemasangan Sekat
Penggergajian
Pisang-pisang
Finishing
Pemasangan Lantai
Pengeboran
Pemasangan Gading-gading
Pengecatan dan
Pengampelasan
Kapal Jadi
Plywood
25
Dalam
stabilitas awal walaupun titik G keluar dari bidang simetris, tetapi tetap
tidak mempengaruhi keseimbangan kapal.
26
dibawah garis air (WL), dan tidak pernah tetap selama adanya perubahan sarat
(draft) kapal.
3) Titik metacentre (M)
Titik metacentre adalah titik yang terjadi dari perpotongan gaya yang melalui titik
B pada waktu kapal tegak dan pada waktu kapal miring atau sebuah titik batas
dimana titik G tidak melewatinya, supaya kapal selalu mendapat stabilitas yang
positif.
2.4.2 Macam-macam keseimbangan
Titik G hanya akan berubah bebas bila ada perubahan, pengurangan, atau
pemindahan muatan. Sehubungan dengan perpindahan titik G sepanjang bidang
simetri, serta letak dari kedua titik utama dan lainnya, maka keseimbangan kapal
dapat dibedakan dalam 3 macam dan dijelaskan pada Gambar 12, yaitu:
1) Keseimbangan positif/stabil (stable equilibrium)
Keseimbangan kapal disebut positif, apabila:
(1) Titik G berada dibawah titik M;
(2) GZ positif dengan momen penegak positif; dan
(3) Momen penegak ini sanggup mengembalikan kapal ke posisi tegak
semula.
2) Keseimbangan negatif/labil (unstable equilibrium)
Kapal mempunyai keseimbangan negatif (labil), apabila :
(1) Titik G berada di atas titik M; dan
(2) GZ negatif, momen penegak tidak mampu untuk mengembalikan kapal ke
posisi tegak semula, sehingga kemungkinan kapal akan terbalik.
3) Keseimbangan netral (neutral equilibrium)
Keseimbangan netral, apabila :
(1) Letak titik G dan M berimpit; dan
(2) Sehingga apabila kapal miring, akan tetap miring, karena tidak ada lengan
penegak, dengan sendirinya momen penegak tidak ada.
27
M
GZ
K
WL
W
: Titik metacentre
: Lengan pengembali
: Lunas
: Garis air
: Gaya yang bekerja
: Sudut oleng
28
METODOLOGI
29
jumlah bahan, alat yang dibutuhkan dalam setiap kegiatan dan lama waktu yang
dibutuhkan dalam setiap proses.
2) Data tabel offset
Tabel offset adalah sebuah tabel yang berisikan data hasil pengukuran badan
kapal. Data pada tabel offset merupakan data dasar pembuatan gambar rencana
garis dan perhitungan parameter hidrostatis. Adapun data-data yang diperlukan
yaitu berupa:
(1) Dimensi utama kapal yang terdiri dari panjang kapal (L), lebar kapal
(B), dan dalam kapal (D);
(2) Parameter hidrostatis kapal yang terdiri dari Volume displacement
( ), Ton displacement ( ), Waterplane area (Aw), Ton Per
Centimeter (TPC), Coefficient of block (Cb), Coefficient of midship
(C), Coefficient of prismatic (Cp), Coefficient of vertical prismatic
(Cvp), Coefficient of waterplane (Cw), jarak titik apung (B) terhadap
lunas (K), jarak titik apung (B) terhadap titik metacentre (M), jarak
metacentre (M) terhadap lunas (K), jarak titik apung terhadap
metacentre longitudinal (BML), jarak metacentre longitudinal terhadap
lunas (KML), jarak titik berat (G) terhadap lunas (K), dan jarak titik
berat (G) terhadap metacentre (M).
Langkah-langkah dalam pengukuran kapal untuk mendapatkan tabel offset adalah
sebagai berikut:
(1)
Kapal yang akan diukur diatur kedudukannya hingga tepat pada posisi
datar (rata air) dengan menggunakan waterpass yang diletakkan pada bagian
lunas dan lebar badan kapal;
(2)
Kayu yang diletakkan pada ujung haluan dan buritan kapal digunakan
sebagai tempat terbentangnya tali/benang yang disebut dengan standar line.
Tali ini diatur hingga letaknya berada di atas garis pusat longitudinal kapal;
(3)
30
lebar linggi haluan. Untuk badan kapal bagian luar, di ukur jaraknya secara
mendatar dari sheer ke base line, dengan memproyeksikan setiap titik ke
bawah dengan benang pendulum yang telah diberi tanda; dan
(4)
= x .............................................................................................. (2)
Keterangan:
31
Yn
Aw
= Lebar kapal
= draft kapal
7) Coefficient of prismatic (Cp), dengan rumus:
Cp = / (A x L) ................................................................................... (7)
Keterangan:
32
Aw
Cw = Aw / (L x B) .................................................................................. (9)
Keterangan:
Aw = Waterplane area (m2)
L
BM = I / .............................................................................................(11)
Keterangan:
= Moment innertia
12) Jarak metacentre (M) terhadap lunas (K), dengan rumus:
KM = KB + BM .................................................................................... (12)
Keterangan:
KB
BM
13) Jarak titik apung terhadap metacentre longitudinal (BML) dengan rumus:
BML = IL / ....................................................................................... (13)
33
Keterangan:
IL
= Innertia longitudinal
BML
15) Jarak titik berat (G) terhadap lunas (K), dengan rumus:
KG = / I ............................................................................................. (15)
Keterangan:
= Moment innertia
16) Jarak titik berat (G) terhadap metacentre (M), dengan rumus:
GM = KM KG .................................................................................... (16)
Keterangan:
KM
KG
34
Tabel 3 Nilai koefisien bentuk untuk kelompok kapal perikanan dengan metode
pengoperasian alat tangkap yang ditarik (towed/dragged gear), alat tangkap pasif
(static gear), dan alat tangkap yang dilingkarkan (encircling gear)
Kelompok Kapal
Cb
Cp
Cw
0,58-0,67
0,66-0,72
0,88-0,93
0,63-0,72
0,83-0,90
0,65-0,75
0,91-0,97
0,57-0,68
0,76-0,94
0,67-0,78
0,91-0,95
Analisis ini meliputi rasio antara panjang dan lebar (L/B), panjang dan
dalam (L/D), serta lebar dan dalam (B/D). Nilai beberapa rasio tersebut kemudian
dibandingkan dengan nilai pembanding seperti yang terdapat pada Tabel 4
berikut.
Tabel 4 Nilai rasio dimensi kapal untuk kelompok kapal perikanan dengan
metode pengoperasian alat tangkap yang ditarik (towed/dragged gear), alat
tangkap pasif (static gear), dan alat tangkap yang dilingkarkan (encircling gear)
Panjang
Kapal (L)
GT
L/B
L/D
B/D
<22 m
<6,3
<11,5
>1,75
<20 m
<5
<5,0
>11,0
>2,5
5-10
5,0
11,0
2,2
10-15
5,0
10,5
2,1
>15
5,0
10,0
2,0
4,3
<10,0
>2,15
Kelompok Kapal
<22 m
Sumber: Ayodhyoa (1972), Fyson (1985), diacu dalam Iskandar dan Pujiati (1995)
35
Desa
Pasir baru
Status
Pantai
Luas (ha)
1.408
Cikahuripan
Pantai
702
Cisolok
Pantai
766
Karangpapak
Pantai
2.367
Sirnaresmi
Non pantai
4920
Cicadas
Non pantai
1681
Cikelat
Non pantai
1627
G. Karamat
Non pantai
1501
G. Tanjung
Non pantai
540
10
Caringin
Non pantai
1474
:
:
:
:
36
Golongan umur
(tahun)
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-70
>70
Jumlah
Jenis kelamin
Laki-laki (jiwa)
Perempuan (jiwa)
241
292
258
263
279
283
278
284
234
237
207
211
219
222
200
257
210
205
205
209
129
130
116
120
93
88
108
105
89
97
2866
3003
Jumlah
(jiwa)
533
521
562
562
471
418
441
457
415
414
259
136
181
113
141
5.869
Pekerjaan
Petani
Buruh Tani
Buruh Migran
Pedagang Keliling
Nelayan
Montir
Pegawai Negri
Dokter Swasta
Jumlah (Jiwa)
126
600
28
25
1425
16
41
1
37
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
152
13
3
3
6
21
3
1
5
18
9
11
2507
Jumlah (jiwa)
84
2.
Tidak Tamat SD
106
3.
Tamat SD/sederajat
3073
4.
Tamat SMP/sederajat
456
5.
Tamat SMA/sederajat
408
6.
224
38
39
lingkar 13 cm dan panjang sekitar 6,2 m yang diukur dari ujung katir kanan
sampai ujung katir kiri.
5.2 Proses Pembuatan Mold/cetakan dan Pembuatan Perahu Fibreglass
Proses pembangunan konstruksi perlu adanya rancangan serta rencana agar
pembangunan dapat berjalan dengan baik serta mendapatkan hasil yang optimal.
Begitupula dalam pembangunan kapal ikan, perlu ada suatu rancangan agar kapal
yang dibuat mempunyai keragaan yang baik dan dapat berfungsi secara optimal
dalam usaha penangkapan ikan.
Perlu diketahui untuk membangun kapal yang baik harus memenuhi tiga kriteria
sifat fundamental utama yaitu; keapungan, stabilitas dan kekuatan. Keapungan
disini dimaksudkan adalah kemampuan mengapung dalam segala keadaan.
Stabilitas merupakan kombinasi antara ukuran yang cocok dan pembagian berat
muatan yang akan memungkinkannya untuk mengikuti kekuatan angin dan
gelombang serta selalu dapat tegak dan kembali seimbang setelah menjadi miring
karena gaya eksternal. Kekuatan adalah kekokohan bangunan kerangka kapal
untuk menunjang dirinya sendiri dan segenap isi di dalamnya, tidak peduli betapa
pun hebatnya gejolak lautan. Untuk memperoleh ketiga kriteria tersebut perlu
adanya rancangan desain, rencana konstruksi, rencana bahan baku serta
pertimbangan biaya juga perlu diperhatikan apabila tujuan pembuatan ke arah
industri seperti pembuatan perahu fibreglass di Desa Cikahuripan.
Pembahasan pertama akan mengarah pada bahan baku, kebutuhan bahan baku
serta metode pembuatan perahunya. Ada beberapa bahan baku yang biasa
digunakan untuk membuat kapal antara lain kayu, besi, cor, dan fibreglass.
Metode pembuatan yang digunakan juga berbeda-beda tergantung bahan yang
digunakan. Pada penelitian ini mengkhususkan pembuatan kapal dengan bahan
fibreglass dan metode pembuatannya dengan metode cetak.
Bahan fibreglass dapat menjadi bahan pertimbangan yang baik bagi orang yang
ingin membuat kapal. Beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan mengapa
memilih bahan fiber antara lain; bahan fiber mudah didapat di berbagai toko kimia
dan harganya relatif terjangkau jika dibandingkan dengan bahan kayu yang
semakin sulit diperoleh dan harganya semakin melambung tinggi, ditambah lagi
dengan semakin gencarnya pihak pemerintah memberantas illegal logging, yang
40
menambah semakin sulitnya mencari kayu yang berkualitas super. Selain itu
bahan fiber lebih tahan lama dan kuat jika dibandingkan dengan kayu yang mudah
lapuk, serta perawatan kapal fiber lebih mudah daripada kapal kayu. Sebelum
membahas lebih jauh mengenai fibreglass perlu diketahui terlebih dahulu
definisinya.
Fibreglass
atau
biasa
disebut
glass/carbon
fiber
reinforment
plastic
(GFRP/CFRP) sendiri merupakan istilah dari dua kata yaitu fiber/serat dan glass/
plastik. Fiber/serat merupakan penguatnya saja, yang termasuk dalam hal ini juga
carbon fiber, atau aramid, dan itu memang yang di gunakan sebagai bodi atau
frame pada sebuah kapal atau bisa juga untuk kendaraan seperti spoiler mobil,
bemper mobil serta alatalat rumah tangga seperti tangki air dan sebagainya.
Glass-nya merupakan bahan liquid, yang bermacam-macam jenisnya, hanya yang
biasa dipakai adalah epoxy resin atau biasa orang menyebutnya resin saja. Resin
ini belum berupa polymer jadi harus dijadikan polymer, biasanya dicampur
dengan katalis/hardener. Hardener ini yang akan membantu resin menjadi
polymer dan menjadi keras dan untuk memperkuatnya ditambahkan fiber (woven
roving dan atau mat) di dalam adonan resin ditambah hardener jadilah apa yang
bisanya disebut fibreglass, meskipun lebih tepatnya GFRP tadi. Proses pembuatan
konstruksi dari fibreglass hanya mengandalkan reaksi saja. Reaksi tersebut
menghasilkan panas yang cukup tinggi (70o), sehingga persyaratan mutlak utama
material yang dibutuhkan konstruksi adalah material yang tahan panas. Oleh
karena itu cetakannnya (mold) bisa terbuat dari bahan seperti; kayu atau plat,
untuk cetakan membuat kapal sebaiknya digunakan dari kayu dengan triplex
glossy, karena disamping bahannya fleksible, murah serta mudah didapat. Namun,
bisa juga dibuat cetakan tetap dari fiber (untuk kapasitas industri) seperti cetakan
yang ada di desa Cikahuripan yang berdasarkan desain perahu asal Cilacap.
Bahanbahan yang digunakan untuk membuat kapal fibreglass antara lain
(gambar disampaikan dalam Lampiran. 1);
1)
41
3)
Talk (tepung khusus): talk digunakan untuk membuat lem fiber (gelcoat)
dan dempul;
4)
Erosil: merupakan bahan berbentuk bubuk sangat halus seperti bedak bayi
berwama putih. Berfungsi sebagai perekat mat agar fibreglass menjadi kuat
dan tidak mudah patah/pecah;
5)
Mat/mesh (serat halus): terbuat dari bahan polyester, berguna sebagai media
lapisan permukaan sebuah plat fiber. Ukuran mat bermacam-macam mulai
dari mat 250 sampai mat 600. Biasanya untuk pembuatan kapal digunakan
mat 250 dan mat 400. Arti dari angka 250 adalah berat jenis mat tersebut
adalah 250 g/m2;
6)
7)
Mirror glaze: bahan kimia yang digunakan sebagai lapisan pelicin agar fiber
mudah di lepas dari mold-nya setelah proses cetakan selesai;
8)
9)
Kayu dan triplex glossy: digunakan untuk membuat mold (wadah cetakan)
bentuknya dibuat sebesar gambar/desain permukaan luar dari lambung
kapal;
42
2) Mesin gerinda;
3) Mesin mixer;
4) Mesin serut;
5) Mesin bor dan ampelas;
6) Palu karet; dan
7) Perkakas kayu.
Metode yang digunakan dalam pembuatan perahu fiber adalah menggunakan
metode cetakan, karena metode yang memungkinkan digunakan memang hanya
metode cetakan, hal ini disebabkan bahan baku fiber yang berupa cairan yang
dikeraskan. Pengerjaan pembuatan mold/cetakan yang dilakukan masyarakat
Cikahuripan yang bekerjasama dengan pihak LPPM IPB dalam rangka
pengembangan masyarakat desa nelayan untuk dijadikan industri bersama milik
desa dapat diselesaikan dalam jangka waktu 6 hari (20-25 April 2009) dengan
pekerja sebanyak 5 orang. Mold di cetak dari kapal yang berasal dari Cilacap yang
didapat dari hasil penyewaan dari nelayan untuk jangka waktu 5 hari.
Hal pertama yang dilakukan adalah membalikkan perahu yang akan di cetak untuk
membuat cetakan. Selanjutnya dilakukan pendempulan untuk menutup permukaan
model yang berlubang, seperti lubang bekas baut dan saluran pembuangan air.
Tujuan dari pendempulan ini adalah untuk mencegah adanya cairan resin yang
masuk ke dalam lubang, yang dikhawatirkan setelah resin itu mengeras cetakan
menjadi susah diangkat/dilepas setelah proses pencetakan selesai. Dempul yang
digunakan bermerk sampolak, dikarenakan komposisi dempul tersebut terbuat dari
minyak epoxy sehingga ketika digunakan akan lebih kuat dan bersenyawa dengan
bahan fibreglass.
Setelah proses pendempulan selesai, dilakukan pengampelasan dan pembersihan
perahu. Pengampelasan dilakukan pada bagian yang didempul, hal ini bertujuan
untuk menghaluskan bagian bekas pendempulan. Pembersihan kapal dilakukan
bertujuan untuk menghindari adanya debu dan atau kotoran bekas pengampelasan
yang dikhawatirkan ketika proses pencetakan ada debu yang menempel
mengakibatkan cetakan tidak mulus. Pembersihan kapal menggunakan sabun cuci
pakaian.
43
44
Perlu diketahui, pada setiap tahapan pengerjaan tidak boleh berhenti ditengah
jalan tetapi harus diselesaikan dalam satu waktu. Sebagai contoh, tahapan
pelapisan mat, maka pelapisan harus diselesaikan dalam satu tahapan langsung
tidak boleh setengah-setengah atau setengah tahapan dikerjakan esok hari, karena
mat yang dicor resin telah kering tidak bisa menyatu dengan cairan resin yang
baru.
Tahapan selanjutnya adalah pelapisan roving, pelapisan dilakukan setelah
pelapisan mat kering. Ukuran yang biasa dipakai yaitu roving 600. Pengerjaannya
sama dengan pengerjaan lapisan mat. Sebenarnya fungsi dari mat dan roving
hampir sama yaitu sebagai penguat bodi cetakan. Hanya roving mempunyai bahan
yang lebih tebal dan kasar sehingga lebih kuat.
Setelah pelapisan roving dilanjutkan pelapisan mat kembali. Pengerjaan sama
dengan pengerjaan sebelumnya. Begitu seterusnya, tergantung ketebalan fiber
yang diinginkan. Apabila ingin memperoleh body fiber yang lebih tebal maka
dilanjutkan proses pelapisan roving kembali. Secara umum urutan pengerjaan
fiber adalah pelapisan mat roving mat. Dan terakhir dilakukan pen-gelcoatan kembali agar bodi fiber pada lapisan permukaan lebih halus.
Langkah terakhir dalam pembuatan cetakan yaitu pemasangan gading-gading
yang berfungsi sebagai dudukan cetakan/bodi cetakan sekaligus penguat bodi
cetakan secara longitudinal dan transversal. Kayu yang digunakan untuk tulang
tulang ada 3 macam yaitu kayu reng sebagai penguat longitudinal (bawah sheer),
kayu kaso sebagai penguat longitudinal dan kaki cetakan (penguat tranversal) dan
kayu galar sebagai dudukan kaki (penguat transversal). Jumlah pemasangan kayu
reng berjumlah empat buah yang masing-masing sisi sebanyak dua buah di pasang
pada bagian atas dan bawah body fiber, sedangkan untuk kayu kaso sebanyak
empat buat juga, kayu kaso dibentuk melengkung mengikuti bodi fiber. Semua
kayu tersebut dibungkus dengan mat kembali dan di cor dengan cairan resin.
Dudukan kaki mengikuti banyaknya tulang kayu kaso, masing-masing empat pada
setiap sisi. Dijelaskan pada Gambar 13.
45
46
Tahapan terakhir dari pembuatan mold adalah finishing. Tahapan ini meliputi
penghalusan sisi sheer mold dan pengecatan sisi luar mold dan kaki-kakinya,
penghalusan dilakukan dengan mesin gerinda. Keseluruhan proses dijelaskan
dalam diagram alir pembuatan cetakan (Gambar 15).
Mulai
Pen-gelcoat-an
Pen-gelcoat-an kembali
Mold kapal
Selesai
47
Adapun kebutuhan alat dan bahan yang diperlukan, serta lama waktu pengerjaan
disampaikan pada Lampiran 2.
Pembuatan cetakan yang telah selesai dibuat merupakan cetakan mempunyai
umur teknis yang lama dan dapat digunakan untuk mencetak beberulang-ulang,
karena ada juga cetakan yang hanya sekali pakai seperti cetakan yang dibuat dari
tripleks glossi dimana tripleks dibuat menjadi sebuah lambung kapal. Cetakan
yang terbuat dari tripleks glossi biasanya hanya untuk sekali pakai. Jika
dibandingkan dengan jenis cetakan yang terbuat dari tripleks glossi, cetakan jenis
ini sangat cocok untuk kegiatan industri karena dapat menekan biaya produksi
Penjelasan berikutnya adalah penjelasan tentang langkah-langkah pembuatan
perahu. Pembuatan perahu fibreglass pengerjaan serta tahapan-tahapan nya secara
umum sama dengan pembuatan mold.
Adapun langkah-langkah pengerjaan pembuatan perahu dari fiber adalah sebagai
berikut :
1)
48
menggunakan ukuran mat yang lebih kecil yaitu mat 300 dan untuk
lapisan kedua menggunakan mat 400. Roving yang digunakan adalah
roving 800. Semua lapisan serat tersebut dilumuri/dicor dengan
minyak resin yang telah dicampur katalis dengan menggunakan kuas
roll. Perbandingan pemakaian katalis 1:150. Campuran tersebut
bukan merupakan ketetapan yang pasti, namun tergantung pada
49
dapat
mengakibatkan
fibreglass
mudah
pecah/retak.
50
51
6)
Gambar 22 Finishing.
52
Banyak
Batuan
1.
Resin 157
185
Kg
2.
Matt 300
20
Kg
3.
Matt 400
15
Kg
4.
Roving 800
20
Kg
5.
Katalis
0,75
Liter
6.
Kobal
0,2
Liter
7.
Mirror Glaze
Kaleng
8.
Pigmen Biru
0,3
Kg
9.
Erosil
1,5
Kg
10.
Talk
0,5
Sak
11.
Kuas Roll
Buah
12.
Kuas 2,5"
Buah
13.
Kompon
Pak
14.
Tripleks
Lembar
15.
Lembar
16.
Lembar
17.
Kayu Reng 4 m
10
Batang
18.
Batang
19.
Batang
20.
Bangkok
Buah
21.
Baruyungan
Batang
22.
Otel kemudi
Set
23.
Kincang
Batang
24.
Cat Kayu
Kaleng
25.
Tiner
Kaleng
26.
Tali Baruyungan
Kg
27.
Baut 12
45
Biji
28.
Baut 18/20
Biji
29.
Baut 14/15
Biji
53
alat tangkap, mesin, palka ikan dan lainnya. Gambar rencana umum ditinjau dari
sudut pandang atas dan samping ( disampaikan pada Gambar 23).
Perahu fibreglass yang diproduksi oleh BUMDes Cikahuripan tidak memiliki dek.
Dek hanya terletak di bagian haluan perahu. Tata letak peralatan diatur sesuai
kebutuhan/keperluan nelayan, tidak berdasarkan pengaturan di atas maupun di
bawah dek sebagaimana pengaturan kapal ikan pada umumnya. Pertimbangan
pengaturan tata letak lebih kepada bagaimana kemudahan pengambilan alat
tangkap ataupun penempatan ikan hasil tangkapan dengan mempertimbangkan
keseimbangannya.
Ada beberapa kelengkapan pada perahu fibreglass yang di produksi yaitu
diantaranya; ruang balast, tempat alat tangkap, dek haluan, tempat mesin, papan
pengikat katir, papan tempat tali jangkar. Selain itu ada kelengkapan tambahan
yang dimiliki perahu Kahuripan Nuusantara diantaranya: papan dan lubang untuk
tempat menancapkan tiang, papan tempat mengikatkan tali jangkar, serta lubang
pada bagian sheer untuk mengikat bambu.
55
Ruang ballast
berfungsi sebagai tempat keseimbangan. Selain itu, ruangan ballast juga berfungsi
sebagai penambah keapungan perahu. Alat tangkap dan tempat menyimpan hasil
tangkapan (palka ikan) ditempatkan pada bagian tengah kapal, hal ini dikarenakan
ruangan pada bagian tengah kapal cukup luas. Mesin yang digunakan pada kapal
ditempatkan di bagian belakang baruyungan buritan sebelah kanan kapal agar
mempermudah dalam pengoperasiannya, dan jenis mesin yang digunakan adalah
mesin ketinting yang merupakan mesin darat hasil modifikasi. Agar dapat
digunakan, mesin ini dilengkapi dengan pipa poros panjang yang berfungsi untuk
menghubungkan mesin dengan propeller-nya.
Papan tempat katir di pasang berada di tengah-tengah kapal, yang terdiri dari dua
papan. Fungsi dari papan ini sebagai tempat mengikatkan katir, terutama bagian
buruyungan agar cadik terpasang dengan baik. Pemasangan buruyungan diikatkan
pada papan di bagian tengah depan (haluan) dan bagian tengah belakang (buritan).
Ukuran
LOA
956 cm
LPP
820 cm
73,5 cm
111,6 cm
Performa dari suatu kapal salah satunya ditentukan dengan menggunakan nilai
rasio dimensi. Rasio dimensi yang perlu diketahui meliputi rasio panjang dan
lebar (L/B), rasio panjang dan dalam (L/D) serta rasio lebar dan dalam (B/D),
akan tetapi untuk mengetahui performa kapal secara lebih akurat, tidak hanya
berpatok pada nilai rasio dimensi namun diperlukan juga analisis tembahan
56
L/B
B/D
L/D
Encircling gear
2,60 9,30
0,56 5,00
4,55 17,43
Static Gear
2,83 11,12
0,96 4,68
4,58 17,28
Multipurpose Gear
2,88 9,42
0,35 6,09
8,69 17,55
Kahuripan Nusantara
7,25
1,6
11,6
Sumber : Iskandar dan Pujiati 1995 serta hasil pengukuran kapal yang diproduksi.
57
Nilai rasio B/D digunakan untuk menganalisis stabilitas dan kemampuan olah
gerak kapal. Semakin besar nilai rasio B/D, maka stabilitas suatu kapal akan
meningkat akan tetapi kemampuan olah geraknya akan berkurang. Dari hasil
perhitungan diperoleh nilai rasio B/D sebesar 1,6. Nilai ini terlampau sangat kecil,
jauh dari nilai tengah selang nilai acuan. Nilai rasio B/D yang kecil ini
menunjukkan bahwa perahu Kahuripan mempunyai kemampuan olah gerak yang
cukup baik dari uji sea trial kemampuan turning circle menunjukkan bahwa
diameter lingkar dari perahu hanya 2 kali dari panjangnya. Namun dari stabilitas
agak kurang baik, sehingga digunakan katir untuk menambah kestabilan perahu.
5.3.2 Tabel offset
Tabel offset merupakan sebuah tabel yang berisikan data hasil pengukuran badan
kapal. Data pada tabel offset merupakan data dasar pembuatan gambar rencana
garis dan perhitungan parameter hidrostatis. Tabel ini terdiri dari dua bagian yaitu
bagian half breadth plan kapal dengan water line dan height above base line
dengan buttock line.
Bagian pertama memuat data ukuran-ukuran utama perahu dengan ordinat sesuai
yang ada pada standar line (0-10). Nilai masing-masing ordinat akan berbeda tiap
water line. Bagian yang kedua memuat data mengenai jarak dari base line ke
badan perahu. Jumlah ordinat yang diukur dari perahu yang diteliti sebanyak 15
ordinat yaitu 0, , 1, 1 , 2 8, 8 , 9, 9 dan 10 dengan water line sebanyak
7 dan 1 base line.
Dari tabel offset ini kemudian diplotkan ke dalam sebuah garis sehingga terbentuk
gambar body plan dan half breadt hplan. Setelah terbentuk body plan kemudian
body plan dibagi menjadi 5 bagian pada sebelah kanan centre line 5 bagian
sebelah kiri centre line, dari situ kemudian diplotkan kembali menjadi yang
disebut buttock line.
5.4 Rencana Garis (Lines plan)
Proses pembuatan perahu Kahuripan Nusantara hanya mengacu pada perahu
sebelumnya yaitu menggunakan cetakan yang dibuat dari hasil duplikasi perahu
asal Cilacap sehingga proses gambar-gambar perencanaan tidak digunakan,
termasuk gambar rencana garis (lines plan). Gambar rencana garis diperoleh
58
59
garis perahu Kahuripan Nuusantara terdapat 5 garis buttock line dengan jarak
antar garis adalah 9,251 cm
Water line yang diperlihatkan pada gambar ini menunjukkan lebar badan perahu
secara keseluruhan ditinjau dari sudut pandang atas.
5.4.3 Body plan
Gambar body plan menggambarkan gambar irisan kapal tampak depan yang
menunjukkan bentuk badan kapal pada masing-masing ordinat. Bentuk gambar
yang ditampilkan adalah setengah dari bentuk keseluruhan badan kapal. Pada
perahu Kahuripan Nusantara ordinat 0-5 menunjukkan bentuk badan perahu dari
fore perpendicular (FP) atau bagian haluan perahu hingga midship. Bagian haluan
digambar mulai ordinat 0 (Fore perpendicular), , 1, 1 , 2, 3, 4, dan 5. Fore
perpendicular
digambarkan
pada
sisi
sebelah
kanan
centreline.
After
perpendicular (AP) atau dari buritan kapal sampai dengan midship (tengah kapal)
ditunjukkan dari ordinat 5 -10 yang meliputi ordinat 5, 6, 7, 8, 8 , 9, 9 , dan 10.
After perpendicular digambarkan pada sisi sebelah kiri dari centreline. After
perpendicular terletak pada ordinat 10.
60
62
63
agar gading-gading tahan lama dan kuat. Pada perahu Kahuripan Nusantara
gading-gading berjumlah 8 buah, dengan jarak pemasangan antar gading sejauh
60 cm. Pada bagian gading-gading paling depan (ruang ballast di bagian haluan)
sampai belakang (ruang ballast di bagian buritan) terdapat lubang yang berfungsi
sebagai tempat membuang air. Menurut standar BKI jarak panjang antar gading
dari ujung haluan sebesar 0,2 L dan di buritan puncak tidak melebihi 50 cm.
Sehingga perahu yang diproduksi masih memenuhi standar BKI.
5.5.4 Ballast
Ballast merupakan ruangan kosong di bagian haluan dan buritan kapal yang
berfungsi sebagai tempat keseimbangan (disampaikan pada gambar 27). Ruangan
ballast terbuat dari bahan tripleks yang sisinya di beri penguat kayu reng dan
kemudian di lapisi dengan fibreglass. Mat yang digunakan adalah mat 400 dengan
pengerjaan dua kali pelapisan dan dilanjutkan dengan pen-gelcoat-an.
64
Gambar 27 Ballast.
5.5.5 Kemudi
Kemudi merupakan bagian dari konstruksi kapal dimana fungsi dari kemudi
adalah untuk mengarahkan gerakan kapal ketika kapal bergerak (manouver).
Perahu Kahuripan Nusantara menggunakan kemudi kayu albasia yang di bentuk
seperti papan (disampaikan pada gambar 28). Adapun dimensi dari kemudi dapat
dilihat dalam gambar di bawah ini. Sistem kemudi yang digunakan tidak
dihubungkan dengan jantra sebagai alat penggeraknya, namun menggunakan
balok yang ditempelkan langsung pada kemudi.
Gambar 28 Kemudi.
65
kapal. Data untuk parameter hidrostatis diperoleh dari hasil pengolahan pada tabel
offset melalui perhitungan parameter hidrostatis (lampiran 4 dan 5). Dalam
perhitungan, jumlah water line perahu Kahuripan Nusantara terdiri dari 4 kolom
water line yaitu 0,105 m WL; 0,315 m WL; 0,525 m WL; dan 0,735 m WL.
Jumlah water line ini disesuaikan dengan jumlah water line pada gambar tencana
garis (lines plan). Data water line yang digunakan yaitu water line ke-1, 3 dan ke7. Nilai dari parameter hidrostatik disajikan dalam bentuk tabel dan kurva. Kurva
hidrostatis kapal digambarkan sebagai fungsi dari draft kapal dengan
menggunakan skala tertentu. Hasil dari kurva ini memperlihatkan aspek-aspek
dasar yang mempengaruhi stabilitas dan trim kapal berdasarkan volume dan
bentuk geometri kapal yang terendam air. Kurva hidrostatis merupakan hasil dari
pengeplotan tabel hidrostatik, garis longitudinal menggambarkan besarnya nilai
parameter hidrostatik dalam skala tertentu dan garis vertikal menggambarkan
draft pada kapal. Nilai parameter hidrostatis disampaikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Nilai parameter hidrostatis perahu Kahuripan Nusantara
No Parameter
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
0,105m
WL
0,1359
0,1393
2,8851
0,0733
0,0296
0,2615
0,2650
0,315m
WL
1,2268
1,2575
6,0670
0,2341
0,0622
0,5163
0,6689
0,525m
WL
2,6362
2,7021
7,0531
0,4143
0,0723
0,5924
0,7762
0,735m
WL
4,2118
4,3171
7,8265
0,6094
0,0802
0,6177
0,8208
0,4485
0,6419
0,7119
0,7322
0,5832
0,9868
0,8043
0,7719
0,8320
0,7631
0,8437
0,7526
0,1541
0,1796
0,1378
0,0913
0,0718 0,1951
0,5884 0,3172
0,6602 0,5123
40,6944 19,2242
40,7662 19,4193
0,5741 0,3095
0,7811 0,4211
0,0862 0,2028
0,3129
0,0044
0,3173
7,3249
7,6378
0,0043
0,0059
0,3130
0,2581
0,0137
0,2719
53,7429
54,0010
0,0134
0,0182
0,2585
66
menentukan jumlah
67
Nusantara membutuhkan berat sebesar 0,0802 ton untuk merubah tinggi draft
setinggi 1 cm pada kondisi draft maksimal.
Nilai coefficient of fineness atau koefisien kegemukan kapal menggambarkan
bentuk badan kapal. Parameter hidrostatis yang dapat menunjukkan bentuk badan
ini meliputi coefficient of block (Cb), coefficient of prismatic (Cp), coefficient of
vertical prismatic (Cvp), coefficient of waterplan (Cw), dan coefficient of midship
(C ). Nilai dari koefisien cenderung bertambah sejalan bertambahnya draft
dengan kisaran 0 1. Apabila nilainya semakin mendekati 1 menunjukkan kapal
semakin gemuk, begitu pula sebaliknya nilai koefisien mendekati 0 menunjukkan
kapal semakin ramping dan jika nilai koefisien 1, maka bentuk kapal kotak.
Gambar 29 menjelaskan kurva hidrostatis dari perahu Kahuripan Nusantara.
69
Tabel 13 Nilai koefisien bentuk untuk kelompok kapal perikanan dengan metode
pengoperasian alat tangkap yang ditarik (Towed/ Dragged gear), alat tangkap
pasif (Static Gear), dan alat tangkap yang dilingkarkan (Encircling Gear)
Kelompok Kapal
Cb
Cp
Cw
70
yang dimiliki perahu Kahuripan Nusantara masih dalam rentang acuan. Menurut
Iskandar dan Pujiati (1995), nilai Cw kapal-kapal yang beroperasi di Indonesia
antara selang 0,78-0,88 untuk encircling gear dan 0,65-0,86 untuk static gear.
Kesimpulannya nilai Cw yang dimiliki masih dalam ambang yang wajar dan
dapat ditelorir.
Coefficient of midship (C ) menunjukkan perbandingan luas area melintang kapal
secara vertikal dengan bidang empat persegi panjang yang mengelilingi area
tersebut. Nilai C
adalah sebesar 0,7526, sehingga dapat dikatakan luas area untuk penempatan
muatan secara vertikal di bagian tengah kapal cukup luas. Berdasarkan tabel, Nilai
C
kapal masih berada pada nilai rentang acuan, maka dengan demikian kapal
71
kondisi draft 0,105 m WL sebesar 6 knot dan kecepatan maksimal pada kondisi
draft 0,525 m WL sebesar 0,8 knot.
5.8 Stabilitas Perahu Kahuripan Nusantara
Stabilitas kapal dihitung dari tiga titik konsentrasi yang bekerja pada kapal
tersebut. Ketiga titik itu adalah: centre of gravity (G) yang merupakan letak titik
berat kapal, centre of bouyancy (B) yang merupakan letak titik apung, serta
metacentre (M) yang merupakan titik potong antar garis vertikal yang melalui
centre of buoyancy saat kapal dalam posisi miring. Besaran yang diukur yaitu dari
titik keel (K), meliputi nilai KG, KB, dan KM, selain itu dilihat juga dari nilai
coefficient of block (Cb) kapal, serta nilai LCB (letak titik apung longitudinal
dihitung dari midship kapal).
Kapal dikatakan seimbang jika titik beratnya (G) dan titik apungnya (B) berada
pada satu garis tegak. Adapun letak M terhadap titik G mempunyai tiga
kemungkinan yaitu titik M berada di atas G, titik M berada di bawah titik G, atau
titik M berhimpit dengan titik G. Letak titik M di atas titik G menunjukkan kapal
tersebut stabil/seimbang. Hal ini disebabkan gaya apung ke atas dan gaya berat
merupakan kopel yang menyebabkan kapal tegak kembali, sehingga stabilitasnya
positif. Apabila M berhimpit dengan G, kapal tidak dapat kembali ke posisi
semula, hal ini disebabkan garis gaya apung dan garis gaya berat tidak
membentuk momen kapal karena letaknya berhimpitan, sehingga stabilitasnya
sama dengan nol.
Nilai KG, KB, dan KM perahu Kahuripan Nusantara pada kondisi draft maksimal
secara berurutan yaitu sebesar 0,0134 m; 0,2581 m; dan 0,2719m, selanjutnya
nilai BM, GM, KG/ D, dan LCB adalah 0,0137; 0,2585; 0,0182; dan 0,0913.
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai GM kapal positif. Hal tersebut menunjukkan
letak titik G berada di bawah M. Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan
keseimbangan kapal stabil, momen kapal positif yang dapat mengembalikan kapal
ke posisi semula setelah mendapat gaya dari luar.
Selain nilai GM, nilai KG, nilai Cb serta LCB juga dapat menunjukkan kestabilan
dari kapal. Semakin kecil nilai KG dan rasio KG/D maka kestabilannya akan
lebih baik. Semakin besar nilai Cb suatu kapal, maka stabilitasnya akan lebih
baik. Nilai longitudinal centre of bouyancy (LCB) menunjukkan letak titik apung
72
dari midship kapalnya, jika nilai LCB positif menunjukkan letak titik apung
berada dari midship ke arah haluan begitu sebaliknya, jika nilai LCB bertanda
negatif menunjukkan bahwa letak titik apung kapal berada di belakang midship
arah buritan.
Dari hasil perhitungan nilai KG dan nilai rasio KG/D cenderung mengecil seiring
peningkatan draft perahu yaitu secara berurutan pada 0,105 m WL sebesar 0.5741
m dan 0,7811 m; 0,315 m WL sebesar 0.3095 m dan 0,4211 m; 0,515 m WL
sebesar 0.0043 m dan 0,0059 m; serta pada draft maksimum sebesar 0,0134 dan
0,0182. Hal ini menunjukkan perahu masih tergolong masih mempunyai
kestabilan yang baik. Nilai LCB pada masing-masing draft tetap menunjukkan
nilai positif seiring perubahan draft, dimana masing-masing pada 0,105 m WL
sebesar 0,1541 m; 0,315 m WL sebesar 0,1796 m; 0,525 m WL sebesar 0,1378 m;
dan pada 0,735 m WL sebesar 0,0913, hal ini menunjukkan bahwa letak titik
apung berada di antara midship ke arah haluan kapal. Apabila ada penambahan
muatan dapat ditempatkan pada bagian midship ke arah haluan.
73
6.1 Kesimpulan
1) Desain perahu hanya berpedoman pada cetakan (mold) yang mengikuti desain
perahu yang berasal dari Cilacap dengan dimensi utama : Panjang (LOA),
lebar (B) dan tinggi (D) secara berurutan yaitu sebesar 9,56 m; 1,116 m; dan
0,735 m. Adapun kelengkapan dari perahu berupa ruang ballast, tempat alat
tangkap, dek haluan, tempat mesin, papan pengikat katir, papan tempat tali
jangkar;
2) Desain perahu yang dibuat secara umum sesuai dengan perahu-perahu yang
beroperasi di Indonesia, mulai dari nilai rasio dimensi utama sampai nilai-nilai
parameter hidrostatisnya; dan
3) Ditinjau
6.2 Saran
1) Perlu penelitian tentang uji material fibreglass untuk mengetahui kekuatan
dari bahan fiber.; dan
2) Perlu penelitian tentang analisis ekonomi dan finansial untuk mengetahui nilai
kelayakan usaha industri perahu fibreglass.
74
DAFTAR PUSTAKA
Fourth Edition.
75
76
Roving
Mat
77
Tanggal
Kegiatan
Jumlah
Pekerja
(orang)
2.
Pendempulan bagian
model yang berlubang
Pengampelasan
3.
4.
Pelapisan pelicin/mirror
glaze
6.
7.
1.
5.
8.
9.
20 April
2009
21 April
2009
21- 22
April
2009
10.
11.
12.
22 April
2009
23- 25
April
2009
Pengerjaan tulang
penguat/ gading2 serta
pelapisan mat 300
Pembuatan dempul dan
pendempulan
Pelepasan Mold dari
kapal model
Finishing
Alat
kape
ampelas
Sabun colek, air, kain
lap
Bahan
Lama
Pengerjaan
(jam)
kaleng
3 ampelas
Mirror glaze
Gel coat
13
Ember, kape,
pengaduk
Gerindra
2t
Dempul sampolak
1
2
77
78
Tanggal
2 Mei
2009
5.
6.
Kegiatan
Pembersihan Cetakan
Pengampelasan Cetakan dan pengkomponan
Pelapisan Mirror Glaze
Pemasangan Scotlet
Jumlah
Pekerja
(orang)
3
3
3
3
Alat
Kain Lap
Ampelas, kain lap
Kain Lap
Kuas, meteran
3
4
Kape
Kain, cutter
8.
9.
Pelapisan Gelcoat
Pelapisan Mat 300
3
4
10.
13.
14
2 pekerja
7.
3 Mei
2009
11.
12.
15.
16.
4 Mei
2009
5 Mei
2009
Bahan
Kompon
Mirror Glaze
Resin, skotlet
dan katalis
Mirror, scotlet,
resin
Resin, erosil,
pigmen, kobalt
dan katalis.
Gelcoat
Resin, matt 300
Lama
Pengerjaan
(jam)
2
2
1
2
2
2
30 kg gelcoat
25 kg resin, matt 300 sebanyak 20 (150 x 104
cm)
-
2 jam
3 jam
Resin, roving
800
-
Resin, talk,
pigmen, kobalt
kayu, resin, matt
5 jam
2 jam
1 jam
3 jam
2 jam
78
79
Lampiran 3 Lanjutan
No.
17.
18.
19
Tanggal
6 Mei
2009
20.
Kegiatan
Pengangkatan kapal dari cetakan
Perapihan sherr
Pemasangan tabung buritan
Jumlah
Pekerja
(orang)
5
1
4
Pemasangan Gading-gading
Finishing
7 Mei
2009
21.
7-8 Mei
2009
22.
8-10
Mei
2009
23.
10 Mei
2009
Alat
Palu, paju, kain
Mesin gerinda
Gergaji, mesin serut,
kape, meteran, Kuas,
gayung, ember,
cutter
Gergaji, mesin serut,
kape, meteran, Kuas,
gayung, ember,
cutter
Gergaji, mesin serut,
kape, meteran, Kuas,
gayung, ember,
cutter
Gergaji, mesin serut,
kape, meteran, Kuas,
gayung, ember,
cutter
Gergaji, mesin serut,
mesin gerinda, kape,
meteran, Kuas,
gayung, ember,
cutter
Bahan
Kayu reng,
tripleks, matt,
resin
Kayu reng,
tripleks, matt,
resin
Kayu kaso,
kayu reng,
kayu papan,
resin dan matt
Baud, kayu
papan, kayu
galar, otel
kemudi.
Cat, dempul
Lama
Pengerjaan
(jam)
3
2
2
36
60
79
80
Base Line
0,0525m WL
0,105m WL
s'
0,5
0,5
( y.s' ).s
( y.s ).s.n
0,0000
-5,0000
0,0000
0,0000
0,0000
-4,5000
0,0000
0,0000
0,0000
-4,0000
0,0000
0,3632
-3,0000
-1,0897
0,0000 0,0000 0,0000 0,10358 0,2072 0,2072 0,25395 0,5079 0,1270 0,3341
0,6683
-2,0000
-1,3365
0,0000 0,0000 0,0000 0,17631 0,7052 0,3526 0,31821 1,2728 0,1591 0,5117
2,0469
-1,0000
-2,0469
0,5329 1,0658 0,2665 0,19816 0,3963 0,3963 0,35384 0,7077 0,1769 0,8397
1,6794
0,0000
0,0000
0,0000 0,0000 0,0000 0,15364 0,6146 0,3073 0,32731 1,3092 0,1637 0,4709
1,8837
1,0000
1,8837
0,0000 0,0000 0,0000 0,10425 0,2085 0,2085 0,28138 0,5628 0,1407 0,3492
0,6984
2,0000
1,3968
0,0000 0,0000 0,0000 0,05405 0,2162 0,1081 0,23656 0,9462 0,1183 0,2264
0,9055
3,0000
2,7166
0,0000
0,0000 0,0000
0,0646
4,0000
0,2582
9,5
0,0000
0,0111
4,5000
0,0499
10
0,5
0,0000
0,0000 0,0000
0,0000
5,0000
0,0000
6,1844 1,0465
8,3211
Ordinat
0,5
0,0000
0,0000 0,0000
0,0000
0,5
0,0000
0,0000 0,0000
1,5
0,0000
0,0000 0,0000
0,0000
Total
y.s
1,0658
y.s'
y.s
2,3480
y.s'
0,1291
0,0000
y.s
s'
0,5
( y.s )
s'
0,5329
4,6960
3,0922
n'
( y.s )
s',n'
0,0000
4,6960
6,1844
y.s'
y.s'
1,8321
8,3211
( y.s ).s'
10,8803
( y.s ).s'.n'
80
81
Lampiran 4 Lanjutan
0,105m WL - 0,315m WL
WL
0,105m WL
0,21m WL
0,315m WL
s'
y.s
0,5
0,0000
0,0000
0,0000 0,0000
0,0000
0,0000 0,0000
0,0000
-5,00
0,0000
0,5
0,0000
0,0000
0,0000 0,0000
0,0000
-4,50
-0,1435
1,5
0,0000
0,0000
-4,00
-2,1782
0,18161 0,7264
-3,00
-11,2717
0,25395 0,5079
0,1270 0,4248
0,8496
-2,00
-4,8125
0,31821 1,2728
-1,00
-5,2037
0,35384 0,7077
0,00
0,0000
0,32731 1,3092
1,00
5,2087
0,28138 0,5628
2,00
4,9056
0,23656 0,9462
3,00
13,1206
0,1291
4,00
3,8927
9,5
0,01109 0,0222
0,0055 0,3437
0,6874
4,50
8,0054
10
0,5
0,0000
5,00
2,1590
Total
( y.s )
( y.s )
y.s
y.s'
y.s
6,1844
10,4701
s'
s'
6,1844
41,8802
11,6163
n'
s',n'
12,3688
125,6407
46,4651
y.s'
11,6163 2,2979
( y.s ).s.n
0,0000
( y.s' ).s
0,1291
y.s'
y.s'
Ordinat
29,8404
13,6824
59,6809
( y.s ).s'
184,4746
( y.s
).s'.n'
81
82
Lampiran 4 Lanjutan
0,315m WL - 0,525m WL
WL
0,315m WL
0,42m WL
0,525m WL
s'
1
( y.s' ).s
( y.s ).s.n
0,0000 0,0000
0,0000
-5,00
0,0000
0,3780
0,0945 0,3301
0,6602
-4,50
-2,9709
0,5165 0,29639
0,4446
0,1482 0,7775
1,1663
-4,00
-4,6651
1,6379
0,8190 0,43461
1,7384
0,2173 1,2271
4,9085
-3,00
-14,7256
0,2266 0,47255
0,9451
0,9451 0,49016
0,9803
0,2451 1,4167
2,8335
-2,00
-5,6669
1,9062
0,2383 0,49502
1,9801
0,9900 0,51059
2,0424
0,2553 1,4836
5,9345
-1,00
-5,9345
0,48163
0,9633
0,2408 0,50023
1,0005
1,0005 0,51724
1,0345
0,2586 1,4999
2,9998
0,00
0,0000
0,47598
1,9039
0,2380 0,49447
1,9779
0,9889
0,5091
2,0364
0,2546 1,4815
5,9259
1,00
5,9259
0,46723
0,9345
0,2336 0,48844
0,9769
0,9769 0,50176
1,0035
0,2509 1,4614
2,9228
2,00
5,8455
0,42344
1,6938
0,2117 0,43464
1,7386
0,8693 0,44518
1,7807
0,2226 1,3036
5,2144
3,00
15,6431
0,40082
0,4008
0,2004 0,41311
0,4131
0,8262 0,42417
0,4242
0,2121 1,2387
1,2387
4,00
4,9549
9,5
0,39308
0,7862
0,1965 0,40725
0,8145
0,8145 0,41903
0,8381
0,2095 1,2206
2,4411
4,50
10,9850
10
0,5
0,38475
0,1924
0,1924 0,39945
0,1997
0,7989 0,41183
0,2059
0,2059 1,1972
0,5986
5,00
2,9930
Ordinat
y.s
y.s'
y.s
y.s'
y.s
0,5
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,0000
0,5
0,03189
0,0638
0,0159 0,10983
0,2197
0,2197 0,18898
1,5
0,22557
0,3384
0,1128 0,25827
0,3874
0,38173
1,5269
0,1909 0,40948
0,45311
0,9062
0,47656
Total
( y.s )
( y.s )
11,6163
12,2913
s'
s'
11,6163
49,1651
12,9069
n'
s',n'
46,4651
245,8256
77,4416
y.s'
12,9069 2,5745
y.s'
36,8442
12,3844
73,6883
( y.s ).s'
369,7323
( y.s ).s.n'
82
83
Lampiran 4 Lanjutan
0,525m WL-0,735 m WL
WL
0,525m WL
0,630 m WL
s'
0,735 m WL
Ordinat
s
y
y.s
0.5
0
0.0000 0.0000
2
0.5
0.18898 0.3780
1 1.5 0.29639 0.4446
y.s'
y.s'
y.s
y.s'
y.s'
( y.s' ).s n
( y.s' ).s.n
0.0000 -5.00
0.0000
0.0945 0.20892
1.2645 -4.50
-5.6904
0.1482 0.32018
1.4488 -4.00
-5.7952
4 0.43461
2 0.49016
5.4557 -3.00
-16.3672
0.9803 0.2451
1.0122 1.0122
0.5292
3.0438 -2.00
-6.0875
6.3122 -1.00
-6.3122
4 0.51059
2 0.51724
3.2076
0.00
0.0000
0.5091
2 0.50176
4 0.44518
6.2649
1.00
6.2649
1.0230 1.0230
0.5256
3.0734
2.00
6.1469
5.4993
3.00
16.4980
1.3087
4.00
5.2346
9.5
1 0.42417
2 0.41903
2.5845
4.50
11.6302
10
0.5 0.41183
0.6344
5.00
3.1720
7
8
9
Total
0.5061
0.0000 0.0000
0.0000
y.s
1
0.0000
0.0000
12.9069
13.3364
s'
( y.s ) s'
12.9069
53.3458
13.9428
n'
77.4416
373.4205
111.5422
( y.s ) s'.n'
13.9428 2.7870
40.0977
80.1955 =
562.4042 =
8.6940
( y.s ).s'
( y.s ).s'.n'
83
84
Lampiran 4 Lanjutan
0,105m WL
y3
0,315m WL
y3 ,s
0,525m WL
y3
y3 ,s
y3
y3 ,s
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0001
0.0000
0.0000
0.0172
0.0008
0.2225
0.0246
0.1861
0.1482
0.0276
0.4329
0.0704
0.2234
0.0373
0.4313
0.5091
0.0674
0.2040
0.1452
0.0296
0.3037
0.0325
0.1291
0.0644
0.0059
9.5
0.1215
0.0108
10
0.5
0.0000
0.0285
0.0024
2.2356
0.0642
0.3093
Ordinat
0.5
0.0000
0.0000 0.0000
0.5
1.5
Total
y3
0,735m WL
y3 ,s
0.0000 0.0000
0.5292
84
85
Lampiran 4 Lanjutan
0,105m WL
Ordinat
0
0.5
1
0,315m WL
0,525m WL
0,735m WL
y.s.n
y.s.n.n
y.s.n
y.s.n.n
y.s.n
y.s.n.n
y.s.n
y.s.n.n
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
-4.5000
0.0000
0.0000
0.0000
0.03189 -0.2870
1.2915
0.18898
0.0000
0.0000
0.23987
-0.0889
-0.1148
1.5 -4.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.22557 -1.3534
5.4137
0.29639
0.0000
0.0000
0.35463
-2.5984
-14.0667
0.5 -5.0000
2
6.5380
-6.1925
2.0316
0.45311 -1.8124
3.6249
0.49016
-1.0115
-2.0551
0.5292
-3.4768
-12.6029
1.2728
0.47656 -1.9062
1.9062
0.51059
-0.8272
-1.0529
0.54573
-1.9830
-3.7802
0.0000
0.35384
0.0000
0.0000
0.48163
0.0000
0.0000
0.51724
0.0000
0.0000
0.55084
0.0000
0.0000
1.0000
0.32731
1.3092
1.3092
0.47598
1.9039
1.9039
0.5091
0.8727
1.1425
0.53862
1.9524
3.7173
2.0000
0.28138
1.1255
2.2510
0.46723
1.8689
3.7378
0.50176
1.2713
2.8616
0.5256
3.6717
13.7242
3.0000
0.23656
2.8387
8.5162
0.42344
5.0813
91.6528
0.47497
36.7903
560.8259
4.0000
0.1291
0.5164
2.0656
0.40082
1.6033
6.4131
0.42417
0.4525
0.9346
0.45157
4.6431
29.7765
9.5
4.5000
0.01109
0.0998
0.4491
0.39308
3.5377
15.9197 0.41903
0.0188
0.0084
0.44569
25.1011
399.6026
10
0.5
5.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.38475
0.9619
4.8094
0.0000
0.0000
0.43708
2.0219
9.7243
1.4217
24.4336
5.0171
74.0065
5.3462
53.0060
35.8010
571.3439
Total
0.41183
85
86
1,025
LWL 0,105m WL 6,9976
0,315m WL 7,8343
0,525m WL 8,1969
h 0,6998
h 0,7834
h 0,8197
BWL 1 0,707
BWL 3 0,9628
BWL 5 1,0342
Keterangan ;
LOA = Length Over All
LPP = Length Perpendicular
K
= jarak tiap WL
= 1= 0,1359
Untuk 0,315 m WL
1
2
3
= x
87
= 1 = 0,1393
Untuk 0,315 m WL
Untuk 0,525 m WL
Aw = 2/3 h x ( y.s)
Untuk 0,105 m WL
Untuk 0,105 m WL
88
A = y.s x (2/3) x K
Untuk 0,105 m WL
TPC = (A /100)*
0,105m WL
Cw = A /(h x 10 x BWL)
0,105m WL
89
Cp = /(A xhx10)
0,105m WL
Cp = 0,1359/(0,0733x0,6998x10) = 0,2650
0,315m WL
Cp = 1,2268/(0,2341x0,7834x10) = 0,6689
0,525m WL
Cp = 2,6362/(0,4143x0,8197x10) = 0,7762
12. Perhitungan C
C = (A )/BWLx d)
0,105m WL
C = 0,0733/0,707x0,105 = 0,9868
0,315m WL
C = 0,2341/0,9628x0,315 = 0,7719
0,525m WL
C = 0,4143/1,0342x0,525 = 0,7631
13. Perhitungan Cb
Cb = /(hx10xBWLxd)
0,105m WL
Cb = 0,1359/(0,6998x10x0,707x0,105) = 0,2615
0,315m WL
Cb = 1,2268/(0,7834x10x0,9628x0,315) = 0,5163
0,525m WL
Cb = 2,6362/ (0,8197x10x1,0342x0,525) = 0,5924
14. Perhitungan Cvp
Cvp = /(Awxd)
0,105m WL
0,105m WL
KG = I/
90
KG = 0,079948/0,1393 = 0,57409
0,315m WL
KG = 0,389203866/1,2575 = 0,30951
0,525m WL
KG = 0,011696777/2,7021 = 0,00433
16. Perhitungan KM
KM = KB+BM
0,105m WL
0,105m WL
GM = 0,66024-0,57409 = 0,086155
0,315m WL
GM = 0,51234-0,30951 = 0,20283
0,525m WL
GM = 0,31735-0,43288 = 0,31302
18. Perhitungan KG/D
0,105m WL
KG/D = 0,57409/0,525 = 1,0935
0,315m WL
KG/D = 0,30951/0,525 = 0,58954
0,525m WL
KG/D = 0,43288/0,525 = 0,00825
19. Perhitungan KML
KML = KB+BML
0,105m WL
KML = 0,0718+40,694
0,315m WL
KML = 0,1951+19,224
0,525m WL
KML = 0,3129+7,324