Anda di halaman 1dari 28

nLAPORAN KASUSLAPO

LAPORAN KASUS
HERNIA UMBILICALIS

Oleh:
dr. Jendri Hendra P

PROGRAM DOKTER INTERNSIP


PERIODE 23 FEBRUARI 2016 - 23 FEBRUARI 2017
RSUD SEJIRAN SETASON
2016
1

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
HERNIA UMBILIKACALIS
Oleh:
dr. Jendri Hendra P
Internsip RSUD Sejiran Setason, Bangka Barat
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Program Internsip Dokter
Indonesia di RSUD Sejiran Setason, Bangka Barat
periode 23 Februari 2016 - 23 Februari 2017

Muntok, 26 januari 2017

Mengetahui,

Pembimbing

dr. Ari Widiyanti, Sp.B

Pendamping I,

Pendamping II,

dr. Femmy Vionita K.

dr. Erwin Sumardi


2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Hernia merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Dapat terjadi karena
congenital ataupun karena factor-faktor perdisposisi. Hernia umbilicalis merupakan salah
satu penyakit hernia yang hampir sering dijumpai pada anak-anak dan tidak menutup
kemungkinan terjadi pada orang dewasa.
Hernia berasal dari bahasa latin yaitu herniae yang artinya menonjolnya isi suatu
rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang
lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering
terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus. Kebanyakan hernia
terjadi ketika ada sebagian usus yang keluar melalui dinding perut yang lemah, sehingga
terlihat tonjolan yang dapat dirasakan & diraba. Hernia dapat terjadi didaerah pangkal
paha, umbilicus ataupun bagian lain. Ada hernia yang sudah muncul sejak lahir, ada juga
yang berkembang dalam hitungan bulan atau tahun, tetapi ada juga hernia yang muncul
tiba-tiba.
Hernia umbilicalis adalah suatu defek pada fasia cincin umbilicalis ( fasia richet)
di dasar umbilicus yang memungkin terjadinya herniasi isi abdomen. Defek ditutupi oleh
lapisan peritoneal ( kantong hernia) dan kulit. Cincin umbilical terbuka selama hamil.
Cincin menjadi lebih kecil secara progresif seiring berkembangnya gestasi. Hernia
umbilicalis disebabkan oleh kegagalan fasia cincin umbilical untuk menutup. Sebagian
besar hernia umbilicalis terlihat pada bulan pertama kehidupan, dan hampir semuanya
terlihat pada usia 6 bulan. Hernia umbilical juga bisa terjadi karena adanya daerah yang
lemah didinding abdomen atau sekitar umbilical. apabila terdapat peningkatan tekanan
intraabdomen secara terus menerus seperti batuk, obesitas, dan kehamilan multipara
menyebabkan timbulnya penonjolan melalui umbilical.
Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada
bayi premature dan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Terdapat insidensi
yang lebih tinggi pada bayi keturunan Afrika dan Amerika. Hernia umbilicalis pada orang
dewasa merupakan lanjutan hernia umbilicalis pada anak-anak. Perbandingan antara
lelaki dan perempuan kira-kira 1:3.
3

1.2.

Tujuan
1.2.1. Tujuan umum
Tujuan umum penulisan lapkas ini adalah mampu mengetahui dan memahami
tentang penyakit hernia umbilicalis sehingga dapat mengatasi kasus hernia umbilicalis
dengan tepat dan cepat serta mampu mengedukasikan kepada pasien bagaimana
mencegah terjadinya hernia umumnya serta henia umbilicalis khususnya.
1.2.2. Tujuan khusus
Mengetahui, memahami, dan mampu menjelaskan :
a. Definisi hernia umbilicalis
b. Epidemiologi hernia umbilicalis
c. Etiologi hernia umbilicalis
d. Klasifikasi penyakit hernia umbilicalis
e. Patogenesa hernia umbilicalis
f. Patogenesa hernia umbilicalis
g. Gejala dan tanda penyakit hernia umbilicalis
h. Diagnosa hernia umbilicalis
i. Pemeriksaan fisik hernia umbilicalis
j. Pemeriksaan penunjang hernia umbilicalis
k. Diagnosa Banding hernia umbilicalis
l. Penatalaksanaan dan pengobatan hernia umbilicalis

1.3.

Manfaat
1. Mendapatkan pengetahuan secara detail tentang hernia umbilicalis
2. Mengetahui teknik anamnesis terhadap pasien hernia umbilicalis
3. Mengetahui tentang pemeriksaan fisik dan penunjang yang dibutuhkan pada pemeriksaan
hernia umbilicalis.

BAB II
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
2.1. Anatomi
2.1.1. Struktur dinding anterior abdomen
Dinding anterior abdomen dibentuk oleh:
1.
Kulit
Garis garis lipatan alami berjalan konstan dan hampir horizontal
disekitar tubuh. Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang garis lipatan
ini akan sembuh dengan sedikit jaringan parut sedangkan insisi yang menyilang
garis-garis ini akan sembuh dengan jaringan parut yang menonjol.
4

2.

Fascia superficialis
Fascia superficialis dapat di bagi menjadi lapisan luar, panniculus
adiposus (fascia Camperi) dan lapisan dalam, stratum membranosum (fascia
scarpae). Panniculus adiposus berhubungan dengan lemak superficial yang
meliputi bagian tubuh lain dan mungkin sangat tebal (3 inci [8cm] atau lebih pada
pasien obesitas).

3.

Fascia profunda
Fascia profunda pada dinding anterior abdomen hanya merupakan lapisan
tipis jaringan ikat yang menutupi otot-otot; fascia profunda terletak tepat di
sebelah profunda stratum membranosum fascia superficialis.

4.

Otot dinding anterior abdomen


Otot-otot dinding anterior abdomen terdiri atas tiga lapisan otot yang lebar,
tipis dan didepan berubah menjadi aponeurosis. Otot tersebut dari luar ke dalam
yaitu M.obliquus externus abdominis, M. obliquus internus abdominis dan M.
transverses abdominis.

5.

Fascia transversalis
Fascia transversalis merupakan lapisan fascia tipis yang membatasi
M.transversus abdominis dan melanjutkan diri sebagai lapisan sama yang melapisi
diaphragma dan M.iliacus.

6.

Lemak extraperitoneal
Lemak extraperitoneal merupakan selapis tipis jaringan ikat yang
mengandung lemak dalam jumlah yang bervariasi dan terletak diantara fascia
transversalis dan peritoneum parietale.

7.

Peritoneum parietale
Dinding abdomen dilapisi oleh peritoneum parietale. Lapisan ini
merupakan membrana serosa tipis dan melanjutkan diri kebawah dengan
peritoneum parietale yang melapisi rongga pelvis.

2.1.2. Anatomi hernia


Hernia meliputi 3 unsur, yaitu:
1. Kantong hernia (peritoneum parietalis)
5

2. Isi (Viskus)
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia.
3. Cincin hernia
Merupakan bagian locus minoris resitence yang dilalui kantong hernia.
Isi kantong hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. Pada
abdomen isi terbanyak adalah usus halus dan omentum majus.

Gambar 1. Bagian-bagian Hernia

Gambar 2. Hernia umbilicalis

2.2. Definisi
Hernia umbilicalis merupakan suatu defek dinding abdomen persis dipusat
umbilicus, berupa herniasi isi abdomen yang hanya tertutup peritoneum dan kulit akibat
penutupan yang inkomplet dan tidak adanya fasia umbilicalis. Omentum dan usus dapat
masuk ke dalam kantong hernia,khususnya bila bayi menangis.

2.3. Epidemiologi
Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi
premature dan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Tidak ada perbedaan angka
kejadian pada bayi laki-lakidan perempuan. Terdapat insidensi yang lebih tinggi pada bayi
keturunan Afrika dan Amerika. Insiden hernia umbilicalis 8 kali lebih sering pada bayi kulit
hitam dibanding bayi kulit putih.
Hernia umbilicalis pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilicalis pada
anak-anak. Perbandingan antara lelaki dan perempuan kira-kira 1:3. Hernia ini lebih sering
terjadi pada wanita di usia 50-60 tahun. Diagnosis mudah dibuat seperti halnya pada anakanak. Inkarserasi lebih sering terjadi dibandingkan dengan anak-anak.

2.4. Etiologi
Hernia umbilicalis pada bayi dan anak terjadi karena defek fasia di daerah umbilicus
dan manifestasinya terjadi setelah lahir. Selama kehamilan, tali pusat melewati sebuah
lubang di dinding perut bayi. Pembukaan ini harus menutup sebelum kelahiran, tetapi dalam
beberapa kasus otot-otot tidak menutup sepenuhnya. Hal ini membuat titik lemah pada
dinding otot sekitarnya (dinding perut). Burut dapat berkembang ketika jaringan lemak atau
bagian dari usus pokes melalui ke daerah dekat pusar.
Waktu lahir pada fasia terdapat celah yang hanya dilalui tali pusat. Setelah
pengikatan, puntung tali pusat sembuh dengan granulasi dan epitelisasi terjadi dari pinggir
kulit sekitarnya.Waktu lahir banyak bayi dengan hernia umbilikalis karena defek yang tidak menutup
sempurna dan linea alba tetap terpisah. Pada bayi prematur defek ini lebih sering ditemukan.
Defek ini cukup besar untuk dilalui peritoneum, bila tekanan intraabdomen meninggi,
peritoneum dan kulit akan menonjol dan berdekatan.
Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia umbilicalis yaitu peningkatan tekanan
intraabdomen dan melemahnya dinding abdomen. Tekanan yang meningkat pada abdomen
terjadi karena:
1. Mengangkat beban berat

2. Batuk PPOK
3. Tahanan saat miksi BPH atau karsinoma
4. Tahanan saat defekasi konstipasi atau obstruksi usus besar
5. Distensi abdomen yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan intraabdomen
6. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau ganas, kehamilan,
lemak tubuh.
Kelemahan dinding abdomen terjadi karena :
1. Umur yang semakin bertambah
2. Malnutrisibaik makronutrien (protein, kalori) atau mikronutrien (misalnya: Vit. C)
3. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
4. Abnormal metabolisme kolagen.
Seringkali, berbagai faktor terlibat. Sebagai contoh, adanya kantung
kongenital yang telah terbentuk sebelumnya mungkin tidak menyebabkan hernia
sampai kelemahan dinding abdomen akuisita atau kenaikan tekanan intraabdomen
sehingga menyebabkan isi abdomen memasuki kantong tersebut.

2.5. Klasifikasi
Hernia umbilicalis dapat diklasifikasikan atas 3 yaitu:
1. Hernia umbililicalis congenital / omphalocele
Omphalocele adalah herniasi atau tonjolan (protusi) isi abdomen ke dasar tali pusat. Berbeda
dengan hernia umbilicalis yang lebih lazim, kantongnya tertutup oleh peritoneum tanpa penumpangan
kulit. Besarnya kantong yang terletak di luar rongga abdomen bergantung pada isinya. Omphalocale
terjadi karena sebagian usus tengah (midgut) gagal kembali ke dalam cavitas abdominalis dari selom
extraembrional pada masa kehidupan janin.
2. Hernia umbilicalis infantile didapat
8

Merupakan hernia kecil yang kadang-kadang terjadi pada anak-anak. Terjadi pada 5% bayi kulit
putih dan 20% bayi kulit hitam. Disebabkan oleh kelemahan parut umbilicus pada line alba. Sebagian
besar akan menjadi lebih kecil dan menghilang tanpa pengobatan seiring dengan membesarnya cavitas
abdominalis.
3. Hernia umbilicalis didapat pada orang dewasa
Hernia ini lebih sering terjadi pada wanita yang obesitas dan multipara. Lebih tepatnya dianggap
sebagai hernia paraumbilicalis. kantong hernia tidak menonjol melalui parut umbilicalis, tetapi melalui
linea alba pada daerah umbilicus. Hernia paraumbilicalis lambat laun bertambah besar dan tergantung ke
bawah. Leher badan kantong sering berisis lengkung-lengkung usus halus dan usus besar dan omentum.
Hernia paraumbilicalis jauh lebih sering pada perempuan daripada laki-laki. Incarserasi dan strangulasi
sering terjadi dan harus ditangani sedini mungkin berupa pembedahan ( mayo principle).
Table 1 . umbilical hernia
Age at onset
Jenis kelamin (sex)
Ras
Incidence
Penyebab
Skin cover
Other anomalies
Ukuran leher hernia
Incarserasi
Strangulasi
Pengobatan

Omphalocale
bayi (premature)
Sama
Sama
Jarang
Congenital
Tidak ada
Sering
Besar
Jarang
Jarang
Pembedahan

Infatile
bayi (premature)
Sama
Kulit hitam > kulit putih
Very common
Congenital
Lengkap
Biasa
Kecil hingga besar
Jarang
Jarang
Observasi

Adult
Muda hingga tua
Wanita > laki-laki
Sama
Biasa
Wear and tear
Lengkap
Biasa
Jarang kecil
Sering
Sering
Pembedahan

2.6. Patogenesa
Hernia umbilicalis pada bayi dan anak terjadi karena defek fasia di daerah
umbilicus dan manifestasinya terjadi setelah lahir. Waktu lahir pada fasia terdapat celah
yang hanya dilalui tali pusat. Setelah pengikatan, puntung tali pusat sembuh dengan
granulasi dan epitelisasi terjadi dari pinggir kulit sekitarnya.Waktu lahir banyak bayi dengan
hernia umbilicalis karena defek yang tidak menutup sempurna dan linea alba tetap terpisah. Pada
bayi prematur defek ini lebih sering ditemukan. Defek ini cukup besar untuk dilalui
peritoneum, bila tekanan intraabdomen meninggi, peritoneum dan kulit akan menonjol dan
berdekatan.

Selain itu, hernia umbilicalis berkembang ketika intra abdominal mengalami


pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat
buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak
cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses
perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama
terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia
umbilicalis. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat
dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka
menyebabkan nyeri umbilical dan kerusakan jaringan. Jika bagian dari usus terperangkap
atau tidak dapat direposisi sehingga suplai darah terhambat maka terjadi kematian jaringan
(gangrene). Infeksi dapat menyebar ke seluruh rongga perut dan menyebabkan situasi
berbahaya yang mengancam jiwa.

2.7 Gejala klinis


Hernia umbilicalis umumnya tidak menimbulkan nyeri dan pada bayi sangat jarang
terjadi inkarserasi. Diagnosis tidak sukar yaitu dengan adanya defek pada umbilicus.
Sedangkan pada dewasa sering mengalami inkarserasi atau stangulasi. Jika isi hernia tidak
dapat direposisi, maka penderita merasakan nyeri jika penonjolan tersebut ditekan.
Gejala khususnya muncul berdasarkan berat-ringan hernia:
1. Reponible
Benjolan di daerah umbilicus, tampak keluar masuk (kadang-kadang terlihat
menonjol, kadang-kadang tidak). Benjolan ini membedakan hernia dari tumor yang
umumnya menetap. Ini adalah tanda yang paling sederhana dan ringan yang bisa
dilihat dari hernia eksternal.
2. Irreponible

10

Benjolan yang ada sudah menetap di daerah umbilicus. Pada hernia


umbilicalis, misalnya usus atau omentum (penggantungan usus) masuk ke dalam
rongga yang terbuka kemudian terjepit dan tidak bisa keluar lagi. Di fase ini,
meskipun benjolan sudah lebih menetap tapi belum ada tanda-tanda perubahan klinis
pada anak maupun orang dewasa.
3. Incarcerata
Benjolan sudah semakin menetap karena sudah terjadi sumbatan pada saluran
makanan di bagian tersebut. Tak hanya benjolan, keadaan klinis penderita pun mulai
berubah dengan munculnya mual, muntah, perut kembung, tidak bisa buang air besar,
dan tidak mau makan.
4. Strangulata
Ini adalah tingkatan hernia yang paling parah karena pembuluh darah sudah
terjepit. Selain benjolan dan gejala klinis pada tingkatan incarcerata, gejala lain juga
muncul, seperti demam dan dehidrasi. Bila terus didiamkan lama-lama pembuluh
darah di daerah tersebut akan mati dan akan terjadi penimbunan racun yang
kemudian akan menyebar ke pembuluh darah. Sebagai akibatnya, akan terjadi sepsis
yaitu beredarnya kuman dan toxin di dalam darah yang dapat mengancam nyawa
penderita. Sangat mungkin penderita tidak akan bisa tenang karena merasakan nyeri
yang luar biasa.

Gambar 3 dan 4. Hernia umbilicalis pada bayi

11

Gambar 5. Hernia umbilicalis pada orang dewasa

2.8 Pemeriksaan fisik


Inspeksi
Inspeksi abdomen seharusnya meliputi observasi seksama atas bentuk luar,
jaringan parut, penonjolan setempat, peristalsis yang dapat dilihat, vena terdistensi,
pengembungan flank dan penampilan umbilicus.
Pada inspeksi hernia umbilicalis yang sangat penting adalah memperhatikan
regio umbilical. Apakah ada penonjolan atau tidak. Minta pasien untuk berbaring.
Kemudian untuk mempermudah dalam penilaiannya, pada orang dewasa dengan
meminta pasien untuk batuk, sedangkan pada bayi lebih mudah dilihat saat bayi
dalam keadaan menangis. Tindakan ini dilakukan dengan maksud meningkatkan
tekanan intra abdominal, dapat menyebabkan timbulnya benjolan secara tiba-tiba
didaerah umbilicus. Jika pasien ini telah menjalani pembedahan, batuk dapat
memperlihatkan benjolan di sepanjang parut abdominal yang berkaitan dengan
hernia insisional. Pada penderita hernia umbilicalis, umbilicus tampak menonjol/
keluar dari umbilicus akibat adanya locus minores sehingga terbentuk kantong hernia
yang berisi peritoneum ataupun usus.
Auskultasi
Aukultasi bunyi usus dapat memberikan informasi mengenai gerakan udara dan
cairan didalam saluran cerna. Pemeriksa melakukan auskultasi abdomen sebelum
12

perkusi atau palpasi, berbeda dengan urutan yang biasa karena perkusi atau palpasi
dapat mengubah motilitas usus. Pada hernia reponible, pada tonjolannya pemeriksa
dapat mendengar bising usus. Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen
pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserasi).
Palpasi
Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia. Pemeriksaan seksama
untuk

lokasi, ukuran dan bentuk massa, permukaannya, konsistensi, batas,

mobilitas dan pemeriksa mencoba mendorong benjolan tersebut apakah benjolan


dapat direposisi. Juga diperiksa apakah terasa nyeri jika ditekan. Jika nyeri mungkin
terjadi hernia stangulata atau inkarserata.
Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan
hernia umbilical mengalami strangulasi. Terdengar hipertimpani dan terdengar
pekak.

2.9 Pemeriksaan penunjang


Penggunaan sinar-x atau USG diperlukan untuk melihat apakah terjadi strangulasi atau
inkarserasi.
USG
Digunakan untuk melihat apakah terjadi strangulasi atau inkarserasi.
CT dan MRI
Digunakan untuk melihat apakah terjadi strangulasi atau inkarserasi.
3.0 Diagnosis kerja
Hernia dapat didiagnosa dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik memperlihatkan
suatu defek pada fasia abdominal setinggi umbilicus. Diperiksa apakah isi hernia dapat di
reposisi kembali atau tidak. Penggunaan sinar-x atau USG diperlukan untuk melihat
apakah terjadi strangulasi atau inkarserasi.
3.1 Differensial diagnosa
13

Omphalocele
Tumor
Keloid
Lipoma
Mioma uteri

Jaringan
Kulit
Lemak
Fasia
Otot

Benjolan
Kista sebasea/ epidemoid
Lipoma
Fibroma
Tumor yang mengalami hernia melalui

Arteri

pembungkusnya
Aneurisma

3.2 Penatalaksanaan
3.2.1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi.
Reposisi adalah tindakan memasukkan kembali isi hernia ketempatnya
semula secara hati hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini
hanya dapat dilakukan pada hernia reponible dengan menggunakan kedua tangan.
Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain
memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi. Tindakkan ini terkadang dilakukan
pada hernia irreponible apabila pasien takut operasi, yaitu dengan cara

bagian

hernia dikompres dingin, penderita diberi penenang valium 10 mg agar tertidur,


pasien diposisikan trendelenberg. Setelah reposisi berhasil suntikkan zat yang
bersifat sklerotik untuk memperkecil pintu hernia.
3.2.2. Farmakologi
Terapi obat analgetik.
3.2.3. Operatif

14

Terapi hernia umbilicalis pada orang dewasa hanya dengan pembedahan.


Defek ditutup dengan mesh, dapat melalui operasi terbuka maupun operasi
laparoskopi yang memberikan nyeri minimal dan pemulihan yang cepat
pascaoperasi dibandingkan dengan operasi terbuka. Pengobatan operatif dilakukan
apabila adanya indikasi seperti hernia telah mengalami strangulasi atau inkarserasi.
Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan
hernioplasti.
A. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
B. Hernioplasti mayo
Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti Mayo.
Operasi terdiri dari imbrikasi vest-over-pants dari segmen aponeurosis superior
dan inferior. Hernia umbilikalis besar, lebih suka ditangani dengan prosthesis
(bagian alat tubuh yang hilang) yang mirip dengan perbaikan prostesis untuk
hernia insisional.
Strepping dengan plester di atas hernia dengan ataupun tanpa uang logam
yang dipertahankan selama 10-20 hari dan di ulang sampai 6-1 tahun, hal ini
dapat mempercepat penyembuhan namun masih kontroversi. Indikasi dilakukan
tindakan bedah:
Bila diameter cincin hernia < 1 cm pada umur 1 tahun, hernia mungkin
sekali akan menutup spontan. Sebaiknya ditunggu sampai pasien
berumur 3 tahun.
Bila diameter cincin hernia > 1 cm pada umur 1 tahun, kemungkinan
menutup spontan kurang, tetapi tidak ada salahnya bila ditunggu hingga
umur 3 tahun.
Bila diameter cincin hernia 2 cm atau lebih, penutupan spontan hampir
pasti tidak akan terjadi, pembedahan dapat dilakukan pada setiap saat
dalam tahun ke-2 atau ke-3.
15

3.3 Komplikasi klinis


Hernia umbilicalis dapat mengalami inkarserasi, tetapi sangat jarang terjadi.
Kalau terjadi, kerusakan usus lebih cepat dibanding pada hernia inguinal karena
cincin umbilicus kurang elastic dibanding hernia inguinal. Jika terjadi inkarserasi,
aliran darah terganggu dan terputus sehingga menyebabkan jaringan mulai mati
(nekrosis). Nekrosis jaringan bisa disertai dengan infeksi bakteri, sakit perut, muntah,
dan shock. Komplikasi lain yang mungkin pada hernia Umbilicalis termasuk
pecahnya kantung hernia, infeksi, perut kembung, pneumonia, cairan di paruparu(edema paru), perubahan warna kulit dari disfungsi hati (jaundice), perdarahan
usus dan masalah ginjal. Umbilicus yang nyeri tekan, merah dan membengkak
seharusnya memicu kecurigaan terjadinya omfalitis (infeksi umbilicus) yang
disebabkan oleh adanya sisa omfalomesenterik paten. Manifestasi inkarserasi
maupun omfalitis adalah massa yang nyeri tekan, selulitis dan demam. Dalam
membedakan kedua keadaan tersebut, adanya drainase yang purulen maupun jernih
merupakan tanda duktus omfalomesenterik paten. Massa harus diperiksa secara
cermat untuk melihat apakah mengandung isi abdomen. Ultrasonografi dapat
membantu menegakkan diagnosis.

3.4 Prognosa
Hernia umbilicalis mempunyai prognosa yang baik. Insiden

residif

bergantung pada umur, letak hernia, teknik hernioplastik atau herniotomi yang
dipilih. Hernia umbilicalis pada bayi sangat jarang residif.

Penyebab hernia

umbilicalis residif antara lain:


Kelemahan pada saat melakukan identifikasi kantong hernia
Terjadinya infeksi pada luka operasi
Kondisi yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan intra abdominal

16

3.5 Pencegahan
Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang tidak dapat dicegah,
namun langkah-langkah berikut ini dapat mengurangi tekanan pada otot-otot dan
jaringan abdomen:
Menjaga berat badan ideal
Seseorang yang obesitas memiliki resiko lebih tinggi menderita hernia
umbilicalis.
Konsumsi makanan berserat tinggi.
Buah-buahan segar, sayur-sayuran dan gandum baik untuk kesehatan. Makananmakanan tersebut kaya akan serat yang dapat mencegah konstipasi.
Mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari mengangkat
benda berat.

BAB III
LAPORAN KASUS
2.1.

Anamnesa

2.1.1 Identitas pasien


Nama

: Ny. ROSIDAWATI

Umur

: 45 tahun

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Mayang, Bangka barat

Tanggal Masuk RS

:11-12-2016

Tanggal Pemeriksaan

:11-12-2016

2.1.2. Keluhan utama


17

Adanya benjolan pada umbilikal


Rasa nyeri pada benjolan di umbilikal

2.1.3. Riwayat penyakit sekarang


Pasien rujukan dari puskemas simpang teritip dengan diagnosis susp. GEA + susp. asma
bronkial + sup.hepatitis A. Pasien mengeluh sesak nafas, batuk dirasa sejak 4 hari yang

lalu, pasien juga mengeluh terdapat benjolan di pusar dirasa kurang lebih 4 bulan
yang lalu. Benjolan terutama jelas saat pasien batuk, bersin, mengedan dan bila
diberdirikan. Tapi saat pasien berbaring, benjolan tersebut hilang atau tidak nampak.
1 minggu ini benjolan tersebut bila timbul berwarna kebiruan dan terasa nyeri. Pasien
mengatakan nyeri ulu hati, mual-mual bahkan muntah. Pasien merasakan nyeri bila
benjolan tersebut ditekan.
Pasien juga mengeluh demam sejak 1 minggu, lemas, tidak nafsu makan, BAK
(+) N, BAB (+) sedikit-sedikit warna kuning, darah (-).

2.1.4. Riwayat penyakit dahulu


- Hipertensi
- Asma
- Gastritis
2.1.6. Riwayat keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
2.1.7. Riwayat Psikososial
Pasien merasa terganggu dengan adanya penyakitnya, pasien tidak dapat beraktivitas
dengan bebas.
2.1.8. Riwayat pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
2.1.9. Riwayat kebiasaan
Pasien mengaku sering mengangkat beban berat.
2.2 PEMERIKSAAN FISIK
KESAN UMUM

: Tampak sakit sedang

KESADARAN

: Compos mentis
18

TANDA VITAL

:
Suhu : 37,0 0C
TD

: 150/90 mmHg

HR

: 98 x/menit

RR

: 25 x/menit

2.3 STATUS GENERALIS


Kepala

: Normochepali

Mata

: Edema Periorbita (-/-),Konjungtiva anemis (+/+)


Sklera ikterus (-/-) Reflex cahaya (+/+), pupil isokhor

Hidung

: Sekret (-)

Mulut

: sianosis (-), Lidah kotor (-)

Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T1/T1


Telinga: Sekret (-), Darah (-)
Leher

: Pembesaran KGB dada teraba

Paru

:
I

: Pergerakan dada simetris, Retraksi dinding dada (-)

: Vokal Fremitus kanan=kiri

: Sonor pada semua lapang paru

:Vesikuler (+/+), wheezing (+/+), ronki (-/-)

Jantung

: BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)

Abdomen

: Cembung, lebih tinggi dari dinding dada,tampak benjolan di umbilikus sebesar


telur puyuh, warna kebiruan.

: BU (+) N
19

: soepel, nyeri tekan (+) pada benjolan, tidak dapat masuk ke perut, hepar dan lien
tidak teraba membesar

: tympani (+)

Ekstremitas

: Akral hangat (+/+), Edema (+/+) ektremitas bawah

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Darah Rutin tanggal 11 Desember 2016
Hemoglobin
8,1
Leukosit
8.600
Trombosit
429.000
Hematokrit
22%
Diff Count

13,2-17,3
5.000-10.000
150.000-440.000
40-52

Basofil

0-1

Eosinofil

12

1-3

Segmen

66

43-65

Limfosit

18

20-46

Monosit

2-8

Pemeriksaan Urinalisa tanggal 11 Desember 2016


Jenis Pemeriksaan
Hasil
Warna
Kuning agak keruh
Ph
6,5
Berat Jenis
1,010
Leukosit
(-) leu/ul
Blood
(-) ery/ul
Urobilin
-mg/dl
Bilirubin
Protein
+++
Nitrit
Keton
+
Glukosa
Pemeriksaan Elektrolit 11 desember 2016
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Na
144 mmol/L
K
3,5 mmol/L
20

Nilai Rujukan
4,8-7,8
1,003-1,030
Negatif ( <25 )
Negatif (<10)
Normal (<2)
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif (<50)
Nilai Rujukan
136-146
3,5-5,0

Cl

99 mmol/L

98-106

Pemeriksaan fungsi ginjal 11 desember 2016


Jenis Pemeriksaan
Hasil
Ureum
41,1 mg/dl
Creatinin
1,4 mg/dl
Albumin hati
3,8 g/dl

Nilai Rujukan
10-50 mg/dl
0,5-1,1 mg/dl
4,0-5,2 g/dl

2.5DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : - hernia umbilikalis incaserata
- Anemia
- Asma bronkial
- HHD
- CKD
- Gastritis
2.6 DIANOSA BANDING :

Omphalocele
Tumor
Lipoma
Mioma uteri

2.7 RENCANA TERAPI


- IVFD RL 8 tpm makro
- Nebu ; Combivent +Nacl + Bisolvon /8 jam
- Inj. Omeperazol 1x1 vial
- Inj. Furosemid 1x1 amp
- Inj.ketorolac 3x1 amp
21

Inj. Cefotaxim 2x1gr


Sucralfat 3x1C
Micardis 1x40 po
Spironolakton 1x25 mg po

FOLLOW UP
S

12 desember 2016
13 desember 2016
Nyeri pada benjolan umbilicus, batuk Lemas, benjolan semakin nyeri, sesak agak

(+), Sesak agak berkurang,


KU: CM, TSS

berkurang, mual,tidak nafsu makan


KU:CM, TSS

TD: 100/70 mmHg

TD: 100/70 mmHg

Nadi: 80x/menit

Nadi: 80x/menit

Suhu: 370C

Suhu: 37,0C

Pernafasan: 22x/menit

Pernafasan: 20x/menit

PF: abd : BU (+) ,nyeri pada benjolan

PF: abd : BU (+) , hipertimpani, nyeri pada

Eks :bengkak kedua tungkai berkurang

benjolan

Anemia

Anemia

Asma bronkial

Asma bronkial

HHD

HHD

CKD

CKD

IVFD RL 8 tpm makro


Nebu ; Combivent +Nacl +

Susp Mioma uteri


- IVFD RL 8 tpm makro
- Nebu ; Combivent +Nacl +

Bisolvon /8 jam
Inj. Omeperazol 1x1 vial
Inj. Furosemid 1x1 amp
Inj.ketorolac 3x1 amp
Inj. Cefotaxim 2x1gr
Sucralfat 3x1C
Micardis 1x40 po
Spironolakton 1x25 mg po
Tranfusi PRC 300 cc

Bisolvon /8 jam
Inj. Omeperazol 1x1 vial
Inj. Furosemid 1x1 amp
Inj.ketorolac 3x1 amp
Inj. Cefotaxim 2x1gr
Sucralfat 3x1C
Micardis 1x40 po
Spironolakton 1x25 mg po
Konsul obgin, rencana usg

22

13 Desember 2016
Pemeriksaan Darah Lengkap
Parameter
Hb
Leukosit
Trombosit
Ht
Eritrosit
Diff Count
Basofil
Eosinofil
Segmen
Lymfosit
Monosit

Nilai
10,8
7.560
370.000
31
4,53

Satuan
Gr%
mm3
mm3
%
jt/ mm3

Nilai Normal
13,5-16,5
4.000-10.000
150.000-400.000
40-46
4-5jt

0
3
32
33
12

%
%
%
%
%

0-1
1-3
43-65
20-46
2-8

Hasil USG 13 desember 2016 :

23

Organ reproduksi dalam batas normal


Tidak ada kelainan

14 Desember 2016
16 Desember 2016
Lemas, benjolan semakin nyeri, sesak Ku ; baik, nyeri pada kebas OP.
agak berkurang, mual, muntah, tidak

nafsu makan, perut kembung.


KU:CM, TSS

KU:CM, TSS

TD: 100/70 mmHg

TD: 120/80 mmHg

Nadi: 80x/menit

Nadi: 80x/menit

Suhu: 37,0C

Suhu: 37,0C

Pernafasan: 20x/menit

Pernafasan: 20x/menit

PF: abd : BU (+) , hipertimpani, nyeri I : datar, rembes +


pada

benjolan,

warna

kebiruan, A : BU +

benjolan tidak dapat masuk ke perut.

P : NT +

Pada benjolan auskultasi BU (+)


A

Anemia

Hernia umbilicalis, post hernioraphy hari

Asma bronkial

ke 1

HHD

Anemia

CKD

Asma bronkial

Hernia umbilical susp. incaserata

HHD

IVFD RL 8 tpm makro


Nebu ; Combivent +Nacl +

Bisolvon /8 jam
Inj. Omeperazol 1x1 vial
Inj. Furosemid 1x1 amp
Inj.ketorolac 3x1 amp
Inj. Cefotaxim 2x1gr
Sucralfat 3x1C
Micardis 1x40 po
Spironolakton 1x25 mg po

CKD
- Diet cair NGT
- IVFD RL : D5 % 20 TPM
- Cefotaxim 2x1 gr
- Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Inj. Dexametason 3x1 amp
- Inj. Ketorolac 3x1 amp
- Inj. Furosemid 1x1 amp
- Sucralfat 3x1 C
- Spironolacton 1x25 mg PO
- Micardis 1x40 mg
- GV pagi sore
24

Pasang NGT dialirkan,


Konsul anastesi rencana oprasi
besok

S
O

17 Desember 2016
Ku ; baik, nyeri pada kebas OP.
KU:CM, TSS

21 Desember 2016
Ku ; baik, nyeri pada kebas OP.
KU:CM, TSS

TD: 110/70 mmHg

TD: 100/60 mmHg

Nadi: 80x/menit

Nadi: 80x/menit

Suhu: 37,0C

Suhu: 36,50C

Pernafasan: 20x/menit

Pernafasan: 20x/menit

I : datar, rembes +

I : datar, rembes -

A : BU +

A : BU +

P : NT +

P : NT +

Anemia

Anemia

Asma bronkial

Asma bronkial

HHD

HHD

CKD

CKD

Hernia umbilicalis, post hernioraphy Hernia umbilicalis, post hernioraphy hari


hari ke 2
P

- Diet cair NGT


- IVFD RL : D5 % 20 TPM
- Cefotaxim 2x1 gr
- Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Inj. Dexametason 3x1 amp
- Inj. Ketorolac 3x1 amp
- Inj. Furosemid 1x1 amp
- Sucralfat 3x1 C
- Retaphyl 1x1
- Spironolacton 1x25 mg PO
- Micardis 1x40 mg
- GV pagi sore

ke 6
- Gv luka pagi sore
- Ciprofloxacin 2x1
- Dexamethason 3x1
- Na diclofenac 2x1
- Ranitidin 2x1
- Sucralfat 3x1 C
- Retaphyl 1x1
- Spironolacton 1x25 mg PO
- Micardis 1x40 mg
- Rawat jalan

25

BAB IV
KESIMPULAN
Hernia adalah menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada
dinding rongga. Dinding rongga yang lemah membentuk suatu kantong dengan berupa cincin.
Hernia umbilicalis adalah suatu defek pada fascia cincin umbilical di dasar umbilicus yang
memungkin terjadinya herniasi isi abdomen. Defek ditutupi pleh lapisan peritoneal dan kulit.
Hernia umbilicalis disebabkan oleh kagagalan fasia cincin umbilical untuk menutup dan juga
bisa terjadi karena adanya peningkatan tekanan intraabdomen secara terus-menerus.
Manifestasi klinis dari hernia umbilicalis adalah adanya massa atau tonjolan pada
abdomen area umbilicus. Penderita jarang merasakan nyeri. Jika terjadi inkarserasi atau
strangulasi, aliran darah terganggu dan terputus sehingga menyebabkan jaringan mulai mati
(nekrosis). Nekrosis jaringan bisa disertai dengan infeksi bakteri, sakit perut, muntah, dan shock.
Jika sudah terjadi strangulasi atau incarserasi penanganan segera adalah dengan operasi.
Sebagian besar hernia umbilicalis pada bayi menutup secara spontan tanpa intervensi medis atau
bedah pada usia 4 tahun.

26

DAFTAR PUSTAKA

Ellis, Harold, Sir Roy Calne, dkk. 2008. General Surgery 11th edition. Singapore: Blackwell
Publishing.
Gleadle, Jonathan. 2005. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Glynn, Thomas J.Mc, John W.Burnside. 1995. Adams Diagnosis Fisik Edisi 17. Jakarta: EGC.
Greenberg. Michael I. 2007. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan. Jakarta: Erlangga.
Manthey, D. Hernia. http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm. (diakses tanggal
12 januari 2017).
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: EGC.
Moore, Keith L, Anne M.R.Agur. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates.
Nelson, Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: EGC.
Newell, Simon J, Jonathan C.Darling. 2008. Paediatrics 8th edition. Singapore: Blackwell
Publishing.
Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC.
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: EGC.
Swartz, Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC.

27

Wolf, Stewart. 1989. Diagnosis Abdomen. Jakarta: EGC.

28

Anda mungkin juga menyukai