Asuhan Keperawatan Bronkiektasis
Asuhan Keperawatan Bronkiektasis
TENTANG
BRONKIEKTASIS
DOSEN PEMBIMBING
Ns. Reni Fitria S.kep
Di susun oleh:
Syandora Putra
Nim : 1302020
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi bronkus yang
bersifat patologis dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut menyebabkan berkurangnya aliran
udara dari dan ke paru-paru. Dengan alasan ini, bronkiektasis digolongkan dalam penyakit paru
obstruktif kronik, yang bermanifestasi sebagai peradangan saluran pernafasan dan mudah kolaps,
lalu menyebabkan obstruksi aliran udara dan menimbulkan sesak, gangguan pembersihan mukus
yang biasanya disertai dengan batuk dan kadang-kadang hemoptisis.
Individu mungkin mempunyai predisposisi terhadap bronkiektasis sebagai akibat infeksi
pernapasan pada masa kanak-kanaknya, campak, influenza, tuberculosis, dan gangguan
immunodefisiensi. Setelah pembedahan, bronkiektasis dapat terjadi ketika pasien tidak mampu
untuk batuk secara efektif, dengan akibat lendir menyumbat bronchial dan mengarah pada
atelektasis.
B.
Tujuan
Penulisan makalah ini ialah untuk mengetahui bagaimana definisi, penyebab, epidemiologi,
faktor predisposisi, patologi, pathogenesis, patofisiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, pemeriksaan
fisik dan laboratorium, diagnosis, komplikasi, prognosis, theraphy, serta penatalaksanaan
bronkiektasis.
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP DASAR TEORI PENYAKIT
A. DEFINISI
Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin disebabkan oleh
berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan,
benda-benda dari saluran pernafasan atas, dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang
berdilatasi dan pembesaran nodus limfa (Brunner & Suddart, 2002). Menurut (Soeparman &
Sarwono, 1990), bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus
yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muscular dinding
bronkus. Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial yang
disebabkan oleh episode pnemonitis berulang dan memanjang, aspirasi benda asing, atau massa
( mis. Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi (Hudak & Gallo,1997).
Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah satu atau lebih cabang-cabang bronkus
yang besar ( Barbara E, 1998).
B. EPIDEMIOLOGI
Bronkiektasis merupakan penyebab kematian yang amat penting pada negara-negara
berkembang. Di negara-negara maju seperti AS, bronkiektasis mengalami penurunan seiring
dengan kemajuan pengobatan. Prevalensi bronkiektasis lebih tinggi pada penduduk dengan
golongan sosioekonomi yang rendah. 1,5 Data terakhir yang diperoleh dari RSUD Dr. Soetomo
tahun 1990 menempatkan bronkiektasis pada urutan ke-7 terbanyak. Dengan kata lain didapatkan
221 penderita dari 11.018 (1.01%) pasien rawat inap.
C. ETIOLOGI
Bronkiektasis dapat terjadi karena beberapa hal, yakni :
1. Kelainan Kongenital
Dalam hal ini brokiektasis terjadi sejak individu masih dalam kandungan. Faktor
genetic atau factor pertumbuhan dan perkembangan fetus memegang peran penting.
Brokietasis yang timbul kongenital ini mempunyai ciri sebagai berikut :
a. bronkiektasis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru.
b. bronkiektasis kongenital sering menyertai penyakit-penyakit kongenital lain,
misalnya : mucoviscidosis, sindrom kartagener, hipo atau agamaglobulinemia
2. Kelainan didapat
Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan merupakan akibat
proses berikut:
a. Infeksi
Bronkiektasis sering terjadi sesudah seorang anak menderita pneumonia yang
sering kambuh dan berlangsung lama. Pneumonia ini umumnya merupakan
komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru,
dan sebagainya.
b. Obstruksi bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh berbagai
macam sebab: korpus alienum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar lainnya
terhadap bronkus.
D. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi terjadinya bronkiektasis dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Kekurangan mekanisme pertahanan yang didapat atau kongenital, biasanya kelainan
imunologi berupa kekurangan globulin gamma atau kelainan imunitas selular atau kekurangan
alfa-1antitripsin.
2. Kelainan struktur kongenital seperti fibrosis kistik, sindrom Kartagener, kekurangan kartilago
bronkus, dan kifoskoliosis kongenital.
3. Penyakit paru primer seperti tumor paru, benda asing, atau tuberkulosis paru.
E.
PATOFISIOLOGI
Menurut Brunner & Suddarth (2002) patofisiologi dari bronkiektasis dimulai dari infeksi
merusak dinding bronkial, menyebabkan kehilangan struktur pendukungnya dan menghasilkan
sputum kental yang akhirnya dapat menyumbat bronki. Dinding bronkial menjadi teregang secara
permanen akibat batuk hebat, infeksi melebar sampai ke peribronkial, sehingga dalam kasus
bronkiektasis selular, setiap tuba yang berdilatasi sebenarnya adalah abses paru, yang eksudatnya
mengalir bebas melalui bronkus. Brokiektasis biasanya setempat, menyerang lobus segmen paru.
Lobus yang paling bawah sering terkena.
Retensi sekresi dan obstruksi yang diakibatkannya pada akhirnya menyebabkan alveoli
disebelah distal obstruksi mengalami kolaps (atelektasis). Jaringan parut atau fibrosis akibat reaksi
inflamasi menggantikan jaringan paru yang berfungsi. Pada waktunya pasien mengalami
insufisiensi pernapasan dengan penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan
rasio volume residual terhadap kapasitas paru total. Terjadi kerusakan campuran gas yang di
inspirasi (ketidakseimbangan ventilasi-perfusi) dan hipoksimia.
F. KLASIFIKASI
Menurut Suyono (2001) berdasarkan atas bronkografi (bentuknya) dan patologi,
bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Bronkiektasis tabung (Tubular, Cylindrikal, Fusiform Bronchiectasis)
Bronkiektasis bentuk ini merupakan brokiektasis yang paling ringan. Bentuk ini sering
ditemukan pada bronkiektasis yang menyertai bronkiektasis kronik.
2. Bentuk kantong (Saccular Bronchiectasis)
Bentuk ini merupakan bentuk brokiektasis yang klasik Ditandai dengan dilatasi dan
penyempitan bronkus yang bersifat ireguler, bentuk ini kadang-kadang berbentuk kista.
3. Varicose Bronchiectasis
Merupakan gabungan dari kedua bentuk sebelumnya. Istilah ini digunakan karena
bronkus menyerupai varises pembuluh vena.
G. GEJALA KLINIS
Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronkiektasis tergantung pada luas dan
beratnya penyakit, lokasi kelainannya dan ada atau tidak adanya komplikasi lanjut. Ciri khas
penyakit ini adalah adanya hemoptisis dan pneumonia berulang. Gejala dan tanda klinis tersebut
dapat demikian hebat pada penyakit yang berat, dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala penyakit
yang ringan. Tanda dan gejala dari bronkiektasis diantaranya ialah sebagai berikut :
1. Batuk
Hemoptisis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik, jumlah
sputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak pada pagi hari sesudah ada posisi tidur atau
bangun dari tidur. Sputum terdiri atas tiga lapisan :
a. Lapisan teratas agak keruh, terdiri atas mucus
b. Lapisan tengah jernih terdiri atas saliva
c. Lapisan terbawah keruh, terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang
rusak
2. Hemoptisis
Terjadi akibat nekrosis atau dekstruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah
(pecah) dan timbul pendarahan.
3. Sesak napas (dispnea)
Timbulnya sesak napas tergantung pada luasnya bronkiektasis, kadang-kadang
menimbulkan suara mengi akibat adanya obstruksi bronkus.
4. Demam berulang
Bronkiektasis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi
berulang pada bronkus maupun pada paru, sehingga sering timbul demam (demam berulang)
5. Kelainan Fisik
a. Sianosis
b. Jari tabuh (clubbing finger)
b. Bronki basah
c. Wheezing
H. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum meliputi volume sputum, warna sputum, sel-sel dan bakteri
dalam sputum. Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen
dan mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Apabila ditemukan sputum berbau
busuk menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob.
b. Pemeriksaan darah tepi
Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang ditemukan adanya leukositosis
menunjukkan adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan adanya infeksi yang
menahun.
c. Pemeriksaan urine
Ditemukan dalam batas normal, kadang
serta
gambaran kistik dan batas-batas permukaan udara cairan. Paling banyak mengenai lobus
paru kiri, karena mempunyai diameter yang lebih kecil kanan dan letaknya menyilang
mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri dan lobus medius paru kanan.
b. Pemeriksaan bronkografi
Bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana untuk
mengevaluasi penderita yang akan dioperasi yaitu penderita dengan pneumoni yang
terbatas pada suatu tempat dan berulang yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah
mendapat pengobatan konservatif
Bronkografi dilakukan sertalah keadaan stabil, setalah pemberian antibiotik dan postural
drainage yang adekuat sehingga bronkus bersih dari sekret.
7. Sinusitis
Keadaan ini sering di temukan dan merupakan bagian darikomplikasi bronkiektasis
pada saluran nafas.
8. Kor pulmonal kronik (KPK)
Komplikasi ini sering terjadi pada pasien bronkiektasis yang berat dan lanjut atau
mengenai beberapa bagian paru. Pada kasus ini bila terjadi anastomosis cabang-cabang arteri
dan vena pulmonalis pada dinding bronkus (bronkiektasis), akan terjadi arerio-venous shunt,
terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul seanosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia.
Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor-polmonal kronik. Selanjutnya
dapat terjadi gagal jantung kanan.
9. Kegagalan pernafasan
Merupakan komplikasi paling akhir yang timbul pada pasien bronkiektasis yang berat
dan luas.
10. Amiloidosis
Pada pasien yang mengalami komplikasi amiloidosis ini sering ditemukan pembesaran
hati dan limpa serta proteinoria.
J. THERAPHY
1. Antibiotik: Obat ini diberikan untuk membantu mencegah atau mengobati infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. Seperti Ampisillin, Kotrimoksasol, atau amoksisilin selama 5- 7
hari pemberian.
2. Obat Anti-inflamasi : Ini juga dikenal sebagai non-steroid anti-inflammatory drugs atau
NSAIDs.
Mereka
mungkin
membantu
mengurangi
rasa
sakit
dan
peradangan
(pembengkakan). Obat ini dapat menyebabkan perdarahan lambung atau masalah ginjal pada
orang-orang tertentu.
3. Ekspektoran : Obat-obatan ini akan membantu agar dahak (lendir dari paru-paru) menjadi
lebih tipis. Ketika dahak meniipis, mungkin lebih mudah untuk batuk dan meludah keluar.
Hal ini dapat membantu agar dapat bernapas lebih mudah.
4. Imunoglobulin : obat ini dapat diberikan untuk membantu sistem kekebalan tubuh untuk
melawan infeksi.
5. Steroid : Obat steroid dapat membantu untuk membuka saluran udara sehingga dapat
bernapas lebih mudah.
6. Bedah : Hal ini dilakukan untuk menghilangkan bagian yang rusak dari paru-paru.
Pembedahan biasanya hanya dilakukan jika pengobatan dengan obat-obatan telah gagal
K. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan pasien bronkiektasis terdiri atas dua kelompok, yaitu :
1. Pengobatan konservatif
1. Pengelolaan umum
Ditujukan terhadap semua pasien bronkiektasis, meliputi :
c. Pengobatan hemoptosis
Tindakan yang perlu segera diberikan adalah upaya menghentikan perdarahan
tersebut. Apabila perdarahan cukup banyak (masif), mungkin merupakan
perdarahan
arterial
yang
memerlukan
tindakan
operatif
segera
untuk
menghentikan perdarahannya.
d. Pengobatan demam
Diberikan antibiotik yang sesuai dosis cukup, dan perlu ditambahkan obat
antipiretik seperlunya.
2. Pengobatan pembedahan
a. Tujuan pembedahan : mengangkat segmen/lobus paru yang terkena.
b. Indikasi pembedahan :
Pasien bronkiektasis yang terbatas dan resektabel yang tidak berespon terhadap
tindakan-tindakan konservatif yang adekuat. Pasien perlu dipertimbangkan untuk
operasi.
Pasien bronkiektasis yang terbatas, tetapi sering mengalami infeksi berulang atau
hemoptisis yang berasal dari daerah tersebut. Pasien dengan hemoptisis massif seperti
ini mutlak perlu tindakan operasi.
Keluhan utama yang sering muncul pada pasien dengan penyakit bronkiektasis
antara lain : Batuk pilek terus menerus, sesak nafas, nyeri di daerah dada pada saat
bernafas, dan sianosis.
2 . Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan penyakit bronkiektasis biasanya di awali dengan Batuk pilek
yang di sertai peningkatan produksi sekret, nyeri pleura, penurunan nafsu makan dan berat
badan di tandai sianosis.
3. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakanjuga apakah pasien sebelumnya pernah menderita penyakit
lain seperti : TB paru, DM, Asma dan lain-lain. Hal ini perlu di ketahui untuk melihat ada
tidaknya faktor predisposisi.
4 . Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama atau mungkin penyakit-penyakit lain yang mungkin dapat menyebabkan penyakit
bronkiektasis.
C. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1.
2.
3.
4.
5.
Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau harus dibantu oleh
6.
7.
penyakit emfisema biasanya mengalami sesak nafas, batuk, dan nyeri di daerah dada.
Rasa Aman
Kaji pasien apakah merasa cemas atau gelisah dengan sakitnya.
9. Sosialisasi dan Komunikasi
Observasi apakah pasien mampu berkomunikasi dengan keluarganya, seberapa besar
8.
dukungan keluarganya.
D. Pemeriksaan Fisik
1.
2.
Mata ( kanan/kiri )
Posisi mata simetris, konjungtiva merah muda, skelera putih, dan pupil isokor, dan
respon cahaya baik.
3.
Hidung
Simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakkan, dan berfungsi dengan baik.
4.
5.
Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, dan pendengaran tidak terganggu.
6.
Leher
Kelenjer getah bening, sub mandibula, dan sekitar telinga tidak ada pembesaran.
7.
Dada/ thorak
a. bentuk
b. irama nafas
8. Kardiovaskular
a. Irama jantung regular; S1,S2 tunggal.
b. Nyeri dada ada, biasanya skala 6 dari 10
c. Akral lembab
d. Saturasi Hb O2 hipoksia
9. Persyarafan
a. Keluhan pusing ada
b. Gangguan tidur ada
10. Perkemihan B4 (bladder)
a. Kebersihan normal
b. Bentuk alat kelamin normal
c. Uretra normal
11. Pencernaan
a. Anoreksi disertai mual
b. Berat badan menurun
12. Muskuloskeletal/integument
a. Berkeringat
b. Massa otot menurun
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret, tertahannya sekret, sekret kental.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dispnea, produksi sputum, mual/muntah
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis, malnutrisi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi/tidak mengenal sumber
informasi
Intervensi
a. Mandiri
Kaji warna, kekentalan dan jumlah sputum.
Rasional : Karakteristik sputum dapat menunjukan berat ringannya obstruksi
Kaji / pantau frekuensi pernafasan.
Rasional : Tacipneu biasanya ada pada beberapa derajat dapat ditemukan pada
ASKEP KASUS
A. PENGKAJIAN
1. identitas
Nama klien
Umur
No rm
Tanggal MRS
Tanggal Pengkajian
Pekerjaan
: Tn. B
: 35 Tahun
: 1302020
: 08-04-2015
: 08-04-2015
: Petani
2. Keluhan utama
Smrs
Saat pengkajian
DAFTAR PUSTAKA
Aru W. Sudoyo. 2006. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid II, Edisi IV. Jakarta : FKUI
M.E.
(2000).
Rencana
asuhan
keperawatan
pedoman
untuk
perencnaan