09.13
1.
2 comments
PENDAHULUAN
Abses hati telah dikenal sejak zaman Hippocrates (400 SM). Sampai sekarang penyakit ini
masih merupakan masalah di bagian bedah dengan angka morbiditas dan mortilitas yang tinggi .
Penyakit ini banyak ditemukan pada anak di negara ber-kembang,terutama yang tinggal di
daerah tropis dan subtropis.
Pada tahun 1938, Ochsner dkk (dikutip oleh Nickloes TA, 2009) pertama kali melaporkan suatu
serial kasus abses hati piogenik dengan case fatality rate 77%. Diagnosis dini dan terapiyang adekuat
berhubungandengan hasil yang lebih bagus. Kemajuan di bidang radiologi diag-nostik dan intervensi
selama 3 dekade terakhir telah menghasilkan suatu prosedur invasif yang minimal dalam tatalaksana
penyakit ini. Kombinasi antibiotik dengan teknik drainase perkutaneus merupakan terapi yang banyak
digunakan, namun sebagian kecil pasien tidak mengalami perbaikan dengan metoda ini sehingga
tindakan pembedahanmerupakan pilihan terakhirnya.
Insiden abses hati amebik di RS di Indonesia berkisar antara 5-15% pasien pertahun. Penelitian
epidemiologi di Indonesia menunjukkan penderita abses hati amebik pada pria memiliki rasio 3,4-8,5
kali lebih besar dibandingkan dengan wanita.
2.
ANATOMI FISIOLOGI
Hepar merupakan organ berbentuk biji dalam tubuh kita dengan berat 1,5 kg pada orang
dewasa. Letaknya, terdapat pada bagian atas dalam rongga abdomen disebelah kanan bawah
diafragma. Hati secara luas dilindungi tulang iga.
Hepar terbagi atas dua lapisan utama; pertama, permukaan atas berbentuk tembung, terletak di
bawah diafragma, kedua, permukaan bawah tidak rata dan memperhatikan lekukan fisura
transfersus. Fisura longitudional memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya
hati dibagi empat belahan; lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudata, dan lobus quadratus.
Hati mempunyai 2 jenis peredaran darah yaitu; Arteri hepatica dan Vena porta. Vena hepatica,
keluar dari aorta dan memberikan 1/5 darah dalam hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95-100 %
masuk ke hati akan membentuk jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler Vena, akhirnya
keluar sebagai Vena hepatica. Vena porta terbentuk dari lienalis dan Vena mesentrika superior
menghantarkan 4/5 darahnya ke hati, darah ini mempunyai kejenuhan 70% sebab beberapa O 2 telah
diambil oleh limfe dan usus, guna darah ini membawa zat makanan ke hati yang telah diabsorbsi oleh
mukosa dan usus halus.
Hati dapat dianggap sebagai sebuah pabrik kimia yang membuat, menyimpan, mengubah dan
mengekskresikan sejumlah besar substansi yang terlibat dalam metabolisme. Lokasi hati sangat
penting dalam pelaksanaan fungsi ini karena hati menerima darah yang kaya nutrien langsung dari
traktus gastrointestinal; kemudian hati akan menyimpan atau mentransformasikan semua nutrient ini
menjadi zat-zat kimia yang digunakan dibagian lain dalam tubuh untuk keperluan metabolik. Hati
merupakan organ yang penting khususnya dalam pengaturan metabolisme glukosa dan protein. Hati
membuat dan mengekresikan empedu yang memegang peran uatama dalam proses pencernaan
serta penyerapan lemak dalam tractus gastrointestinal. Organ ini mengeluarkan limbah produk dari
dalam aliran darah dan mensekresikannya ke dalam empedu.
Fungsi metabolic hati terdiri dari; mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang
disimpan di suatu tempat dalam tubuh, dikeluarkannnya sesuai dengan pemakaiannya dalam
jaringan. Kedua; mengeluarkan zat buangan dan bahan racun untuk diekresikan dalam empedu dan
urin. Ketiga; menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen. Keempat; sekresi empedu
garam empedu dibuat di hati di bentuk dalam system retikula endothelium dialirkan ke empedu.
Kelima; pembentukan ureum, hati menerima asam amino diubah menjadi ureum dikeluarkan dari
darah oleh ginjal dalam bentuk urin. Keenam; menyimpan lemak untuk pemecahan berakhir asam
karbonat dan air.
Selain itu hati juga berfungsi sebagai penyimpan dan penyebaran berbagai bahan, termasuk
glikogen, lemak, vitamin, dan besi, vitamin A dan D yang dapat larut dalam lemak disimpan di dalam
hati. Hati juga membantu mempertahankan suhu tubuh secara luasnya organ ini dan banyaknya
kegiatan metabolisme yang berlangsung mengakibatkan darah banyak mengalir melalui organ ini
sehingga menaikkan suhu tubuh.
3.
PENGERTIAN
Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan disebabkan oleh bakteri,
protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses dapat terjadi di kulit, gusi, tulang, dan organ tubuh
seperti hati, paru-paru, bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna merah dan menggembung,
biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas setempat (Microsoft Encarta Reference Library, 2004)
Abscess adalah kumpulan nanah setempat dalam rongga yang tidak akibat kerusakan jaringan,
Hepar adalah hati (Dorland, 1996).
Jadi Abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh infeksi.
4.
KLASIFIKASI
Pada umumnya abses hati dibagi dua yaitu
a.
b.
Insiden (%)
.. 50 70
.. 35 45
Fusdaacterium nucleatum
Klebsiella
Bacteroides
Proteus
Bacteroides fragil
Serratia
Peptostreptococus
Morganella
Actinomyces
Actinolbacter
Clostridium
Aerobgaram-positif
Streptococcus faecalis
Streptokokus B
Sterptokokus A
Stafilokokus
6.
Organisme
Anaerob
PATOFISIOLOGI
.. 25
Insidensi (%)
.. 40 50
Kuman yang masuk kedalam tubuh akan menyebabkan kerusakanakan jaringan dengan cara
mengeluarkan toksin. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik (sintesis), kimiawi yang secara
spesifik mengawali proses peradangan atau melepaskan endotoksin yang ada hubunganya dengan
dinding sel. Reaksi hipersensitivitas terjadi bila ada perubahan kondisi respon imunologi
mengakibatkan perubahan reaksi imun yang merusak jaringan. Agent fisik dan bahan kimia oksidan
dan korosif menyebabkan kerusakan jaringan,kematian jaringan menstimulus untuk terjadi infeksi.
Infeksi merupakan salah penyebab dari peradangan, kemerahan merupakan tanda awal yang terlihat
akibat dilatasi arteriol akan meningkatkan aliran darah ke mikro sirkulasi kalor terjadi bersamaan
dengan kemerahan bersifat lokal. Peningkatan suhu dapat terjadi secara sistemik.
Akibat endogen pirogen yang dihasilkan makrofaq mempengaruhi termoregulasi pada suhu lebih
tinggi sehingga produksi panas meningkat dan terjadi hipertermi. Peradangan terjadi perubahan
diameter pembuluh darah mengalir keseluruh kapiler, kemudian aliran darah kembali pelan. Sel-sel
darah mendekati dinding pembuluh darah didaerah zona plasmatik. Leukosit menempel pada epitel
sehingga langkah awal terjadi emigrasi kedalam ruang ekstravaskuler lambatnya aliran darah yang
mengikuti Fase hyperemia meningkatkan permiabilitas vaskuler mengakibatkan keluarya plasma
kedalam jaringan, sedang sel darah tertinggal dalam pembuluh darah akibat tekanan hidrostatik
meningkat dan tekanan osmotik menurun sehingga terjadi akumulasi cairan didalam rongga
ekstravaskuler yang merupakan bagian dari cairan eksudat yaitu edema. Regangan dan distorsi
jaringan akibat edema dan tekanan pus dalam rongga abses menyebabkan rasa nyeri. Mediator
kimiawi, termasuk bradikinin, prostaglandin, dan serotonin merusak ujung saraf sehingga
menurunkan ambang stimulus terhadap reseptor mekanosensitif dan termosensitif yang menimbulkan
nyeri. Adanya edema akan mengganggu gerak jaringan sehingga mengalami penurunan fungsi
tubuh yang menyebabkan terganggunya mobilitas litas.
Inflamasi terus terjadi selama, masih ada pengrusakan jaringan bila penyabab kerusakan bisa
diatasi, maka debris akan difagosit dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan.
Reaksi sel fagosit yang berlebihan menyebabkan debris terkumpul dalam suatu rongga membentuk
abses di sel jaringan lain membentuk flegmon. Trauma yang hebat menimbulkan reaksi tubuh yang
berlebihan berupa fagositosis debris yang diikuti dengan pembentukan jaringan granulasi vaskuler
untuk mengganti jaringan yang rusak (fase organisasi), bila fase destruksi jaringan berhenti akan
terjadi fase penyembuhan melalui jaringan granulasi fibrosa. Tapi bila destruksi jaringan berlangsung
terus akan terjadi fase inflamasi kronik yang akan sembuh bila rangsang yang merusak hilang.
Abses yang tidak diobati akan pecah dan mengeluarkan pus kekuningan sehingga terjadi
kerusakan Integritas kulit. Sedangkan abses yang diinsisi dapat mengakibatkan resiko penyebaran
infeksi.
7.
atas, ikterus, asites, serta sepsis yang menyebabkan kematian. (Cameron 1997).
8.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Julius, ilmu penyakit dalam jilid I, (1998). Pemeriksaan penunjang antara lain:
a.
Laboratorium
Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain hemoglobin, leukosit, dan pemeriksaan faal
hati.
b.
Foto dada
Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya pergerakkan diafragma, efusi pleura,
kolaps paru dan abses paru.
c.
d.
Ultrasonografi
Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.
e.
Tomografi
Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat melihat integritas diafragma.
f.
Pemeriksaan serologi
Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman.
9.
a.
PENATALAKSANAAN
Menurut Julius, ilmu penyakit dalam jilid I (1998) Pengobatan dilakukan tiga cara:
Kemotrapi
Obat-obat dapat diberikan secara oral atau intravena sebagai contoh untuk gram negatif diberi
Metranidazol, Clindamisin atau Kloramfenikal.
b.
Aspirasi Jarum
Panda abses yang kecil atau tidak toksik tidak perlu dilakukan aspirasi. Hanya dilakukan pada
ancaman ruktur atau gagal pengobatan konserfatif. Sebaliknya aspirasi ini dilakukan dengan tuntunan
USG.
1)
Perawat menanyakan tentang napsu makan pasien; tetap sama,meningkat atau menurun.
Adakah ktidaknyamanan saat menelan, bila ada apakah terjadi hanya karena pada makanan tertentu?
Apakah berhubungan dengan nyeri? Apakah perubahan posisi mempengaruhi ketidaknyamanan?
Pasien ditanyakan untuk menggambarkan pengalaman nyeri, adakah yang memperberat nyeri?
Adakah gejala lain seperti rugurgitasi, regurgitasi noctural, kembung(eruktasi), yeri ulu hati, tekanan
subesternal, sensasi makanan menyangkut ditenggorokan, perasaan penuh setelah makan dalam
jumlah sedikit, mual, muntah dan penuruna berat badan.
Apakah gejala meningkat dengan emosi? Jika ada tanyakan waktu kejadian, faktor penghilang atau
pemberat seperti perubahan posisi, kembung, antasida atau muntah.
b.
Pengkajian lambung
Anamnese:
Apakah pasien mengala,i myeri ulu hati, tidak dapat makan, mual atau muntah
Apakah gejala terjadi kapan saja? Sebelum atau sesudah makan?setelah makan makanan pedas
atau mencerna obat tertentu?
Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress alergi, makan atau minum terlalu banyak, atau
makan terlalu cepat?
Bagaimana gejala hilang?
Adakah riwayat penyakit lambung
Pemeriksaan fisik;
Palpasi ringan dari ujung kiri atas abdomen sampai sedikit melewati garis kuadran kanan atas untuk
mendeteksi adanya nyeri tekan.
c.
Tanyakan riwayat keluarga tentang adanya kanker, penyakit ginjal, alkoholisme, hipertensi atau
penyakit jantung.
Periksa penggunaan alkohol yang biasa pasien lakukan
Tanyakan apakan pasien menggunakan zat atau obat tertentu yang bersifat hepatoksik
Pemeriksaan fisik;
Inspeksi:
Warna kulit
Palpasi:
Palpasi pada daerah kuadran kanan atas dibawah rongga iga untuk mendapatkantepi bawah hati,
untuk memeriksa pembesaran hati.
Letakan tangan kiri dibawah toraks posterior kanan pasien pada iga kesebelas dan dua belas,
kemudian memberi tekanan keatas. Dengan jari-jari tangan kanan mengarah pada tepi kostal kanan,
perawat meletakan tangan di atas kuadran kanan atas tepat dibawah tepi hati.pada saat perawat
menekan keatas dan kebawah secara perlahan, pasien menarik napas dalam melalui abdomen. Pada
saat pasien berinhalasi, perawat mencoba memalpasi tepi hati pada saat hati menurun.
Pada keadaan normal hati tidak mengalami nyeri tekan dan memiliki tepi yang teratur dan tajam.
d.
1) Kolon
Anamnese:
Kaji adanya keluhan digestif; mual, muntah, muntah darah,anoreksia, diare dan melena
Bila pasie mengalami nyeri abdomen atau nyeri punggung bawah, kaji karakternyeri secara terperinci.
Kaji adanya penggunaan laksatif
Perhatikan gerakan dan posisi pasien. Posisi dan gerakan mengindikasikan letak nyeri.
Tanyakan apakah pasien mengalami penurunan berat badan selama 24 jam terakhir
Tentukan apakah pasien wanita sedang mengandung atau tidak.
Inspeksi:
Inspeksi abdomen melihat kondisi abdomen pasien dikuadran bawah tentang kontur dan simetrisitas
dari abdomen dilihat dengan identifikasi penonjolan lokal, distensi, atau gelombang peristalitik.
Auskultasi :
Dilakukan terlebih dahulu seblum palpasi dan perkusi yang dapat meningkatkan motilitas usus dan
dengan demikian dapat mengubah bising usus.
Auskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus dari motilitas usus dan mendeteksi bunyi
vaskular. Pasien diminta untuk tidak berbicara.
Palpasi :
Palpasi ringan dan palpasi dalam pada bagian bwah abdomen
kaji ukuran, lokasi, bentuk, lokasi, bentuk, konsitensi, nyeri tekan, pulsasi, dan mobilitasnya.
Perkusi :
mengetahui letak oragn-organ yang berada dibawahnya, tulang dan massa, serta untuk membantu
mengungkapkan adanya udara didalam lambung dan usus.
Catat suara timpani atau pekak
e.
Pengkajian feses
Bila feses mengandung darah yang menghasilkan warna hitam (melena), dicurigai adanya
pendarahan pada rektal bawah atau anal.
a.
Penjelasan
Abses menyebabkan metabolisme dihati menurun sehingga menimbulkan perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan.
5)
Metabolisme nutrisi di hati menurun menyebabkan produksi energi menurun sehingga dapat terjadi
intoleransi aktifitas fisik.
Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan.
b.
Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan, asupan, atau retensi
yang berlebihan.
c.
d.
Diagnosa
keperawatan
l yang
Tan
Rencana tindakan
Rasional
diharapkan
gan/
Na
ma
Nyeri akut
Tingkat
berhubungan
kenyamana
dengan: Agen
1. Menentukan
tingkat nyeri
intervensi
pasien
keperawatan
2. Yakinkan bahwa
injuri (biologi,
kimia, fisik,
Pengendali
psikologis),
an nyeri
kerusakan
komunikasi verbal
Tingkat
jaringan
2.
selanjutnya
Pasien yang
mengalami nyeri
perawat dengan
sensitif untuk
pasien adalah
menjadi terhakimi.
nyeri
positif dan
Setelah
mendukung
dilakukan
3. Minta pasien
untuk
keperawata
menggunakan
pengkajian yang
n selama
sebuah skala1-10
akurat tentang
1x24 jam
untk menjelaskan
Pasien tidak
mengalami
tingkat nyerinya
nyeri,
dengan
kriteria
hasil:
3. Untuk memfasilitasi
tindakan
Mampu
mengontrol
nyeri (tahu
penyebab
5.
mengurangi nyeri
Atur periode
istirahat tanpa
tergangggu
4. Menetukan
keefektifan obat
5. Meningkatkan
kesehatan,
kesejahteraan dan
peningkatan tingkat
energi yang penting
untuk mengurangi
nyeri,
6. Bantu pasien
mampu
untuk
menggunak
mendapatkan
an tehnik
posisi yang
nonfarmakol
nyaman
ketegangan atau
spasme otot dan
untuk
mendistibusikan
ogi untuk
kembali tekanan
mengurangi
nyeri,
mencari
bantuan)
Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang
dengan
menggunak
an
manajemen
nyeri
7. Implementasikan
teknik
mengendalikan
nyeri
6. Menurunkan
nyeri yang
alternatif seperti
teknik pans dan
dingin sesuai
7. Teknik non
farmakologis
pengurangan nyeri
akan efektif apabila
nyeri pasien berada
pada tingkat yang
dapat ditoleransi.
anjuran, tindakan
kenyamanan
untuk relaksasi,
aktivitas distraksi
bersama pasien,
Mampu
beri informasi
mengenali
nyeri (skala,
tentang nyeri.
Anjurkan
8. 8.
intensitas,
pasien untuk
frekuensi
menggunakan
dan tanda
aktifitas
nyeri)
pengalihan atau
rekreasional dan
Menyatakan
tindakan
rasa
pengurang nyeri
nyaman
noninovatif
8. 8.
Meninkatkankualitas
hidup
setelah
nyeri
berkurang
Tanda vital
dalam
rentang
normal
Tidak
mengalami
gangguan
tidur
Resiko
1. Timbang berat
1. Membantu
ketidakseimbang
Keseimban
badan pasien
mendeteksi
an volume cairan
gan
setiap hari
perubahan
berhubungan
elektrolit
sebelum sarapan
keseimbangan
dengan
dan asam-
kehilangan,
basa
asupan, atau
2.
2. Ukur asupan
atau peningkatan
cairan dan
retensi yang
Keseimban
berlebihan.
gan cairan
Hidrasi
Setelah
n selama
mengakibatkan
untuk
mendapatkan
mengakibatkan
status cairan
3.
tindakan
keperawata
haluaran
haluaran urin
dilakukan
cairan
Penurunan cairan
kelebihan cairan
Peningkatan berat
jenis urin
mengindikasikan
dehidrasi. Berat
1x24 jam
Pasien
mengindikasikan
diharapkan,
kelebihan volume
dengan
kriteria
cairan.
4. Membran mukosa
4. Periksa membran
hasil:
kering meerupakan
mukosa mulut
suatu indkasi
setiap hari.
Mempertah
ankan berat
badan
asupan
5. Tentukan cairan
yang disukai
norma
Asupan
dehidrasi
5. Meningkatkan
6.
dan
pasien.
Pantau kadar
6. Perubahan nilai
elektolit
elektrolit serum
menandakan
haluaran
awitan
cairan tetap
ketidakseimbangan
pada kadar
cairan
7. Membantu
yang tepat
mencapai
sesuai dan
kondisi fisik
7. Dorong pasien
keseimbangan
untuk memamtuhi
Mempertah
diet yang
ankan
diinstrusikan
Berikan cairan
8.
8. Membantu
mempertahankan
keseimbangan
tanda-tanda
parenteral sesuai
vital
instruksi
Membran
kepatuhan pasien
mukosa
terlihat
merah
muda dan
lembab
9.
cairan
Meningkatjan
terhadap
9. Jelaskan sifat
hipovolemia atau
hipervolemia dan
penanganan dan
meminimalkan
resiko komplikasi.
hunbungannya
dengan
Mempunyai
turgor kulit
keseimbangan
volume cairan dan
10. 10.Mendorong
yang normal
Mempertah
ankan kadar
elektrolit
dalam batas
normal
kondisi medis
pasien dan
pasien
pemberi asuhan
untuk berpartisipasi
dalam perawatan
sehingga
meningkatkan
kontrol.
asupan dan
haluaran,
mengenal tandatanda
keseimbangan
akan
mengurangi
ketidakseim
bangan
cairan
Hipertermia
1. Pantau suhu
berhubungan
Termoregul
dengan penyakit/
asi
trauma.
Tandatanda vital
tubuh pasien
setiap 4 jam
2. Beri antipiretik
sesuai anjuran
3. Turunkan panas
1. Meyakinkan
perbandingan data
yang akurat
2. Menurunkan
demam
3. Meningkatkan
dengan
kenyaman,
Setelah
melepaskan
menurunkan
dilakukan
selimut atau
temperatur shu
tindakan
menanggalkan
tubuh
keperawata
pakian yang
n selama
1x24 jam
kompres dingin
Pasien
diharapkan,
dengan
kriteria
hasil:
4. Peningkatan
liatan paha.
denyut nadi,
penurunan tekan
denyut dan irama
vena sentral, dan
nadi, vekanan
penurunan tekanan
vena sentral,
darah dapat
tekanan darah,
mengindikasikan
frekuensi napas,
hipovolemia yang
tingkat
mengarah pada
responsitas, dan
perfusi jaringan.
suhu kulit minimal
Kulit yang dingin,
4 jam
pucat dan burik
dapat juga
mengindikasikan
peunurunan perfsi
jaringan.
Peningkatan
frekuensi
pernapasan
berkompensasi
5. Observasi adanya
pada hipoksia
konfusi
disorientasi
5.
jaringan.
Perubahan tingkat
kesadaran dapat
merupakan akibat
dari hipoksia
6. 6. Berikan cairan
IV sesuai yang
dianjurkan.
jaringan
6. 6. Menghindari
kehilangan air
natrium klorida dan
kalium yang
Kurang
1. Tumbuhkan sikap
pengetahuan
Pengetahu
saling percaya
berhubungan
an
dengan
Setelah
dan perhatian
Negosiasi
keterbatasan
dilakukan
kognitif,
tindakan
interpretasi
terhadap
dengan pasien
tentang usaha
mengembangkan
keperawata
tujua
n selama
informasi yang
1x24 jam
salah, kurangnya
Pasien
keinginan untuk
diharapkan,
mencari
dengan
informasi, tidak
kriteria
mengetahui
hasil:
3.
pembelajaran
Tentukan
pembelajaran
2. Keterlibatan
pasien dalam
rencana tujan yang
berarti
mendiukung
kontinuitas
bersama pasien
strategi
pembelajaran
4.
yang baik
4. Beri Healthy
3. Meningkatkan
keefektifan
pembelajaran
Education
sumber-sumber
informasi.
2.
1.
berlebihan.
Meningkatkan
Mengomuni
kasikan
semua
keperluan
yang
diketahui
Mendemons
trasikan
pemahama
n tentang
apa yang
diajarkan
kepada pasien
4. 4. Meningkatkan
tentang abses
informasi tentang
kondisi medis
pencegahan dan
pasien.
pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Bruner dan Suddarth ( 2000 ). Buku Ajaran KMB. Edisi 8. Jakarta: ECG
2.
3.
4.
Muttaqin, A. 2011. Pengkajian keperawatan aplikasi pada praktik klinik. Jakarta. Salemba medika
5.
Sulaiman, Akbar, Lesmana dan Noer. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Jakarta: Jayabadi
6.
7.
Taylor, M. Cyntia & Ralph, Sparks, Sheila. Diagnosis keperawatan dengan rencana asuhan. Edisi 10.
Jakarta. EGC
8.
Walkinson, M. Judith & Ahern, R. Nancy.2011. Buku saku diagnosa keperawatan.edisi 9. Jakart EGC