Anda di halaman 1dari 12

GANGGUANOBSESIFKOMPULSIF

A.DEFINISI
Gangguanobsesifkompulsifadalahsuatucontohdariefekpositifdimanapenelitian
moderentelahmenemukangangguandidalamwaktusingkat.Padaawaltahun1980
angangguanobsesifkompulsifdianggapsebagaigangguanyangjarangdanberespon
burukterhadapterapi.Sekarangdiketahuibahwagangguanobsesifkompulsifadalah
seringditemukandansangatresponsifterhadapterapi.
Suatuobsesiadalahpikiran, perasaan,ide,atausensasiyang mengganggu
(intrusif).Suatukompulsiadalahpikiranatauperilakuyangdisadari,dibakukandan
rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau menghindari. Obsesi meningkatkan
kecemasan seseorang sedangkan melakukan kompulsi menurunkan kecemasan
seseorang tetapi jika seseorang memaksa untuk melakukan suatu kompulsi,
kecemasan adalah meningkat. Seseorang dengan gangguan obsesifkompulsif
biasanya menyadari irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan
kompulsi sebagai egodistonik. Gangguan obsesifkompulsif dapat merupakan
gangguanyangmenyebabkanketidakberdayaankarenaobsesidapatmenghabiskan
waktu dan dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang,
fungsipekerjaan, aktivitas sosialyangbiasanyaatau hubungandenganteman dan
anggotakeluarga
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensiseumurhidupgangguanobsesifkompulsifpadapopulasiumum
diperkirakanadalah22,4%dimanapriadanwanitamemilikiresikosama.Beberapa
peneliti telah memperkirakan bahwa gangguan obsesifkompulsif ditemukan pada
sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di klinik psikiatrik. Angka tersebut
menyebabkangangguanobsesifkompulsifsebagaidiagnosispsikiatrikterseringyang
keempat setelah fobia, gangguan berhubungan zat, dan gangguan depresif berat.
PenelitianepidemiologisdiEropa,Asia,danAfrikatelahmenegakkanangkatersebut
melewatiikatankultural.
Untukorangdewasa,lakilakidanwanitasamamungkinterkena;tetapiuntuk
remaja, lakilaki lebih sering terkena gangguan obsesifkompulsif dibandingkan
perempuan. Sebagian besar gangguan mulai pada saat remaja atau dewasa muda,
tetapidapatterjadipadamasakanak.Usiaonsetratarataadalahkirakira20tahun
walaupunlakilakimemilikionsetusiayangagaklebihawal(rataratasekitarusia19

tahun)dibandingkanwanita(rataratasekitar22tahun).Secarakeseluruhan,kirakira
duapertigadaripasienmemilikionsetgejalasebelumusia25tahun,dankurangdari
15persenpasienmemilikionsetgejalasetelahusia35tahun.
Orangyanghidupsendirianlebihbanyakterkenagangguanobsesifkompulsif
dibandingkan orang yang menikah, walaupun temuan tersebut kemungkinan
mencerminkankesulitanyangdimilikipasiendengangangguanobsesifkompulsif
dalam mempertahankan suatu hubungan. Gangguan obsesifkompulsif ditemukan
lebih jarang diantara golongan kulit hitam dibandingkan kulit putih walaupun
tersedianyajalurkepelayanankesehatandapatmenjelaskansebagianbesarvariasi
tersebutketimbangperbedaanprevalensiantararasras.
Pasien dengan gangguan obsesifkompulsif umumnya dipengaruhi oleh
gangguanmentallain.Prevalensiseumurhidupuntukgangguandepresifberatpada
pasiendengangangguanobsesifkompulsifadalahkirakira67persendanuntukfobia
sosialadalah25persen.Diagnosispsikiatrikkomorbidlainnyapadapasiendengan
gangguan obsesifkompulsif adalah gangguan pengaruh alkohol, fobia spesifik,
gangguanpanik,dangangguanmakan.

C. ETIOLOGI
1. FaktorBiologis
Neurotransmiter
Sistemserotoninergik
Banyakpercobaanyangdilakukanuntukmendukunghipotesistentang
terlibatnya disregulasi serotonin terhadap munculnya gejala obsesi dan kompulsif
pada penyakit ini. Banyak data yang menunjukkan bahwa obat serotonergik lebih
efektifdibandingkandenganobatlainyangjugamempengaruhisistem
neurotransmitter, tetapi patofisiologi serotonin yang terlibat sebagai penyebab
terjadinyagangguanobsesifkompulsifmasihbelumjelas.Fungsiserotonindiotak
ditentukanolehlokasisistemproyeksinya.Proyeksipadakorteksfrontaldiperlukan
untukpengaturanmoodsedangkanproyeksipadagangliabasalisbertanggungjawab
padagangguanobsesikompulsi.
SistemNoradrenergik

Buktisaatinimasihkurangtentangadanyadisfungsisistemnoradrenergikdalam
terjadinya gangguan obsesif kompulsif. Namun, ada laporan bahwa clonidine oral
dapatmenunjukkanperbaikangejalaOCD.
SistemNeuroimunologi
Beberapapakarberpendapatbahwaadahubunganpositifantarainfeksi
streptokokus dan gangguan obsesif kompulsif. Infeksi Streptokokus hemolitikus
grupAdapatmenyebabkandemamrematik,dansekitar1030%pasien
jugamengalamiSyndenhamschoreadangangguanObsesifKompulsif.Genetikjuga
didugaberpengaruhuntukterjadinyagangguanobsesifkompulsifdimanaditemukan
perbedaanyangbermaknaantarakembarmonozigotdandizigot.
Penelitianpencitraanotak
Berbagai penelitian pencitraan otak fungsional, sebagai contoh PET (positron
emission tomography), telah menemukan peningkatan aktifitas (sebagai contoh,
metabolismedanalirandarah)dilobusfrontalis,gangliabasalis(khususnyakaudata),
dan singulum pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Baik tomografi
komputer (CT scan) dan pencitraan resonansi magnetik (MRI) telah menemukan
adanya penurunan ukuran kaudata secara biateral pada pasien dengan gangguan
obsesifkompulsif. Baik penelitian pencitraan otak fungsional maupun struktural
konsistendenganpengamatanbahwaprosedurneurologisyangmelibatkansingulum
kadangkadangefektifdalampengobatanpasiendengangangguanobsesifkompulsif.
SuatupenelitianMRIbarubaruinimelaporkanpeningkatanwakturelaksasiT 1 di
korteksfrontalis.
Genetik
Data genetik pada pasien OCD memberikan hipotesis bahwa gangguan ini
memilikikomponengenetikyangsignifikan.Studikembaruntukgangguanobsesif
kompulsif secara konsisten menemukan angka kejadian lebih bermakna untuk
monozigot daripada dizigot. Sedangkan, studi keluarga pada pasien OCD
menunjukkanbahwa35%kerabatgenerasipertamajugamengalamigangguanini.
DatalainmenunjukkanbahwaterdapathubunganfamilialantaragangguanTourette
dantikmotorikkronissertabeberapakasusOCD.
2.Faktorperilaku
Menurutahli,obsesiadalahstimuliyangdibiasakan.Stimulusyangrelatifnetral
menjadidisertaidengankecemasanatauketakutanmelaluiprosespembiasaandengan
memasangkan dengan peristiwa yang secara alami adalah berbahaya atau

menghasilkankecemasan.Jadi,objekdanpikiranyangsebelumnyanetralmenjadi
suatustimuliyangterbiasakanmampumenimbulkankecemasanataugangguan.
Kompulsi dicapai dengan cara yang berbeda. Strategi menghindar yang aktif
dalambentukperilakukompulsiatauritualistikdikembangkanuntukmengendalikan
kecemasan.
3.FaktorPsikososial
Faktorkepribadian
OCDberbedadengangangguankepribadianobsesifkompulsif.Sebagianbesar
orangdenganOCDtidakmemilikigejalakompulsifpramorbiddancirikepribadian
sepertiitutidakperluatautidakcukupuntukmenimbulkanOCD.Hanyasekitar15
sampai35persenpasienOCDmemilikiciriobsesionalpramorbid.
Faktorpsikodinamik
SigmundFreudmenjelaskantigamekanismepertahananpsikologisutamayang
menentukanbentukdankualitasgejaladansifatkarakterobsesifkompulsif;isolasi,
meruntuhkan(undoing),danpembentukanreaksi.
1)Isolasi
Isolasiadalahmekanismepertahananyangmelindungiseseorangdariafekdan
impuls yang mencetuskan kecemasan. Jika terjadi isolasi, afek dan impuls yang
didapatkandarinyaadalahdipisahkandarikomponenidesionaldandikeluarkandari
kesadaran.Jikaisolasiberhasilsepenuhnya,impulsdanafekyangterkaitseluruhnya
terepresi,danpasiensecarasadarhanyamenyadarigagasanyangtidakmemilikiafek
yangberhubungandengannya.
2)Undoing
Karenaadanyaancamanterusmenerusbahwaimpulsmungkindapatlolosdari
mekanismeprimerisolasidanmenjadibebas,operasipertahanansekunderdiperlukan
untuk melawan impuls dan menenangkan kecemasan yang mengancam keluar ke
kesadaran. Tindakan kompulsif menyumbangkan manifestasi permukaan operasi
defensif yang ditujukan untuk menurunkan kecemasan dan mengendalikan impuls
dasaryangbelumdiatasisecaramemadaiolehisolasi.Operasipertahanansekunder
yang cukup penting adalah mekanisme meruntuhkan (undoing). Seperti yang
disebutkan sebelumnya, meruntuhkan adalah suatu tindakan kompulsif yang
dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau meruntuhkan akibat yang secara
irasionalakandialamipasienakibatpikiranatauimpulsobsesionalyangmenakutkan.
3)Pembentukanreaksi

Pembentukanreaksimelibatkanpolaperilakuyangbermanifestasidansikapyang
secarasadardialamiyangjelasberlawanandenganimpulsdasar.Seringkali,pola
yangterlihatolehpengamatadalahsangatdilebihlebihkandantidaksesuai.
D. GEJALA KLINIS
Obsesif dan kompulsi memiliki ciri tertentu secara umum:
1. Suatu gagasan atau impuls yang memaksakan dirinya secara bertubi-tubi dan terusmenerus ke dalam kesadaran seseorang.
2. Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai manifestasi sentral
dan seringkali menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan melawan gagasan
atau impuls awal.
3. Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien), yaitu dialami sebagai suatu
yang asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya sendiri sebagai makhluk
psikologis.
4. Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau kompulsi tersebut,
orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tidak masuk akal.
5. Orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya merasakan suatu
dorongan yang kuat untuk menahannya.
Gambaran obsesi dan kompulsi adalah heterogen pada dewasa, pada anakanak dan remaja. Gejala pasien individual mungkin bertumpang tindih dan berubah
dengan berjalannya waktu, tetapi gangguan obsesif-kompulsif memiliki empat pola
gejala yang utama. Pola gejala utama gangguan obsesif kompulsif, yaitu :
1. Kontaminasi
Pola yang paling sering ditemukan adalah suatu obsesi tentang kontaminasi,
diikuti oleh mencuci disertai penghindaran obsesif terhadap objek yang kemungkinan
terkontaminasi. Objek yang ditakuti seringkali sukar untuk dihindari, sebagai contoh
feses, urin, debu atau kuman. Pasien mungkin secara terus-menerus menggosok kulit
tangannya dengan mencuci tangan secara berlebihan atau mungkin tidak mampu pergi
keluar rumah karena takut akan kuman. Walaupun kecemasan adaloah respon
emosional yang paling sering terhadap objek yang ditakuti, rasa malu dan rasa jijik
yang obsesif juga sering ditemukan. Pasien dengan obsesi kontaminasi biasanya
percaya bahwa kontaminasi ditularkan dari objek ke objek atau orang ke orang oleh
kontak ringan.

2. Sikap ragu-ragu yang patologik


Pola kedua yang sering adalah obsesi keragu-raguan, diikuti oleh pengecekan
yang kompulsi. Obsesi seringkali melibatkan suatu bahaya kekerasan, seperti lupa
mematikan kompor atau tidak mengunci pintu. Pengecekan tersebut mungkin
menyebabkan pasien pulang beberapa kali ke rumah untuk memeiksa kompor. Pasien
memiliki keragu-raguan terhadap diri sendiri yang obsesional, saat mereka selalu
merasa bersalah karena melupakan atau melakukan sesuatu.
3.Pikiranyangintrusif
Polaketigayangterseringadalahpoladenganpikiransematamatapikiran
obsesionalyangmengganggutanpasuatukompulsi.Obsesitersebutbiasanyaberupa
pikiranberulangakansuatutindakanseksualatauagresiyangdicelaolehpasien.
4.Simetri
Pola keempat yang tersering adalah kebutuhan akan simetrisitas atau
ketepatan, yang dapat menyebabkan perlambatan kompulsi. Pasien secara harfiah
menghabiskan waktu berjamjam untuk makan atau mencukur wajahnya.
Penumpukan obsesi dan kompulsi religius adalah sering pada pasien obsesif
kompulsif. Trichotillomania (menarik rambut kompulsif) dan menggigit kuku
mungkin merupakan kompulsi yang berhubungan dengan gangguan obsesif
kompulsif.
E. DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif menurut DSM IV:
1. Salah satu obsesi atau kompulsi
Obsesi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:
a. Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten yang
dialami, pada suatu saat dimana selama gangguan, sebagai intrusif dan tidak
sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.
b. Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tidak semata-mata kekhawatiran
yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.
c. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau
bayangan-bayangan tersebut untuk mentralkannya dengan pikiran atau tindakan
lain.
d. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan obsesional
adalah keluar dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti
penyisipan pikiran).

Kompulsi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:


a. Perilaku (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau tindakan
mental (misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati) yang
berulang yang dirasakannya mendorong untuk melakukannya sebagai respon
terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus dipatuhi secara
kaku.
b. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan
penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan, tetapi
perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan dengan cara yang
realistik dengan apa mereka dianggap untuk menetralkan atau mencegah, atau
jelas berlebihan.
2. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari bahwa
obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan: ini tidak berlaku
bagi anak-anak
3. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas, menghabiskan waktu
(menghabiskan lebih dari satu jam sehari), atau secara bermakna mengganggu
rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau akademik) atau aktivitas atau hubungan
sosial yang biasanya.
4. Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas
padanya (misalnya preokupasi dengan makanan jika terdapat gangguan makan,
menarik rambut jika terdapat trikotilomania, permasalahan pada penampilan jika
terdapat gangguan dismorfik tubuh, preokupasi dengan obat jika terdapat suatu
gangguan penggunaan zat, preokupasi dengan menderita suatu penyakit serius jika
terdapat hipokondriasis, preokupasi dengan dorongan atau fanatasi seksual jika
terdapat parafilia, atau perenungan bersalah jika terdapat gangguan depresif berat).
5. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.
Sebutkan jika: Dengan tilikan buruk: jika selama sebagian besar waktu selama
episode terakhir, orang tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi adalah berlebihan
atau tidak beralasan.
Pedoman diagnosis menurut PPDGJ III:

1. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif,


atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu
berturut-turut.
2. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas
penderita.
3. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:
a. Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.
b. Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan meskipun
ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
c. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang
memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau
anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas.
d. Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan
yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).
4. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi.
penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresif,
dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiranpikiran obsesif selama episode depresifnya. Dalam berbagai situasi dari kedua hal
tersebut, meningkat atau menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi secara
paralel dengan perubahan gejala obsesif. Bila terjadi episode akut dari gangguan
tersebut, maka diagnosis diutamakan dari gejalagejala yang timbul lebih dahulu.
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan
depresifpadasaatgejalaobsesifkompulsiftersebuttimbul.Biladarikeduanyatidak
adayangmenonjol,makabaikmenganggapdepresisebagaidiagnosisyangprimer.
Padagangguanmenahunmakaprioritasdiberikanpadagejalayangpalingbertahan
saatgejalayanglainmenghilang.
5. Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom
Tourette,ataugangguanmentalorgank,harusdianggapsebagaibagiandarikondisi
tersebut
F. TERAPI
1. Farmakoterapi

a. Penggolongan
1) Obat trisiklik
Contoh: Clomipramine.
Clomipramine biasanya dimulai dengan dosis 25 sampai 50 mg sebelum
tidur dan dapat ditingkatkan dengan peningkatan 25 mg sehari setiap dua sampai
tiga hari, sampai dosis maksimum 250 mg sehari atau tampak efek samping yang
membatasi dosis. Karena Clopramine adalah suatu obat trisiklik, obat ini disertai
dengan efek samping berupa sedasi, hipotensi, disfungsi seksual dan efek samping
antikolinergik, seperti mulut kering.
2) Obat SSRI (Serotonin Reuptake Inhibitors)
Contoh: Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Citalopram.
Penelitian

tentang

Fluoxetine

dalam

gangguan

obsesif-kompulsif

menggunakan dosis 20 sampai 80 mg setiap hari untuk mencapai manfaat


terapeutik. Walaupun SSRI mempunyai efek seperti overstimulasi, kegelisahan,
nyeri kepala, insomnia, mual, dan efek samping gastrointestinal, SSRI dapat
ditoleransi dengan lebih baik daripada obat trisiklik. Dengan demikian, kadangkadang SSRI digunakan sebagai obat lini pertama dalam pengobatan gangguan
obsesif kompulsif.
Obat lain. Jika pengobatan dengan Clomipramine atau SSRI tidak berhasil,
banyak ahli terapi menambahkan lithium (Eskalith). Obat lain yang dapat digunakan
dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif adalah inhibitor monoamin oksidase
(MAOI = monoamine oxidase inhibitor), khususnya Phenelzine (Nardil).
2. Terapi perilaku
Walaupun beberapa perbandingan telah dilakukan, terapi perilaku sama
efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan obsesif-kompulsif. Dengan
demikian, banyak klinisi mempertimbangkan terapi perilaku sebagai terapi terpilih
untuk gangguan obsesif-kompulsif. Terapi perilaku dapat dilakukan pada situasi rawat
inap maupun rawat jalan. Pendekatan perilaku utama pada gangguan obsesifkompulsif adalah pemaparan dan pencegahan respon. Desensitisasi, menghentikan
pikiran, pembanjiran, terapi implosi, dan pembiasaan tegas juga telah digunakan pada
pasien gangguan obsesif kompulsif. Dalam terapi perilaku pasien harus benar-benar
menjalankannya untuk mendapatkan perbaikan.

3. Psikoterapi
Psikoterapi suportif jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien
gangguan obsesif-kompulsif, walaupun gejalanya memiliki berbagai derajat
keparahan, adalah mampu untuk bekerja dan membuat penyesuaian sosial. Dengan
kontak yang kontinu dan teratur dengan tenaga yang profesional, simpatik, dan
mendorong, pasien mungkin mampu untuk berfungsi berdasarkan bantuan tersebut,
tanpa hal tersebut gejalanya akan menyebabkna gangguan. Kadang-kadang jika ritual
dan kecemasan obsesional mencapai intensitas yang tidak dapat ditoleraansi, perlu
untuk merawat pasien di rumah sakit sampai tempat penampungan institusi dan
menghilangkan stres lingkungan eksternal menurunkan gejala sampai tingkat yang
dapat ditoleransi.
Anggota keluarga pasien seringkali menjadi putus asa karena perilaku pasien.
Tiap usaha psikoterapik harus termasuk perhatian pada anggota keluarga melalui
dukungan emosional, penentraman, penjelasan dan nasihat tentang bagaimana
menangani dan berespons terhadap pasien.
4. Terapi lain
Terapi keluarga seringkali berguna dalam mendukung keluarga, membantu
menurunkan percekcokan perkawinan yang disebabkan gangguan, dan membangun
ikatan terapi dengan anggota keluarga untuk kebaikan pasien. Terapi kelompok
berguna sebagai sistem pendukung bagi beberapa pasien.

G. DIAGNOSIS BANDING
1.

Kondisi medis
Gangguan neurologis utama yang dipertimbangkan dalam diagnosis banding

adalah gangguan Tourette, gangguan tik lainnya, epilepsi lobus temporalis, dan
kadang-kadang komplikasi trauma dan pascaensefalitik. Gejala karakteristik dari
gangguan Tourette adalah tik motorik dan vokal yang sering dan hampir setiap hari
terjadi.

2.

Kondisi psikiatrik
Pertimbangan psikiatrik utama di dalam diagnosis banding gangguan obsesif-

kompulsif adalah skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, fobia, dan


gangguan depresif. Gangguan obsesif kompulsif biasanya dapat dibedakan dari
skizofrenia oleh tidak adanya gejala skizofrenik lain, oleh kurang kacaunya sifat
gejala, dan oleh tilikan pasien terhadap gangguan mereka. Gangguan kepribadian
obsesif-kompulsif tidak memiliki derajat gangguan fungsional yang berhubungan
dengan gangguan obsesif-kompulsif. Fobia dibedakan dengan tidak adanya hubungan
antara pikiran obsesif dan kompulsi. Gangguan depresif berat kadang-kadang dapat
disertai oleh gagasan obseisf, tetapi pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif saja
tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan depresif berat.
Kondisi psikiatrik lain yang dapat berhubungan erat dengan gangguan obsesifkompulsif adalah hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan kemungkinan
gangguan impuls lainnya, seperti kleptomania dan judi patologis. Pada semua
gangguan tersebut pasien memiliki pikiran yang berulang, sebagai contoh
permasalahan tentang tubuhnya, atau perilaku yang berulang sebagai contoh mencuri.
H. PROGNOSIS
Lebih dari setengah pasien dengan gangguan obsesif kompulsif memiliki onset
gejala yang tiba-tiba. Kira-kira 50 sampai 70 persen pasien memiliki onset gejala
setelah suatu peristiwa yang menyebabkan stres, seperti kehamilan, masalah seksual,
dan kematian seorang sanak saudara. Karena banyak pasien tetap merahasiakan
gejalanya, mereka seringkali terlambat 5 sampai 10 tahun sebelum pasien datang ke
psikiater, walaupun keterlambatan tersebut kemungkinan dipersingkat dengan
meningkatkan kesadaran akan gangguan tersebut diantara orang awam dan
profesional. Perjalanan penyakit biasanya lama tetapi bervariasi. Beberapa pasien
mengalami penyakit yang berfluktuasi, dan pasien lain mengalami penyakit yang
konstan.
Kira-kira 20 sampai 30 persen pasien dengan gangguan obsesif kompulsif
memiliki gangguan depresif berat, dan bunuh diri adalah risiko bagi semua pasien
dengan gangguan obsesif kompulsif. Suatu prognosis buruk dinyatakan oleh
mengalah (bukannya menahan) pada kompulsi, onset pada masa anak-anak, kompulsi
yang aneh (bizzare), perlu perawatan di rumah sakit, gangguan depresif berat yang
menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang (overvalued)

yaitu penerimaan obsesi dan kompulsi, dan adanya gangguan kepribadian (terutama
gangguan kepribadian skizotipal). Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuaian
sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala yang
episodik. Isi obsesional tampaknya tidak berhubungan dengan prognosis.

Anda mungkin juga menyukai