Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada
sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam
menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada
tuntutan

masyarakat.

didapat di se
pengetahuan,

Berdasarkan

pengalaman-pengalaman

yang

kolah dan di luar sekolah ia memiliki sejumlah


kecakapan,

minat-minat,

dan

sikap-sikap.

Dengan

pengalaman-pengalaman itu ia secara berkesinambungan dibentuk


menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia miliki sekarang dan
menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang.
Seseorang

tidak

dilahirkan

dalam

keadaan

telah

mampu

menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik,


mental dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor
lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian
yang baik atau yang salah.
Sejak

lahir

sampai

meninggal

seorang

individu

merupakan

organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktifitas yang


berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya
untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian diri adalah
suatu proses. Dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat
mentalnya adalah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian
diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyesuaian diri ?
2. Bagaimanakah proses penyesuaian diri ?
3. Apa saja karakteristik penyesuaian diri ?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri ?
5. Apa saja permasalahan-permasalahan penyesuaian diri remaja ?
1

6. Bagaimanakah

implikasi

penyesuaian

diri

remaja

terhadap

penyelenggaraan pendidikan ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyesuaian diri
2. Untuk mengetahui tentang bagaimana proses penyesuaian diri
3. Untuk mengetahui apa saja karakteristik penyesuaian diri
4. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses
penyesuaian diri
5. Untuk mengetahui apa saja permasalahan-permasalahan penyesuaian
diri remaja
6. Untuk mengetahui bagaimana implikasi penyesuaian diri remaja
terhadap penyelenggaraan pendidikan
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini
yaitu menggunakan metode kepustakaan, dimana isi atau pembahasan
dalam makalah ini didapatkan dari berbagai sumber buku atau literaturliteratur, sehingga penjelasannya lebih terperinci.

BAB II
PENYESUAIAN DIRI REMAJA
A. Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut :
1. Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya,
atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan
rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan
tuntutan sosial.
2. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti
menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
3. Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki
kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi responrespon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam
konflik, kesulitan, dan frustasi-frustasi secara efisien. Individu memiliki
kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekuat
atau memenuhi syarat.
4. Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional.
Kematangan emosional maksudnya ialah secra positif memiliki respon
emosional yang tepat pada setiap situasi
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada
diri sendiri dan pada lingkunganya. Selain itu juga, seseorang dikatakan
memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik (Well Adjusted Person)
jika mampu melakukan respon-respon yang matang, efisien, memuaskan
dan sehat. Dikatakan efisien apabila mampu melakukan respon dengan
3

mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Dikatakan sehat


apabila respon-respon yang dilakukannya dengan hakikat individu,
lembaga atau kelompok antar individu, dan hubungan antar individu dan
ciptaanNya berjalan dengan baik.
B. Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai
keseimbangan

diri

dalam

memenuhi

kebutuhan

sesuai

dengan

lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang sempurna


tidak pernah tercapai. Penyesuaian yang sempurna terjadi jika manusia
atau indvidu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan
lingkungannya di mana tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi,
dan di mana semua fungsi organisme atau individu berjalan dengan
normal. Sekali lagi, bahwa penyesuaian yang sempurna seperti itu tidak
pernah dapat dicapai. Oleh karena itu penyesuaian diri lebih bersifat
suatu proses sepanjang hayat (lifelong process), dan manusia terusmenerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan
hidup guna mencapai pribadi yang sehat.
Proses penyesuaian diri menurut Schneiders (1984), melibatkan
tiga unsur yang akan mewarnai kualitas proses penyesuaian diri individu
yaitu :
1. Motivasi dan Proses Penyesuaian Diri
Motivasi sama dengan kebutuhan, perasaan, dan emosi merupakan
kekuatan

internal

yang

menyebabkan

ketegangan

dan

ketidakseimbangan dalam organisme.


2. Sikap terhadap realitas dan Proses Penyesuaian Diri
Secara umum dapat dikatakan sikap yang sehat terhadap realitas dan
kontak yang baik terhadap realitas sangat diperlukan bagi penyesuaian
diri yang sehat.
3. Pola Dasar Penyesuaian Diri
Dalam proses penyesuaian diri sehari-hari terdapat suatu pola
dasar penyesuaian diri. Misalnya : seorang anak membutuhkan kasih
sayang dari orang tuanya yang selalu sibuk. dalam situasi tersebut anak
akan frustasi dan berusaha menemukan pemecahan yang berguna
4

mengurangi ketegangan antara kebutuhan akan kasih sayang dengan


frustasi yang dialami. Dalam beberapa hal, respon pengganti tidak
tersedia, sehingga individu mencari suatu respon lain yang akan
memuaskan motivasi dan mereduksi ketegangan.
Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa motivasi mengambil
variasi bentuk, dan setiap bentuk dapat diarahkan kepada rintangan atau
frustasi yang disebabkan oleh beberapa aspek realitas, misalnya
pembatasan orang tua, hambatan fisik, aturan sosial, dan semacamnya.
Rintangan-rintangan

ini

menyebabkan

individu

meneliti

cara-cara

responnya yang berbeda-beda sampai mendapatkan pemuasa


Individu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri
apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar
atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau
mengganggu lingkungannya.
C. Karakteristik Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri remaja memiliki karakteristik yang khas, yang
dapat dilihat berbagai sisi, yaitu sebagai berikut :
1. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Peran dan Identitasnya
2. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Pendidikan
3. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Kehidupan Seks
4. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Norma Sosial
5. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Waktu Luang
6. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Uang
7. Penyesuaian Diri remaja terhadap Kecemasan, Konflik, dan Frustasi
Tidak selamnaya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian
diri,

karena

kadang-kadang

ada

rintangan-rintangan

tertentu

yang

menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintanganrintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin di luar dirinya.
Dalam hubungannya dengan rintangan-rintangan tersebut ada individuindividu yang dapat melakukan penyesuaian diri secara positif, namun ada
pula individu-individu yang melakukan penyesuaian diri yang salah.
Penyesuaian Diri Secara Positif

Mereka yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara


positif ditandai hal-hal sebagai berikut :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional.


Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis.
Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.
Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
Mampu dalam belajar.
Menghargai pengalaman.
Bersikap realistik dan objektif.
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan

melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain :


1. Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung.
Dalam situasi ini individu secara langsung menghadapi masalahnya
dengan segala akibat-akibatnya. Ia melakukan segala tindakan sesuai
dengan masalah yang dihadapinya.
2. Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan).
Dalam situasi ini individu mencari berbagai bahan pengalaman untuk
dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya.
3. Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba.
Dalam cara ini individu melakukan suatu tindakan coba-coba, dalam
arti kalau menguntungkan diteruskan dan kalau gagal tidak diteruskan.
Taraf pemikiran kurang begitu berperan dibandingkan dengan cara
eksplorasi.
4. Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).
Jika individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, maka ia dapat
memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari pengganti.
5. Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri.
Dalam hal ini individu mencoba menggali kemampuan-kemapuan
khusus dalam dirinya, dan kemudian dikembangkan sehingga dapat
membantu penyesuaian diri.
6. Penyesuaian dengan belajar.
Dengan belajar, individu akan banyak memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang dapat membantu menyesuaikan diri.
7. Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri.
Dalam situasi ini individu berusaha memilih tindakan mana yang harus
dilakukan, dan tindakan mana yang tidak perlu dilakukan. Cara inilah
6

yang

disebut

inhibisi.

Di

samping

itu,

individu

harus

mampu

mengendalikan dirinya dalam melakukan tindakannya.


8. Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.
Dalam situasi ini tindakan yang dilakukan merupakan keputusan yang
diambil berdasarkan perencanaan yang cermat. Keputusan diambil
setelah dipertimbangkan dari berbagai segi, antara lain segi untung
dan ruginya.
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat
mengakibatkan individu melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian
diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba
salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif, dan
sebgainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu,
reaksi bertahan, reaksi menyerang, dan reaksi melarikan diri.
1. Reaksi bertahan (Defence Reaction)
Individu berusaha untuk mempertahankan dirirnya, seolah-olah tidak
menghadapi kegagalan. Ia selalu berusaha untuk menunjukkan bahwa
dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara
lain :
2. Rasionalisasi,

yaitu

bertahan

dengan

membenarkan tindakannya.
3. Represi, yaitu berusaha untuk

mancari-cari

menekan

alasan

untuk

pengalamannya

yang

dirasakan kurang enak ke alam tidak sadar. Ia berusaha melupakan


pengalamannya yang kurang menyenangkan.
4. Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak
lain untuk mencari alasan yang dapat diterima.
5. Sour grapes (anggur kecut), yaitu dengan

memutarbalikkan

kenyataan.
6. Reaksi Menyerang (Aggressive Reaction)
Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan
tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya. Ia
tidak mau menyadari kegagalannya. Reaksi-reaksinya tampak dalam
tingkah laku :

Selalu membenarkan diri sendiri,


Mau berkuasa dalam setiap situasi,
Bersikap senang mengganggu orang lain,
Menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan,
7

Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka,


Menunjukkan sikap menyerang dan merusak,
Keras kepala dalam perbuatannya,
Bersikap balas dendam, dan lain-lain.
Reaksi Melarikan Diri (Escape Reaction)

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri


Secara

keseluruhan

kepribadian

mempunyai

fungsi

sebagai

penentu primer terhadap penyesuaian diri. Penetu berarti faktor yang


mendukung, mempengaruhi, atau menimbulkan efek pada proses
penyesuaian. Secara sekunder proses penyesuaian ditentukan oleh
faktor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri baik internal
maupun eksternal. Penentu penyesuaian identik dengan faktor-faktor
yang

mengatur

perkembangan

dan

terbentuknya

pribadi

secara

bertahap.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri
tersebut diantaranya adalah:
1. Kondisi Jasmaniah
Kondisi jasmaniah seperti pembawaan dan struktur atau konstitusi
fisik

dan

tempramen

sebagai

disposisi

yang

diwariskan,

aspek

perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau


konstitusi tubuh
2. Perkembangan dan Kematangan
Dalam proses perkembangan, respon anak berkembang dari respon
yang bersifat instinktif menjadi respon yang diperoleh melalui belajar dan
pengalaman.

Dengan

bertamabahnya

usia

perubahan

dan

perkembangan respon, tidak hanya melalui proses belajar saja melainkan


anak juga menjadi matang untuk melakukan respon dan ini menentukan
pola-pola penyesuaian dirinya.
Banyak sekali faktor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian
diri, di antaranya adalah :

Pengalaman
8

Tidak semua pengalaman mempunyai arti bagi penyesuaian diri.


Pengalaman-pengalaman
penyesuaian

diri

adalah

tertentu

yang

pengalaman

mempunyai
yang

arti

dalam

menyenangkan

dan

pengalaman traumatik atau menyusahkan.


Belajar
Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses
penyesuaian diri, karena melalui belajar ini akan berkembang pola-pola
respon yang akan membentuk kepribadian.
Determinasi diri
Dalam proses penyesuaian diri, di samping ditentukan oleh faktorfaktor tersebut di atas, orangnya itu sendiri menentukan dirinya,
terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai sesuatu
yang baik atau buruk, untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi,
dan atau merusak diri. Faktor-faktor itulah yang disebut determinasi
diri.
Konflik dan penyesuaian
Ada beberapa pandangan bahwa semua konflik bersifat mengganggu
atau merugikan. Namun dalam kenyataan ada juga seseorang yang
mempunyai banyak konflik tanpa hasil-hasil yang merusak atau
merugikan.

Sebenarnya,

beberapa

konflik

dapat

bermanfaat

memotivasi sesorang untuk meningkatkan kegiatan. Cara sesorang


mengatasi konfliknya dengan meningkatkan usaha ke arah pencapaian
tujuan yang menguntungkan secara sosial, atau mungkin sebaliknya ia
memecahkan konflik dengan melarikan diri, khususnya lari ke dalam
gejala-gejala neourotis.
Lingkungan
Adapun beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi penyesuaian diri
adalah :
a) Pengaruh rumah dan keluarga
Faktor rumah dan keluarga merupakan satuan kelompok sosial terkecil.
Interaksi sosial yang pertama
keluarga.

Kemampuan

diperoleh individu adalah dalam

interaksi

sosial

ini

kemudian

akan

dikembangkan di masyarakat.
b) Hubungan orang tua dan anak
9

Pola hubungan antara orang tua dengan anak akan mempunyai


pengaruh terhadap proses penyesuaian diri anak-anak. Beberapa pola
hubungan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri antara lain,
menerima (acceptance), menghukum dan disiplin yang berlebihan,
memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan, serta penolakan.

c) Hubungan saudara
Suasana hubungan saudara yang penuh persahabatan, kooperatif,
saling menghormati, penuh kasih sayang, mempunyai kemungkinan
yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian yang lebih baik.
Sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan
sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian
diri.
d) Masyarakat
Keadaan lingkungan masyarakat di mana individu berada merupakan
kondisi yang menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri.
Kondisi studi menunjukkan bahwa banyak gejala tingkah laku salah
satu bersumber dari keadaan masyarakat.
e) Sekolah
Sekolah mempunyai peranan sebagai media untuk mempengaruhi
kehidupan intelektual, sosial, dan moral para siswa. Suasana di sekolah
baik

sosial

maupun

psikologis

menentukan

proses

dan

pola

penyesuaian diri.
Kultural dan agama
Lingkungan kultural di mana individu berada dan berinteraksi akan
menentukan

pola-pola

penyesuaian

dirinya.

Contohnya

tata

cara

kehidupan di sekolah, di mesjid, gereja, dan semacamnya akan


mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan
masyarakat sekitarnya. Sedangkn agama memberikan suasana psikologis
tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya.
Agama juga memberikan suasana damai dan tenang bagi anak, serta
agama merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah
10

menggiatkan dan merangsang perkembangan atau pemberian sesuatu


yang ia perlukan.
E. Permasalahan-Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja
Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat
tergantung pada sikap orang tua dan suasana psikologi dan sosial dalam
keluarga. Contoh : sikap orang tua yang menolak. Penolakan orang tua
terhadap anaknya dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, penolakan
mungkin merupak penolakan tetap sejak awal, di mana orang tua merasa
tidak sayang kepada anakanya, karena berbagai sebab, mereka tidak
menhendaki kelahirannya. Menurut Boldwyn yang dikutip oleh Zakiah
Darajat (1983): bapak yang menolak anaknya berusaha menundukkan
anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan, karena itu ia mengambil
ukuran kekerasan, kekejaman tanpa alasan nyata. Jenis kedua, dari
penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan anak.
Contoh: orang tua memberi tugas kepada anaknya berbarengan dengan
rencana anaknya untuk pergi nonton bersama dengan teman sejawatnya.
Sikap orang

tua

yang otoriter,

yaitu

yang

memaksakan

kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan menghambat proses


penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk menentang
kekuasaan orang tua dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter
terhadap teman-temannya dan cenderung menentang otoritas yang ada
baik di sekolah maupun di masyarakat.
Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup di
dalam rumah tangga yang retak, mengalami masalah emosi, tampak
padanya ada kecenderungan yang besar untuk marah, suka menyendiri,
di samping kurang kepekaaan terhadap penerimaan sosial dan kurang
mampu menahan diri serta lebih gelisah dibandingkan dengan remaja
yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Terbukti pula bahwa
kebanyakan anak-anak yang dikeluarkan dari sekolah karena tidak dapat
menyesuaikan diri adalah mereka yang datang dari rumah tangga yang
pecah atau retak itu.
11

Selain itu penyesuaian diri remaja dengan kehidupan di sekolah.


Permasalahan penyesuaian diri di sekolah mungkin akan timbul ketika
remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang baru, baik sekolah lanjutan
pertama maupun sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin mengalami
permasalahan penyesuaian diri dengan guru-guru, teman, dan mata
pelajaran. Sebagai akibat antara lain adalah prestasi belajar menjadi
menurun dibanding dengan prestasi di sekolah sebelumnya.
Pemasalahan lain yang mungkin timbul adalah penyesuaian diri
yang berkaitan dengan kebiasaan belajar yang baik. Bagi siswa yang
baru masuk sekolah lanjutan mungkin mengalami kesulitan dalam
membagi waktu belajar, yakni adanya pertentangan antara belajar dan
keinginan untuk ikut aktif dalam kegiatan sosial, kegiatan ekstra
kurikuler, dan sebagainya.
F. Implikasi Proses Penyesuaian Remaja terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan.
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perkembangan

jiwa

remaja.

Sekolah

selain

mengemban

fungsi

pengajaran juga fungsi pendidikan. Dalam kaitannya dengan pendidikan


ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga,
yaitu

sebagai

rujukan

dan

tempat

perlindungan

jika

anak

didik

mengalami masalah.
Adapun beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar
proses penyesuaian diri remaja khususnya di sekolah adalah :
1) Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah bagi
anak didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
2) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi
anak.
3) Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar,
sosial, maupun seluruh aspek pribadinya.
4) Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah
belajar.
5) Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi
belajar.
6) Ruangan kelas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
7) Peraturan atau tata tertib yang jelas dan dipahami murid-murid.
12

8) Teladan dari para guru dalam segala segi pendidikan.


9) Kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan
kegiatan pendidikan di sekolah.
10)
Pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan yang sebaikbaiknya.
11)
Situasi

kepemimpinan

yang

penuh

saling

pengertian

dan

tanggung jawab baik pada murid maupun pada guru.


Karena di sekolah guru merupakan figur pendidik yang penting dan
besar pengaruhnya terhadap penyesuaian siswa-siswanya, maka dituntut
sifat-sifat guru yang efektif, yakni sebagai berikut (Ryans dalam Garrison,
1956).
1.) Memberi kesempatan (alert), tampak antusias dan berminat dalam
aktivitas siswa dan kelas.
2.) Ramah (cheerful) dan optimistis.
3.) Mampu mengontrol diri, tidak mudah kacau, dan teratur tindakannya,
4.) Senang kelakar, mempunyai rasa humor.
5.) Mengetahui dan mengakui kesalahan-kesalahannya sendiri.
6.) Jujur dan objektif dalam memperlakukan siswa.
7.) Menunjukkan pengertian dan rasa simpati dalam bekerja dengan
siswa-siswanya.
Jika para guru bersama dengan seluruh staf di sekolah dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik, maka anak-anak didik di sekolah itu
yang

berada

kemungkinannya

dalam

usia

untuk

remaja

mengalami

akan

cendrung

berkurang

permasalahan-permasalahan

penyesuaian diri atau terlibat dalam masalah yang bisa menyebabkan


perilaku yang menyimpang.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

penyesuaian diri adalah merupakan kemampuan aktivitas mental


dan tingkah laku individu dalam menghadapi tuntutan baik dari dalam
diri (personal) maupun dari lingkungan (sosial) demi memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya

dengan

penuh

rasa

bahagia

dan

memuaskan.

13

Proses penyesuaian diri menurut Schneiders (1984), melibatkan


tiga unsur yang akan mewarnai kualitas proses penyesuaian diri
individu, yakni motivasi dan proses penyesuaian diri, sikap terhadap
realitas dan proses penyesuaian diri, serta pola dasar penyesuaian
diri.

Penyesuaian diri remaja memiliki karakteristik yang khas, yang


dapat dilihat berbagai sisi, yakni penyesuaian diri terhadap peran dan
identitasnya, pendidikan, kehidupan seks, norma sosial, waktu luang,
uang, kecemasan, konflik, dan frustasi.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian


diri tersebut diantaranya adalah kondisi jasmaniah, perkembangan
dan kematangan, psikologis, lingkungan, serta kultural dan agama.

Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi


remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti
keretakan keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja
yang hidup di dalam rumah tangga yang retak, mengalami masalah
emosi, tampak padanya ada kecenderungan yang besar untuk marah,
suka menyendiri, di samping kurang kepekaaan terhadap penerimaan
sosial

dan

kurang

mampu

menahan

diri

serta

lebih

gelisah

dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang


wajar.

Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap


perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban fungsi
pengajaran

juga

fungsi

pendidikan.

Dalam

kaitannya

dengan

pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari


peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika
anak didik mengalami masalah.
B. Saran
Sebagai penyusun kami merasa masih ada kekurangan dalam
pembuatan makalah ini, oleh karena itu kami mohon kritik dan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
14

Patrician, A. 2013. Remaja. Di akses tanggal 18 Februari


2014. http://www.slideshare.net/chenkalieaminudin/remaja26814056
Sunarto, H. & Hartono, Agung.1998. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sarlito Wirawan Sarwono. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta: Gramedia.
Sari, J. et al. 2013. Perkembangan Peserta Didik Problematika Remaja
SMP. Di akses tanggal 18 Februari
2014. http://www.slideshare.net/immochacha/perkembanganpeserta-didik-23721725

15

Anda mungkin juga menyukai