Anda di halaman 1dari 5

286

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY

Pengembangan Simulasi Komputer Dalam Model Pembelajaran


Kooperatif Untuk Meminimalisir Miskonsepsi Fisika
Pada Siswa SMA Di Kota Palu
Sahrul Saehanaa, Haeruddin
Program Studi Pend. Fisika FKIP Universitas Tadulako
Alamat: Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu
email: oel_281@yahoo.com

Abstrak Pengembangan simulasi komputer sebagai media dalam model pembelajaran kooperatif telah dilakukan untuk meminimalisir
miskonsepsi fisika konsep mekanika pada siswa kelas X SMA di Kota Palu. Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti metodologi penelitian
pengembangan yang terdiri atas fase investigasi awal, fase desain, fase realisasi, fase implementasi dan uji coba. Tingkat penurunan
miskonsepsi dan peningkatan hasil belajar siswa adalah indikator utama keberhasilan penelitian, disamping validitas, kepraktisan dan
efektivitas. Melalui implementasi pembelajaran dengan media simulasi komputer diperoleh rerata skor siswa sebesar 8,01, n-gain
ternormalisasi 79,26% serta penurunan tingkat miskonsepsi sebesar 39,75%. Pembelajaran kooperatif dengan simulasi komputer lebih baik
dari pembelajaran kooperatif tanpa menggunakan simulasi komputer yang dibuktikan melalui uji beda dengan taraf signifikansi 5% serta
perbandingan rerata nilai n-gain. Disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif menggunakan simulasi komputer cukup efektif dalam
mengatasi miskonsepsi fisika konsep mekanika yang dialami oleh siswa SMA.

I. PENDAHULUAN
Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar fisika pada
siswa SMA di Kota Palu adalah tingginya tingkat
miskonsepsi [1-5]. Adapun konsep yang mengalami
miskonsepsi tersebut yaitu mekanika, listrik, magnet,
termodinamika, gelombang, dan optik. Tingginya abstraksi
konsep pada mata pelajaran fisika diduga kuat sebagai
penyebabnya, dimana hal tersebut membuka peluang yang
cukup besar bagi siswa untuk mengalami miskonsepsi [2].
Apalagi metode konvensional (ceramah) masih dominan
yang diterapkan sebagian besar guru fisika.
Hingga saat ini, model pembelajaran kooperatif telah
diterapkan dalam pembelajaran fisika di kelas oleh sebagian
besar guru di Kota Palu. Namun, pemanfaatkan media
pembelajaran, seperti simulasi komputer, belum pernah
dilakukan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan media
pembelajaran, seperti simulasi komputer, belum tersedianya
perangkat pembelajaran, serta
belum adanya desain
pembelajaran kooperatif dengan media tersebut [1]. Di sisi
lain, studi mengenai model pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan simulasi komputer untuk mengatasi
miskonsepsi fisika juga belum pernah dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengembangkan simulasi komputer konsep mekanika
sehingga miskonsepsi fisika yang dialami oleh siswa SMA
dapat dikurangi. Dimana, upaya ini dilakukan melalui
identifikasi miskonsepsi fisika, pengembangan simulasi
komputer, penerapan pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan
simulasi
komputer
serta
evaluasi
pembelajaran fisika.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode
penelitian pengembangan. Tahapan penelitian ini meliputi
studi pendahuluan, pengembangan simulasi dan perangkat
pembelajaran, uji coba terbatas dan uji coba lebih luas, uji
model pembelajaran dan sosialisasi hasil penelitian [6,7].
Identifikasi
miskonsepsi
yang
dialami
siswa
menggunakan tes diagnostik miskonsepsi dengan CRI yang
dikembangkan oleh Masril dan Nurasma [8] serta tes yang

dibuat oleh tim peneliti. Penentuan kriteria siswa yang


mengalami miskonsepsi dapat dilihatkan pada Tabel I [8].
TABEL
Tipe
Jawaban
Jawaban
benar
Jawaban
salah

I.

PENENTUAN SISWA
MISKONSEPSI

YANG

MENGALAMI

CRI Rendah ( < 2,5)

CRI Tinggi (> 2,5)

Jumlah jawaban yang


benar dan CRI rendah,
menebak
Jumlah jawaban yang
salah dan CRI rendah,
kurang pengetahuan

Jumlah jawaban yang benar


dan CRI tinggi, pengetahuan
konsep benar
Jumlah jawaban yang salah
dan CRI tinggi, miskonsepsi

Indikator keberhasilan penelitian adalah peningkatan


hasil belajar siswa dan penurunan tingkat miskonsepsi yang
dialami siswa. Peningkatan hasil belajar siswa ditentukan
melalui perhitungan gain ternormalisasi seperti pada
Persamaan 1 [7].
(1)
Dimana, kategori tinggi= g > 70, sedang = 30 (g) 70 dan
rendah = g < 30. Penurunan tingkat miskonsepsi dihitung
berdasarkan selisih miskonsepsi awal siswa (pretes) dan
miskonsepsi yang dialami siswa setelah mengikuti
pembelajaran.
Uji model dilakukan dengan membandingkan hasil
belajar siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif
dengan simulasi komputer dan hasil belajar siswa yang
mengikuti pembelajaran kooperatif tanpa simulasi
komputer. Uji ini dilakukan pada dua sekolah dengan
asumsi bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal dan
homogen.
III. HASIL DAN DISKUSI
A. Hasil
Identifikasi jenis miskonsepsi yang dialami siswa
dilakukan dengan menggunakan tes diagnostik dengan FCI
(Force Concept Inventory) sebanyak 36 soal pilihan ganda.
Penentuan siswa yang mengalami miskonsepsi mengacu
pada metode yang dikemukakan oleh Masril dan Nurasma

ISSN 0853-0823

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY

287

[8]. Hasil identifikasi miskonsepsi siswa dapat dilihat pada


Tabel II.
TABEL II.

HASIL TES DIAGNOSTIK MISKONSEPSI


SISWA

No

Sekolah

1
2
3
4
5
6

SMAN 7 Palu
SMAN Muhammadiyah
MAN Model
SMAN 2 Palu
SMAN 5 Palu
SMAN 3 Palu
Rata-rata

Persentase Pemahaman Siswa


Mis
TB
KK
KB
41.58
40.10
9.20
9.11
42.78
34.44
12.50
10.28
49.69
29.94
5.40
14.97
57.75
22.57
5.21
14.47
56.16
23.27
6.31
14.26
48.65
32.43
6.98
11.94
49.44
30.46
7.60
12.51

Dimana, Mis= miskonsepsi, KK= kurang konsep, TB = menebak, dan KB=


konsep benar.

Hasil pada Tabel II menunjukkan bahwa miskonsepsi


mekanika yang dialami oleh sebagian besar siswa kelas X di
Kota Palu berada dalam kategori tinggi yaitu sebesar
49,44%.
A.1.Pengembangan simulasi komputer
Dalam penelitian ini telah dikembangkan simulasi
komputer konsep mekanika menggunakan program Delphi
7.0, seperti pada Gambar 1. Simulasi yang ditunjukkan
Gambar 1 menjelaskan aplikasi hukum Newton II pada
gerak benda yang dihubungkan katrol [9,10]. Aspek
kemudahan penggunaan, kepraktisan, efektivitas dan
validitas
menjadi
bahan
pertimbangan
dalam
mengembangan simulasi tersebut. Selain itu, dalam
penelitian ini juga telah dikembangkan perangkat
pembelajaran yang didasarkan pada model kooperatif, yaitu
skenario pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), buku guru dan buku siswa, serta lembar kerja siswa.

Gambar 1. Simulasi komputer tentang aplikasi Hukum Newton II.

A.2.Pembelajaran kooperatif dengan media simulasi


komputer
Pelaksanaan
pembelajaran
kooperatif
dengan
menggunakan media simulasi komputer telah dilakukan
pada enam SMA di Kota Palu. Hasil evaluasi pelaksanaan
pembelajaran ini dapat dilihat pada Tabel III dan IV.
TABEL III. RERATA NILAI TES DAN N-GAIN
No
1
2
3
4
5
6

Sekolah
SMA Negeri 2 Palu
SMA Negeri 3 Palu
SMA Negeri 5 Palu
SMA Negeri 7 Palu
MAN Model
SMA Muhammadiyah
Rerata

Pretes
4.42
4.31
4.41
4.09
4.24
4.10
4.26

Rerata
Postes
7.92
8.00
8.00
8.00
8.12
8.00
8.01

N-gain
76.53
78.67
79.32
79.43
81.76
79.83
79.26

TABEL IV. TINGKAT PEMAHAMAN SISWA SEBELUM DAN SESUDAH PEMBELAJARAN


No

Sekolah

1
2
3
4
5
6

SMA Negeri 2 Palu


SMA Negeri 3 Palu
SMA Negeri 5 Palu
SMA Negeri 7 Palu
MAN Model
SMA Muhammadiyah
Rerata

MS
63.75
61.18
61.27
67.81
58.75
50.00
60.46

Pretes
KK
TB
10.00
7.08
11.60
9.42
9.22
7.87
6.56
4.69
5.42
6.25
9.00
5.00
8.63
6.72

KB
19.17
17.80
21.64
20.94
29.58
36.00
24.19

MS
17.92
24.86
22.97
23.75
17.78
17.00
20.71

Postes
KK
TB
4.58
4.17
5.14
3.24
4.59
2.70
3.44
3.44
4.44
3.89
6.00
7.00
4.70
4.07

KB
73.33
66.76
69.73
69.38
73.89
70.00
70.51

Keterangan: MS = Miskonsepsi, KK = Kurang konsep, TBK = Menebak, KB = Konsep benar

Hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran


menggunakan simulasi komputer menunjukkan peningkatan
aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Hasil ini menunjukkan rerata aktivitas siswa sebesar 70%
yang berada dalam kategori tinggi.
Dari hasil wawancara diketahui bahwa aspek minat dan
motivasi belajar juga menunjukkan peningkatan yang cukup
signifikan. Sedangkan dari angket yang diberikan kepada
guru diketahui bahwa sebagian guru besar mengungkapkan
bahwa pembelajaran kooperatif dengan media simulasi
komputer sangat cocok diterapkan untuk meningkatkan
kualitas belajar fisika.

Dalam uji ini, data hasil belajar siswa diasumsikan


berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan
uji perbedaan rata-rata dua sampel independen dengan taraf
signifikansi 5%. Hasil pengolahan data dengan
menggunakan software SPSS 11.5 dapat dilihat pada Tabel
V.
Dari Tabel V, diketahui bahwa nilai thitung sebesar 11,568
dengan probabilitas 0,867. H0 dapat diterima karena
probabilitas > 0,05. Disimpulkan bahwa rata-rata nilai hasil
belajar siswa kelas kontrol dan eksperimen berbeda.
Perbedaan nilai hasil belajar antara kelas kontrol dan
eksperimen juga dapat dilihat pada Tabel VI.

A.3.Uji model
Uji model dilakukan untuk mengetahui efektivitas model
pembelajaran yang dikembangkan dibandingkan dengan
model pembelajaran kooperatif tanpa media pembelajaran.
ISSN 0853-0823

288

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY

TABEL V. HASIL UJI BEDA ANTARA KELAS KONTROL


DAN EKSPERIMEN
Group Statistic
Hasil Belajar

Mean

Kelas kontrol
Kelas eksperimen

20
20

7.20
9.00

Std.
Deviation
0.41
0.56

Std. Error
Mean
0.09
0.13

Independent Samples Test

Hasil Belajar

Equal var. ass.


Equal var. not
ass.

TABEL VI.
Kelas
Kontrol
Eksperimen

Levenes Test
for Equality
Variances
F
Sig.
0.028

t-test for Equality of Means


t

df

Sig. (2 Mean Std. Err.


tailed) Diff.
Diff.
0.867 -11.6 38
0
-1.8
0.156
-11.6 37.8
0
-1.8
0.156

PERBANDINGAN NILAI POSTTES KELAS


KONTROL DAN EKSPERIMEN
Rerata Postes
7.20
9.00

Standar Deviasi
0.41
0.56

N-Gain (%)
60.83
75.00

Nilai rerata postes dan n-gain pada Tabel VI menunjukkan


bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
kooperatif dengan simulasi komputer (kelas eksperimen)
lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran kooperatif tanpa menggunakan simulasi
komputer (kelas kontrol).
B. Pembahasan
Hasil studi awal menunjukkan bahwa tingkat
miskonsepsi pada siswa kelas X SMA di Kota Palu cukup
serius. Dimana dari hasil identifikasi pada enam SMA di
Kota Palu dengan tes diagnostik diketahui bahwa rata-rata
miskonsepsi sebesar 49,44%. Bahkan siswa memiliki
pengetahuan yang kurang serta menjawab pertanyaan
dengan asal-asalan (menebak) juga cukup signifikan,
masing-masing sebesar 30,46% dan 7,60%. Cukup
mengejutkan bahwa siswa yang memiliki pemahaman
konsep benar hanya sebesar 12.51%.
Hasil studi pendahuluan juga mengungkapkan bahwa
konsep mekanika yang mengalami miskonsepsi, yaitu:
gerak lurus beraturan, gerak lurus berubah beraturan, gerak
melingkar, Hukum Newton dan perpaduan gerak. Beberapa
jenis kesalahan konsep siswa dalam materi gerak lurus
beraturan yaitu siswa belum dapat: (a) membedakan
perpindahan dan jarak tempuh, dan (b) menginterpretasi
grafik posisi, kecepatan dan percepatan terhadap waktu.
Jenis kesalahan konsep pada materi gerak lurus berubah
beraturan yaitu siswa belum memahami karakteristik benda
yang bergerak jatuh bebas. Di sisi lain, siswa juga belum
dapat menerapkan konsep Hukum Newton dalam beberapa
kasus, seperti gerak benda pada katrol. Sedangkan pada
materi gerak melingkar, siswa juga belum memahami arah
kecepatan linier dari benda yang bergerak melingkar dan
kecepatan kritis yang dimilikinya. Penulis menduga bahwa
penyebab terjadinya miskonsepsi tersebut adalah: (1)
pengalaman sehari-hari siswa, (2) buku teks, dan (3) metode
mengajar guru yang salah [11].
Penerapan pembelajaran menggunakan simulasi
komputer dilakukan dalam model pembelajaran kooperatif

sesuai dengan skenario dan rencana pelaksanaan


pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa
menggunakan simulasi komputer serta mengikuti prosedur
kerja sesuai LKS. Hasil yang diperoleh kemudian
didiskusikan serta dituangkan dalam kesimpulan. Setiap
kelompok melakukan presentasi hasil kerja kelompoknya di
depan kelas. Dalam kegiatan ini terjadi diskusi antar siswa
dan dan siswa dengan guru. Kelompok yang memiliki
kinerja yang baik memperoleh penghargaan dari guru. Di
akhir
pembelajaran
dilakukan
evaluasi
dengan
menggunakan tes pemahaman konsep yang dikembangkan
oleh tim peneliti.
Keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif dengan
media simulasi komputer dapat dilihat dari peningkatan
rerata hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran
kooperatif dengan simulasi komputer yaitu sebesar 3.75.
Adanya peningkatan pemahaman siswa juga diindikasikan
rerata nilai n-gain ternormalisasi sebesar 79,26% yang
berada dalam kategori tinggi. Rerata nilai n-gain setiap
sekolah dapat dilihat pada Tabel 3.
Penerapan pembelajaran kooperatif dengan simulasi
komputer juga berhasil menurunkan tingkat miskonsepsi
siswa. Hal ini disebabkan karena melalui penggunakan
simulasi komputer siswa dapat memanipulasi parameter
input sesuai dengan nilai yang diinginkan, mengamati
gerak benda, menyimpulkan konsep dan mengkonstruksi
konsepnya sendiri [11]. Perbandingan tingkat miskonsepsi
siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dapat
dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4 tampak bahwa terjadi
penurunan tingkat miskonsepsi siswa sebesar 39,75%,
setelah dilakukan pembelajaran kooperatif dengan media
simulasi komputer. Di sisi lain, dapat dilihat adanya
peningkatan pemahaman konsep siswa sebesar 50,32%.
Hal ini disebabkan karena melalui penggunaan simulasi
komputer siswa dapat melihat fenomena fisis secara
langsung.
Model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
media simulasi komputer ternyata memiliki perbedaan
cukup signifikan dibandingkan dengan model pembelajaran
kooperatif tanpa menggunakan media simulasi komputer.
Berdasarkan uji beda dua sampel independen dengan tingkat
signifikansi 5% diketahui bahwa hasil belajar siswa yang
mengikuti pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
media simulasi komputer berbeda dengan hasil belajar siswa
yang
mengikuti
pembelajaran
kooperatif
tanpa
menggunakan media simulasi komputer (Tabel 5). Hal ini
juga diperkuat dengan perbedaan rerata nilai n-gain
ternormalisasi yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Hasil tanggapan siswa terhadap simulasi dalam model
pembelajaran kooperatif memberikan respon rata-rata
dengan persentase 78,57 % yang termasuk dalam kategori
baik. Jika dilihat pada tiap aspek yang ditinjau, maka untuk
aspek penampilan materi pada simulasi, rata-rata siswa
memberikan respon sangat baik yakni dengan persentase
terbesar 98,21 %. Sedangkan untuk aspek materi dan aspek
Ilustrasi berupa gambar, grafik, mendapat respon dengan
kategori baik masing-masing sebesar 80,36 % dan 81,25 %.
Pilihan jawaban siswa dalam angket untuk aspek contohcontoh soal yang ada dan aspek latihan soal serta tes
formatif yang ada pada setiap kegiatan belajar sudah
mengukur pemahaman siswa tentang materi dalam simulasi
dalam model pembelajaran kooperatif termasuk dalam

ISSN 0853-0823

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY

289

kategori cukup yakni dengan persentase masing-masing


76,78%; 73,21% dan 70,53%. Hal ini disebabkan karena
siswa lebih tertarik pada tampilan materi maupun ilustrasi
yang ditampilkan, sehingga mereka cenderung termotivasi
untuk mengeksplorasi sendiri men-menu yang ada pada
program pembelajaran ketimbang melatih penguasaan
konsep yang sudah disediakan melalui contoh soal, latihan
soal maupun tes formatif.
Penulis berkesimpulan bahwa penggunaan media
simulasi komputer memberikan dampak yang cukup
signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa dan
penurunan tingkat miskonsepsi. Adanya perbedaan ini
mungkin disebabkan karena pembelajaran kooperatif dengan
bantuan simulasi komputer disajikan lebih menarik melalui,
visualisasi gambar, simulasi dan animasi [11]. Selain itu
siswa aktif belajar secara individu mengikuti menu-menu
yang ada sesuai dengan keinginannya. Materi yang
dipelajari dapat diulangi tanpa perlu didampingi oleh guru.
Siswa juga dapat menguji sendiri penguasaan konsepnya
dengan cara mengerjakan soal-soal yag tersedia dalam
simulasi.
Model pembelajaran yang dikembangkan dalam
penelitian ini sangat mungkin untuk diterapkan pada
pembelajaran di SMA karena saat ini ketersediaan
laboratorium komputer serta kemampuan guru dan siswa
dalam menggunakan media berbasis multimedia sudah
cukup memadai.

IPA-Fisika melalui penerapan pembelajaran model elaborasi


(penelitian tindakan kelas di SMP Negeri 1 Sindue Kab. Donggala),
Lembaga Penelitian UNTAD, Palu, 2002.
[5] L. Saehana, Pengungkapan miskonsepsi mahasiswa fisika FKIP
UNTAD menggunakan force concept inventory and certainity
responses indenx, Skripsi, tidak dipublikasikan, Universitas
Tadulako, Palu, 2006.
[6] P. Tjeerd, Education and training system design, Instruction,
University of Twente, Enschede, Netherland, 1997.
[7] Nieven dan Nienke, Prototyping to reach product quality,
Netherlands, 1999.
[8] Masril dan N. Asma, Pengungkapan miskonsepsi siswa
menggunakan force concept inventory and certainty of response
index, Jurnal HFI B5, Bandung, 2002, pp. 559-1559-9.
[9] S. Saehana, Simulasi gerak parabola sebagai media pengajaran
fisika. Skripsi, tidak dipublikasikan, Universitas Tadulako, Palu,
2004.
[10] H. Oemar, Komputerisasi pendidikan nasional, Mandar Maju,
Bandung, 1989.
[11] P. Suparno, Miskonsepsi dan perubahan konsep dalam pendidikan
fisika, Gramedia, Jakarta, 2005.

IV. KESIMPULAN
Studi pengembangan simulasi komputer dan perangkat
pembelajarannya telah dilakukan pada siswa kelas X SMA
di Kota Palu. Penerapan pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan simulasi komputer dapat dikatakan berhasil
karena rerata skor hasil belajar siswa, n-gain ternormalisasi
dan penurunan miskonsepsi, sebesar 8,01, 79,26% dan
39,75%, secara berurut. Bahkan, hasil uji beda yang
dilakukan dengan taraf signifikansi 5% dan perbandingan
rerata nilai n-gain menunjukkan pembelajaran kooperatif
dengan simulasi komputer lebih baik dari pembelajaran
kooperatif tanpa menggunakan simulasi komputer. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan simulasi komputer cukup
efektif dalam mengatasi miskonsepsi mekanika yang
dialami oleh siswa SMA.

Sahrul S
@ (a) menggunakan skor jawaban 1-5 (b) Baru pilihan
ganda belum dilanjutkan ke essay dan wawancara (c) Ya, 30
konsep dalam fisika.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat DIKTI yang
telah membiayai penelitian ini melalui dana DIPA
Universitas Tadulako dalam Penelitian Hibah Bersaing
tahun anggaran 2009.

TANYA JAWAB
Arif Maftukhim (UNMUH Purworejo)
? Dalam menentukan miskonsepsi dengan CRI, (a)
bagaimana penentuan miskonsepsi / kurang pahamnya siswa
terhadap konsep? (b) Dalam menentukan miskonsepsi
peneliti menggunakan pilihan ganda saja atau dilanjutkan
essay dan wawancara? (c) apakah sudah digunakan pada
konsep yang lain?

Anonim
? Studi pendahuluan miskonsepsi siswa tentang apa?
? Pakai program apa?
? Program dulu yang dibuat atau dicari dulu miskonsepsi
yang paling banyak?
Sahrul S
@ Konsep Mekanika.
@ Delphi 7.0.
@ Miskonsepsi kemudian programnya.
R. Wakhid A (UMP)
? Pretes itu dilakukan sebelum materi diberikan, postes
dilakukan setelah materi diberikan, ya jelas hasilnya selalu
lebih baik post tes. Bagaimana tanggapan anda?
Sahrul S.
@ Apabila proses pembelajaran tidak berjalan baik maka
belum tentu lebih baik.

PUSTAKA
[1]

[2]
[3]
[4]

S. Saehana, Nurjannah, U. Nasir, A. Razak, A. Rahman,


Pemanfaatan simulasi komputer sebagai media pembelajaran untuk
mengatasi miskonsepsi mekanika pada siswa kelas XI SMAN 5 Palu,
Palu: Lembaga Penelitian Univ. Tadulako, 2006.
Kamaluddin dan W. Nur, Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya kesalahan konsep fisika pada siswa SMUN di Kotamadya
Palu, Lembaga Penelitian UNTAD, Palu, 1998.
I.W. Darmadi, Meminimalisir miskonsepsi mahasiswa dalam mata
kuliah fisika dasar I melalui penggunaan peta konsep dan peta vee,
Lembaga Penelitian UNTAD, Palu, 2005.
J. Mansyur, Meminimalisir miskosepsi siswa dalam mata pelajaran

Budi Armanto (SMPN 18 Purworejo)


? Pada gambar (slide) tentang barang bekas sebagai alat
sains, tetapi gamabaran cara kerja alat masih belum detail,
sekaligus dikaitkan dengan kompetensi dasar yang ingin
dicapai?
Sahrul S
@ Rincian detil dapat dilihat di prosiding.

ISSN 0853-0823

290

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY

Alex Humam I. (SMKN 2 PWT)


? Dalam pembuatan alat peraga perlu pelatihan atau tidak
sebab guru yang mengajar bahanbasicnya?

Sahrul S
@ Perlu dilakukan pelatihan pembuatuan media sains.

ISSN 0853-0823

Anda mungkin juga menyukai