Anda di halaman 1dari 2

Hubungan Pengetahuan Ibu dan Sikap Suami Terhadap Unmet Need KB Pasangan Usia

Subur di Desa Pantee Bidari


Masalah kependudukan merupakan masalah serius tidak saja bagi negara berkembang
tapi juga masalah bagi negara maju. Pertumbuhan penduduk yang selalu meningkat dengan
cepatnya akan menghalangi kemampuan suatu negara untuk memenuhi permintaan rakyat yang
selalu meningkat dalam kehidupan yang lebih baik. Pada tahun 2011 dunia melaksanakan sensus
penduduk, hasil sensus pendududuk tersebut penduduk dunia berjumlah 7 milyar jiwa, dan
diperkirakan pada tahun 2050 jumlah popolasi dunia berjumlah 10,6 Milyar jiwa, dan lebih 15
milyar pada tahun 2100 (Kollodge, 2011).
Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia, hasil estimasi jumlah penduduk pada tahun
2014 sebesar 252.124.458 jiwa, yang terdiri atas 126.921.864 jiwa penduduk laki-laki dan
125.202.594 jiwa penduduk perempuan. Peningkatan ini relatif cepat, diperlukan kebijakan
untuk mengatur atau membatasi jumlah kelahiran agar kelahiran dapat dikendalikan dan
kesejahteraan. Banyak Pasangan Usia Subur (PUS) tidak mendapat pelayanan KB, padahal hal
itu berisiko meningkatkan jumlah kematian ibu karena aborsi yang tidak aman.
Istilah unmet Need KB menggambarkan kebutuhan berKB Pasangan Usia Subur (ingin
anak ditunda atau tidak ingin memiliki anak lagi) tetapi tidak menggunakan alat maupun obat
kontrasepsi. Unmet need banyak terjadi berkaitan dengan ketakutan terhadap efek samping dan
ketidaknyamanan pemakaian kontrasepsi. Hasil temuan ini menyimpulkan terdapat dua
fenomena yang perlu diperhatikan bahwa tingkat unmet need yang tinggi untuk penjarangan
terdapat dikalangan wanita usia muda yang masih menginginkan tambahan anak lagi dan tingkat
unmet need yang tinggi untuk mengakhiri terdapat pada kelompok wanita usia tua dan memiliki
jumlah anak seperti yang diharapkan (Kemenkes RI, 2013).

Hasil wawancara yang dilakukan pada 8 orang wanita usia subur di desa Pantee Bidari
Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur terdapat 6 PUS yang bukan merupakan akseptor
KB aktif dan 2 PUS termasuk akseptor KB aktif suntik dan IUD. Adapun alasan mereka tidak
menggunakan kontrasepsi, 4 orang diantara mereka menyatakan bahwa tidak terlalu mengetahui
keuntungan

dan

kerugian

masing-masing

alat

kontrasepsi

sehingga

mereka

takut

menggunakannya, kurangnya dukungan suami yang masih berpegang teguh dengan keyakinan
agamanya, lalu 2 orang lainnya mengatakan bahwa mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi
karena alasan kesalahan pemakaian alat kontrasepsi sebelumnya sehingga menimbulkan efek
pada kesehatan jantung mereka. Permasalahan yang sedang terjadi saat ini pada PUS di desa
Pantee Bidari Kecamatan Darul Aman Kabupaten Aceh Timur merupakan kebutuhan PUS untuk
ber KB tetapi kebutuhan tersebut (tidak ingin anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilan
berikutnya) tidak terpenuhi dan tidak memakai alat kontrasepsi, hal ini merupakan masalah yang
serius dan memerlukan tindakan segera untuk diintervensi melalui strategi pendekatan tertentu,
baik dengan cara meningkatkan kegiatan penyuluhan yang melibatkan tokoh masyarakat maupun
dengan kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi pelayanan KB oleh tenaga kesehatan,
tenaga Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana maupun kader KB kepada PUS yang memiliki
anak lebih dari dua sehingga mereka menemukan solusi yang tepat dalam memilih alat
kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Anda mungkin juga menyukai