Laporan Absorbsi
Laporan Absorbsi
Semester V 2016/2017
LAPORAN PRAKTIKUM
ABSORPSI
Pembimbing
Kelompok
: IV(Empat)
Tanggal Praktikum
Puspita Sari R.
Silvia Julianita Tallu Lembang
Nurul Fitrah Imtinan
Muhammad Junaedi Aras
Kartina
Reska Lolongan
(331 14 002)
(331 14 004)
(331 14 008)
(331 14 010)
(331 14 016)
(331 14 024)
I.
JUDUL PERCOBAAN
II.
TUJUAN PERCOBAAN :
1. Menentukan penurunan tekanan dalam kolom isian kering dengan variasi laju alir
udara
2. Menentukan penurunan tekanan dalam kolom isian basah dengan variasi laju alir
udara
3. Menentukan konsentrasi CO2 dengan metode HMPL
4. Menentukan kadar CO2 didalam air metode titrasi
III.
IV.
DASAR TEORI
Absorpsi adalah operasi penyarapan komponen-komponen yang terdapat didalam
gas dengan menggunakan cairan. Suatu alat yang banyak digunakan dalam absorpsi gas
ialah menara isiar. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk silinder atau menara
yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian bawah,
pemasukan zat cair pada bagian atas, sedangkan pengeluaran gas dan zat cair masingmasing diatas dan dibawah, serta suatu zat padat tak aktif (inert) diatas penyangganya.
Yang disebut packing.
Adanya packing (bahan isian) didalam kolom absorpsi akan menyebabkan
terjadinya hambatan terhadap aliran fluida yang melewati kolom. Akibatnya gas
maupun cairan yang melewati akan mengalami pressure drop penurunan tekanan.
Persyaratan pokok yang diperlukan untuk packing :
1.
2.
3.
4.
5.
dengan menggunakan air, atau penghilangan H2S yang dikandung dalam gas alam
dengan menggunakan larutan alkali.
Banyak hal yang mempengaruhi absorpsi gas kedalam cairan antara lain :
1.
Temperatur
2.
Tekanan operasi
3.
4.
5.
6.
Ruas kanan persamaan diatas sulit untuk dipecahkan. Karena itu penentuan
kog lebih mudah dipecahkan dengan persamaan :
N=
Kog
a.A.H
selisih tekanan
rata-rata logaritma
transfer massa(m2)
(atm)
Fa
Atau
N=
[gmolCO2 terabsorpsi/ detik].
Catatan :
Pada percobaan ini diasumsikan bahwa laju alir volum air tidak dipengaruhi oleh
penurunan tekanan didalam kolom, dianggap penurunan tekanan yang terjadi sangat
kecil dibandingkan tekanan atmosfir.
b.
H2O
H2CO3
Jika :
Laju alir
F1 L/detik
V1 ml
Konsentrasi NaOH
C1 M
VOL. Sampel
V2 ml
Fa
Laju rata-rata CO yang terabsorpsi pada suatu periode:
Na2CO3 + H2O
C g.mol/liter.
NaHCO3 + HCl
Misalkan volume yang digunakan untuk titrasi tahap kedua ini V 2 ml, maka
volume yang digunakan untuk menetralisir bikarbonat = (V 3 V2) ml. pada tabung
kedua dimasukkan larutan sample sebanyak (V3 V2) ml lebih sedikit dan dikocok
dengan baik. Endapan yang terbentuk adalah hasil reaksi antara karbonat dalam sampel
dengan larutan barium. Endapan yang tebentuk adalah barium karbonat yang dari
karbonat dalam sample. Jika larutan diberi beberapa tetes indicator phenolphalein maka
larutan akan berwarna merah jambu.
Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi
pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering juga
disebut sebagai cairan pencuci. Persyaratan absorben :
o Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin
o
o
o
o
o
o
gas
yang
dapat
larut,
atau
untuk
pemisahan
partikel
debu
dan
tetesan
cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam
sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).
Kolom Absorpsi
Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung
tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh
komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari
komponen tersebut. Diantara jenis-jenis absorben ini antara lain, arang aktif, bentonit,
dan zeolit.
Arang aktif
Arang merupakan
suatu
padatan
berpori
yang
mengandung
85-95%
pada suhu
tinggi.
terjadikebocoran
Ketika
udara
pemanasan
didalam
berlangsung,
ruangan
pemanasan
diusahakan
agar
tidak
sehingga
bahan
yang
mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang selain
digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap).
Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi
lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan aktif faktor bahanbahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian,
arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian
disebut sebagai arang aktif. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa
kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume poripori dan luas permukaan.
Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat arang
aktif. Arang aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu arang aktif sebagai pemucat dan
sebagai penyerap uap. Arang aktif sebgai pemucat, biasanya berbentuk powder
yang sangat halus, diameter pori mencapai 1000 A0, digunakan dalam fase
cair,berfungsi untuk memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna
dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat penganggu
dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri baru. Diperoleh dari
serbukserbuk gergaji, ampas
pembuatan kertas
atau
dari bahan
baku yang
Zeolit
Mineral zeolit bukan merupakan mineral tunggal, melainkan sekelompok
mineral yang terdiri dari beberapa jenis unsur. Secara umum mineral zeolit adalah
senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali tanah. serta mempunyai rumus
kimia sebagai berikut :
M2x/nSi1-xAlxO2.yH2O
Dengan M = e.g Na, K, Li, Ag, NH, H, Ca, Ba
Ikatan ion Al-Si-O adalah pembentuk struktur kristal, sedangkan logam alkali
adalah kation yang mudah tertukar. Jumlah molekul air menunjukkan jumlah pori-pori
atau volume ruang hampa yang akan terbentuk bila unit sel kristal zeolit tersebut
dipanaskan. Penggunaan zeolit cukup banyak, misalnya untuk industri kertas, karet,
plastik, agregat ringan, semen puzolan, pupuk, pencegah polusi, pembuatan gas asam,
tapal gigi, mineral penunjuk eksplorasi, pembuatan batubara, pemurnian gas alam,
industri oksigen, industri petrokimia.
Dalam keadaan normal maka ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh
molekul air bebas yang membentuk bulatan di sekitas kation. Bila kristal tersebut
dipanaskan selama beberapa jam, biasanya pada temperatur 250-900 oC, maka kristal
zeolit yang bersnagkutan berfungsi menyerap gas atau cairan. Daya serap (absorbansi)
zeolit tergantung dari jumlah ruang hampa dan luas permukaan. Biasanya mineral zeolit
mempunyai luas permukaan beberapa ratus meter persegi untuk setiap gram berat.
Beberapa jenis mineral zeolit mampu menyerap gas sebanyak 30% dari beratnya dalam
keadaan kering. Pengeringan zeolit biasanya dilakukan dalam ruang hampa dengan
menggunakan gas atau udara kering nitrogen atau methana dengan maksud mengurangi
tekanan uap ari terhadap zeolit itu sendiri.
Bentonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam
mempunyai
suhu
1820C
didinginkan
pada
kondensor
hingga
suhu
V.
PROSEDUR KERJA
1. Menentukan penurunan tekanan aliran gas dalam kolom kering
a. Dikeringkan kolom dan isinya dengan jalan mengalirkan udara kedalam
kolom lewat bagian bawah sehingga semua airnya keluar.
b. Dialirkan udara dengan laju 30 l/menit (F2)
c. dicatat penurunan tekanan yang terjadi.
d. Diulangi percobaan dengan laju alir udara 40 dan 50
Sampai kecepatan udara tidak bisa ditingkatkan.
2. Menentukan penurunan tekanan aliran gas dalam bentuk basah.
a. Dialirkan udara kedalam kolom dengan laju alir 30 l/menit (F2).
b. Dialirkan air kedalam kolom dengan laju alir 3 L/menit (F1)
c. Dicatat penurunan tekanan yang terjadi didalam kolom.
d. Diulang percobaan dengan menaikkan laju alir udara hingga terjadi
flooding.
3. Menentukan jumlah CO2 yang terserap dengan metode titrasi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
b. Dibilas tabung analisa HMPL dengan jalan menarik piston dan dibuang
gas yang telah terisap ke atmosfir dengan volume 60 ml (V1)
c. Ditutup semua saluran kedua atmosfer dan menghisap kembali campuran
gas yang diisap yaitu 40ml dan menutup saluran dari gas
d. Dikembangkan tekanan didalam tabung dengan udara luar dengan jalan
membuka dan menutup keran saluran buang ke atmosfir mengusahakan
agar permukaan NaOH tetap pada tanda 0.
e. Dicatat kenaikan volume NaOH 1N setiap 15 menit pada variasi laju alir 3
dan4 L/menit selama masing-masing 1 jam dan dicatat pula perubahan
tekanannya.
VI.
VII.
DATA PENGAMATAN
Luas permukaan (A)
0.89 m
1.4 m
440 m2/m3
No
Q Udara (L/m)
30
40
50
10
60
16
70
20
80
27
90
32
100
38
110
41
10
120
44
11
130
46
12
140
49
13
150
52
Object 115
P (mm H2O)
No
Q Udara (L/m)
Q H2O (L/m)
Keterangan
30
38
Belum flooding
40
96
Belum flooding
50
174
flooding
P (cm H2O)
Q CO2
Waktu
(L/menit)
(menit)
V 1 (ml)
V2 (ml)
60
127
15
60
0.8
125
30
60
1.2
154
45
60
2.4
149
60
60
3.4
149
60
152
15
60
2.2
165
30
60
3.0
157
45
60
3.6
159
60
60
4.2
164
No.
P (Cm H2O)
Q CO2
Waktu (menit)
1.0
1.0
15
1.0
1.0
30
1.1
0.9
45
1.2
1.0
60
1.0
0.7
0.9
0.9
15
1.5
1.0
30
1.2
1.0
45
1.4
0.9
60
1.2
1.0
(L/menit)
3 L/min
40 L/min
3 L/min, 4 L/min
30 menit
3 L/min
(40+ 3) L/ min
3 L /min
43 L/min
= 0.0698
1.2 mL
60 mL
= 0.02
Fa
=
= 2.3187
L/m
= 2.3187 L/min x
1 min
60 det
= 0.0364 L/s
Waktu
V1
V2
Fa
(L/m)
(menit)
0
15
30
45
60
0
15
30
45
60
(mL)
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
(mL)
0
0.8
1.2
2.4
3.4
0
2.2
3
3.6
4.2
Yi
0.0698
0.0909
Yo
0
0.013
0.020
0.040
0.056
0
0.037
0.050
0.060
0.070
(L/s)
0.05
0.0409
0.0364
0.0222
0.0099
0.0667
0.0412
0.0315
0.0241
0.0164
o Ptotal
= P1+P2
= (82 + 72) mmH2O
=154 mmH2O = 15.4 cmH2O
H 2O
= 15.4 cmH2O x
hg
= 15.4 cmH2O x
1 g/cm 3 H 2 O
3
13.6 g /cm Hg
= 11.32 mmHg
o Pi
= Patm + AP
= 760 mmHg + 11.32 mmHg
= 771.323 mmHg
o P ave
P outPin
2
( 760+771.323 ) mmHg
2
= 765.662 mmHg
Penentuan Jumlah Mol CO2 Yang Terabsorbsi
10 mmHg
1 cmHg
Fa
2
N=
kolom( mm h g)
( tekananratarata
)
760 mmHg
( 765.662mmHg
760 mmHg )
K
( 273
303 K )
273
( tem , kolom(
K ))
0.0364 L/ s
22.42 gmol/ L
N=
= 0.00147 gmol/s
Penentuan Koefisien Perpindahan Massa Antara Gas Cairan
Dik:
Keliling tabung =
Keliling = 2 r
keliling
r=
2
28,5 cm x
1 m
=0,29 m
100 cm
A=
2 3,14
d=
(0,89 m)2=0,63 m2
4
4
maka :
Pi
N
Po
Kog=
x
a x AH (PiPo)
ln
ln
Kog=
Kog
( 771.323
760 )
0,00147 gmol /s
x
2
(769,19760) mmHg
m
2
440 3 0.63 m 1,4 m
m
= 4.9695
109 mol/m2 s
F3
(L/m
)
P1
P2
P total Pin
t
(meni
t)
(mmH2O)
(mmH2O)
(mmHg)
(mmHg
)
67
60
9.3382
769.3382
Pout
(mmH
g)
N
(mol/
s)
Kog
(mol/m2 s)
0.0020
6.8272x10
-9
15
65
60
9.1911
769.1911
760
0.0014
5.5971x10
-9
30
82
72
11.3235
771.3235
0.0015
4.9695x10
-9
45
79
70
10.9559
770.9558
0.0008
3.0343x10
-9
60
80
69
10.9559
770.9558
0.0004
1.0359x10
-9
81
71
11.1764
771.1764
0.0026
9.1030x10
-9
15
88
77
12.1323
772.1323
760
0.0017
5.6938x10
-9
30
83
74
11.5441
771.5441
0.0013
4.3119x10
-9
45
81
78
11.6911
771.6911
0.0010
3.2926x10
-9
60
87
77
12.0588
772.0588
0.0007
2.2513x10
-9
B. Penentuan Kadar CO2 Yang Diserap Didalam Air Dengan Metode Titrasi
Diketahui :
Cd
1 mL 0.01mol /liter
25 mL
V 2 C 2
V1
4.4 10
-4
mol/L
-4
mol/L
-4
- 3.6 10
-4
) gmol/liter
-4
= 2.4 x 10 gmol/menit
= 2.4x10-4 gmol/menit
= 4x10
-6
1 menit
60 detik
gmol
detik
( 300 ) menit x 60
=
detik
min
( 0.000440.00036 ) gmol
0.0025 ml
ml
= 2 x10
-6
gmol
detik
Dari beberapa data, dengan cara yang sama dapat dilihat pada tabel berikut :
Cd
(gmol/det
Co
(gmol/det
N
(gmol/det
NAV
(gmol/d
et)
0.0004
0.0004
0.0004
0.0004
30
1.1
0.9
0.00044
0.00036
4x10-6
2x10-6
45
1.2
0.00048
0.0004
4x10-6
2.6x10-6
60
0.7
0.0004
0.00028
6x10-6
0.9
0.9
0.00036
0.00036
15
1.5
0.0006
0.0004
1x10-5
2.4x10-5
30
1.2
0.00048
0.0004
4x10-6
2x10-6
45
1.4
0.9
0.00056
0.00036
1x10-5
6.67x10
F3
(L/menit
Waktu
(menit
sebelu
Sesuda
m
(ml)
h
(ml)
15
-6
60
1.2
0.00048
0.0004
4x10-6
3x10-6
0
0
0
0
10
20
30
40
50
60
70
t (menit)
F3 = 4L/m
10
20
30
40
t (menit)
50
60
70
METODE TITRASI
F3 = 3 L/menit
10
20
30
40
50
60
70
t (menit)
F3 = 4 L/menit
10
20
30
40
t (menit)
50
60
70
IX.
X.
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
Pada penentukan penurunan tekanan aliran gas dengan kolom kering dan
kolom basah dimana laju alir udara sebanding dengan perbedaan tekanan.
Diman semakin besar laju alir maka semakin besar pula perbedaan
tekanannya (berbanding lurus).
Pada kolom isian basah dimana cairan dikontakkan dengan udara dan
mengakibatkan flooding (banjir) pada laju alir udara 50 L/min
Pada grafik hubungan waktu (t) vs kadar CO 2 yang terabsorpsi (N) dengan
metode HMPL dimana semakin lama waktu yang dibutuhkan maka CO 2 yang
terabsorpsi juga semakin besar, namun pada praktikum ada kesalahan
sehingga waktu yang dibutuhkan terjadi semakin sedikit.
Pada grafik hubungan waktu (t) vs kadar CO 2 yang terabsorpsi (N) dengan
metode Titrasi diporoleh nilai yang tidak sesuai dengan dengan metode
HMPL dikarenanya kesalahan praktikan pada saat pratikum. Dimana
hubungan waktu(t) vs kadar CO2 yang terabsorpsi (N) dengan metode titrasi
semakin lama waktu dan semakin besar pula kadar CO2 yang terabsorpsi (N) .
XI.
DAFTAR PUSTAKA
: 331 14 002
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana
suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu
atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya.Pada praktikum ini gas yang
dikontakan dalam cairan adalah gas CO2. Gas CO2 dikontakkan dengan air dan
larutan NaOH.
Adapun tujuan praktikum kali ini yaitu menentukan penurunan tekanan dalam
kolom isian kering dengan variasi laju alir udara, menentukan penurunan tekanan
dalam kolom isian basah dengan variasi laju alir udara, menentukan konsentrasi CO2
dengan metode HMPL, menentukan kadar CO2 didalam air metode titrasi. Pada
percobaan ini, dilakukan kontak antara air dengan udara dalam kolom isian. Adanya
kolom isian akan menyebabkan tahanan antara aliran air dengan aliran udara dan
mengakibatkan bidang sentuh antara air dan udara semakin besar. Peristiwa absorpsi
pada percobaan ini berupa aliran counter-current dimana aliran udara masuk dibawah
kolom dan aliran air masuk diatas kolom dengan laju masung-masing yang dapat
diatur. Sehingga dapat dilihat bagaimana pengaruh laju alir udara masuk terhadap
tekanan pada kolom yang terbasahi.
Pada praktikum ini dimana laju alir air 3 L/min dan udara dibuat dalam kondisi
40 L/min sedangkan untuk laju alir gas CO 2 dibuat berubah, dengan variasi 3 L/min
dan 4 L/mnt pada metode HMPL dan metode titrasi
Pada karakteristik kolom kering ini terjadi kenaikan beda tekanan dengan
bertambahnya laju alir udara dimana semakin besar laju alir udara semakin besar pula
tekanan.
Pada karakteristik kolom basah ini juga terjadi kenaikan beda tekanan yang
disertai dengan bertambahnya laju alir udara. Akan tetapi, kenaikan beda tekanan pada
kolom basah ini lebih besar dibandingkan dengan beda tekanan yang terjadi pada
karakteristik kolom basah. Pada kolom basah ini terjadi Hal ini disebabkan adanya
pengaruh tekanan yang berasal dari air yang dialirkan kedalam kolom Absorpsi.
Pengaruh gas CO2 dalam absorpsi air metode analisis gas berada dalam
keadaan konstan, jika laju alir gas dilakukan berlanjut lama kelamaan gas yang
dihasilkan akan habis. Olehnya itu agar gas yang diperoleh tidak habis dapat dilakukan
dengan manambahkan pelarut pada kolom.
Pengaruh gas CO2 dalam absopsi air untuk analisis larutan pada percobaan
diperoleh hasil yang kurang baik. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya kesalahan
dalam melakukan titrasi.
Analisa yang dilakukan ada 2 metode yaitu secara HMPL dan metode titrasi. Adapun
variabel yang digunakan pada percobaan ini adalah perbedaan waktu proses absorbsi,
yaitu mulai t = 0 menit sampai t = 60 menit. Pengambilan sampel dilakukan setiap 15
menit sekali, dimana sampel yang diambil adalah air yang belum mengalami proses
absorbsi (tanpa CO2) dan air yang sudah mengalami proses absorbsi (ada CO 2). Ketika
dilakukan analisa untuk larutan sampel dan berdasarkan percobaan dan pengamatan,
kadar CO2 yang terabsorpsi dalam sampel mengalami penurunan atau dengan kata lain
laju absorpsi CO2 akan berkurang seiring dengan lamanya waktu yang diperlukan untuk
mengontakkan air dengan gas CO2 (dengan alat HMPL). Ini dapat juga dilihat pada
grafik hubungan laju absorpsi CO2 (N) vs waktu (t). sedangkan untuk metode titrasi,
nilai yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yakni didapatkan bahwa laju absorbsi
CO2 mengarah kestabil, ini dibuktikan dari grafik
Berdasarkan grafik hubungan waktu(t) vs N (laju absorbsi) dengan variasi laju air
gas CO2 yaitu 3L/min dan 4L/min pada metode HMPL dimana dari hasil grafiknya
menunjukkan bahwa grafik tersebut diketahui hubungan antara waktu dalam menit
dengan N atau laju penyerapan CO2 terlihat garis yang menurun baik itu laju alir CO 2
pada 3L/menit dan 4L/menit,. Dari data tersebut dapat diperoleh hasil bahwa semakin
lama waktu kontak maka semakin sedikit jumlah CO 2 yang diserap. Namun secara teori
yaitu semakin lama waktu yang di butuhkan semakin besar pula laju absorbsinya.
Berdasarkan grafik hubungan waktu(t) vs N (laju absorbsi) dengan variasi laju air
gas CO2 yaitu 3L/min dan 4L/min pada metode titrasi. Grafik tersebut diketahui
hubungan antara waktu dalam menit dengan N atau laju penyerapan CO2 terlihat garis
yang tidak konstan (turu-naik). Kesalahan dalam menitrasi merupakan kesalahn yang
utama , selain itu waktu pengambilan sampel yang tidak tepat (lebih dari waktu yang
ditentukan) meskipun hanya beberapa berbeda sedikit. Jika data diatas menjadi patokan
maka didapatkan laju alir yang paling bagus digunakan untuk absorsi adalah 3 L/menit
karena semakin banyak CO2 yang terserap. Namun secara teori yaitu semakin lama
waktu yang di butuhkan semakin besar pula laju absorbsinya.