Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
Ulkus kornea merupakan diskontinuitas atau hilangnya sebagian
permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada
kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh
sel epitel baru dan sel radang. Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma
oleh benda asing atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur
ke dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus kornea
yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah
perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi,
endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menyebabkan
kekeruhan kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor 2 di Indonesia.1,2
Kornea sendiri berfungsi sebagai membran pelindung yang dilalui berkas
cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang
uniform, avaskular dan deturgenses. Deturgenses atau keadaan dehidrasi relatif
jaringan kornea, dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan
oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam
mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat
daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema
kornea dan hilangnya sifat transparan.. 1,2
Insiden ulkus kornea sekitar 25.000 orang per tahun yang pada umumnya
diawali dengan keratitis. Angka kejadian ulkus kornea pada penderita yang
menggunakan lensa kontak sekitar 4 kejadian per 10.000 pengguna lensa kontak.
Ulkus kornea dapat mengenai semua umur, kelompok dengan prevalensi penyakit
yang lebih tinggi adalah mereka dengan faktor risiko. Kelompok pertama yang
berusia dibawah 30 tahun adalah mereka yang memakai lensa kontak dan atau
dengan trauma okuler, dan kelompok kedua yang berusia diatas 50 tahun adalah
mereka yang menjalani operasi.3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1

Anatomi dan Fisiologi Kornea


Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus

cahaya dan terdiri atas 5 lapisan yaitu lapisan epitel, lapisan bowman, stroma,
lapisan descement, dan lapisan endotel. Kornea disisipkan ke sklera di limbus,
kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm ditengah, dan 0,65 mm di tepi,
dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior. Sifat tembus
cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskular, dan deturgesens.
Deturgesens atau keadaan dehidrasi relative jaringan kornea dipertahankan oleh
pompa bikarbobat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel.
Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat
transparan. Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme
ke dalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskuler dan
membrane bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam organism, seperti
bakteri, amoeba, dan jamur.1,4

Gambar 1. Anatomi Kornea


Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:
1. Lapisan epitel
-

Tebalnya 50 m , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang


saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel
gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi

sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan
sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden;
ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang
merupakan barrier.
-

Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat


kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membran Bowman
-

Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan


kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma.

Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Jaringan Stroma
-

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur
sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang
sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam
perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement
-

Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma


kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.

Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup,


mempunyai tebal 40 m.

5. Endotel
-

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 2040 m. Endotel melekat pada membran descement melalui
hemidosom dan zonula okluden.1

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara.
Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3
bulan.
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour
aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar
dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,
avaskularitasnya dan deturgensinya.1
2.2

Definisi
Ulkus korena adalah diskontinuitas atau hilangnya sebagian permukaan

kornea akibat kematian jaringan kornea yang ditandai dengan adanya infiltrat
supuratif disertai defek bergaung.2,5
2.3

Epidemiologi
Insiden ulkus kornea sekitar 25.000 orang per tahun yang pada umumnya

diawali dengan keratitis. Angka kejadian ulkus kornea pada penderita yang
menggunakan lensa kontak sekitar 4 kejadian per 10.000 pengguna lensa kontak.
Ulkus kornea dapat mengenai semua umur, kelompok dengan prevalensi penyakit
yang lebih tinggi adalah mereka dengan faktor risiko. Kelompok pertama yang
berusia dibawah 30 tahun adalah mereka yang memakai lensa kontak dan atau
dengan trauma okuler, dan kelompok kedua yang berusia diatas 50 tahun adalah
mereka yang menjalani operasi.3
2.4

Etiologi
a. Infeksi
-

Infeksi Bakteri
P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella
merupakan penyebab paling sering. Sebuah penelitian terbaru
menyebutkan bahwa telah ditemukan Acinetobacter junii sebagai salah
satu penyebab ulkus kornea. Sebanyak 38,85% ulkus kornea
disebabkan oleh bakteri.

Infeksi Jamur
disebabkan

oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium,

dan spesies mikosis fungoides. Penyebab ulkus kornea 40,65%


disebabkan oleh jamur.
-

Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai.
Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan
epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus.

Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam
air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik.
Infeksi kornea oleh Acanthamoeba sering terjadi pada pengguna lensa
kontak lunak. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai
lensa kontak yang terpapar air yang tercemar.

b. Noninfeksi
-

Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung pH

Radiasi atau suhu

Sindrom sjorgen

Defisiensi Vitamin A

Obat-obatan

(kortikosteroid,

idoxiuridine,

anestesi

topikal,

immunosupresif)
-

Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma

Pajanan (exposure)

Neurotropik

c. Sistem imun (reaksi hipersensitivitas)5


2.5

Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata yang harus dilalui cahaya

dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan dalam bentuk dan


kejernihan kornea menganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh
karenanya, kelainan sekecil apapun di kornea dapat menimbulkan gangguan
penglihatan.

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak


segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.
Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma
kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit
polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan
permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah
ulkus kornea.
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.
Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini
menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil
dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi
bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma
maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya
sikatrik.2,5,6
2.6

Klasifikasi
Klasifikasi ulkus kornea berdasarkan lokasi :

1.

Ulkus kornea sentral


Ulkus kornea bakterialis
Ulkus kornea fungi
Ulkus kornea virus
Ulkus kornea acanthamoeba

2.

Ulkus kornea perifer

a.

Ulkus marginal

b.

Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)

c.

Ulkus cincin (ring ulcer).6

Ulkus Kornea Sentral


a. Ulkus Kornea Bakterialis

Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah
tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk
cakram dengan tepi ulkus yang menggaung.
Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik
kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.
Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral
kornea yang dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Gambaran berupa
ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkanberwarna
kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin.
Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang
dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga
memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat
dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran
ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini
terdapat banyak kuman.
Ulkus Neisseria Gonorrhoeae : Ulkus kornea yang terjadi karena
Neisseria Gonorrhoeae merupakan salah satu dari penyakit menular seksual.
Gonore dapat menyebabkan perforasi kornea dan kerusakan yang sangat berarti
pada struktur mata yang lebih dalam.
b.. Ulkus Kornea Fungi
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang
agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular, feathery edge, dan terlihat
penyebaran seperti bulu di bagian epitel yang sehat. Terlihat suatu daerah tempat
asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya.
Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik dan dapat
terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang.
c. Ulkus Kornea Virus
Ulkus KorneaHerpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit
dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala
kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva
hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat
dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex.

Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah.
Ulkus Kornea Herpes simplex : Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda
injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel
kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. Bentuk dendrit
herpes simplek kecil, ulseratif, jelas diwarnai dengan fluoresein.
d. Ulkus Kornea Acanthamoeba
Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya,
kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin
stroma, dan infiltrat perineural.

Ulkus Kornea Perifer


a. Ulkus Marginal
Merupakan peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat atau
segiempat, dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat dengan
limbus.

b. Ulkus Mooren

Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer kornea
berjalan progresif kearah sentral tanpa adanya kecenderungan untuk perforasi
ditandai tepi ulkus bergaung dengan bagian sentral tanpa adanya kelainan dalam
waktu yang agak lama.

c. Ulkus Ring
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang
berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam,
kadang-kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang
dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya
tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral.5,7

2.7

Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :

Gejala Subjektif
-

Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva

Sekret mukopurulen

Merasa ada benda asing di mata

Pandangan kabur

Mata berair

Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus

Silau

Nyeri

Gejala Objektif
-

Injeksi siliar

Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat

Hipopion.5

2.8

Penegakan Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan oftalmologis dengan menggunakan lampu celah serta pemeriksaan


laboratorium.
Pada anamnesis sering diungkapkan adanya riwayat trauma, benda
asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea seperti keratitis akibat infeksi virus
herpes simpleks yang sering kambuh. Selain itu perlu ditanyakan pula riwayat
pemakaian obat topical oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan
predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, dan juga virus.
Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan gejala berupa adanya injeksi
siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea disertai adanya
jaringan nekrotik. Pada kasus berat dapat disertai adanya hipopion. Disamping itu
juga perlu dilakukan pemeriksaan diagnostic seperti ketajaman penglihatan,
pemeriksaan slit lamp, respon reflex pupil, pewarnaan kornea dengan zat
fluoresensi, dan scrapping untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa, atau
KOH).
Karena gambaran klinis tidak dapat digunakan untuk membuat diagnosis
etiologi

secara

spesifik,

diperlukan

pemeriksaan

mikrobiologi

sebelum

pengobatan empiris dengan antibiotika. Pengambilan specimen harus dari tempat


ulkusnya, dengan membersihkan jaringan nekrotik terlebih dahulu, dilakukan
secara aseptic menggunakan spatula Kimura, lidi kapas steril, kertas saring atau
kalsium alginate swab. Hasil pewarnaan gram dapat memberikan informasi
morfologi tentang kuman penyebab yaitu termasuk kuman gram (+) atau gram (-)
dan dapat digunakan sebagai dasar pemilihan antibiotik.5

10

2.9 Komplikasi
Komplikasi paling sering timbul berupa :

Kebutaan parsial atau komplit

Prolaps iris

Sikatrik kornea

Katarak

Glaukoma Sekunder

2.11

Penatalaksaan
Ulkus kornea merupakan keadaan darurat yang harus segera ditangani

oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea.
A. Penatalaksanaan non-medikamentosa :
1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
1. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
2. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin
dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
3. Menghindari asap rokok, karena dengan asap rokok dapat memperpanjang
proses penyembuhan luka.
B. Penatalaksanaan medikamentosa
1. Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum
luas diberikan dapat berupa salep, tetes, atau injeksi subkonjungtiva. Contoh
antibiotic yang dapat digunakan adalah Sulfonamide 10-30%, Basitrasin 500
unit, Tetrasiklin 10 mg, Eritromisin 0,5%, Kloramfenikol 10 mg,
Ciprofloksasin 3 mg, Ofloksasin 3 mg, Polimisin B 10.000 unit
2. Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat
komersial yang tersedia. Berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa
dibagi:
-

Jamur

berfilamen

topikal

amphotericin

B,

thiomerosal, Natamicin, Imidazol


-

Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol,


Micafungin 0,1% tetes mata.
11

Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan


sulfa, berbagai jenis antibiotik

3. Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan
streroid lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, antibiotik spektrum
luas untuk infeksi sekunder, analgetik bila terdapat indikasi serta anti viral
topical berupa salep asiklovir 3% tiap 4 jam.
4. Anti acanthamoeba
Dapat diberikan poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat
atau salep klorheksidin glukonat 0,02%.
Obat-obatan lain yang dapat diberikan yaitu :
-

Sulfas atropine sebagai salep atau larutan mempunyai efek sedatif


(menghilangkan rasa sakit)

Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang

Analgetik, untuk menghilangkan rasa sakit

C. Penatalaksanaan bedah
-

Flap Konjungtiva
Tujuan dari flap konjungtiva adalah mengembalikan integritas
permukaan kornea yang terganggu dan memberikan metabolisme
serta dukungan mekanik untuk penyembuhan kornea. Flap
konjungtiva bertindak sebagai patch biologis, memberikan pasokan
nutrisi dan imunologi oleh jaringan ikat vaskularnya.

Keratoplasti
Indikasi dilakukannya keratoplasti adalah : pasien dengan
pengobatan tidak sembuh,penglihatan, terjadinya jaringan parut
yang menganggu penglihatan, dan kedalaman ulkus telah
mengancam terjadinya perforasi. Ada 2 jenis keratoplasti yaitu :

Keratoplasti penetrans artinya penggantian kornea


seutuhnya.

12

Keratoplasti lamelar artinya penggantian sebagian dari


kornea. Untuk keratoplasti lamelar, kornea dapat
dibekukan, didehidrasi, atau disimpan dalam lemari es
selama beberapa minggu.5

13

BAB III
LAPORAN KASUS
1

IdentitasPasien
Nama

3.2

: Tn. A

Jenis Kelamin

: Laki - laki

Umur

: 76 tahun

Pekerjaan

: Petani

Alamat

: Meulaboh

Agama

: Islam

No CM

: 1-11-10-48

Tanggal Pemeriksaan

: 02 Desember 2016

Anamnesis
Keluhan Utama :
Mata kiri nyeri dan pandangan kabur
Keluhan Tambahan :
Mata kiri merah dan berair
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien rujukan dari RSUD Calang, dengan luka pada mata kiri akibat
terkena sampah padi di sawah sejak 1 bulan yang lalu, setelah terkena
sampah padi pasien langsung di bawa ke rumah sakit di calang, sampai di
rumah sakit hanya di beri obat tetes pada pasien, setalah hampir 1 bulan
tetapi tidak ada perubahan. Riwayat hipertensi tidak ada, diabetes melitus
tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan seperti pasien.
Riwayat Penggunaan Obat :
14

- timol 0,5%
- mydriatil
- polofar plus
- cendo lyters
- tifestan forte
- gentamisin
Riwayat Kebiasaan Sosial :
Pasien seorang petani
3

Pemeriksaan Fisik
a

Status Oftamologis
oculi dekstra

oculi sinistra

Tampak defect pada kornea sinistra & tampak


kemerahan

VOD : 5/30

VOS : 1/~

Uji Hiscberg : orthophoria

Uji pergerakan bola mata : Normal

Keterangan (OD)

Komponen

Keterangan (OS)

Normal

Palpebra Superior

Spasme

Normal

Palpebra Inferior

Spasme

Normal

Konj. Tarsal

Hiperemis (+)

15

Inj. Konjungtiva (-)


Inj. Siliar (-)

Konj. Bulbi

Inj. Konjungtiva (+)


Inj. Siliar (+)

Ulkus (+)

Kornea

Ulkus (+)

Cukup

COA

Hipopion (+)

Kripta jelas

Iris

Kripta sulit dinilai

Pupil

Sulit dinilai

Lensa

Keruh (+)

Bulat(+), 3 mm
RCL (+), RCTL (+)
Keruh (-)

b Foto Klinis Pasien

16

Pemeriksaan Penunjang

17

- Refraksi
- Slit lamp
Diagnosis
- Ulkus kornea OS

5
3.6

Penatalaksanaan
Medikamentosa
-

Ranitidin 2 x 150 mg

Timolol 5 mg

Hyaloph 0,1%

Glaucon 1x250 mg

Cefadroxil 2x500 mg

Curcuma 1x1

Ibuprofen tab 200 mg

3.7

Prognosis
-

Quo ad Vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad malam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam

BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUDZA dengan keluhan mata sebelah
kiri nyeri disertai pandangan yang kabur disertai mata merah dan berair. Pasien
menceritakan bahwa pasien 1 bulan lalu mata kiri pasien dimasuki sampah padi,
awalnya pasien hanya merasakan mata perih dan tampak merah, keesokan harinya
mata pasien menjadi bengkak, berair, gatal. Pasien sudah berobat di rsud calang
namun keluhan tidak berkurang, pasien mengeluhkan mata tampak berwarna putih

18

dan penglihatan menurun disertai nyer.. Dari hasil anamnesis menunjukkan bahwa
keluhan pada mata kiri pasien disebabkan karena ada trauma / masuknya benda
asing ke mata pasien, hal ini sesuai teori insidensi ulkus kornea pada mereka yang
memakai lensa kontak dan atau dengan trauma okuler, dan kelompok kedua yang
berusia diatas 50 tahun adalah mereka yang menjalani operasi.
Pasien mengeluhkan pandangan kabur yang disertai rasa nyeri, mata perih,
tampak bengkak, berair, dan gatal pada mata yang terkena binatang, Pada
pemeriksaan visus pasien didapatkan VOD : 5/30 dan VOS : 1/~. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa gejala pada ulkus kornea adalah Eritema
pada kelopak mata dan konjungtiva, sekret mukopurulen, merasa ada benda asing
di mata, pandangan kabur, mata berair, bintik putih pada kornea, sesuai lokasi
ulkus, silau, dan nyeri.

19

BAB V
KESIMPULAN
Ulkus kornea merupakan diskontinuitas atau hilangnya sebagian
permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada
kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh
sel epitel baru dan sel radang. Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma
oleh benda asing atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau jamur
ke dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan.
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.
Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini
menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil
dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi
bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma
maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya
sikatrik. Ulkus kornea merupakan keadaan darurat yang harus segera ditangani
oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea.

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 2004
2. Fandri, MY. Penatalaksanaan Pada Pasien Ulkus Kornea Dengan Pro,aps Iris
Oculi Sinistra. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 2013. Vol 1, No 1
3. Mills. T.J. Corneal Ulceration and Ulcerative Keratititis.
http://www.emedicine.com/emerg/topic1115.htm
4. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 17. Widya Medika, Jakarta, 2013
5. Farida yusi. Cornea Ulcer Treatment Faculty Of Medicine. Universitas
Lampung. 2015. Vol 4, No 1.
6. Chrisma AN. Anak-anak dengan ulkus kornea sebagai faktor resiko dari
trauma. Fakultas Kedokteran Lampung. Jakarta;2015. Vol 4. No 2
7. American Academy of Ophthalmology. Confronting Corneal Ulcera. Chicago:
AAO; 2012.

21

Anda mungkin juga menyukai