Abdul Halim
1607101030028
Pembimbing:
Dr.dr. Bakhtiar, m.kes,Sp A
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tak terlihat
Palpasi : Thrill (-)
Perkusi : Batas jantung tidak membesar
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler (+), bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), simetris
Palpasi : Soepel, H/L/R tidak teraba
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik usus (+) 2x/i
DIAGNOSA KERJA
- Kejang Demam Simplek
Kejang Demam
Laboratorium
Pungsi lumbal
Elektroensefalografi (EEG)
Radiologis
Dari anamnesa pasien ini didapatkan
umur pasien 3 Tahun (lebih dari 6
bulan dan kurang dari 5 tahun), kejang
secara tiba-tiba didahului demam,
kejang berlangsung 1 kali selama 24
jam dan kurang dari 5 menit dan
berhenti sendiri. Kejang terjadi seluruh
tubuh (kejang umum dan tonik klonik),
pasien tetap sadar setelah kejang
berhenti.
Riwayat penyakit dahulu pasien pernah
kejang sebelumnya, 1x saat usia 18 bulan.
riwayat penyakit keluarga tidak ada
keluarga pasien yang mengalami kejang
sebelumnya. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan suhu tubuh aksila 39,1C, tidak
ditemukan kelainan neurologis setelah
kejang. Dari anamnesa dan pemeriksaan
fisik ini kami mendiagnosa pasien ini
dengan kejang demam simplek.
Pada kejang demam pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium tidak dikerjakan secara rutin,
tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi
sumber penyebab demam. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dikerjakan
misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula
darah.
Pada pasien ini didapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium darahdengan
hitung jenis bergeser ke kanan yang
menandakan adanya infeksi virus.
Selain itu pemeriksaan penunjang
lain seperti pungsi lumbal untuk
memeriksa cairan serebrospinal
dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan
meningitis. Pungsi lumbal menjadi
pemeriksaan rutin pada kejang
demam bila usia pasien kurang dari
18 bulan.
Pada kasus ini pasien berumur 3 tahun dan
secara klinis tidak ditemukan gejala yang
mengarah pada infeksi intracranial
sehingga pemeriksaan pungsi lumbal tidak
perlu dilakukan. Begitu juga dengan
pemeriksaan penunjang
elektroensefalografi dan pencitraan seperti
CT-Scan dan MRI tidak perlu dilakukan
karena pasien hanya kejang satu kali dan
didahului dengan kejang serta tidak
ditemukan kelainan neurologis setelah
kejang.
Penatalaksanaan Saat Kejang
di Rumah Sakit
Kejang (+)
Kejang (+)
Slide berikutnya
Penatalaksanaan Saat Kejang
di Rumah Sakit (lanjutan)
Slide sebelumnya
Fenitoin IV
10 - 20 mg/kg
Kecepatan 1 mg/kg/mnt atau 50 mg/mnt
12 jam
Kejang (+) Kejang (-)
PICU Fenitoin IV
4 8 mg/kg/hari
Pemberian Obat Saat Demam
1. ANTIPIRETIK
Macam antipiretik:
Parasetamol: 10 15 mg/kg/kali, 4 5
kali/hari
Ibuprofen: 5 10 mg/kg/kali, 3 4
kali/hari
2. ANTIKONVULTION
Diazepam oral 0,3 mg/kg/8jam atau
rektal 0,5 mg/kg/8jam pada pada
saat demam > 38,50C Resiko
kejang berulang 30 60%
Dosis di atas cukup tinggi
WASPADA: ataksia, iritabel dan
sedasi
Fenobarbital, karbamazepin &
fenitoin Tidak berguna mencegah
KD
Penatalaksanaan Pada Kasus ini
IVFD D5 NS 1000 cc/24 jam
Injeksi Ampisilin 3 x 350 mg (iv)
Injeksi Novaldo 3 x 100 mg (iv)
Injeksi Dexametasone 3 x 1 amp (iv)
Injeksi Diazepam 3 mg iv bolus pelan-pelan (apabila
kejang)
Prognosis
Prognosis pada pasien ini baik dan tidak akan
menyebabkan kematian karena kejang yang
terjadi tidak berkali-kali dan hanya karena
didahului oleh demam. Jika penyebab demam
yang pada kasus ini karena ISPA segera
diatasi dengan tepat dan kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi dengan baik sehingga dapat
meningkatkan sistem kekebalan atau
imunitas pasien, serta pasien tidak terpapar
dengan pencetus terjadinya infeksi lagi maka
pasien akan sembuh dengan baik dan sehat.