Anda di halaman 1dari 42

Oleh:

Abdul Halim
1607101030028

Pembimbing:
Dr.dr. Bakhtiar, m.kes,Sp A

BAGIAN/ SMF ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH


KUALA/
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2015
Pendahuluan
Kejang demam merupakan gangguan kejang yang
paling lazim pada masa anak, dengan prognosis yang
sangat baik secara seragam.
Kejang demam terjadi pada 2-4 % anak berumur 6
bulan 5 tahun
Penderita pada umumnya mempunyai riwayat
keluarga, perkembangan anak sering mengalami
kejang sering terlambat, mempunyai masalah pada
masa neonatus, serta kadar natrium serum darah
rendah
Identitas Pasien
Nama : DA
Tanggal Lahir : 25 Januari 2016
Umur : 1 Tahun 0 Bulan 16 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Aceh
Agama : Islam
Alamat : Jl Utama Lam Ara Rukoh,
Kota Banda Aceh
No CM : 1 08 11 89
Tanggal Masuk RS : 10 Februari 2017
Tanggal Kasus di Terima : 15 Februari 2017
Anamnesa
Keluhan Utama: Kejang
keluhan tambhan: demam naik turun sejak
5 hari yang lalu disertai batuk pilek.
RPS
Pasien dibawa oleh keluarga dengan keluhan kejang kali
pertama kejang yang terjadi kurang lebih 15 menit, kejang
terjadi seluruh tubuh disertai kaku dan kelojotan. Selama
kejang pasien tidak sadar, setelah kejang pasien menangis
frekuensi kejang 1 kali. Sesampai di rumah sakit kejang tidak
ada lagi. Kejang didahului oleh demam tinggi yang terjadi
selama 3 bulan, demam terjadi pada siang dan malam hari.
Selama tiga bulan pasien pernah berobat kebeberapa dokter
spesialis anak. Kejang terjadi diseluruh tubuh, dengan mata
mendelik ke atas, setelah kejang mulut pasien berbusa dan
.
pasien tertidur. Riwayat batuk dan pilek (+)
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien belum pernah mengalami
keluhan kejang sebelumnya.riwayat
deman tiga bulan yang lalu, demam
naik turun.diare dan batuk pilek
Riwayat Alergi :
Riwayat alergi dingin (-), alergi debu (-), alergi
makanan (-), alergi obat-obatan (-).
Riwayat Kehamilan :
Ibu saat hamil berusia 40 tahun. Ibu pasien
mengatakan saat hamil tidak pernah sakit.
Riwayat Ante Natal Care (ANC) rutin tiap bulan
di bidan dan rutin minum vitamin yang dberikan
oleh bidan. Selama hamil ibu pasien tidak
pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang
maupun alkohol.
Riwayat Riwayat Kelahiran:
Imunisasi : Persalinan secsio secaria.
Kelahiran tidak cukup
BCG : tidak ada bulan bulan 28 minggu.
Berat badan anak waktu
Hep. B: tidak ada lahir 3000 gram, panjang
Polio : tidak ada badan 75 cm, ketuban
DPT : tidak ada jernih. Pada saat lahir
Campak: tidak Pasien langsung menangis.
Tidak ada perawatan
ada
khusus setelah lahir,
riwayat bayi kuning (-),
bayi biru (-), kejang (-).
Riwayat pemberian makan :
Pasien sejak lahir sampai umur 2 bulan
minum ASI exlusif, 2 bulan sampai
sekarang, diberikan susu formula dan
makanan pendamping ASI
Anamnesa Sistem
Kepala: Normocepali
Rambut : Hitam , sukar dicabut
Mata : Konj. palp. inf pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
mata cekung (-/-) pupil isokor (+)
RCL(+/+)RTCL(+/+)
Telinga : Normotia, tidak tampak deformitas
Hidung : Tidak tampak deformitas, NCH (-), ada
sekret (+). Berwarna bening encer.
Mulut : Mukosa lembab (-), Lidah tampak normal
Tenggorok : Uvula ditengah, tonsil hiperemis (-),
T1-T1, faring hiperemis (-)
Leher: Pembesaran KGB (-), Tidak ada pembesaran
tiroid
Toraks
Inspeksi : Simetris (+), , retraksi (-)
Palpasi : SF kanan = SF kiri
Perkusi : Sonor = Sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing
(-/-)

Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tak terlihat
Palpasi : Thrill (-)
Perkusi : Batas jantung tidak membesar
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler (+), bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), simetris
Palpasi : Soepel, H/L/R tidak teraba
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik usus (+) 2x/i

Genitalia : Perempuan, tidak ada kelainan.


Anus : Tidak ada kelainan
Status Gizi (berdasarkan WHO)
Pemeriksaan Antropometri :
Berat Badan : 8 kg
Tinggi Badan : 75 cm
Lingkar Kepala : 42 cm (-2 SD>
z-score < 0 SD)
Status Gizi :
BB/U = -2 SD + 2 (Median)
TB/U = -2 SD + 2 (Median)
BB/PB =-2 SD + 2 (Median)
LK/U = -2 SD + 2 (Median)
BMI/U= -2 SD + 2 (Median)
Kesimpulan : Gizi Baik
Pemeriksaan Penunjang
lab 4-1-2017
DIAGNOSA BANDING
1.Kejang Demam Simplex
2.Meningitis
3.Ensefalitis

DIAGNOSA KERJA
- Kejang Demam Simplek
Kejang Demam

Kejang demam ialah bangkitan


kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas
38C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium (Ismael S,
1999).
Kejang demam terjadi pada 2-4%
anak berumur 6 bulan 5 tahun
(AAP, 1996).
Klasifikasi
Kejang Demam Simplek adalah:
Kejang demam yang berlangsung
singkat, kurang dari 15 menit, dan
umumnya akan berhenti sendiri
Kejang berbentuk umum tonik dan
atau klonik, tanpa gerakan fokal
Kejang tidak berulang dalam waktu
24 jam
Kejang demam sederhana merupakan
80% di antara seluruh kejang demam
Klasifikasi

Kejang Demam Komplek adalah:


1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu
sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali
dalam 24 jam
Pemeriksaan Penunjang KD

Laboratorium
Pungsi lumbal
Elektroensefalografi (EEG)
Radiologis
Dari anamnesa pasien ini didapatkan
umur pasien 3 Tahun (lebih dari 6
bulan dan kurang dari 5 tahun), kejang
secara tiba-tiba didahului demam,
kejang berlangsung 1 kali selama 24
jam dan kurang dari 5 menit dan
berhenti sendiri. Kejang terjadi seluruh
tubuh (kejang umum dan tonik klonik),
pasien tetap sadar setelah kejang
berhenti.
Riwayat penyakit dahulu pasien pernah
kejang sebelumnya, 1x saat usia 18 bulan.
riwayat penyakit keluarga tidak ada
keluarga pasien yang mengalami kejang
sebelumnya. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan suhu tubuh aksila 39,1C, tidak
ditemukan kelainan neurologis setelah
kejang. Dari anamnesa dan pemeriksaan
fisik ini kami mendiagnosa pasien ini
dengan kejang demam simplek.
Pada kejang demam pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium tidak dikerjakan secara rutin,
tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi
sumber penyebab demam. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dikerjakan
misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula
darah.
Pada pasien ini didapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium darahdengan
hitung jenis bergeser ke kanan yang
menandakan adanya infeksi virus.
Selain itu pemeriksaan penunjang
lain seperti pungsi lumbal untuk
memeriksa cairan serebrospinal
dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan
meningitis. Pungsi lumbal menjadi
pemeriksaan rutin pada kejang
demam bila usia pasien kurang dari
18 bulan.
Pada kasus ini pasien berumur 3 tahun dan
secara klinis tidak ditemukan gejala yang
mengarah pada infeksi intracranial
sehingga pemeriksaan pungsi lumbal tidak
perlu dilakukan. Begitu juga dengan
pemeriksaan penunjang
elektroensefalografi dan pencitraan seperti
CT-Scan dan MRI tidak perlu dilakukan
karena pasien hanya kejang satu kali dan
didahului dengan kejang serta tidak
ditemukan kelainan neurologis setelah
kejang.
Penatalaksanaan Saat Kejang
di Rumah Sakit

Diazepam IV/Rektal (1)


0,3 0,5 mg/kg (IV) / 0,5 - 0,75 mg/kg rektal
5 menit

Kejang (+)

Diazepam IV/Rektal (2)


Dosis sda, total maks 20 mg
5 menit

Kejang (+)

Slide berikutnya
Penatalaksanaan Saat Kejang
di Rumah Sakit (lanjutan)

Slide sebelumnya

Fenitoin IV
10 - 20 mg/kg
Kecepatan 1 mg/kg/mnt atau 50 mg/mnt

12 jam
Kejang (+) Kejang (-)

PICU Fenitoin IV
4 8 mg/kg/hari
Pemberian Obat Saat Demam

1. ANTIPIRETIK
Macam antipiretik:
Parasetamol: 10 15 mg/kg/kali, 4 5
kali/hari
Ibuprofen: 5 10 mg/kg/kali, 3 4
kali/hari
2. ANTIKONVULTION
Diazepam oral 0,3 mg/kg/8jam atau
rektal 0,5 mg/kg/8jam pada pada
saat demam > 38,50C Resiko
kejang berulang 30 60%
Dosis di atas cukup tinggi
WASPADA: ataksia, iritabel dan
sedasi
Fenobarbital, karbamazepin &
fenitoin Tidak berguna mencegah
KD
Penatalaksanaan Pada Kasus ini
IVFD D5 NS 1000 cc/24 jam
Injeksi Ampisilin 3 x 350 mg (iv)
Injeksi Novaldo 3 x 100 mg (iv)
Injeksi Dexametasone 3 x 1 amp (iv)
Injeksi Diazepam 3 mg iv bolus pelan-pelan (apabila
kejang)
Prognosis
Prognosis pada pasien ini baik dan tidak akan
menyebabkan kematian karena kejang yang
terjadi tidak berkali-kali dan hanya karena
didahului oleh demam. Jika penyebab demam
yang pada kasus ini karena ISPA segera
diatasi dengan tepat dan kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi dengan baik sehingga dapat
meningkatkan sistem kekebalan atau
imunitas pasien, serta pasien tidak terpapar
dengan pencetus terjadinya infeksi lagi maka
pasien akan sembuh dengan baik dan sehat.

Anda mungkin juga menyukai