ABLASIO RETINA OD
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama
: Ny. S
Umur
: 61 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Agama
: Islam
Suku
: Sasak
Alamat
: Pagesangan, Mataram
Tanggal Pemeriksaan
: 22 Desember 2016
2. Anamnesis
A. Keluhan Utama:
Pengelihatan mata kanan kabur.
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poliklinik Mata RSUP NTB dengan keluhan penglihatan
mata kanan kabur. Keluhan ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu. Pasien
mengeluh bahwa pengelihatan mata kanan kabur mendadak, tanpa ada
keluhan sebelumnya seperti nyeri maupun mata merah. Pasien
menyatakan bahwa pada pengelihatan mata kanan tampak gelap pada
bagian samping kanan dan tampak seperti ada bagian dari penglihatannya
yang bergerak-gerak. Pasien mengaku bahwa pengelihatan mata kanan
menjadi semakin kabur sejak 3 hari yang lalu. Pasien merasakan
penglihatan mata kanan seperti melihat ada kilatan cahaya silau. Pasien
tidak mengeluhkan adanya pengelihatan kabur seperti tertutup kabut asap.
Keluhan pusing dan nyeri kepala disangkal.
: Baik
Kesadaran/GCS
: 130/70 mmHg
Nadi
: 68 kali/menit
Frekuensi Napas
: 20 kali/menit
Suhu
: 36 O C
C. Status Lokalis
No
1.
Pemeriksaan
Visus
Mata Kanan
Mata Kiri
1/300 sc
6/9 sc
cc S -0,50 6/6
2.
3.
4.
Lapang Pandang
5.
Palpebra
Superior
6.
Palpebra
Inferior
Ortotropia
Baik ke segala arah
Edema
(-)
(-)
Hiperemi
(-)
(-)
Pseudoptosis
(-)
(-)
Entropion
(-)
(-)
Ektropion
(-)
(-)
Edema
(-)
(-)
Hiperemi
(-)
(-)
Entropion
(-)
(-)
Ektropion
(-)
(-)
+ 10 mm
+ 10 mm
7.
Fissura palpebra
8.
Konjungtiva
Palpebra
Superior
Hiperemi
(-)
(-)
Sikatrik
(-)
(-)
Konjungtiva
Palpebra
Inferior
Hiperemi
(-)
(-)
Sikatrik
(-)
(-)
Injeksi
Konjungtiva
(-)
(-)
Injeksi Siliar
(-)
(-)
9.
10. Konjungtiva
Bulbi
Massa
(-)
(-)
Edema
(-)
(-)
Bentuk
Cembung
Cembung
Kejernihan
Jernih
Jernih
Permukaan
Kesan licin
Kesan licin
Sikatrik
(-)
(-)
Benda Asing
(-)
(-)
Kedalaman
Kesan normal
Kesan normal
Hifema
(-)
(-)
13. Iris
Warna
Coklat
Coklat
Bentuk
Bentuk
Bulat (Midriasis)
Bulat
5 mm
3 mm
Refleks cahaya
langsung
(-)
(+)
Refleks cahaya
tidak langsung
(-)
(+)
Kejernihan
Keruh
Keruh
Iris Shadow
(-)
(-)
Subluksasi
(-)
(-)
Dislokasi
(-)
(-)
Kesan normal
Kesan normal
11. Kornea
14. Pupil
15. Lensa
16. TIO
Palpasi
17. Funduskopi
Tonometri
Schiotz
tde
tde
Refleks Fundus
(+)
(+)
Ukuran papil
berbatas tegas.
normal,
CD Ratio 0,3-0,5
CD Ratio 0,3-0,5
Retinal
detachment
sebagian dari pukul 5
hingga 11
OD
Pupil midriasis
OS
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan. Adapun
permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah:
SUBJECTIVE
a. Pengelihatan mata kanan kabur mendadak tanpa ada keluhan
sebelumnya seperti nyeri maupun mata merah, riwayat hipertensi atau
diabetes mellitus disangkal.
b. Pengelihatan mata kanan pasien tampak seperti ada bagian dari
pengelihatannya yang bergerak-gerak
c. Pasien merasakan pengelihatan mata kanan seperti melihat ada kilatan
cahaya silau satu minggu yang lalu.
OBJECTIVE
a. Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan didapatkan :
2. Analisa Kasus
A. Penglihatan mata kanan kabur mendadak
Pengelihatan mata kanan kabur mendadak tanpa ada keluhan sebelumnya
seperti nyeri maupun mata merah, tanpa riwayat trauma mata, dan riwayat
dapat
dilihat
berdasarkan
pengelihatan
mata
kabur
Neuritis optik dapat disingkirkan oleh karena pasien tidak ada keluhan
berupa nyeri pada mata terutama pada pergerakan bola mata,
pengelihatan kabur intermitten dan tidak ditemukan adanya hiperemi
pada papil N.II (nervus optikus).
Oklusi vena retina juga dapat disingkirkan, karena pada pasien tidak
ditemukan adanya gambaran perdarahan retina kecil dan bercak
cotton-wool.
Dari penjelasan di atas, diagnosis yang paling mendekati pada kasus ini
adalah ablasio retina. Hal ini sesuai dengan keluhan pasien yang
menyatakan bahwa pengelihatan mata kanan kabur mendadak tanpa rasa
nyeri dan mata merah sebelumnya dan keluhan bahwa ada bagian
pengelihatan mata kanan pasien yang bergerak-gerak. Walaupun dari
anamnesis diagnosa lebih mengarah ke ablasio retina, harus tetap
dilakukan permeriksaan status lokalis dan pemeriksaan penunjang untuk
memastikan diagnosa ablasio retina. Bentuk ablasio retina ada 3 macam
yaitu ablasio retina regmentosa, ablasio retina eksudatif, dan ablasio retina
retina traksi. Hanya berdasarkan anamnesis yang disampaikan pasien,
akan sulit mengarahkan diagnosa ablasio retina yang lebih spesifik ke
salah satu dari klasifikasi ablasio retina tersebut.
mengendalikannya
dapat
mengalami
kerusakan
sehingga
Diagnosis Kerja:
- Ablasio Retina OD
G. Planning
A. Usulan Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan Funduskopi
Indirect,
Scleral
Indentation,
terbaik
untuk
dan
Scleral Indentation
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG dilakukan untuk menilai anatomi mata hingga ke
segmen posterior. Pada kasus ini untuk melihat adanya retinal
detachment. Okular B-Scan ultrasonografi juga digunakan untuk
mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain yang
menyertainya seperti proliverative vitreoretinopati, benda asing
intraokuler. Selain itu ultrasonografi juga digunakan untuk
mengetahui kelainan yang menyebabkan ablasio retina eksudatif
misalnya tumor dan posterior skleritis.
B. Tatalaksana
- Tatalaksana Non-operatif
Bedrest total
- Tatalaksana Operatif
H. KIE
-
Pasien disarankan untuk tirah baring total sekitar selama satu bulan untuk
mencegah ablaio retina yang semakin meluas.
pasien.
Menganjurkan pasien untuk menjalankan operasi pembedahan dan
merujuk pasien ke dokter spesialis mata bagian retina.
I. Prognosis
Prognosis pada pasien ini, meliputi :
Prognosis pengelihatan (ad functionam)
Malam
Prognosis nyawa (ad vitam)
Bonam
BAB IV
RINGKASAN AKHIR
DAFTAR PUSTAKA
1. Allan L. Pelletier & Jeremy thomas. 2009. Vision Loss in Older Persons.
Tennessee, Memphis : University of Tennessee Health Science Center.
American Family Pgysician : Volume 79, Number 11. Available at :
www.aafp.org/afp (Accessed 23rd December 2016)
2. Bradford C. 2004. Basic Ophtalmology. 8th