Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS I

ABLASIO RETINA OD

Fita Nirma Listya


H1A 011 022

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Ablasio retina (retinal detachment) adalah pemisahan retina sensorik,


yakni lapisan fotoreseptor (sel kerucut dan batang) dan jaringan bagian dalam,
epitel pigmen retina dibawahnya. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih
melekat erat dengan membran Bruch. Antara sel kerucut dan sel batang retina
tidak terdapat suatu perlekatan struktural dengan koroid atau pigmen epitel,
sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.
Biasanya ablasio retina terjadi pada usia 40-70 tahun. Prevalensi
meningkat pada beberapa keadaan seperti miopi tinggi, afakia/pseudofakia dan
trauma. Traumatik ablasio retina lebih sering terjadi pada orang muda, dan ablasio
retina akibat miopia yang tinggi biasa terjadi pada usia 25-45 tahun.
Pemisahan retina sensoris dari lapisan epitel retina disebabkan oleh tiga
mekanisme dasar. Tiga mekanisme dasar pemisahan retina sensoris dari lapisan
epitel retina ialah :
1. Lubang atau robekan di lapisan saraf yang menyebabkan cairan
vitreous masuk dan memisahkan antara lapisan neuro retina dan
lapisan epitel pigmen (Ablasio retina regmatogenosa).
2. Traksi dari inflamasi dan membran fibrosa vaskular pada permukaan
retina, yang terikat pada vitreous (Ablasio retina traksional).
3. Pengeluaran eksudat kedalam ruang subretina. Eksudat ini berasal dari
pembulu darah retina, yang disebabkan oleh karena hipertensi, oklusi
vena retina setralis, vaskulitis, atau papiledema (Ablasio retina
eksudatif).

BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama

: Ny. S

Umur

: 61 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Agama

: Islam

Suku

: Sasak

Alamat

: Pagesangan, Mataram

Tanggal Pemeriksaan

: 22 Desember 2016

2. Anamnesis
A. Keluhan Utama:
Pengelihatan mata kanan kabur.
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poliklinik Mata RSUP NTB dengan keluhan penglihatan
mata kanan kabur. Keluhan ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu. Pasien
mengeluh bahwa pengelihatan mata kanan kabur mendadak, tanpa ada
keluhan sebelumnya seperti nyeri maupun mata merah. Pasien
menyatakan bahwa pada pengelihatan mata kanan tampak gelap pada
bagian samping kanan dan tampak seperti ada bagian dari penglihatannya
yang bergerak-gerak. Pasien mengaku bahwa pengelihatan mata kanan
menjadi semakin kabur sejak 3 hari yang lalu. Pasien merasakan
penglihatan mata kanan seperti melihat ada kilatan cahaya silau. Pasien
tidak mengeluhkan adanya pengelihatan kabur seperti tertutup kabut asap.
Keluhan pusing dan nyeri kepala disangkal.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit mata


Pasien mengaku belum pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya. Pasien menyangkal riwayat memakai kacamata. Riwayat
trauma kepala pada daerah kepala pernah terjadi saat pasien berusia 35
tahun.

Riwayat penyakit sistemik


Pasien menyangkal memiliki riwayat diabetes mellitus dan hipertensi.

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarganya yang mengalami hal serupa dengan pasien.
E. Riwayat Alergi
Pasien menyangkal riwayat alergi obat.
F. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat untuk keluhan pengelihatan kabur pada mata
kanan yang dideritanya sekarang. Riwayat penggunaan obat-obatan dalam
jangka waktu lama disangkal.
G. Riwayat Operasi
Riwayat operasi mata disangkal.
.
3. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran/GCS

: Compos mentis / E4V5M6

B. Pemeriksaan Tanda Vital


Tekanan darah

: 130/70 mmHg

Nadi

: 68 kali/menit

Frekuensi Napas

: 20 kali/menit

Suhu

: 36 O C

C. Status Lokalis
No
1.

Pemeriksaan
Visus

Mata Kanan

Mata Kiri

1/300 sc

6/9 sc
cc S -0,50 6/6

2.

Posisi Bola Mata

3.

Gerakan bola mata

4.

Lapang Pandang

5.

Palpebra
Superior

6.

Palpebra
Inferior

Ortotropia
Baik ke segala arah

Baik ke segala arah

Lapang pandang perifer


temporal hingga sentral
terganggu

Normal segala arah

Edema

(-)

(-)

Hiperemi

(-)

(-)

Pseudoptosis

(-)

(-)

Entropion

(-)

(-)

Ektropion

(-)

(-)

Edema

(-)

(-)

Hiperemi

(-)

(-)

Entropion

(-)

(-)

Ektropion

(-)

(-)

+ 10 mm

+ 10 mm

7.

Fissura palpebra

8.

Konjungtiva
Palpebra
Superior

Hiperemi

(-)

(-)

Sikatrik

(-)

(-)

Konjungtiva
Palpebra
Inferior

Hiperemi

(-)

(-)

Sikatrik

(-)

(-)

Injeksi
Konjungtiva

(-)

(-)

Injeksi Siliar

(-)

(-)

9.

10. Konjungtiva
Bulbi

Massa

(-)

(-)

Edema

(-)

(-)

Bentuk

Cembung

Cembung

Kejernihan

Jernih

Jernih

Permukaan

Kesan licin

Kesan licin

Sikatrik

(-)

(-)

Benda Asing

(-)

(-)

12. Bilik Mata


Depan

Kedalaman

Kesan normal

Kesan normal

Hifema

(-)

(-)

13. Iris

Warna

Coklat

Coklat

Bentuk

Bulat dan regular

Bulat dan regular

Bentuk

Bulat (Midriasis)

Bulat

5 mm

3 mm

Refleks cahaya
langsung

(-)

(+)

Refleks cahaya
tidak langsung

(-)

(+)

Kejernihan

Keruh

Keruh

Iris Shadow

(-)

(-)

Subluksasi

(-)

(-)

Dislokasi

(-)

(-)

Kesan normal

Kesan normal

11. Kornea

14. Pupil

15. Lensa

16. TIO

Palpasi

Nyeri tekan (-)


Massa tumor (-)

17. Funduskopi

Tonometri
Schiotz

tde

tde

Refleks Fundus

(+)

(+)

Ukuran papil
berbatas tegas.

normal,

Ukuran papil normal,


berbatas tegas.

Atrofi papil (-)

Atrofi papil (-)

CD Ratio 0,3-0,5

CD Ratio 0,3-0,5

Ratio A/V = 2:3

Ratio A/V = 2:3

Retinal
detachment
sebagian dari pukul 5
hingga 11
OD

Pupil midriasis

OS

4. Foto Mata Pasien

Gambar 1. Mata kanan dan mata kiri pasien

Gambar 2. Foto Fundus mata kanan

Gambar 2. Foto Fundus mata kanan

BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan. Adapun
permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah:
SUBJECTIVE
a. Pengelihatan mata kanan kabur mendadak tanpa ada keluhan
sebelumnya seperti nyeri maupun mata merah, riwayat hipertensi atau
diabetes mellitus disangkal.
b. Pengelihatan mata kanan pasien tampak seperti ada bagian dari
pengelihatannya yang bergerak-gerak
c. Pasien merasakan pengelihatan mata kanan seperti melihat ada kilatan
cahaya silau satu minggu yang lalu.
OBJECTIVE
a. Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan didapatkan :

Visus 1/300 sc.

Lapang pandang bagian perifer temporal hingga ke sentral


terganggu namun bagian nasal masih baik.

Pupil dilatasi, refleks cahaya langsung (-), refleks cahaya tidak


langsung (-)

Gambaran funduskopi adalah retinal detachment sebagian dari


pukul 5 hingga 1, papil bulat dan batas tegas.

b. Pemeriksaan status lokalis pada mata kiri didapatkan :

Visus 6/7 sc dan 6/6 cc dengan S+0,50.

2. Analisa Kasus
A. Penglihatan mata kanan kabur mendadak
Pengelihatan mata kanan kabur mendadak tanpa ada keluhan sebelumnya
seperti nyeri maupun mata merah, tanpa riwayat trauma mata, dan riwayat

hipertensi atau diabetes mellitus disangkal. Mata kabur secara mendadak


disebabkan oleh adanya gangguan pada vitreous, retina, atau nervus
optikus. Penurunan visus mendadak tanpa keluhan mata merah mengarah
kepada penyakit penyakit seperti neuritis optikus, ablasio retina, obstruksi
vena retina maupun arteri retina, uveitis posterior (koroiditis), kekeruhan
dan perdarahan badan kaca.
Pendekatan diagnosis pada pengelihatan mata yang kabur secara
mendadak

dapat

dilihat

berdasarkan

pengelihatan

mata

kabur

unilateral/bilateral dan pengelihatan kabur secara transient/persistent.


Pada sudden vision loss yang unilateral dan persisten dapat ditemukan
pada glaukoma akut sudut tertutup, oklusi arteri retina sentral, corneal
hydrops, giant cell arteritis, neoplasia, retinal detachment, trauma dan
vitreous hemorrhage.
Pada kasus ini, mata tenang dengan pengelihatan mata kabur mendadak
dapat disebabkan berbagai kemungkinan penyakit seperti yang telah
disebutkan sebelumnya. Pendekatan diagnosis pada kasus ini yang paling
mendekati dapat dijabarkan sebagai berikut :

Neuritis optik dapat disingkirkan oleh karena pasien tidak ada keluhan
berupa nyeri pada mata terutama pada pergerakan bola mata,
pengelihatan kabur intermitten dan tidak ditemukan adanya hiperemi
pada papil N.II (nervus optikus).

Uveitis posterior dapat disingkirkan karena biasanya pada uveitis


posterior didapatkan adanya keluhan fotofobia dan ditemukan
kekeruhan dalam badan kaca, infiltrat dalam retina dan koroid yang
disebabkan oleh proses peradangan.

Oklusi vena retina juga dapat disingkirkan, karena pada pasien tidak
ditemukan adanya gambaran perdarahan retina kecil dan bercak
cotton-wool.

Oklusi arteri retina dapat disingkirkan karena pasien tidak


mengeluhkan pengelihatan kabur yang hilang timbul (amaurosis

fugaks) dan pada pemeriksaan funduskopi tidak ditemukan gambaran


khas yaitu cherry red spot.

Kekeruhan dan perdarahan kaca dapat disingkirkan karena pada


pemeriksaan funduskopi karena tidak ditemukan gambaran bayangin
hitam yang menutupi retina.

Dari penjelasan di atas, diagnosis yang paling mendekati pada kasus ini
adalah ablasio retina. Hal ini sesuai dengan keluhan pasien yang
menyatakan bahwa pengelihatan mata kanan kabur mendadak tanpa rasa
nyeri dan mata merah sebelumnya dan keluhan bahwa ada bagian
pengelihatan mata kanan pasien yang bergerak-gerak. Walaupun dari
anamnesis diagnosa lebih mengarah ke ablasio retina, harus tetap
dilakukan permeriksaan status lokalis dan pemeriksaan penunjang untuk
memastikan diagnosa ablasio retina. Bentuk ablasio retina ada 3 macam
yaitu ablasio retina regmentosa, ablasio retina eksudatif, dan ablasio retina
retina traksi. Hanya berdasarkan anamnesis yang disampaikan pasien,
akan sulit mengarahkan diagnosa ablasio retina yang lebih spesifik ke
salah satu dari klasifikasi ablasio retina tersebut.

B. Ada bagian pengelihatan mata kanan pasien seperti bergerak-gerak


Keluhan bahwa ada bagian pengelihatan mata kanan pasien seperti
bergerak-gerak kemungkinan adalah floaters. Floaters merupakan
timbulnya gambaran yang dapat berupa seperti benang benang, jaring
laba laba, titik titik atau benda yang berterbangan. Munculya gejala
floaters ini dapat terjadi akibat karena adanya kekeruhan di vitreous oleh
adanya darah atau lapisan sel kerucut dan sel batang yang lepas atau
degenerasi vitreus itu sendiri. Pada kasus ini, gambaran floaters yang di
alami pasien dapat diangap sebagai gambaran adanya lapisan sel kerucut
dan sel batang dari sel epitel pigmen, hal ini dapat dibuktikan dengan
pemeriksaan funduskopi. Gambaran floaters yang biasanya dikeluhkan
oleh pasien dengan ablasio retina adalah gambaran seperti gorden yang
bergerak-gerak yang menghalangi pengelihatan ( dark curtain).

C. Pengelihatan mata kanan seperti melihat ada kilatan cahaya


Pengelihatan mata kanan seperti melihat ada kilatan cahaya silau ini dapat
diarahkan pada beberapa kemungkinan yaitu photopsia. Photopsia
merupakan gambaran seperti kilatan-kilatan cahaya pada pengelihatan
pasien. Kejadian photopsia

ini dapat dihubungkan dengan retinal

detachment, migrane aura, dan opthalmopathic hallucinations. Pada


ablasio retina, gambaran photopsia ini disebabkan karena discharge
impuls elekrik dari retina yang disampaikan ke otak sehingga otak
menginterpretasikannya sebagai suatu gambaran kilatan.

D. Hasil pemeriksaan status lokalis pada mata kanan


Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan pasien ditemukan visus 1/300
sc, lapang pandang perifer hingga nasal terganggu, pupil mata kanan
midriasis dengan refleks cahaya langsung maupun tidak langsung negatif,
TIO per palpasi kesan normal, gambaran funduskopi adalah retinal
detachment, papil NII bulat dan batas tegas.
Hasil pemeriksaan status lokalis visus mata kanan 1/300 sc ini disebabkan
karena kemungkinan ada kelainan pada retina yaitu sesuai dengan
diagnosis utama yang disampaikan di atas adalah ablasio retina. Pupil
kanan dilatasi (midriasis) mungkin disebabkan karena adanya trauma
sebelumnya atau dapat terjadi karena adanya gangguan pada pupillomotor
pathway yang berhubungan dengan retinal detachment. Pada kasus trauma
kepala atau trauma orbita, sfingter iris atau nervus (nervus kranialis III)
yang

mengendalikannya

dapat

mengalami

kerusakan

sehingga

menurunkan atau mengeliminir reaktivitas terhadap cahaya. Gangguan


lapang pandang biasanya terjadi berlawanan dengan daerah defek.
Biasanya muncul pertama kali pada daerah perifer kemudian dapat
bergerak ke pusat dalam beberapa jam, hari atau bahkan minggu.

Ketajaman visual menurun ketika makula terlepas. Adanya gambaran


retinal detachment pada pemeriksaan funduskopi mengisyaratkan telah
terjadi pelepasan retina atau ablasio retina. Gambaran tersebut nampak
sebagai daerah berwarna pucat dengan atau tanpa robekan retina. Pada
kasus ini gambaran retinal detachment. Karena cairan vitreous akan masuk
ke robekan tersebut dan mengikuti arah gravitasi dan retinal detachment
ditemukan lebih banyak di daerah lower quadrant pada pemeriksaan
funduskopi.
Berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan status lokalis, maka
diagnosa yang paling mendekati adalah ablasio retina.
E. Hasil pemeriksaan status lokalis pada mata kiri
Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan pasien ditemukan visus 6/9
sc dan 6/6 cc dengan S+ 0,50. Hal ini menunujukan bahwa pasien
menderita kelainan refraksi pada mata kiri. Ada kemungkinan bahwa
mata kanan pasien juga mengalami kelainan refraksi juga. Ada hubungan
antara kelainan refraksi dengan kejadian retinal detachment. Miopi
merupakan salah satu faktor predesposisi pada ablasio retina terutama
miopi aksial (miopi karena anatomi). Pada miopi anatomi biasanya
ukuran bola mata lebih lonjong. Hal ini yang menyebabkan lapisan retina
mudah terenggang dan menyebabkan retinal detachment.
F. Assessment
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat
pada pasien mengarahkan pada Ablasio Retina. Diagnosa ini dipilih karena
sesuai dengan keluhan pasien Pengelihatan mata kanan kabur mendadak
tanpa ada keluhan sebelumnya seperti nyeri maupun mata merah, tanpa
riwayat trauma mata, dan riwayat hipertensi atau diabetes mellitus disangkal.
Keluhan lain yang menyatakan ada bagian dari pengelihatannya bergerakgerak dan melihat kilatan cahaya silau yang kemungkinan merupakan
photopsia. Selain itu, hal yang menguatkan gambaran retinal detachment
pada pemeriksaan funduskopi.

Diagnosis Kerja:
- Ablasio Retina OD
G. Planning
A. Usulan Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan Funduskopi

Indirect,

Scleral

Indentation,

Goldmann three miror examination


Semua pemeriksaan di atas memiliki tujuan yang sama. Pemeriksaan
funduskopi indirect, scleral indentation, Goldmann three miror
examination ini dapat dilakukan untuk melihat gambaran retina yang
lebih luas dan retinal detachment yang lebih jelas, terutama untuk
mencari apakah terdapat robekan (tear) pada retina.
Funduskopi Indirek
Pemeriksaan funduskopi, salah satu cara

terbaik

untuk

mendiagnosis ablasio retina dengan menggunakan binokuler


indirek oftalmoskopi. Pada pemeriksaan ini ablasio retina dikenali
dengan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan retina. Retina
tampak keabu-abuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid.
Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruang subretina,
didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak.
Suatu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena
terdapat pembuluh koroid dibawahnya. Mungkin didapatkan
debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau
ruang retina dapat ditemukan mengambang bebas.
Prinsip funduskopi indirek adalah melihat sifat bayangan retina
secara terbalik, lapang pandang terhadap retina lebih luas, hasil
funduskopi akan melihat retina secara lebih luas

dan

stereoskopik, dan dapat lebih jelas memperlihatkan gambaran


fundus walau media agak keruh. Hal ini menjadi pemeriksaan
yang penting dilakukan pada ablasio retina untuk mendapatkan
gambaran retina yang lebih jelas.

Scleral Indentation

Scleral indentation merupakan pemeriksaan yang menggunakan


funduskopi indirek untuk mendapatkan gambaran yang jelas pada
bagian perifer retina. Hal ini dilakukan dengan memberikan
tekanan sedikit pada bagian skleral dan menilai bagian retina
perifer dengan funduskopi indirek.

Goldmann three miror examination


Goldmann three miror examination merupakan pemeriksaan yang
lebih canggih untuk menilai keadaan retina menggunakan
peralatan khusus yang terdiri dari 3 kaca sehingga lapang
pandang terhadap retina lebih luas dan jelas.

Pemeriksaan Electroretinogram (ERG)


Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk menilai dan memastikan
terjadinya retinal detachment. Alat ini mengukur respon elektronik
dari berbagai lapisan sel di retina. Jika didapatkan respon yang baik
setelah dilakukan ERG, maka retina kemungkinan sudah melekat,
tapi jika respon listrik dari retina lemah, kemungkinan masih ada
retinal detachment.

Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG dilakukan untuk menilai anatomi mata hingga ke
segmen posterior. Pada kasus ini untuk melihat adanya retinal
detachment. Okular B-Scan ultrasonografi juga digunakan untuk
mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain yang
menyertainya seperti proliverative vitreoretinopati, benda asing
intraokuler. Selain itu ultrasonografi juga digunakan untuk
mengetahui kelainan yang menyebabkan ablasio retina eksudatif
misalnya tumor dan posterior skleritis.
B. Tatalaksana
- Tatalaksana Non-operatif
Bedrest total
- Tatalaksana Operatif

Menciptakan adhesi kuat korioretina sepanjang robekan


(diathermi, krioterapi, fotokoagulasi laser)

Mendorong retina ke dinding bola mata (tamponade


intraokular dengan gelembung gas/retinopeksi pneumatik)

Mendekatkan dinding bola mata dan retina yang robek


(sclera buckle)

H. KIE
-

Pasien disarankan untuk tirah baring total sekitar selama satu bulan untuk
mencegah ablaio retina yang semakin meluas.

Pasien juga di edukasi mengenai

penyebab adanya gambaran seperti

bagian pengelihatan yang bergerak-gerak dan pengelihatan seperti kilatan


cahaya.
-

Menyampaikan pada pasien bahwa tatalaksana yang dapat dilakukan


segera adalah tindakan operatif untuk mencegah keadaan penyakit pada
mata kanan pasien yang bisa meluas dan semakin menggangu pengelihatan

pasien.
Menganjurkan pasien untuk menjalankan operasi pembedahan dan
merujuk pasien ke dokter spesialis mata bagian retina.

I. Prognosis
Prognosis pada pasien ini, meliputi :
Prognosis pengelihatan (ad functionam)
Malam
Prognosis nyawa (ad vitam)
Bonam

BAB IV
RINGKASAN AKHIR

Pasien seorang wanita, usia 61 tahun, datang dengan keluhan pengelihatan


mata kanan kabur sejak 7 hari yang lalu. Pasien mengeluh bahwa pengelihatan
mata kanan kabur mendadak, tanpa ada keluhan sebelumnya seperti nyeri maupun
mata merah. Pasien menyatakan bahwa pada pengelihatan mata kanan pasien
tampak seperti ada bagian dari pengelihatannya yang bergerak-gerak. Pasien
merasakan pengelihatan mata kanan seperti melihat ada kilatan cahaya silau.
Pada pemeriksaan fisik status lokalis mata kanan, visus 1/300 sc, pupil
midriasis dengan refleks cahaya langsung maupun refleks cahaya tidak langsung
negatif. Gambaran funduskopi adalah retinal detachment, papil NII bulat dan
batas tegas. Pasien di diagnosis dengan Ablasio Retina OD. Rencana pemeriksaan
tambahan adalah pemeriksaan funduskopi indirek, scleral indentation, Goldmann
miror examination, pemeriksaan electroretinogram (ERG), dan CT scan. Rencana
tatalaksana sementara untuk pasien adalah tatalaksana medis non-operatif berupa
bedrest total. Dan dapat dipertimbangkan rencana tatalaksan operatif seperti
diathermi, krioterapi, fotokoagulasi laser , tamponade intraokular dengan
gelembung gas/retinopeksi pneumatik , dan sclera buckle . Prognosis penyakit
mata dan visus pasien malam. Prognosis fungsional bonam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Allan L. Pelletier & Jeremy thomas. 2009. Vision Loss in Older Persons.
Tennessee, Memphis : University of Tennessee Health Science Center.
American Family Pgysician : Volume 79, Number 11. Available at :
www.aafp.org/afp (Accessed 23rd December 2016)
2. Bradford C. 2004. Basic Ophtalmology. 8th

Edition. San Fransisco-

American Academy of opthalmology


3. Gerhand K. 2004. Lang. Ophtalmology : A Pocket Book Atlas. 2nd Edition.
Germany : Theime.
4. Iljas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
5. J.Kankski. 2010 . Signs in Ophthalmology : Causes and Differential
Diagnosis. United Kingdom : Elsevier.
6. J.Kanski & Bowling. 2011. Clinical Opthalmology : A Systemic Approach.
7th Edition. United Kingdom : Elsevier.
7. Perdami.2006. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum & Mahasiswa
Kedokteran. Perdami
8. Vaughan & Asbury dkk. 2010. Oftalmologi Umum, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai